Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : Risky Rendy Saputra

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 041766322

Kode/ Nama Mata Kuliah : HKUM4207 / Hukum Dagang dan Kepailitan

Kode/ Nama UPBJJ : 49 / Banjarmasin

Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Produsen air minum dalam kemasan merek Aqua, PT Tirta Investama dan PT Balina
Agung Perkasa selaku distributor, terbukti melakukan persaingan usaha tidak sehat. Hal
itu dinyatakan oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dan dikuatkan dalam
putusan Kasasi oleh Mahkamah Agung.
a. Analisislah perbuatan melanggar hukum dalam perdagangan yang dilakukan oleh
produsen PT Air minum dalam kemasan merek Aqua!
b. Jelaskan latar belakang didirikannya dan wewenang KPPU!
c. Jelaskan apa yang dimaksud dengan persekongkolan yang diatur dalam UU No 5
Tahun 1999!
Jawaban:
a. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Dengan
berkembangnya dunia usaha saat ini, para pelaku usaha dalam dunia industri air
mineral terlibat persaingan usaha yang sangat ketat. Dengan adanya persaingan
usaha maka pelaku usaha saling memperbaiki produk atau jasa yang dimiliki,
berusaha memberikan produk atau jasa yang berkualitas tinggi bagi konsumen.
Dampak baiknya bagi persaingan usaha ini setiap pelaku usaha akan memberikan
yang terbaik dalam produk atau jasanya, dan konsumen mempunyai pilihan dalam
membeli produk atau jasa tersebut dengan harga murah tetapi kualitas sangat baik.
Persaingan dalam dunia usaha seharusnya dipandang sebagai suatu hal yang
positif. Namun dengan berjalannya perkembangan usaha yang pesat, para pelaku
usaha tidak sedikit yang melakukan persaingan usaha dengan tidak sehat demi
meraup keuntungannya sendiri.
Berdasarkan inisiatifnya, KPPU telah melakukan penelitian melakukan pemeriksaan,
dan memutus perkara dugaan pelanggaran hukum persaingan usaha pada PT Tirta
Investama dan PT Balina Agung Perkasa. Perkara ini bermula dari laporan para
pedagang ritel maupun eceran ke kantor KPPU pada september 2016. Pedagang
mengaku dihalangi oleh pihak PT Tirta Investama untuk menjual produk Le Minerale
yang diproduksi PT Tirta Fresindo Jaya. Salah satu klausul perjanjian ritel
menyebutkan, apabila pedagang menjual produk Le Minerale maka statusnya akan
diturunkan dari Star Outlet (SO) menjadi Wholesaler (eceran). Atas perbuatan itu PT
Tirta Fresindo Jaya melayangkan somasi terbuka terhadap PT Tirta Investama di
surat kabar pada tanggal 1 Oktober 2017. Somasi ini lalu ditanggapi oleh Otoritas
Persaingan Usaha. KPPU menduga ada praktik persaingan usaha tidak sehat dalam
industri AMDK (Air Mineral Dalam Kemasan).
Berdasarkan hasil penelitian mengenai persaingan usaha tidak sehat air minum
dalam kemasan antara PT. Tirta Investama dengan distributornya yaitu PT. Balina
Agung Perkasa sebagai studi analisis ditemukan kesimpulan sebagai berikut:
1) Analisis peneliti menunjukan bahwa perkara pada putusan KPPU Nomor
22/KPPU-I/2016 telah memenuhi unsur-unsur persaingan usaha tidak sehat yaitu
perjanjian tertutup yaitu: unsur pelaku usaha, unsur perjanjian, unsur mengenai
harga atau potongan harga, unsur barang, unsur memuat persyaratan tidak akan
membeli barang, dan unsur tidak akan membeli barang dari pelaku usaha
pesaing. Lalu kegiatan penguasaan pasar telah memenuhi unsur-unsur sebagai
berikut: unsur pelaku usaha, unsur melakukan satu atau beberapa kegiatan baik
sendiri maupun bersama pelaku usaha, unsur dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat, unsur menolak dan
atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang
sama pada pasar bersangkutan, dan unsur menghalangi konsumen dan
pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha
dengan pelaku usaha pesaingnya. dan posisi dominan yaitu: unsur pelaku usaha,
unsur pelaku usaha dilarang menggunakan posisi dominan baik secara langsung
maupun tidak langsung dan unsur pelaku usaha memiliki posisi dominan.
2) Dari hasil pertimbangan-pertimbangan yang ada maka Pertimbangan Hakim
ditinjau dari beberapa aspek yaitu, Aspek Filosofis, Aspek Yuridis dan Aspek
Sosiologis.
a) Aspek Filosofis
Bahwasannya mengapa persaingan usaha di Indonesia harus sehat karena
selain karena amanat undang-undang namun juga dikarenakan persaingan
usaha yang tidak sehat berdampak kepada pelaku usaha lain dan tentu saja
pasti akan berimbas pada kemakmuran rakyat. Dampak tersebut telah
mencederai dan menyebabkan Negara Indonesia menjadi negara yang
gagal untuk menciptakan kesejahteraan di negerinya sendiri. Bahwasannya
perbuatan-perbuatan melanggar hukum dimana telah dijabarkan diatas
adalah perbuatan-perbuatan yang apabila dilihat dari aspek filosofis telah
melanggar cita-cita pendiri bangsa untuk menjadikan Negara Indonesia
sebagai Negara yang berkesejahteraan (walfare state) yang mana cita-cita
tersebut dibangun dari landasan filosofis yang terkandung dan bersumber
dari sila keliman Pancasila yang berbunyi “keadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia” dan Pembukan UUD 1945 yang berbunyi “...melindungi segenap
bangsa Indonesia” kedua paradigma tersebut menjadi landasan untuk
pembangunan ekonomi yang mengarah pada terwujudkan kesejahteraan
rakyat dengan mengatur persaingan usaha di Indonesia.
b) Aspek Yuridis
Bahwasannya para terlapor telah memenuhi semua unsur-unsur
pelanggaran hukum yang mereka lakukan. Dengan terbuktinya para terlapor
melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Pasal 15 Ayat (3) huruf b
tentang Perjanjian Tertutup dan Pasal 19 huruf a dan b tentang Penguasaan
Pasar.
c) Aspek Sosiologis
Dilihat dari fakta-fakta yang ada telah terjadinya suatu pemusatan pasar oleh
Terlapor I yang dibuktikan melalui bukti-bukti dan keterangan para saksi
pemasok produk Aqua yang menyatakan produk Aqua adalah produk yang
paling banyak dijual dan dicari di toko. Sehingga para pedagang yang
berstatus SO akan diturunkan statusnya menjadi Wholeseller apabila
diketahui oleh pihak Terlapor I menjual produk dari pesaingnya yaitu Le
Minerale. Faktanya, dampak dari perilaku para terlapor yang dianggap
melanggar peraturan perundang-undangan anti monopoli membuat tertutup
nya akses produk dari pesaingnya yaitu Le Minerale menjadi susah
dijangkau di dalam pasar besangkutan. Menurut keterangan ahli Prof. Ine
Minara S. Ruky, S.E., M.E yang mengatakan syarat dari penguasaan pasar
itu sendiri pemilikan posisi dominan, atau pemilikan kekuatan pasar yang
signifikan, atau pemilikan faktor-faktor khusus merupakan pra kondisi atau
indikasi awal bagi terciptanya kegiatan penguasaan pasar oleh pelaku
usaha. Apabila dilihat kembali berdasarkan bukti-bukti dan para saksi yang
ada para terlapor telah memenuhi unsur Pasal 19 tentang Penguasaan
Pasar, yang mana menurut peneliti pasal tersebut telah memenuhi unsur
Pasal 25 tentang Posisi Dominan secara tidak langsung.
b. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) adalah lembaga independen yang
memiliki tugas utama melakukan penegakan hukum persaingan sebagaimana diatur
dalam Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1999. Dalam melaksanakan tugas tersebut,
KPPU diberi wewenang untuk menyusun pedoman yang berkaitan dengan Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999, sebagaimana tercantum dalam pasal 35 huruf f.
Sebagai bagian dari pelaksanaan Pasal 35 huruf f tersebut, KPPU menyusun
pedoman pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 mengenai definisi
pasar bersangkutan. Pendefinisian pasar bersangkutan merupakan sebuah bagian
yang sangat penting dalam proses pembuktian penegakan hukum persaingan,
terutama menyangkut beberapa potensi penyalahgunaan penguasaan pasar oleh
pelaku usaha tertentu. Upaya menguraikan pasar bersangkutan memiliki
kompleksitas yang tersendiri, yang terkait dengan konsep dan metodologi ekonomi,
sehingga untuk memahaminya diperlukan pedoman yang bisa menjelaskan
bagaimana sebuah pasar bersangkutan ditetapkan dalam sebuah kasus persaingan.
Dalam kaitan dengan itulah pedoman pasar bersangkutan ini disusun dan diharapkan
dapat memberikan penjelasan kepada seluruh stakeholder hukum persaingan
mengenai pendefinisian pasar bersangkutan serta metode pendekatan yang
digunakan oleh KPPU melaksanakan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat.
c. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, pada Bab I Pasal 1
(Ketentuan Umum) disebutkan bahwa pengertian dari persekongkolan atau
konspirasi usaha adalah bentuk kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha
dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk menguasai pasar bersangkutan
bagi kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol.
Masih dalam UU No. 5 Tahun 1999 Bagian keempat tentang Persekongkolan,
disebutkan bahwa dalam Pasal 22 bahwa “Pelaku usaha dilarang bersekongkol
dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga
dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.”
Dalam pasal 23 “Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk
mendapatkan informasi kegiatan usaha pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai
rahasia perusahaan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha
tidak sehat.”
Serta dalam Pasal 24 “Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk
menghambat produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa pelaku usaha
pesaingnya dengan maksud agar barang dan atau jasa yang ditawarkan atau
dipasok di pasar bersangkutan menjadi berkurang baik dari jumlah, kualitas maupun
ketepatan waktu yang dipersyaratkan.

Anda mungkin juga menyukai