Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : Risky Rendy Saputra

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 041766322

Kode/ Nama Mata Kuliah : HKUM4208 / Hukum dan Hak Asasi Manusia

Kode/ Nama UPBJJ : 49 / Banjarmasin

Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Kapolri Jenderal Idham Azis menerbitkan surat Telegram Rahasia (TR)
STR/645/X/PAM.3.2./2020 per tanggal 2 Oktober 2020 tentang antisipasi unjuk rasa dan
mogok kerja kelompok buruh pada 6 Oktober sampai dengan 8 Oktober 2020, terkait
dengan pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) Omnibus Law atau Cipta
Lapangan Kerja. Adapun isi telegram adalah sebagai berikut.1. Kapolri meminta agar
jajarannya melaksanakan kegiatan fungsi intelijen dan pendeteksian dini guna mencegah
terjadinya aksi unjuk rasa dan mogok kerja yang berpotensi terjadinya konflik sosial serta
aksi anarkis di wilayah masing-masing.; 2. Melakukan pemetaan di perusahaan atau
sentra produksi strategis dan memberikan jaminan keamanan dari adanya pihak-pihak
yang mencoba melakukan provokasi atau mencoba memaksa buruh ikut mogok kerja
serta unjuk rasa; 3. Mencegah, meredam, dan mengalihkan aksi unjuk rasa kelompok
buruh demi kepentingan pencegahan penyebaran virus Corona. Melakukan kordinasi
dengan seluruh elemen masyarakat terkait dengan hal ini; 4. Melakukan koordinasi dan
bangun komunikasi efektif dengan Apindo, Disnaker, tokoh buruh, mahasiswa, elemen
masyarakat lainnya dalam rangka memelihara situasi Kamtibmas kondusif di tengah
pandemi Covid-19; 5. Melakukan patroli cyber pada media sosial dan manejemen media
terkait dengan pembangunan opini public; 6. Lakukan kontra narasi isu-isu yang
mendeskreditkan pemerintah; 7. Seluruh jajaran di wilayah tidak memberikan izin unjuk
rasa dan kegiatan yang menimbulkan keramaian massa; 8. Antisipasi harus dilakukan di
hulu dan lakukan pengamanan terbuka serta tertutup; 9. Melakukan pencegahan adanya
aksi unjuk rasa yang menyasar penutupan jalan tol. Menerapkan penegakan hukum
sebagaimana diatur dalam Pasal KUHP dan kekarantinaan kesehatan; 10. Menyiapkan
rencana pengamanan dengan tetap mempedomani Perkap Nomor 16 Tahun 2006
Tentang Pengendalian Massa, Perkap Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penggunaan
Kekuatan Dalam Tindakan Kepolisian dan Protap Nomor 1 Tahun 2010 Tentang
Penanggulangan Anarkis. Seluruh jajaran Polri di wilayah masing-masing diminta untuk
terus melaporkan kesiapan dan setiap kegiatan yang dilakukan kepada Kapolri dan
Asops.
Penerbitan surat telegram tersebut jadi sorotan sejumlah pihak, salah satunya Komisi
untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras). Koordinator Kontras Fatia
Maulidiyanti mengatakan, pandemi Covid-19 yang dijadikan sebagai alasan menentang
unjuk rasa Omnibus Law RUU Cipta Kerja para buruh malah bertentangan dengan
sejumlah kebijakan pemerintah lainnya.
"Tidak setara dengan bagaimana pemerintah memperbolehkan atau mengeluarkan
kebijakan-kebijakan lainnya yang juga bertentangan dengan penanganan Covid-19 itu
sendiri. Seperti mengadakan konser pilkada ataupun tetap memutuskan untuk
mengadakan pilkada pada tahun ini," tutur Fatia dalam konferensi pers virtual, Selasa 6
September 2020.

https://www.liputan6.com/news/read/4376828/pandemi-jadi-alasan-polri-tak-bakal-
izinkan-unjuk-rasa-uucipta-kerja-tapi-pilkada-jalan-terus

Berdasarkan kasus di atas, analisalah:


a. Analisalah jaminan dan pengaturan hak menyatakan pendapat berdasarkan
peraturan perundangundangan di Indonesia!
b. Berikan argumentasi saudara pertentangan hak menyatakan pendapat di muka
umum dengan hak kesehatan publik (khususnya terkait dengan pencegahan
penyebaran Covid 19!
c. Berikan argumentasi saudara tentang pembatasan hak menyampaikan pendapat
dengan keputusan pemerintah untuk tetap melangsungkan Pilkada 2020 dalam
masa pandemi!
Jawaban:
a. Secara formal, Indonesia telah mengakui eksistensi hak kebebasan berekspresi
dengan mengaturnya dalam berbagai peraturan. Tercatat Undang-Undang Dasar RI
1945 dalam Amandemen ke-2 (yang ditetapkan pada Agustus 2000) ,Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, khususnya pasal 28F
mengakui bahwa “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak
untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan
informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”. Kemudian
pengaturan secara konstitusional tersebut berlanjut pada Amandemen ke-4 Pasal
28E ayat (2) Undang-Undang Dasar RI 1945 yang berbunyi “Setiap orang berhak
atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai
dengan hati nuraninya”. Selanjutnya dalam ayat (3) dinyatakan pula bahwa “setiap
orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”.

Sedangkan pengaturan untuk menyampaikan pendapat di muka umum dalam


Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat
di Muka Umum, bertujuan untuk mewujudkan kebebasan yang bertanggung jawab
sebagai salah satu pelaksanaan hak asasi manusia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar RI 1945. Selain itu, undang-undang ini diharapkan juga
mampu mewujudkan iklim yang kondusif bagi berkembangnya partisipasi dan
kreativitas setiap warga negara sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab dalam
kehidupan berdemokrasi dan merupakan perwujudan perlindungan hukum yang
konsisten dan berkesinambungan dalam menjamin kemerdekaan menyampaikan
pendapat. Pasal 1 ayat (1) menegaskan bahwa setiap warga negara memiliki hak
untuk menyampaikan pikiran dengan lisan dan tulisan secara bebas serta
bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Kemudian Pasal 5 menjamin kebebasan dan perlindungan hukum terhadap
seluruh warga negara dalam hal mengeluarkan pendapat secara bebas di muka
umum.

b. Pandemi Covid-19 memaksa sebagian besar orang untuk hidup dalam pembatasan-
pembatasan mobilitas secara fisik dan menggiring mereka untuk memasuki dunia
digital. Dunia digital dialihfungsikan selayaknya dunia nyata sehingga aktivitas
pendidikan, pekerjaan, jual beli, mengemukakan pendapat dan ekspresi dengan
mudah dilakukan secara daring. Kemudahan-kemudahan yang didapat melalui dunia
digital tersebut tidak serta merta membuat masyarakat aman dan nyaman tapi bisa
membuat mereka takut mengungkapkan pendapat dan ekspresinya melalui internet.
Yang saya liat selama masa pandemi Covid-19 ini arah dan metode bagi masyarakat
untuk menyampaikan aspirasi mulai bergeser melalui internet secara online.
Beragam flatform seperti YouTube, Instagram, facebook, Twitter, dan lain-lain betul-
betul dimanfaatkan mulai dari masyarakat biasa sampai sosok-sosok influencer
dalam menyatakan pendapatnya dalam menyampaikan kritik dan pengaduan kepada
pemerintah. Melalui sosok-sosok influencer ini pula petinggi-petinggi negara dapat
langsung menyampaikan program-program serta menerima masukan dan kritik dari
masyarakat.
Pemerintah pun sekarang ini menjadi lebih “open” terhadap kritik dan aduan dari
masyarakat. Ini terwujud dengan dikeluarkannya beberapa program seperti program
Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani
(WBBM) yang mana di dalamnya pemerintah wajib melakukan tanggapan dari
berbagai aduan dari masyarakat. Disediakan juga flatform seperti Lapor.go.id serta
aplikasi-aplikasi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Jadi menurut saya kesimpulan yang dapat saya ambil bahwa penyampaian pendapat
pada masa pandemi ini masih bisa dilaksanakan, hanya saja metode
penyampaiannya yang bergeser dengan segala kelebihan dan kekurangan dari
masing-masing metodenya. Tetapi tentu saja ini masih harus terus dikembangkan
agar terwujud Indonesia yang maju.

c. Pemilihan umum sesungguhnya adalah konsekuensi dari konsep negara hukum


yang demokratis di Indonesia. Dengan adanya amendemen UUD 1945, maka
termasuk di dalamnya pemilihan kepala pemerintahan di daerah yang dipilih secara
demokratis dan langsung pun menjadi tak terelakkan. Dalam perjalanannya,
sambungnya, proses ini dilaksanakan pertama kali pada 2005 dengan banyaknya
ujian dan tantangan. Upaya pemenuhan hak demokrasi bagi rakyat yang menjadi
kewajiban negara ini, terus diupayakan untuk dipenuhi oleh pemerintahan daerah
masing-masing. Barulah pada 2014, pemilihan kepala daerah ini diselenggarakan
secara serentak dengan komando yang jauh lebih baik.
Kondisi pandemi telah melahirkan tanggung jawab negara yang sangat besar karena
pada akhirnya pilihan yang dihadapkan adalah suatu yang harus diputuskan. Oleh
karena itu, jika setiap usaha dalam hal ini prosesnya dilaksanakan dengan niat tulus
untuk pemenuhan hak konstitusional warga negara, diharapkan kemudahan dan
kelancaran dalam pelaksanaannya pun akan diperoleh sesuai rencana.
Menurut saya, mengingat urgensinya pemilihan umum yang apabila tidak
dilaksanakan nantinya pasti akan menimbulkan masalah di belakang, maka
pemilihan umum tetap harus dilaksanakan. Hanya saja pelaksanaan pemilu di era
pandemi ini tentu saja harus memiliki metode dan pengaturan-pengaturan khusus
dibandingkan sebelum pandemi. Pemerintah wajib mengeluarkan terobosan-
terobosan agar pelaksanaan pemilu dapat terus berjalan secara lancar. Pelaksanaan
Pilkada Serentak ini wajib dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat
dengan banyaknya penyesuaian.

Anda mungkin juga menyukai