Anda di halaman 1dari 4

1

TUGAS 2 HKUM4306 : METODOLOGI PENELITIAN HUKUM


NAMA : Rahmayanadiah R
NIM : 043412226

PERSOALAN JUDICIAL REVIEW DALAM “DUA ATAP”


Judicial review merupakan salah satu jalan keluar dari permasalahan meningkatnya
jumlah peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan dengan kualitas rendah.
Akan tetapi, penyelenggaraan judicial review yang dilakukan di Indonesia berpotensi
menimbulkan konflik hukum. Salah satu penyebabnya adalah pemisahan kewenangan
pengujian peraturan yang dilakukan oleh dua lembaga peradilan, yaitu Mahkamah
Konstitusi dan Mahkamah Agung. Tulisan ini bermaksud melakukan eksplorasi atas
persoalan yang ditimbulkan dari penyelenggaraan judicial review dalam dua atap yang
terjadi dalam sistem ketatanegaraan saat ini. Selain itu, tulisan ini juga menyinggung
kemungkinan untuk menyatukan kewenangan judicial review dalam satu atap dengan
potensi-potensi permasalahan yang kemungkinan akan muncul diikuti dengan
pendekatan perbandingan dengan melihat beberapa praktek di negara-negara yang
menyelenggarakan judicial review dalam satu atap, dengan Mahkamah Konstitusi
Austria sebagai rujukan utama. Penyusunan kajian ini diikuti dengan kesadaran
bahwa tulisan ini tidak akan cukup sebagai masukan atas perubahan sistem judicial
review yang ada. Sebab, penyatuan kewenangan pengujian peraturan perundang-
undangan berarti melakukan perubahan UUD 1945 yang menuntut alasan-alasan yang
kuat dan pertimbangan yang matang. Oleh karena itu, kajian ini bertujuan untuk
membuka wacana pendahuluan yang mengelaborasi permasalahan yang terkait
dengan judicial review dikaitkan dengan permasalahan “obesitas regulasi”.

Sumber : Prosiding KHTN 4, PERSOALAN JUDICIAL REVIEW DALAM “DUA ATAP”,


Bisariyadi.

1. Dari Abstrak diatas, silahkan anda rumuskan 2 (dua) Rumusan masalah apa
yang bisa diangkat dan jelaskan?
2. Tulislah secara ringkas 3 (tiga) Teori Hukum yang dapat menjadikan Tinjauan
Pustaka dalam menyelesaikan penelitian tersebut?

Rumusan masalah yang dapat diangkat dari abstrak tersebut adalah:

1. Apa persoalan yang ditimbulkan dari pemisahan kewenangan pengujian peraturan


dalam dua lembaga peradilan, yaitu Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung,
dalam penyelenggaraan judicial review di Indonesia?

Persoalan yang ditimbulkan dari pemisahan kewenangan pengujian peraturan dalam


dua lembaga peradilan, yaitu Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung, dalam
penyelenggaraan judicial review di Indonesia sangat penting untuk diangkat karena
masalah ini berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi pengujian peraturan perundang-
undangan di Indonesia. Adanya dua lembaga peradilan yang mempunyai
kewenangan pengujian peraturan, yang masing-masing memiliki prinsip-prinsip dan
standar yang berbeda, dapat menyebabkan ketidakpastian hukum dan terjadinya
konflik hukum yang dapat merugikan masyarakat dan pemerintah. Oleh karena itu,
penting untuk memahami persoalan yang muncul akibat pemisahan kewenangan
pengujian peraturan dalam dua lembaga peradilan tersebut, sehingga dapat dicari
solusi untuk memperbaiki sistem pengujian peraturan perundang-undangan di
Indonesia.
2
TUGAS 2 HKUM4306 : METODOLOGI PENELITIAN HUKUM
NAMA : Rahmayanadiah R
NIM : 043412226

2. Apa kemungkinan permasalahan yang akan muncul jika kewenangan judicial review
disatukan dalam satu atap di Indonesia, dan bagaimana pendekatan perbandingan
dengan beberapa praktek di negara-negara yang sudah melakukan hal tersebut?

Kemungkinan permasalahan yang akan muncul jika kewenangan judicial review


disatukan dalam satu atap di Indonesia, serta pendekatan perbandingan dengan
beberapa praktek di negara-negara yang sudah melakukan hal tersebut, sangat
penting untuk dibahas karena mempunyai dampak besar terhadap sistem hukum di
Indonesia. Beberapa kemungkinan permasalahan yang muncul apabila kewenangan
judicial review disatukan dalam satu atap antara lain adalah:

1) Kekuasaan yang terlalu besar: Pemusatan kewenangan pengujian peraturan


perundang-undangan pada satu lembaga peradilan dapat menyebabkan
kekuasaan yang terlalu besar pada lembaga tersebut, yang berpotensi
menghilangkan keseimbangan kekuasaan antara cabang kekuasaan negara.
2) Pengambilan keputusan yang buruk: Pemusatan kewenangan juga berpotensi
memperburuk pengambilan keputusan dalam pengujian peraturan perundang-
undangan jika lembaga tersebut kurang independen dan tidak netral.
3) Masalah kapasitas: Penambahan tugas kewenangan pengujian peraturan
perundang-undangan pada satu lembaga peradilan akan meningkatkan beban
kerja dan membutuhkan sumber daya yang lebih banyak, sehingga
memungkinkan terjadinya masalah kapasitas.

Oleh karena itu, penting untuk memahami kemungkinan permasalahan yang muncul
jika kewenangan judicial review disatukan dalam satu atap di Indonesia, serta
pendekatan perbandingan dengan beberapa praktek di negara-negara yang sudah
melakukan hal tersebut, sehingga dapat diambil langkah-langkah yang tepat untuk
mengatasi permasalahan tersebut dan memperbaiki sistem pengujian peraturan
perundang-undangan di Indonesia.

Berikut adalah tiga teori hukum yang dapat menjadi tinjauan pustaka dalam
menyelesaikan penelitian tentang persoalan judicial review dalam "dua atap" di
Indonesia:

1. Teori tentang kekuasaan kehakiman dan judicial review: Teori ini membahas tentang
kekuasaan kehakiman dan peran judicial review dalam membatasi kebijakan
pemerintah dan memastikan bahwa peraturan-peraturan yang dikeluarkan sesuai
dengan konstitusi.

Teori tentang kekuasaan kehakiman dan judicial review merupakan salah satu teori
hukum yang membahas tentang peran kekuasaan kehakiman dalam sistem
ketatanegaraan. Teori ini menekankan pentingnya kekuasaan kehakiman dalam
membatasi kebijakan pemerintah dan memastikan bahwa peraturan-peraturan yang
dikeluarkan oleh pemerintah sesuai dengan konstitusi.

Kekuasaan kehakiman dianggap sebagai kekuasaan yang independen dan otonom


dalam sistem ketatanegaraan. Fungsi utama dari kekuasaan kehakiman adalah untuk
menegakkan hukum dan keadilan serta memastikan bahwa pemerintah tidak
melanggar hak-hak warga negara. Selain itu, kekuasaan kehakiman juga memiliki
3
TUGAS 2 HKUM4306 : METODOLOGI PENELITIAN HUKUM
NAMA : Rahmayanadiah R
NIM : 043412226

peran penting dalam menjaga keseimbangan kekuasaan antara eksekutif, legislatif,


dan yudikatif.

Sementara itu, judicial review merupakan salah satu bentuk kontrol kekuasaan
kehakiman terhadap peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Dalam
judicial review, keputusan peradilan digunakan untuk memeriksa dan membatasi
tindakan pemerintah yang dianggap melanggar konstitusi atau hak-hak warga negara.
Dalam praktiknya, judicial review digunakan untuk memastikan bahwa pemerintah
tidak melanggar hak-hak asasi manusia, hak-hak minoritas, dan kebebasan sipil.

Teori tentang kekuasaan kehakiman dan judicial review penting untuk memastikan
bahwa kekuasaan pemerintah dalam sistem ketatanegaraan tidak melampaui batas-
batas konstitusional dan hak-hak warga negara terlindungi dengan baik. Melalui teori
ini, kekuasaan kehakiman dapat menjaga keseimbangan kekuasaan dalam sistem
ketatanegaraan dan memastikan bahwa kebijakan pemerintah diambil dengan
memperhatikan aspek-aspek hukum dan keadilan.

2. Teori tentang pemisahan kekuasaan: Teori ini membahas tentang pentingnya


pemisahan kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif dalam menjaga kebebasan
individu dan mencegah penyalahgunaan kekuasaan.

Teori pemisahan kekuasaan, atau disebut juga dengan Montesquieu's theory of


separation of powers, mengemukakan bahwa dalam sebuah negara, kekuasaan
harus dipisahkan menjadi tiga cabang, yaitu kekuasaan eksekutif, legislatif, dan
yudikatif. Tujuan dari pemisahan kekuasaan ini adalah untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan dan menjaga keseimbangan kekuasaan agar tidak
terpusat pada satu pihak.

Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab untuk menjalankan kebijakan dan program-


program pemerintah, sedangkan kekuasaan legislatif bertanggung jawab untuk
membuat undang-undang. Kekuasaan yudikatif, di sisi lain, bertanggung jawab untuk
menegakkan hukum dan memutuskan sengketa antara pihak-pihak yang berselisih.

Pemisahan kekuasaan ini bertujuan untuk menjaga kebebasan individu dan


mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan. Jika kekuasaan terpusat pada satu
pihak atau kelompok, maka kemungkinan besar akan terjadi penyalahgunaan
kekuasaan, korupsi, dan pelanggaran hak asasi manusia.

Teori pemisahan kekuasaan menjadi dasar bagi sistem pemerintahan di banyak


negara, termasuk negara demokrasi seperti Amerika Serikat. Negara-negara yang
menganut sistem ini biasanya memiliki konstitusi atau undang-undang dasar yang
mengatur pembagian kekuasaan antara ketiga cabang tersebut.

Dalam konteks judicial review, teori pemisahan kekuasaan menunjukkan pentingnya


menjaga kemandirian dan independensi kekuasaan yudikatif. Hal ini penting agar
kekuasaan yudikatif dapat menjalankan tugasnya secara adil dan tidak terpengaruh
oleh kekuasaan eksekutif atau legislatif. Melalui judicial review, kekuasaan yudikatif
dapat membatasi kebijakan pemerintah dan memastikan bahwa peraturan-peraturan
yang dikeluarkan sesuai dengan konstitusi dan tidak merugikan hak-hak individu.
4
TUGAS 2 HKUM4306 : METODOLOGI PENELITIAN HUKUM
NAMA : Rahmayanadiah R
NIM : 043412226

3. Teori tentang konstitusionalisme: Teori ini membahas tentang pentingnya konstitusi


sebagai landasan hukum bagi negara dan pentingnya menjaga supremasi konstitusi
dalam menjaga kebebasan individu dan mencegah penyalahgunaan kekuasaan.

Teori konstitusionalisme merupakan sebuah teori yang menekankan pentingnya


konstitusi sebagai landasan hukum bagi negara dan masyarakat dalam menjaga
kebebasan individu serta mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan oleh
pemerintah. Konstitusi dianggap sebagai dokumen fundamental yang menentukan
hak dan kewajiban masyarakat serta membatasi kekuasaan pemerintah.

Dalam teori konstitusionalisme, supremasi konstitusi menjadi hal yang sangat penting.
Supremasi konstitusi mengacu pada kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh konstitusi
dalam sebuah negara, di mana seluruh kebijakan dan tindakan pemerintah harus
sesuai dengan isi konstitusi. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya pelanggaran
hak asasi manusia dan penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintah.

Selain itu, teori konstitusionalisme juga menekankan pentingnya pembagian


kekuasaan dalam sistem pemerintahan. Pemisahan kekuasaan eksekutif, legislatif,
dan yudikatif dianggap sebagai cara yang efektif dalam menjaga kebebasan individu
dan mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintah. Setiap
lembaga pemerintahan harus saling mengontrol dan seimbang dalam menjalankan
tugas dan fungsinya.

Dalam praktiknya, teori konstitusionalisme dapat diterapkan dalam banyak hal, seperti
penyusunan konstitusi yang demokratis, penerapan hukum yang adil dan merata,
pengakuan hak asasi manusia, dan pemisahan kekuasaan yang efektif. Hal ini akan
membantu menciptakan negara yang berdasarkan hukum, demokratis, dan
menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Referensi :
https://pustaka.ut.ac.id/reader/index.php?subfolder=HKUM4306/&doc=M5.pdf

https://bisariyadi.files.wordpress.com/2017/11/persoalan-judicial-review-dalam-dua-
atap-bisariyadi.pdf

http://repository.lppm.unila.ac.id/17305/1/%282013%29%20Konstitusionalisme%20Indo
nesia%20Buku%20I%20Dasar%20dan%20Teori.pdf

Anda mungkin juga menyukai