Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.1 (2021.2)

Nama Mahasiswa : BENNI OLOAN SIAHAAN

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 031171815

Tanggal Lahir : 05/08/1998

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4303/Hukum Perusahaan

Kode/Nama Program Studi : 311/ILMU HUKUM

Kode/Nama UPBJJ : 47/PONTIANAK

Hari/Tanggal UAS THE : RABU/22 DESEMBER 2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN
UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa

Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : BENNI OLOAN SIAHAAN


NIM : 031171815
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4303/Hukum Perusahaan
Fakultas : FHISIP
Program Studi : ILMU HUKUM
UPBJJ-UT : PONTIANAK

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi
THE pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam
pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya
sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman
sesuai dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik
dengan tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS
THE melalui media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan
dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Sanggau, 22 Desember 2021

Yang Membuat Pernyataan

BENNI OLOAN SIAHAAN


1. A. Terhadap BUMN Persero berlaku segala ketentuan dan prinsip bagi Perseroan
Terbatas (“PT”) dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (“UU PT”). Sama dengan BUMN Perum, dalam hal kepailitan terjadi
karena kesalahan atau kelalaian direksi dan harta pailit tidak cukup untuk membayar
seluruh kewajiban PT, setiap anggota direksi secara tanggung renteng bertanggung
jawab atas seluruh kewajiban yang tidak terlunasi dari harta pailit tersebut. Anggota
direksi tidak bertanggung jawab atas kepailitan PT apabila dapat membuktikan:
-kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;
-telah melakukan pengurusan dengan iktikad baik, kehati-hatian, dan penuh tanggung
jawab untuk kepentingan PT dan sesuai dengan maksud dan tujuan PT;
-tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas
tindakan pengurusan yang dilakukan; dan
-telah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan.

Selanjutnya apabila kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian dewan


komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap pengurusan yang dilaksanakan oleh
direksi dan kekayaan PT tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban PT akibat
kepailitan tersebut, setiap anggota dewan komisaris secara tanggung renteng ikut
bertanggung jawab dengan anggota direksi atas kewajiban yang belum dilunasi. Tapi,
anggota dewan komisaris tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas kepailitan PT
apabila dapat membuktikan:
-kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;
-telah melakukan tugas pengawasan dengan iktikad baik dan kehati-hatian untuk
kepentingan PT dan sesuai dengan maksud dan tujuan PT;
-tidak mempunyai kepentingan pribadi, baik langsung maupun tidak langsung atas
tindakan pengurusan oleh direksi yang mengakibatkan kepailitan; dan telah
memberikan nasihat kepada direksi untuk mencegah terjadinya kepailitan.

Karena dalam BUMN Persero terdapat kepemilikan saham oleh negara, perlu
diketahui, pemegang saham PT tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan
yang dibuat atas nama PT dan tidak bertanggung jawab atas kerugian PT melebihi
saham yang dimiliki. Namun, ketentuan ini tidak berlaku jika:
-persyaratan PT sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi;
-pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan
iktikad buruk memanfaatkan PT untuk kepentingan pribadi;
-pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh PT; atau
-pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung secara
melawan hukum menggunakan kekayaan PT, yang mengakibatkan kekayaan PT
menjadi tidak cukup untuk melunasi utang PT.
B. Ya, Karena dalam BUMN Persero terdapat kepemilikan saham oleh negara, perlu
diketahui, pemegang saham PT tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan
yang dibuat atas nama PT dan tidak bertanggung jawab atas kerugian PT melebihi
saham yang dimiliki.

2. A. Doktrin pengurusan yang beritikad baik (business judgement rule) adalah doktrin
yang memberikan perlindungan kepada direksi yang beritikad bai katas kerugian
perseroan, sepanjang direksi bertindak dengan itikad baik dan tindakan tersebut
semata-mata untuk kepentingan perseroan tetapi ternyata perseroan tetap menderita
kerugian, tidak serta merta kerugian tersebut menjadi beban tanggung jawab pribadi
direksi. Karena direksi tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban aras kerugian
perseroan jika direksi dalam melakukan tindakan telah memenuhi segala kewajiban
dan prinsip-prinsip GCG. Apabila semua kewajiban dan prinsip-prinsip GCG telah
dipenuhi, maka direksi dikategorikan beritikad baik, dan tidak bisa dinyatakan
bersalah. Dalam konteks ini, maka kerugian yang terjadi adalah kerugian bisnis yang
normal atau wajar dan dikarenakan perseroanlah yang bertanggung jawab. Tidak ada
orang yang bisa dihukum jika tidak ada kesalahan pada dirinya. Tanggung jawab
direksi telag diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan
terbatas yaitu direksi bertanggungjawab atas pengurusan perseroan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 92 ayat (1). Pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
wajib dilaksanakan setiap anggota direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung
jawab. Setiap anggota direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian
perseroan, tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku secara
tanggung renteng bagi setiap anggota direksi. Di Indonesia doktrin ini dapat di lihar
pada pasal 97 ayat (5) UUPT.
B. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, maka
mulailah hukum Indonesia mengakui doktrin piercing the corporate veilini sampai
batas-batas tertentu, yang diarahkan kepada pihak pemegang saham, direksi, bahkan
dalam hal yang sangat khusus juga terhadap dewan komisaris dari suatu perseroan
terbatas. Dalam menyelenggarakan tugas perseroan dan tindakan hukum, direksi
harus pula berpedoman pada ketentuan undang-undang dan prinsip hukum yang ada.
Artinya, apabila menyalahi wewenang dari yang ditentukan, maka secara internal dan
ekstemal, direksi harus dapat mempertanggungjawabkannya. Direksi bertanggung
jawab atas pengurusan Perseroan dengan itikad baik. Tanggung jawab direksi melekat
penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan, apabila anggota direksi yang
bersangkutan bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya. Agar terhindar dari
masalah dokumen keuangan Perseroan dan dokumen Perseroan lainnya disimpan di
tempat kedudukan Perseroan. Atas permohonan tertulis dari pemegang saham, direksi
dapat memberi izin kepada pemegang saham untuk memeriksa daftar pemegang
saham, daftar khusus, risalah RUPS serta mendapat salinan risalah RUPS dan salinan
laporan tahunan. Anggota direksi juga wajib melaporkan kepada PT mengenai saham
yang dimiliki anggota direksi dan/atau keluarganya dalam Perseroan dan Perseroan
lain untuk dicatat dalam daftar khusus. Anggota direksi yang tidak melaksanakan
kewajiban ini dan menimbulkan kerugian bagi Perseroan, bertanggung jawab secara
pribadi atas kerugian Perseroan tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 101 UUPT.

3. A. konsekuensi pelaku usaha terlambat menyampaikan Notifikasi Merger dan


Akuisisi ke KPPU yakni Pelaku usaha yang terlambat menyampaikan Notifikasi
Merger dan Akuisisi ke KPPU (dalam waktu 30 hari sejak Merger dan Akusisi
berlaku efektif secara yuridis) akan dikenakan sanksi administratif sebesar Rp 1 miliar
untuk setiap hari keterlambatan, dengan ketentuan denda administratif secara
keseluruhan paling tinggi sebesar Rp 25 miliar.
B. Dalam hal pelaku usaha terlambat melakukan pemberitahuan mengenai transaksi
penggabungannya, Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 ini telah
mengatur mengenai besaran denda atas keterlambatan melakukan notifikasi. “Dalam
hal Pelaku Usaha tidak menyampaikan pemberitahuan tertulis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 Ayat (1) dan Ayat (3), Pelaku Usaha dikenakan sanksi berupa denda
administratif sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) untuk setiap hari
keterlambatan, dengan ketentuan denda administratif secara keseluruhan paling tinggi
sebesar Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah).”
4. A. Tidak, karena pada pengertiannya yayasan merupakan sebuah badan hukum yang
memiliki tujuan sosial, agama dan kemanusiaan, didirikan dengan memenuhi
persyaratan formal yang ditentukan oleh undang-undang. Undang-undang yayasan ini
termaktub dalam UU no 28 Tahun 2004 tentang perubahan atas undang-undang no 16
tahun 2001 tentang yayasan. Oleh karenanya, jika Anda ingin mendirikan yayasan
tentunya harus mengikuti prosedur sesuai undang-undang yayasan tersebut hingga
menjadi sebuah badan hukum. JIka Anda berniat akan mendirikan yayasan, tetapi
belum mengetahui tentang legalitas badan hukumnya serta tidak memiliki banyak
waktu, SmartLegal bisa membantu Anda untuk mengurus perizinan yayasan secara
legal. Namun sebelumnya yuk kita pelajari dulu prosedur, syarat serta biaya yang
dibutuhkan sebelum mendirikan yayasan. Jadi, apapun itu agamanya semua berhak
ambil andil dalam membangun sebuah yayasan.

B. Menurut Pasal 15 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan (UU


Yayasan), Yayasan tidak boleh memakai nama yang telah dipakai secara sah oleh
Yayasan lain atau Bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan.
Kemudian ketentuan tersebut dipertegas dalam Peraturan Pemerintah Nomor 63
Tahun 2008 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Tentang Yayasan (PP 63/2008).
Menurut Pasal 1 ayat (1) PP 63/2008, setiap yayasan harus mempunyai nama diri.
Kemudian dalam Pasal 1 ayat (2) PP 63/2008, Nama yayasan yang telah didaftar
dalam daftar yayasan tidak boleh dipakai oleh yayasan lain. Berdasarkan ketentuan
tersebut dalam memberikan nama yayasan harus nama yang berbeda dari nama
yayasan yang telah terdaftar. Jika pemakaian nama yayasan sama dengan nama
yayasan lain yang telah terdaftar lebih dahulu dalam daftar yayasan, maka pemakaian
nama yayasan akan ditolak (Pasal 4 PP 63/2008).

Anda mungkin juga menyukai