Anda di halaman 1dari 30

PSIKIATRI

FORENSIK
dr. Woro Pramesti, Sp.KJ

Psikiatrik forensik merupakan sub-spesialisasi ilmu


kedokteran yang menelaah mental manusia dan
berfungsi membantu hukum dan peradilan.

Dlm hubungannya dg seseorang yg diperiksa,


dokter menduduki posisi berikut ini :
1. Posisi Medis
Pemeriksaan hanya dilakukan oleh dokter dlm
upaya menentukan kondisi kesehatan pasien
untuk kemudian menentukan berbagai macam
terapi. Dokter akan menentukan alternatif2
tindakan yg akan dilaksanakan, sedangkan
pasien akan memilih atau menolak tindakan yg
ditawarkan oleh dokter. Hubungan dokterpasien terikat etika profesi.
2.

2. Posisi Legal.
Dokter mendapatkan posisi legal melalui surat
dari lembaga hukum (Pengadilan, Kejaksaan,
dan Polisi) yg meminta dokter untuk memeriksa
seseorang yg telah memiliki status hukum
tertentu. Pemeriksaan dilaksanakan oleh dokter
untuk dibuat menjadi suatu laporan yg akan
dipakai oleh lembaga hukum yg meminta dlm
proses hukum. Dlm kedudukan posisi legal ini
hubungan dokter dg orang yg diperiksa bersifat
netral, dan tetap mempunyai ikatan
kerahasiaan kecuali terhadap lembaga hukum
yg meminta.

Di dlm tata laksana persidangan dpt kita lihat


beberapa fungsi, yaitu :
1. Hakim, berfungsi sebagai wasit yg pd akhir
persidangan akan menentukan keputusan.
2. Jaksa, yaitu petugas negara yg mewakili
masyarakat umum yg dirugikan dlm suatu
perkara.
3. Penggugat, orang yg merasa dirugikan yg
mencoba menuntut haknya melalui pengadilan.
4. Tergugat atau terdakwa, orang yg dianggap
telah merugikan seseorang, sekelompok
orang, atau masyarakat secara keseluruhan.
5.

5. Saksi, orang yg melihat atau mendengar


sengketa hukum yg kemudian memberikan
keterangan berdasarkan apa yg pernah ia lihat
atau ia dengar, terutama mengemukakan
tentang fakta-fakta.
6. Saksi Ahli, seseorang yg sebenarnya tdk
terlibat di dalam suatu perkara, tetapi
mempunyai ilmu yg dapat dipakai untuk
menganalisis perkara dan mengemukakannya
kepada hakim sebagai bahan untuk
pengambilan keputusan.

Kesaksian ahli psikiatri akan dimintakan apabila pd


salah satu pihak yg berperkara diduga terdapat
ggn jiwa. Untuk hal tersebut diperlukan batasan
antara keadaan normal dan tidak normal di tinjau
dari aspek psikiatri.
Sebenarnya, untuk menentukan seseorang normal
atau tidak adalah suatu hal yg tidak mudah.
Normal atau tidaknya seseorang bukanlah sesuatu
yg merupakan gambaran untuk suatu saat dan
tempat tertentu, tetapi merupakan sesuatu yg
bersifat relatif.

Dalam ilmu psikiatri, seseorang dianggap normal


apabila ia masih menunjukkan kemampuan untuk
menyesuaikan diri dg lingkungannya, mampu
memenuhi tuntutan lingkungannya sesuai dengan
norma dan nilai lingkungan tersebut, serta
menunjukkan produktivitas yg wajar. Kriteria normal ini
masih harus dipertimbangkan dari aspek umur,
tempat, dan jangka waktu.

Visum Et Repertum Psychiatricum


Visum et Repertum adalah hasil pemeriksaan
medis yg dilakukan oleh seorang dokter atau
sebuah tim dokter dan ditujukan untuk
kepentingan pengadilan sebagai sarana
pembuktian.

Visum et Repertum untuk bidang psikiatri disebut


Visum et Repertum Psychiatricum. Umumnya V et R
Psychiatricum dibuat setelah seorang dokter
memeriksa obyek (pasien, terperiksa, orang, dan
barang bukti). Pemeriksaan ini dilakukan setelah
seseorang mengalami suatu peristiwa atau sengketa
hukum, jadi peristiwa post facto. Namun tidak jarang
hasil pemeriksaan dipakai untuk membuat
gambaran tentang kemungkinan hubungan antara
keadaan terperiksa dgperistiwa hukum atau
keadaan lalulintas hukum di masa mendatang. Jadi
ini merupakan prediksi suatu keadaan yang belum
terjadi (pre facto).

Terhadap suatau perkara, di dlm sidang


pengadilan penghimpunan alat bukti merupakan
bagian penting untuk memberikan keyakinan pada
hakim dlm pengambilan keputusan hukum. Alat
bukti yg sah, antara lain :
a. Pengakuan terdakwa
b. Keterangan saksi/saksi ahli
c. Alat bukti surat
d. Alat bukti petunjuk
e. Alat bukti terdakwa

Keterangan ahli ada dua jenis yaitu, lisan yang


disampaikan saksi ahli dlm kesaksiannya di dlm
sidang pengadilan dan keterangan tertulis yg di
dlm bidang kedokteran disebut Visum et Repertum.
Dg demikian, V et R berisi panduan antara fakta
dan pendapat dokter terhadap fakta tsb.
Visum et Repertum Psychiatricum diterbitkan
hanya atas suatu permintaan dan yg berhak
meminta adalah hakim, jaksa, polisi, dan yg
bersangkutan (pelaku, korban, atau walinya). V et
R dibuat oleh dokter yg mempunyai hak untuk
menerbitkan yaitu dokter yg mempunyai wewenang
atau ijin yg berpraktik di wilayah Indonesia.

Persyaratan untuk kelengkapan pembuatan V et R


Psychiatricum, selain surat permintaan pembuatan
surat visum adalah berita acara. Apabila
kelengkapan ini telah dipenuhi maka terdakwa
atau tergugat, setelah memenuhi persyaratan
perawatan di rumah sakit dpt dimasukkan ke dlm
ruang perawatan untuk di observasi. Dlm hal ini
status terdakwa, berubah menjadi terperiksa. Dlm
ruang observasi inilah terperiksa akan diperiksa
dan di observasi untuk jangka waktu tertentu.

Pedoman pembuatan visum dari Direktorat


Kesehatan Jiwa menyebutkan jangka waktu
observasi adalah 14 hari. Jangka waktu ini dengan
seijin peminta pembuatan V et R, dapat
diperpanjang 14 hari lagi. Setelah jangka waktu ini
V et R harus sudah diterbitkan, walaupun
barangkali belum dapat diambil suatu kesimpulan.
UU Kesehatan Jiwa tahun 1965 menyebutkan
jangka waktu observasi antara 3 minggu sampai 6
bulan, yg didasarkan pada kemungkinan
penyesuaian diri terperiksa pada lingkungan baru
yaitu ruang perawatan.

Bentuk baku Visum et Repertum Psychiatricum kurang lebih sbb


:
Visum et Repertum Psychiatricum Pro Justitia
I. Identitas Pemeriksa
II. Identitas Peminta
III. Identitas Terperiksa
IV. Laporan Hasil Pemeriksaan
1. Anamnesis
2. Status internistik
3. Status neurologik
4. Status psikitarik
5. Pemeriksaan tambahan
6. Diagnosis
v. Kesimpulan.

Bagian terpenting pad V et R Psychiatricum


adalah bagian kesimpulan. Kesimpulan
merupakan jawaban yg tercantum dlm surat
permintaan V et R Psychiatricum. Sering
pertanyaan dlm surat permintaan V et R Psy.
Tdk jelas dan tdk dpt dijadikan pedoman apa yg
harus diperiksa pd terdakwa atau tergugat.
Pertanyaan yg jelas dan terarah sangat
diharapkan oleh psikiater yg akan membuat visum
yaitu, Bagaimanakah kemampuan bertanggung
jawab terdakwa, atau dapatkah saksi diajukan dlm
sidang pengadilan, atau apakah orang yg
dimintakan untuk di periksa cakap atau kompeten
dlm lalu lintas hukum.

Beberapa pemeriksaan yang lazim dilaksanakan dalam


psikiatri forensik adalah sebagai berikut :
I. Pemeriksaan Kemampuan Bertanggung jawab.
Dlm menentukan kemampuan bertanggung jawab
seseorang, kita harus menentukan hal-hal berikut ini :
1. Diagnosis : adanya ggn jiwa pd saat pemeriksaan.
2. Diagnosis : dugaan adanya ggn jiwa pd saat
pelanggaran hukum.
3. Dugaan bahwa tindakan pelanggaran hukum
merupakan bagian atau gejala dari ggn jiwa.
4. Penentuan kemampuan tanggung jawab :
a. Tingkat kesadaran pd saat melakukan pelanggaran
hukum
b. Kemampuan memahami nilai perbuatannya.
c. Kemampuan memahami risiko perbuatannya, dan
d. Kemampuan memilih dan mengarahkan kemauannya

Komponen2 yg dpt dipakai untuk menentukan


kemampuan untuk bertanggung jawab adalah,
komponen kesadaran, komponen pemahaman
(tentang nilai perbuatan dan nilai risikonya), serta
komponen kemampuan untuk memilih dan
mengarahkan kemauannya. Melalui komponen2
tsb dpt dibuat tingkat2 kemampuan bertanggung
jawab, antara lain :
1. Yang tidak mampu bertanggung jawab :
a. Yg tdk menyadari, tdk memahami, dan tdk dpt
memilih dan mengarahkan kemauannya. Misalnya,
pelaku yg menderita epilepsi lobus temporalis.
b.

b. Yg menyadari, tp tdk memahami dan tdk mampu


memilih dan mengarahkan kemauannya, seperti pd
kasus yg pelakunya adalah penderita psikosis.

2. Yg bertanggung jawab sebagian :


a. Yg menyadari, memahami tetapi tdk mampu
memilih dan mengarahkan kemauannya, seperti pada
penderita kompulsi.
b. Yang menyadari, memahami dan sebenarnya
mampu memilih dan mengarahkan kemauannya tetapi
tidak mendapat kesempatan untuk berbuat
seperti
itu karena adanya dorongan impuls yg
kuat, seperti
yang terjadi pada tindakan impulsif atau mata gelap.

3.

3. Yang mampu bertanggung jawab penuh


a. Yg melakukan suatu pelanggaran hukum
tanpa merencanakan lebih dulu.
b. Yg melakukan pelanggaran hukum dg suatu
perencanaan terlebih dahulu

Pemeriksaan kemampuan bertanggung jawab ini


umumnya dilaksanakan untuk kasus sbb :
1. Kasus Pidana, dimana terperiksa merupakan
perilaku.
2. Kasus Perdata, misalnya untuk pembatalan
kontrak. Dalam hal ini salah satu penanda
tangan kontrak diduga menderita ggn jiwa.
Biasanya kasus ini didahului kasus pidana
penipuan.

II. Pemeriksaan Kompetensi (cakap) dalam lalu


lintas hukum.
Dasar pemeriksaan kompetensi pd hakikatnya
adalah penilaian tentang kemampuan
mengambil keputusan atau tindakan yg benar
dan baik. Dg demikian, pengambilan
keputusan didasarkan kpd kemampuan
menyusun suatu logika yg sistematik untuk
membuat suatu proses tindakan dan untuk
mencapai suatu target tertentu.

Dengan demikian, seperti pada pemeriksaan


kemampuan bertanggung jawab, pemeriksaan
kompetensi ditujukan pada pemeriksaanpemeriksaan berikut ini:
- Adanya diagnosis gangguan jiwa.
- Penentuan kompetensi yg terdiri dari kemampuan
memahami nilai perbuatannya, kemampuan
menilai risiko perbuatannya, serta kemampuan
memilih dan mengarahkan kemauannya.

Oleh karena lebih merupakan gambaran prognosis


maka pada ggn jiwa yg dpt sembuh (reversible),
penentuan kompetensi tdk begitu berarti. Sesudah
sembuh, terperiksa dpt kembali poten dalam lalu
lintas hukum. Pada gangguan jiwa yg tdk dapat
sembuh (irreversible) yg untuk seterusnya si
terperiksa dianggap tdk kompeten, maka biasanya
penentuan ini akan berlanjut pada kasus-kasus
pengampunan (curatelle) dan hibah atau
pewarisan, dan sebagainya.

III. Penentuan hubungan sebab-akibat (kausalitas)


antara suatu kondisi dgn timbulnya suatu
gangguan jiwa
Kasus2 yg memerlukan pemeriksaan untuk
menentukan hubungan kausalitas antara satu
kondisi dg suatu ggn jiwa, antara lain :
- Kasus yg terperiksa merupakan korban
- Kasus ganti rugi pd ggn jiwa atau cacat jiwa
akibat suatu kondisi kerja
Dasar penalarannya adalah anggapan
seseorang dapat menderita ggn jiwa setelah
mengalami stress yg berat. Situasi kerja yg
menimbulkan stress merupakan penyebab
timbulnya ggn jiwa.

Pada kasus2 seperti tersebut diatas yg harus


diupayakan adalah sbb :
1. Menentukan adanya ggn jiwa pada waktu
pemeriksaan.
2. Membuat dugaan ada tidaknya ggn jiwa
sebelum pelanggaran hukum atau sebelum
masuk ke dalam kondisi kerja yang stresfull.
3. Mencari hubungan kausalitas antara ggn jiwa
yg ditemukan pd saat pemeriksaan dg
pelanggaran hukum yg dialami terperiksa atau
kondisi kerja yg stresfull.

IV. Kompetensi untuk ditanya dan kelayakan untuk


diajukan di sidang pengadilan
Apabila seorang terperiksa akan diajukan ke
sidang pengadilan, terlebih dahulu harus
dipenuhi syarat2 sbb :
1. Apakah sidang dpt dilaksanakan ? Sidang dpt
dilaksanakan apabila terperiksa dpt menaati
peraturan ketertiban sidang. Sidang tdk mungkin
dilaksanakan apabila terperiksa gelisah tdk dpt duduk
tenang, harus dlm posisi berbaring, misalnya
karena cedera tulang punggung atau harus di infus,
atau terperiksa berbicara tdk terkendali.
2.

Apakah sidang tdk berbahaya bagi terperiksa


? Sidang tdk dpt dilaksanakan apabila suasana
sidang terlalu menekan sehingga terperiksa dpt
menjadi sakit atau bahkan meninggal.
Apakah sidang bermanfaat ? Sidang
merupakan arena tanya jawab sehingga diharapkan
terperiksa dpt mengerti apa yg ditanyakan padanya
dan dt mengemukakan pendapat yg dpt dipahami
oleh orang lain. Dg demikian, pemeriksaan mengenai
kemampuan seseorang untuk diajukan di sidang
pengadilan memerlukan pemeriksaan tentang
kemampuan terperiksa untuk menaati peraturan
sidang dan bahwa sidang tdk membahayakan bagi
terperiksa. Penentuan mengenai kecakapan untuk
bertanya jawab dpt dinilai dari kemampuan terperiksa
memahami kedudukan dirinya dan memahami situasi
lingkungannya.

V. Pemeriksaan-pemeriksaan lain
Beberapa pemeriksaan yg sering diperlukan
antara lain adalah hal-hal yg menyangkut
perceraian atau talak, adopsi dll. Model
pemeriksaan untuk hal-hal tsb masih perlu
dikembangkan lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai