Anda di halaman 1dari 4

PSIKIATRI FORENSIK

1.1 Pengertian
Psikiatri forensik adalah cabang kedokteran yang mencakup gangguan pikiran
serta hubungannya dengan prinsip hukum. Psikiatri forensik (forensic psychiatry),
adalah cabang ilmu kedokteran jiwa yang mempunyai fungsi forensik. Pemeriksaan
psikiatri forensik oleh psikiater, dilakukan mulai dari tingkat pemeriksaan penyidikan
oleh instansi kepolisian, kemudian dilanjutkan pada sidang pengadilan.

1.2 Dasar Hukum Pemeriksaan Psikiatri Forensik


Psikiatri forensik didasari oleh Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun
2011 Pasal 150 ayat (1) dan (2), yaitu :
(1) Pemeriksaan kesehatan jiwa untuk kepentingan penegakan hukum (visum
et repertum psychiatricum) hanya dapat dilakukan oleh dokter spesialis
kedokteran jiwa pada fasilitas pelayanan kesehatan.

(2) Penetapan status kecakapan hukum seseorang yang diduga mengalami


gangguan kesehatan jiwa dilakukan oleh tim dokter yang mempunyai keahlian
dan kompetensi sesuai dengan standar profesi.

1.3 Peran Dokter Dalam Psikiatri Forensik


Dalam psikiatri forensik, kedudukan dokter tidak sebagai terapis akan tetapi
sebagai perpanjangan tangan dari petugas hukum. Posisi yang diduduki bukanlah
posisi medis tetapi posisi legal dan tugasnya adalah memberi bantuan tambahan
fakta. Fakta sebagai bukti, dalam upaya memenuhi kebutuhan unsur untuk
pengambilan keputusan peradilan, berdasarkan pasal 44 KUHP, tambahan unsur
adanya gangguan jiwa dan unsur tidak mampu bertanggung jawab.
Kegiatan utama psikiatri forensik adalah membuat laporan Visum et
Repertum Psychiatrum yang berguna sebagai bukti tertulis untuk proses peradilan, di
mana seseorang diduga menderita melakukan kekerasan atau seseorang yang
menderita gangguan jiwa setelh mengalami penganiayaan fisik ataupun psikis.

1.4 Tatalaksana Pembuatan Visum et Repertum Psychiatricum


Visum et repertum psychiatricum dibuat atas dasar permintaan. Yang berhak
menjadi pemohon visum et repertum psychiatricum ialah :
1. Penyidik
2. Penuntut umum
3. Hakim pengadilan
4. Tersangka atau terdakwa, melalui pejabat sesuai dengan tingkat proses
pemeriksaan
5. Korban, melalui pejabat sesuai dengan tingkat proses pemeriksaan
6. Penasehat hukum, yang melalui pejabat sesuai dengan tingkat proses pemeriksaan

Surat permintaan visum et repertum psychiatricum ditujukkan kepada


Direktur atau Kepala Fasilitas Perawatan pasien gangguan jiwa atau lembaga khusus
pemeriksaan, disertai tembusan tidak dapat memberikan jawaban yang bersifat
menghakimi atau menjatuhkan putusan yang pasti.

1.5 Jangka Waktu Pemeriksaan


Dokter Ahli Kedokteran Jiwa yang melaksanakan pemeriksaan dan observasi
psikiatrik sudah harus menerbitkan Surat Keterangan Ahli Kedokteran Jiwa dalam
waktu selambat-lambatnya 14 hari terhitung mulai saat tersangka atau terdakwa
berada di tempat perawatan kecuali diperlukan waktu yang lebih panjang dengan
seizin instansi sesuai dengan tingkat proses pemeriksaan.
1.6 Bentuk-Bentuk Keterangan Ahli Kedokteran Jiwa
Ada 2 bentuk keterangan ahli kedokteran jiwa, yaitu :
A. Visum et repertum psychiatricum yang didahului sebutan Demi Keadilan yang
dibuat dalam bentuk menurut pedoman yang ditetapkan dan terikat dalam sumpah
jabatan
B. Keterangan ahli kedokteran jiwa lisan yang yang dinyatakan di sidang pengadilan
di bawah sumpah.

1.7 Perihal pemberian Obat Selama pemeriksaan Untuk penerbitan Surat


Keterangan ahli Kedokteran Jiwa
Dalam masa pemeriksaan untuk penerbitan Surat Keterangan Ahli kedokteran
Jiwa tersangka atau terdakwa atau korban dapat diberi pengobatan setelah diagnosis
ditegakkan. Hal ini mengingat bahwa hakim akan menjatuhkan vonis, hanya melihat
pada saat dilaksanakannya perbuatan tersebut, apakah perbuatan yang bersangkutan
dapat di pertanggungjawabkan atau tidak menurut hukum.
Daftar Pustaka

Sadock BJ, Sadock VA, 2010, Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis,
Edisi 2, Jakarta : EGC, 2010, Halaman 667.
DarmabrataW, Nurhidayat AW,2003, Psikiatri Forensik, Jakarta: EGC,
Halaman 33.
Ohoiwutun T, 2006, Ilmu Kedokteran forensik, Jakarta : Bina Aksara,
Halaman 19.

Anda mungkin juga menyukai