Anda di halaman 1dari 23

Dr.

Bela Huliselan, SpFK

FARMAKOKINETIK
FARMAKOKINETIK

NASIB OBAT DALAM TUBUH


 ABSORPSI
 DISTRIBUSI
 METABOLISME
 EKSKRESI
ABSORPSI

 Proses masuknya obat dari tempat


pemberian ke dalam aliran darah
 Tempat pemberian obat:
- Saluran cerna
- Kulit
- Paru
- Otot
- Dll
 Sebagaian besar absorpsi terjadi secara difusi
pasif
 Barier absorpsi: membran sel epitel sal cerna
(merupakan lipid bilayer)

Agar dapat melintasi membran sel, molekul obat
harus larut dalam lemak
 Kecepatan difusi berbanding lurus dengan
derajat kelarutan lemak
 Kebanyakan obat adalah elektrolit lemah:
- Asam lemah
- Basa lemah
dalam air
Elektrolit lemah Bentuk ion
terionisasi

 Bentuk ion tidak mempunyai kelarutan dalam


lemak
 Bentuk nonion mempunyai kelarutan dalam
lemak→ dapat berdifusi dan diabsorpsi
 Asam lemah pada pH tinggi (suasana basa) akan
meningkatkan ionisasinya dan mengurangi
bentuk nonionnya
DISTRIBUSI

 Dalam darah obat diikat oleh protein plasma


dengan berbagai ikatan lemah (ikatan
hidrofobik, van der waals, hidrogen dan ionik)
 Beberapa macam protein plasma:
- Albumin (obat asam)
- α glikoprotein (obat basa)
- CBG (corticosteroid binding globulin)
- SSBG (Sex steroid binding globulin)
ALBUMIN
 Mempunyai 2 tempat ikatan:
- Site I : warfarin site
mengikat warfarin, fenilbutazon,
fenitoin dan asam valproat,
tolbutamid, sulfonamid dan bilirubin
- Site II: diazepam site
mengikat diazepam dan benzodiazepin
lain, sebagian besar AINS, penisilin dan
derivatnya
 A 90% ____10%
 B 80% _____20%
 40%

 D 30%-----------70%
 100%
Obat dalam darah
→ terikat protein plasma
→ dalam bentuk bebas→ ke jaringan
- tempat kerja obat
- depo obat
- tempat metabolisme
- tempat ekskresi
Obat bebas ke jaringan→obat terikat protein
menjadi bebas→distribusi berjalan terus sampai
obat habis
 Obat-obat asam → terikat pada albumin
 Obat-obat basa → terikat pada α glikoprotein

Obat yang pada dosis terapi menyebabkan


jenuhnya ikatan dengan protein plasma→akan
menggeser obat lain yang terikat pada tempat
ikatan yang sama→obat yang bebas →
menimbulkan efek farmakologi atau dieliminasi
dari tubuh
Interaksi pergeseran protein bermakna secara
klinik bila:
 Ikatan proteinnya tinggi (≥ 85%)
 Volume distribusi kecil (≤ 0,15 L/kg)
 Batas keamanan kecil

Obat yang dapat menjenuhkan ikatannya pada


dosis terapi:
Site I : fenilbutason, as. Valproat, sulfonamid
Site II: Ibuprofen, ketoprofen
Site I dan II: as. Salisilat dan naproksen
Fenilbutason + warfarin →warfarin bebas dalam
darah meningkat
tolbutamid → tolbutamid bebas
dalam darah
meningkat
METABOLISME

Metabolisme
 Hati ( organ utama)
 Ekstra hepatik (dinding usus, ginjal, paru,
darah, dan kulit)

Tujuan metabolisme:
Mengubah obat nonpolar (larut lemak) menjadi
obat polar (larut air), obat aktif menjadi tidak
aktif, obat tidak aktif menjadi obat aktif
Metabolisme terpenting : oksidasi oleh ensim
Cytochrom P 450 (cyp)

Farmakokinetik nonlinear:
Enzim metabolisme alami kejenuhan pada
dosis terapi → peningkatan dosis obat →
lonjakan kadar obat dalam darah
Contoh:
Fenitoin untuk epilepsi
Aspirin untuk antiinflamasi
Polimorfisme genetik
CYP → ekstensive metabolizer
poor metabolizer
NAT → rapid acetylator
slow acetylator

Pada penyakit hati: sirosis hati, perlemakan hati


dan kanker hati → metabolisme obat berkurang
→ untuk obat-obat yang mengalami
metabolisme lintas pertama bioavailabilitas
meningkat 2 - 4x
 Asetilator Lambat:
- Antihipertensi hidralasin (NAT2)
Dosis efektif antihipertensi diturunkan
- Sulfasalazin untuk colitis ulserativa dosis
diturunkan
- INH untuk TBC
Pathway enzym obat
Asetilasi NAT2 Sulfonamid
Hidralazine
Dapson
Procainamid

Oksidasi CYP2D6 Antidepresan


Antipsikotik
B- Bloker
Antiaritmia

CYP2C19 Omeprazol
Imipramin
Clomipramin
EKSKRESI

 Filtrasi glomerulus
 Sekresi aktif
 Reabsopsi aktif

Flitrasi glomerulus hanya untuk obat yang


bebas dalam darah
 Sekresi aktif
- Melalui transporter membran di membran
sel epitel:
a. P-glikoprotein
b. Multidrug resistance protein

Ampisilin dan probenesid berkompetisi untuk


transporter membran yang sama, MRP
 Reabsorpsi pasif
Ekskresi obat pada keracunan
- Reabsorpsi pasif untuk bentuk nonion yang
larut lemak
- Obat asam yang relatif kuat (pKa ≤ 2), dan
basa relatif kuat (pKa ≥ 12) terionisasi
sempurna pada pH urin 4,5-7,5
 Hanya obat asam dengan pKa antara 3-7,5
dan obat basa dengan pKa antara 6-12 yang
dapat dipengaruhi pH urin
 Keracunan amfetamin pKa 8 diberikan NH4Cl
untuk mengasamkan urin agar ionisasi
meningkat sehingga bentuk nonion yang
akan diresorpsi berkurang dan bentuk ion
yang diekskresi meningkat

Anda mungkin juga menyukai