Oleh :
MUHAMMIDA FAHRIANA SYAHHAQ
201410330311024
Kelompok 1
ETLS 27.1
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2018
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ansietas sering dikenal dengan istilah perasaan cemas,perasaan bingung, was-was,
bimbang dan sebagainya, dimana istilah terserbut lebih merujuk pada kondisi normal.
Sedangkan gangguan ansietas merujuk pada kondisi patologik. Asietas sendiri dapat sebagai
gejalas saja yang terdapat juga sebagai kondisi yang normal. Ansietas normal adalah sesuatu
hal yang sehat karena merupakan tanda bahaya tentang kejadian jiwa dan tubuh manusia
supaya dapat mempertahankan diri dan ansietas juga dapat bersifat konstruktif, misalnya
seorang pelajar yang akan menghadapi ujian merasa cemas, maka dia akan belajar secara giat
supaya kecemasannya dapat berkurang.1
Sensasi cemas sering dialami oleh hamper semua manusia. Perasaan tersebut ditandai
oleh rasa ketakutan yang difus, tidak menyengkan, seringkali disertai oleh gejala tertentu yang
ditemui selama kecemasan cenderung bervariasi, pada setiap orang tidak sama.2
Gangguan kecemasan merupakan salah satu penyakit yang paling sering di dalam ilmu
kejiwaan. Banyak pasien dengan gangguan kecemasan ini mengalami gejala fisik dan
biasanya mereka akan segera mencari dokter untuk mendapatkan pertolongan. Disamping itu,
banyaknya prevalensi kejadian gangguan kecemasan ini, banyak yang tidak mengetahui
bahwa mereka mempunyai gangguan kecemasan.2
Ansietas dapat bersifat akut atau kronik. Pada ansietas akut, serangan dating mendadak
dan cepat menghilang. Ansietas kronik biasanya berlalu untuk jangka waktu lama walaupun
tidak seintensif ansietas akut, pengalaman penderitaan dari gejala cemas ini oleh pasien
biasanya dirasakan cukup gawat untuk mempengaruhi prestasi kerjanya. Bila dilihat dari segi
jumlah, maka orang yang menderita ansietas kronik jauh lebih banyak dari ansietas akut.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Kecemasan adalah suatu penyerta yang normal dari pertumbuhan, dari perubahan, dari
pengalaman sesuatu yang baru dan belum dicoba, dan dari penemuan identitas sendiri dan arti
hidup. Sedangkan kecemasan patologis adalah respon yang tidak sesuai terhadap stiumulus
yang diberikan berdasarkan pada intensitas atau durasinya.3
2.2 EPIDEMIOLOGI
Jenis Kelamin wanita 2-3 kali lebih sering terkena dari pada laki-laki, walaupun
kurangnya diagnosis gangguan panik pada laki-laki mungkin berperan dalam distribusi yang
tidak sama tersebut. Perbedaan antara kelompok Hispanik, kulit putih non-Hispanik, dan kulit
hitam adalah sangat kecil. Faktor sosial satu-satunya yang dikenali berperan dalam
perkembangan gangguan panik adalah riwayat perceraian atau perpisahan yang belum lama.
Gangguan paling sering berkembang pada dewasa muda - usia rata-rata timbulnya adalah kira-
kira 25 tahun, tetapi baik gangguan panik maupun agorafobia dapat berkembang pada setiap
usia. Sebagai contohnya. gangguan panik telah dilaporkan terjadi pada anak-anak dan remaja.
dan kemungkinan kurang diagnosis pada mereka.4
2.3 KLASIFIKASI
2.3.1 Gangguan Panik
Serangan panik adalah periode kecemasan atau ketakutan yang kuat dan relative singkat
dan disertai gejala somatik. Suatu serangan panik secara tiba-tiba akan menyebabkan minimal
4 dari gejala-gejala somatik berikut:
1. Palpitasi
2. Berkeringat
3. Gemetar
4. Sesak napas
5. Perasaan tercekik
6. Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman
7. Mual dan gangguan perut
8. Pusing, bergoyang. melayang. atau pingsan
9. Derealisasi atau depersonalisasi
10. Ketakutan kehilangan kendali atau menjadi gila
11. Rasa takut mati
12. Parastesi atau mati rasa
13. Menggigil atau perasaan panas. Serangan panik pertama seringkali sama sekali spontan,
walaupun serangan panik kadang-kadang terjadi setelah luapan kegembiraan, kelelahan
fisik, aktivitas seksual, atau trauma emosional sedang. DSM-V menekankan bahwa
sekurangnya serangan pertama harus tidak diperkirakan (tidak memiliki tanda) untuk
memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan panik.4
Menurut PPDGJ-III gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak
ditemukan adanya gangguan anxietas fobik. Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya
beberapa kali serangan anxietas berat dalam masa kira-kira satu bulan :
1. Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya.
2. Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya
(unpredictable situation)
3. Dengan keadaan yang relatif dari gejala-gejala anxietas pada periode diantara serangan-
serangan panik (meskipun demikian umumnya dapat terjadi juga “ansietas
antipsikotik” yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang
mengkhawatirkan akan terjadi.
2.3.2 Gangguan Ansietas Fobik
A. Agorafobia
Agorafobia adalah rasa takut sendirian di tempat umum (seperti supermarket),
terutama tempat yang sulit untuk keluar dengan cepat saat terjadi serangan panik.2
Tabel 2.1 Kriteria Diagnostik untuk Agorafobia
Semua kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti:
a. Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari ansietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya
waham atau pikiran obsesif.
b. Ansietas yang timbul harus terbatas pada setidaknya dua dari situasi berikut: banyak
orang/keramaian, tempat umum, bepergian keluar rumah dan bepergian sendiri.
c. Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol.
Selain itu, DSM-V juga menetapkan kriteria diagnostik untuk agorafobia, yaitu:
Tabel 3 Kriteria untuk Agorafobia2
Catatan: Agorafobia bukan merupakan gangguan yang dapt dituliskan. Tuliskan
diagnosis spesifik di mana agorafobia panik terjadi (misalnya gangguan panik dengan
agorafobia atau agorafobia tanpa riwayat gangguan panik).
a. Kecemasan berada di dalam suatu tempat atau situasi dari mana kemungkinan sulit
meloloskan diri (atau merasa malu) atau di mana mungkin tidak terdapat pertolongan
jika mendapatkan serangan panik atau gejala mirip panik yang diharapkan atau
disebabkan oleh situasi. Rasa takut agorafobik biasanya mengenai kumpulan situasi
karakteristik seperti di luar rumah sendirian, berada di tempat ramai atau berdiri di
sebuah barisan, berada di atas jembatan, atau bepergian dengan bus, kreta atau mobil.
Catatan: Pertimbangkan diagnosis fobia spesifik jika penghindaran adalah terbatas pada
satu atau hanya beberapa situasi spesifik, atau fobia sosial jika penghindaran terbatas
pada situasi sosial.
b. Situasi dihindari (misalnya jarang bepergian) atau jika dilakukan dengan penderitaan
yang jelas atau dengan kecemasan akan mendapatkan serangan panik atau gejala
mirip panik, atau perlu didampingi teman.
c. Kecemasan atau penghindaran fobik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan
mental lain, seperti fobia sosial (misalnya penghindaran terbatas pada situasi sosial
karena rasa takut malu), gangguan obsesif kompulsif (misalnya menghindari kotoran
pada seseorang dengan obsesi tentang kontaminasi), gangguan stres pasca traumatik
(misalya menghindari stimuli yang berhubungan dengan stresor yang berat), atau
gangguan cemas perpisahan (misalnya menghindari meninggalkan rumah atau sanak
saudara).
B. Fobia Sosial
Fobia sosial kebanyakan dimulai sejak usia remaja, dimana menjurus pada perhindaran
terhadap situasi sosial yang related kecil. Kejadian terjadinya pada lelaki maupun perempuan
sama. Biasanya disertai dengan harga diri yang rendah dan takut kritik, dan dapat tercetus
sebagai malu, tangan gemetar, mual, ingin buang air kecil dan gejala yang demikian dapat
berkembang menjadi serangan panik.2
Semua kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk mendiagnosis fobia sosial :
a. Gejala-gejala psikologis, perilaku / otonomik harus merupakan manifestasi primer dari
ansietas dan bukan sekunder dari gejala lain seperti waham / pikiran obsesif
b. Ansietas harus hanya terbatas / menonjol pada situasi sosial tertentu saja
c. Penghindaran dari situasi fobik harus merupakan gambaran yang menonjol
C. Fobia Spesifik
Fobia spesifik adalah ketakutan yang jelas dan menetap yang berlebihan atau tanpa
alasan, ditunjukkan dengan keberadaan atau antisipasi suatu objek yang spesifik atau situasi
tertentu, seperti naik pesawat terbang, ketinggian, hewan, melihat darah.2
Semua kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk mendiagnosis fobia spesifik :
d. Gejala-gejala psikologis, perilaku / otonomik harus merupakan manifestasi primer dari
ansietas dan bukan sekunder dari gejala lain seperti waham / pikiran obsesif
e. Ansietas harus hanya terbatas / menonjol pada situasi sosial tertentu saja
f. Penghindaran dari situasi fobik harus sedapat mungkin dihindarinya,
3.1 Kesimpulan
Gangguan cemas dibagi menjadi beberapa golongan. Gangguan panik merupakan
gangguan yang lebih sering dijumpai dan merupakan gangguan yang ditandai dengan
serangan panik yang spontan dan tidak diperkirakan, atau periode kecemasan atau ketakutan
yang kuat dan relatif singkat (biasanya kurang dari satu tahun) yang disertai dengan gejala
somatik. Setiap gangguan memiliki etiopatogenesis yang berbeda seperti faktor genetik, faktor
biologis, dan faktor psikososial. Penatalaksanaannya berupa suatu kombinasi terapi
farmakologis dan terapi kognitif perilaku, terapi psikososial, dan konseling. Beberapa
golongan obat yang efektif untuk gangguan cemas adalah obat-obat golongan SSRI dan
benzodiazepine.
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI, 2008, Gangguan Anxietas, Direktorat Kesehatan Jiwa
Masyarakat, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
2. Elvira, Sylvia D, Hadisukanto, Gitayanti, 2010, Buku Ajar Psikiatri, Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, pp: 242-249.
3. Kaplan H, Saddock B, 2005, Sinopsis Psikiatri, Ed.8, Jakarta: Bina Rupa Aksara,
pp:1-8.
4. Anxiety Disorder. Diunduh dari : http://www.webmd.com/anxiety-
panic/guide/mental-health-anxiety-disorders?page=2 tanggal 1 September 2018.
5. Maramis W, 2005, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Surabaya: Airlangga University
Press, pp:38, 107, 252-254.