ETLS 26 1.2
STASE BEDAH
1.1 BPH (Benign Prostate Hyperplasia)
A. Faktor Risiko
- Usia - Etnik
- Kebiasaan merokok - Sejarah keluarga
- Ras - Penyakit kronis (HT, DM)
B. Manifestasi Klinis
Sesuai dengan Gejala LUTS
OBSTRUKSI IRITASI
Hesitansi Mengejan saat akan miksi Frekuensi Sering miksi
Pancaran miksi lemah Nokturia Sering kencing di malam
hari
Intermittensi Pancaran urin berhenti Urgensi Nyeri suprapubic diikuti
berulang-ulang rasa ingin miksi
Miksi tidak puas Disuria Nyeri saat miksi
Urin menetes setelah miksi
C. Diagnosis
1) Pemeriksaan yang harus dilakukan
a) Anamnesis Mengarah pada gejala LUTS
b) Pemeriksaan fisik:
Lihat kondisi umum
Cek kesadaran GCS
TTV Tensi, suhu, nadi, RR
Kepala/leher: dbN
Thoraks: dbN
Ekstremitas: dbN
Abdomen: Nyeri tekan suprapubic (+), distensi VU (+)
Genetalia: Refleks bulbo cavernosus
RT (Rectal Toucher):
o Tonus sfingter ani: baik
o Mukosa rectum dan ampula rectum: dbN
o Nyeri tekan (+)
o Prostat teraba besar, permukaan licin, konsistensi padat lunak, antar lobus
simetris
2) Pemeriksaan yang dianjurkan
PSA (Prostate Specific Antigen) Usia < 70 tahun
Tes faal ginjal
IPSS Score
Intepretasi IPSS Score:
Ringan :0–7
Sedang : 8 – 19
Berat : 20 - 35
Catatan harian miksi
3) Pemeriksaan tambahan
USG Transabdominal (TAUS) / transrektal (TRUS)
Uriflowmetri
Volume residual urin
Urodinamika
Urethrosistoskopi
D. Diagnosis Banding
CA Prostat
3) Terapi Medikamentosa
Indikasi: IPSS > 7
a) α-adrenergik blocker
Mekanisme kerja: merelaksasi komponen otot polos bladder neck, prostat, uretra
Obat: tamsulosin 0,2 mg dosis tunggal atau alfuzozin 1 mg dosis tunggal
b) 5 α reductase inhibitor
Mekanisme kerja: menghambat perubahan testosterone menjadi DHT
Obat: Finasteride
c) Fitoterapi
Mekanisme kerja: Menghambat βFGF
Obat: Pygeum africanum
4) Terapi Non Medikamentosa (Pembedahan)
a) Mengeluarkan jaringan prostat
o Prostatektomi terbuka
o TURP (transurethral resection of the prostate)
o TURis (transurethral resection in saline)
o TULP (transurethral laser induced of the prostate)
o Electrovaporation
b) Tidak mengeluarkan jaringan
TUIP (transurethral incision of the prostate)
TUMT (transurethral microwave thermotx)
TUNA (transurethral needle ablation)
HIFU (high intensity focused ultrasound)
ILC (interstitial laser coagulation)
F. Komplikasi
Buli-buli divertikel, batu, hematuria, infeksi
Ginjal hidronefrosis, pieonefritis, gagal ginjal
Luar UT Hernia, hemorrhoid
G. Prognosis
C. Diagnosis
1) Anamnesis
Keluhan utama Nyeri perut kanan bawah
Ligart sign nyeri epigastrium berpindah ke perut kanan bawah
2)
D. Diagnosis Banding
E. Terapi dan tatalaksana
F. Komplikasi
G. Prognosis
1.5 Fraktur
A. Definisi
B. Jenis Fraktur
C. Tindakan Pembidaian (Bandaging) dan Pembebatan (Splitting)
STASE ANESTESI
2.1 Primary and Secondary Survey
2.1.1 Primary Survey
Yang perlu dicek adalah : A B C D E
Airway Cek jalan nafas, apakah ada sumbatan atau tidak
Apabila ada sumbatan swab dengan menggunakan tangan (jangan lupa menggunakan
handscoon)
Breathing Bagaimana pernafasannya?
Oksigenasi
Circulation Apakah terdapat tanda syok? Cek nadi, akral, CRT (akral dingin-basah-pucat, nadi
cepat, CRT >2 detik = SYOK)
Apabila pasien mengalami syok :
Pasang infus, guyur 2 flesh
Shock posisition tungkai diangkat 30°
Disabillity Alert
Vokal/verbal
+ pupil diameter dan reflek cahaya
Pain
Unresponsive
Exposure Buka baju pasien untuk melihat apakah ada jejas di tempat lain, pertahankan suhu
tubuh pasien agar tidak mengalami hipotermia
3.2 GMP (Gangguan Mental akibat zat Psikoaktif) dgn DDx: Gangguan Psikotik Akut
Status Psikiatri GMP Gangguan Psikotik Akut
Kesan Umum Dandanan anak punk, tampak cemas, Tampilan tidak rapi, acak-acakan
ketakutan, dan gelisah
Kesadaran Berubah Berubah
Komunikasi Terputus-putus Buruk
Kemauan Menurun Menurun, tdk mau merawat diri
Afek / emosi Cemas, ketakutan (paranoid) ?
Pola pikir
Isi Waham paranoid Waham apa saja
Bentuk Non-realistis Non-realistis
Arus Terputus-putus Lambat
Persepsi Halusinasi auditorik Halusinasi auditorik >>>, halusinasi
visual
Psikomotor Meningkat ?
Insight Buruk Buruk
Intelegensi dbn dbn
Ciri Khas
Terapi Antipsikotik:
Typical Haldol 2 x 5 mg
Atypical Risperidone 2 x 2 mg
Antikolinergik
Trihexyphenidyl 2 x 2 mg (mencegah
EPS akibat Haldol)
Psikoterapi dan manipulasi ling.
3.3 Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Mania dgn DDx: Skizofrenia Hebefrenik
Status Psikiatri Gangguan Afektif Bipolar Episode Skizofrenia Hebefrenik
Kini Mania
Kesan Umum Dandanan rapi berlebihan, senang, Badan kotor, bau, komat-kamit,
bahagia, percaya diri senyum-senyum atau tertawa sendiri
Kesadaran Berubah Berubah
Komunikasi Sangat aktif Berbicara sendiri / bisa relevan /
irrelevan,
Kemauan Meningkat Menurun
Afek / emosi Euphoria Tampak Silly (bodoh)
Pola pikir
Isi Waham kebesaran Waham bizzar (aneh)
Bentuk Non-realistis / Realistis Non-realistis
Arus Logorrhea, flight of idea Blocking, clang association, asosiasi
longgar
Persepsi Halusinasi auditorik Halusinasi auditorik
Psikomotor Meningkat Meningkat/Menurun
Insight Buruk Buruk
Intelegensi dbn dbn
Terapi MRS MRS
Antipsikotik Antipsikotik
Typical Haldol 2 x 5 mg Typical Haldol 2 x 5 mg
Atypical Risperidone 2 x 2 mg Atypical Risperidone 2 x 2 mg
Antikolinergik Antikolinergik
Trihexyphenidyl 2 x 2 mg (mencegah Trihexyphenidyl 2 x 2 mg (mencegah
EPS akibat Haldol) EPS akibat Haldol)
Mood stabilizer Psikoterapi dan manipulasi ling.
Carmazepine 2-3 x 200 mg
Lithium carbonate 2-3 x 250 mg
Psikoterapi dan manipulasi ling.
3.4 Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Depresi dgn DDx: Gangguan Afektif Depresi
Status Psikiatri Gangguan Afektif Bipolar Kini Gangguan Afektif Depresi
Depresi
Kesan Umum Pasien tampak sedih, lesu, tidak
bersemangat
Kesadaran dbn
Komunikasi Lambat
Kemauan Menurun
Afek / emosi Sedih, murung
Pola pikir SDS (Sama Dengan
Isi Preokupasi rasa bersalah, tidak berguna Samping)
Bentuk Realistis
Arus Lambat
Persepsi Halusinasi olfaktori dan auditori
Psikomotor Menurun
Insight Baik
Intelegensi dbn
Ciri Khas Didahului oleh periode mania beberapa Tidak didahului oleh periode mania
bulan sebelumnya. sebelumnya.
Terapi Antipsikotik SSRI: Fluoxetine 1 x 20 mg
Typical Haldol 2 x 5 mg Trisiklik: Amitriptilin 2 x 25 mg
Atypical Risperidone 2 x 2 mg Psikoterapi dan manipulasi ling.
Antikolinergik
Trihexyphenidyl 2 x 2 mg (mencegah
EPS akibat Haldol)
Mood stabilizer
Carmazepine 2-3 x 200 mg
Lithium carbonate 2-3 x 250 mg
Psikoterapi dan manipulasi ling.
3.5 Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Depresi dgn DDx: Skizofrenia simpleks
Status Psikiatri Gangguan Afektif Bipolar Kini Skizofrenia Simplek
Depresi
Kesan Umum Pasien tampak sedih, lesu, tidak Dandan tak terlalu rapi, tampak tidak
bersemangat antusias dengan wawancara, menjawab
lambat dan akdang acuh
Kesadaran dbn Berubah
Komunikasi Lambat Lambat kadang blocking
Kemauan Menurun Menurun
Afek / emosi Sedih, murung (depresif) Dangkal / datar
Pola pikir
Isi Preokupasi rasa bersalah, tidak berguna Poverty of ideas
Bentuk Realistis Non-realistis
Arus Lambat Lambat, blocking
Persepsi Halusinasi olfaktori dan auditori Sulit dievaluasi
Psikomotor Menurun Menurun
Insight Baik Buruk
Intelegensi dbn dbn
Ciri Khas Didahului oleh periode mania beberapa -
bulan sebelumnya.
Terapi Antipsikotik Antipsikotik
Typical Haldol 2 x 5 mg Haloperidol 2 x 5 mg
Atypical Risperidone 2 x 2 mg Risperidone 2 x 2 mg
Antikolinergik Antikolinergik
Trihexyphenidyl 2 x 2 mg (mencegah Trihexyphenidyl 2 x 2 mg (mencegah
EPS akibat Haldol) EPS akibat Haldol)
Mood stabilizer Psikoterapi dan manipulasi ling.
Carmazepine 2-3 x 200 mg
Lithium carbonate 2-3 x 250 mg
Psikoterapi dan manipulasi ling.
central
Maligna
TENSION TIPE
Deskripsi MIGRAIN (4A) CLUSTER HEADACHE
HEADACHE (4A)
Anamnesis 5. Merasa tidak enak 1. Nyeri kepala sesisi 1. timbul terutama pada
kepala seperti diikat (berlangsung beberapa malam hari
6. Leher terasa kaku jam 2-72 jam) 2. nyeri sangat berat dan
7. Keluhan terus menerus 2. gangguan mata dapat timbul beberapa kali
dan derajatnya sama (berkunang-kunang) dalam semalam
tidak naik turun 3. gangguan gastrointestinal 3. nyeri separuh dari kepala
8. Tidak bertambah kalau (mual, muntah) terutama sekitar mata
pasien mengejan atau 4. nyeri kepala berdenyut (orbitofrontal)
menundukkan kepala 5. nyeri bertambah saat 4. disertai keluar banyak
aktivitas airmata, sindroma horner
(ptosis, enoftalmus,
anhidrosis, flushing dan
miosis)
Faktor 4. stress 8. Wanita > pria - pria usia dewasa > wanita
Resiko 5. kebiasaan makan yang 9. Muncul pada saat
tidak teratur menstruasi, perasaan
tegang, makan keju atau
coklat
Pemeriksaan - MENINGEAL SIGN - MENINGEAL SIGN - MENINGEAL SIGN
Fisik - MOTORIK - MOTORIK - MOTORIK
KU (KEKUATAN OTOT, (KEKUATAN OTOT, (KEKUATAN OTOT,
GCS TONUS) TONUS) TONUS)
TTV - N. CRANIALIS (n. V, - N. CRANIALIS (n. V, - N. CRANIALIS ( n. V,
Head to toe n. VII, n. XII) n. VII, n. XII) n. VII, n. XII)
- SENSORIK (RABA, - SENSORIK (RABA, - SENSORIK (RABA,
NYERI SUHU) NYERI SUHU) NYERI SUHU)
Klasifikasi migraine :
1. Tidak didapatkan 1. migraine tanpa aura
kelainan neurologis (common migraine)
2. TD meningkat ringan - rasa berdenyut (pulsatile
and throbbing)
- memberat pada satu mata /
telinga
- DD:
Pemeriksaan fisik
- KU
- GCS
- TTV
- Head to toe
- Motorik (Tonus, Kekuatan Otot, Reflek fisiologis, Reflek Patologi)
- Sensorik (Raba, nyeri, suhu)
- N. cranialis : n. III, n. VII, n. XII
- Meningeal sign
-
Pemerikaan penunjang
- Lumbal pungsi : didapatkan peningkatan protein tanpa disertai pleiositosis (Disosiasi
albumin) pada CSS
Diagnosis :
- Diagnosis Klinis :
- Diagnosis topis : radix & saraf tepi setinggi servical atau thoracal (Sesuain
kasus)
- Diagnosis etiologis : GBS
- DD : poliomyelitis
Penatalaksanaan :
- IVIG (immunoglobulin secara IV) 0,4 g/kg selama 5 hari
- Fisioterapi
Anamnesis :
- Nyeri spontan
- Nyeri bertambah hebat ketika berubah dari posisi berbaring ke duduk
- Bila berbaring nyeri berkurang atau hilang
- Nyeri mulai pantat, menjalar ke belakang lutut kemudian ke tungkai bawah
- Nyeri semakin hebat saat mengejan, batuk, mengangkat beban berat
- Nyeri tekan daerah L5-S1
Pemeriksaan fisik
- KU
- GCS
- TTV
- Head to toe
- Motorik (kekuatan otot, tonus, reflek fisiologis, reflek patologis)
- Tes provokasi
Persiapan
- Patrick sign
- Contra Patrick sign
Tes provokasi n. ischiadicus
- Lasseque sign
- Croosed lasseque
- Sicard sign
- Bragard sign
Pemeriksaan penunjang :
- X-fotolumbosacral
- CSS
- EMG
Penatalaksanaan :
- Tirah baring 3-6minggu, jangan mengangkat beban berat, tidur dengan alas
keras/landasan papan
- Analgetika, muscle relaxant. Trankuilizer
- Bila didapatkan kelainan neurologis indikasi operasi
- Jika tidak didapatkan kelainan neuorologis kerjakan fisioterapi
Diagnosis
- Klinis: nyeri
- Topis: vertebrae
- Etiologis: HNP
- DDx: LBP
Pemeriksaan fisik
- KU
- GCS
- TTV
- Head to toe
- Motorik (kekuatan otot, tonus, reflek fisiologis, reflek patologis)
- Tes provokasi
Tinel’s sign
Phalen test
Luthy sign (melingkarkan ibu jari dan jari telunjuk pada botol, jika tidak dapat
menyentuh dindingnya dengan rapat maka +)
Flick sign (menggerak-gerakan jari atau mengibas-ngibaskan tangan, jika berkurang atau
menghilang maka +)
- Sensorik (raba, nyeri, suhu)
- Meningeal sign (kalau ada waktu)
- N. cranialis n. III, VII, XII (kalau ada waktu)
Penatalaksanaan :
- Istirahatkan pergelangan tangan
- NSAID
- Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan, bidai dapat dipasang terus
menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3minggu
- Injeksi deksametason 1-4mg atau metilprednisolon 20-40mg diinjeksikan kedalam
terowongan karpal
- Vitamin B6 (piridoksin) 100-300 mg/hari selama 3 bulan (Dalam dosis besar dapat
sebabkan neuropati)
- Fisioterapi
Diagnosis
- Klinis
- Topis : N. medianus setinggi c6-c7
- Etiologis : Carpal tunel syndrome dextra/sinistra
- DDx : Cervical root syndrome, Pronator teres syndrome
STASE IPD
6.1 Malaria, Filariasis, DF/DHF
Deskripsi Malaria Typhoid DB / DBD
Anamnesis
KU : biasanya pasien Demam hilang timbul, Demam. Demam turun Demam tinggi,
mengeluh “demam” pada saat demam hilang naik (tinggi terutama sore mendadak, terus
1. Sejak kapan? disertai menggigil, dan malam hari) pola menerus 2-7 hari. Ada
2. Awalanya kenapa? berkeringat, dapat intermiten kenaikan suhu fase demam turun (hari
3. Terus menerus atau disertai sakit kepala, bertahap (step-ladder). ke-3 atau 5). Manifestasi
hilang timbul? nyeri otot dan Demam tinggi dapat perdarahan, gejala nyeri
4. Demamnya itu persendian, nafsu makan bertahan selama 2 kepaala, myalgia,
sumer sumer atau menurun, sakit perut, minggu. arthralgia, nyeri
panas tinggi? mual muntah dan diare. Keluhan lain: retroorbital, gejala
5. Paling tinggi sakit kepala/pusing gastrointestinal, kadang
panasnya pas kapan? konstipasi dan disertai gejala local
6. Demamnya mulai meteorismus seperti : nyeri menelan,
turun pas kapan? (kembung) atau diare, batuk, pilek
7. Sudah pernah mual muntah, nyeri
diukur? perut, BAB berdarah
8. Sudah pernah pegal otot, anoreksia,
diobati? Obat apa? insomnia
Membaik atau tidak? pada anak dengan
9. Keluhan lain? Sejak demam tifoid berat
kapan? Dst. dapat terjadi
penurunan kesadaran
atau kejang
Faktor Resiko Riwayat menderita kebersihan diri kurang 1. Sanitasi lingkungan
malaria sebelumnya, (jarang cuci tangan) yang kurang baik,
tinggal di daerah yang kebersihan makan minum mis: timbunan
endemis malaria, pernah kurang. Makan minum sampah, barang
berkunjunga 1-4 minggu sembarang; sumber air bekas, genangan air
di daerah endemik rumah terkontaminasi; di sekitar tempat
malaria, riwayat sanitasi buruk tinggal pasien.
mendapat transfusi ada orang disekitar yg 2. Adanya jentik
darah. juga terkena (bisa nyamuk Aedes
keluarga di RPK; aegypti di genangan
Bisa ditanyakan habis Tetangga; teman sekolah) air.
bepergian dari suatu Bisa ditanyakan, 3. Adanya penderita
tempat terkait daerah kebiasaan makan, cuci DBD di sekita
endemis tangan, atau yang lainnya pasien.
yang merujuk pada faktor
resiko Tanyakan, lingkungan
sekitar rumah, contoh
“disekitar rumah ada
genangan air?” dll
Pemeriksaan Fisik 1. Tanda patognomonis KU: Compos mentis Tanda Patognomonis
KU : periode demam hingga Delirium pada DB :
GCS kelit merah, panas, kasus berat 1. Suhu > 37,5 derajat
TTV suhu hingga 400C, TTV: celcius
Head to toe kulit kering, pucat, Tax: > 37,5oC 2. Ptekie, ekimosis,
nadi cepat, takipneu. Bradikardia (relative, purpura
Periode dingin dan setiap kenaikan suhu 1 3. Perdaraha mukosa
berkeringat kulit derajat, nadi bisa turun 4. Rumple Leed (+)
dingin dan 8 denyut) Tanda Patognomonis
berkeringat, nadi e/r Kepala Leher: DBD :
cepat dan lemah, Icterus + Hepatomegali,
bisa ada penurunan Lidah kotor (Typhoid splenomegaly, efusi
kesadaran. tongue) pleura, asites,
2. Kepala : konjungtiva Halitosis hematemesis atau
anemis, sklera e/r Abdomen melena.
ikterik, bibir Palpasi: Nyeri tekan
sianosis, kaku kuduk t.u. regio epigastrium;
(malaria serebral) hepatosplenomegali
3. Toraks : nafas cepat
4. Abdomen :
pembesaran hepar
dan limpa, asites
5. Ginjal : urin coklat
kehitaman, oliguria
tau anuri
6. Ekstremitas : akral
dingin (syok)
Pemeriksaan 1. Hapusan darah tebal 1. Darah Lengkap 1. Darah lengkap :
Penunjang dan tipis (pansitopeni) & Diff Trombositopenia
plasmodium Count Leukosit (<= 100.000/uL),
2. RDT (Rapid 2. Tubex test (IgM kebocoran plasma
Diagnostic Test) antigen O9 efusi pleura,
untuk Malaria Salmonella Thypii asites,
4-5 hari pertama hypoalbuminemia,
demam Ht >>, leukopenia
3. Thypidot ( IgM dan (,4000/uL)
IgG Salmonella 2. Serologi dengue
Typhii) 4-5 hari IgM dan IgG anti
pertama demam Dengue titernya
4. Kultur (Darah dapat terdeteksi
mingu 1 – akhir setelah hari ke – 5
minggu 2 dua saat demam
demam tinggi;
Feses Minggu 2
sakit; Urin minggu
2/3 sakit; Cairan
Empedu Stadium
lanjut penyakit, cek
carrier typhoid)
5. Sgpt/sgot
Penegakan Diagnosis Klinis Trias Malaria Klinis : Demam turun Klinis + pemeriksaan
(Panas – Menggingil – naik (tinggi terutama sore darah + faktor resiko
Berkeringat), dan malam hari) pola Apabila ditemukan
pemeriksaan fisik, intermiten kenaikan suhu gejala demam ditambah
ditemukan plasmodium bertahap (step-ladder). dengan adanya dua atau
lebih tanda dan gejala
lain, dx klinis demam
dengue dapat ditegakkan
Probable Dengue : dx
klinis diperkuat hasil
pemeriksan serologi
antidengue
Confirmed Dengue : dx
klinis diperkuat deteksi
genome virus dengue dg
pemeriksaaan RT-PCR,
antigen dengue pada
pemeriksaan NS1
DD 4. Demam Dengue 3. DBD 4. Demam karena
5. Demam Tifoid 4. Malaria infeksi virus
6. Leptospirosis 5. Leptospirosis (influenza,
7. Infeksi virus akut 6. ISK chikungunya, dll)
lainnya 7. Hep. A 5. Idiopathic
8. Tb milier thrombocytopenic
purpura
6. Demam tifoid
Penatalaksanaan MALARIA 1. MRS Inti terapi adalah
FALSIPARUM 2. Cairan oral maupun pemberian cairan agar
1. Lini pertama : Fixed parenteral tidak syok. Jika sudah
Dose Combination 3. Diet gizi seimbang, dalam kondisi syok
(FDC) yang tdd lunak, cukup kalori, segera atasi kondisi
rendah serat
Dihydroartemisin gawat daruratnya.
(DHA) + Piperakuin Tx Farmakologi Pada pasien dewasa
(DHP) tiap tablet Kloram berikan analgetik
menganding 40 mg (Dewasa:4x500mg/hari antipiretik (Parasetamol
Dihydroartemisin slm 10 hr; Anak: 3 x 500-1000 mg). anak
dan 320 mg 00mg/kgBB/hari po/iv PCT 10-15
Piperakuin. Dewasa dibagi 4 dosis slm 10-14 mg/kgBB/kali
BB sampai dengan hari) lini 1
59 kg diberikan
DHP per oral 3 Seftriakson (Dewasa: 2- Pemeriksaan kadar
tablet 1x/hari selama 4g/hari slm5 hr; anak trombosit dan
3 hari dan Primakuin 80mg/kgBB/hr IM/IV hematocrit secara serial.
2 tablet 1x dosis tunggal slm 5 hari)
pemberian. BB >=
60 kg 4 tablet DHP
1x/hari selama 3 hari
dan primaquin 3
tablet 1x pemberian.
Dosis DHA 2-4
mg/KgBB (dosis
tunggal), piperakuin
16-32 mg/KgBB
(dosis tunggal),
Primakuin 0,75
mg/KgBB (dosis
tunggal)
2. Lini Kedua (tidak
respon DHP) : Kina
+ Doksisiklin /
Tetrasiklin +
Primakuin. Dosis
Kina = 10
mg/KgBB/kali
(3x/hari selama 7
hari), Doksisiklin
3,5 mg/KgBB/hari
(dewasa, 2x/hari
selama 7 hari) 2,2
mg/kgBB/hari (8-14
tahun, 2x/hari
selama 7 hari),
Tetrasiklin 4-5
mg/KgBB/kali
(4x/hari selama 7
hari)
MALARIA VIVAX
DAN OVALE
1. Lini pertama :
Dihydroartemisin
(DHA) + Piperakuin
(DHP), diberikan
peroral 1x/hari
selama 3 hari,
primakuin = 0,25
mg/kgBB/hari
selama 14 hari
2. Lini kedua (tidak
respon DHP): Kina
+ Primakuin. Dosis
kina = 10
mg/KgBB/kali
(3x/hari selama 7
hari), Primakuin =
0,25 mg/KgBB
(selama 14 hari)
3. Malaria vivax relaps
: regimen DHP yang
sama tetapi dosis
primakuin
ditingkatkan menjadi
0,5 mg/KgBB/hari.
DUGAAN
RELAPS : jika
pemberian
primakuin dosis 0,25
mg/KgBB/hari
sudah diminum 14
hari dan penderita
sakit kembali
dengan parasit +
dalam kurun waktu 3
minggu – 3 bulan
setelah pengobatan.
MALARIA
MALARIAE
DHP 1x/hari selama 3
hari dengan dosis sama
dengan pengobatan
malaria lainnya dan
tidak diberikan
primakuin
MALARIA
FALSIPARUM +
VIVAX/OVALE
MIX
DHP 1x/hari selama 3
hari + Primakuin 0,25
mg/KgBB 14 hari
MALARIA PADA
BUMIL
T1 : Kina tablet 3x10
mg/KgBB +
Klindamycin 10
mg/KgBB 7 hari
T2, 3 : DHP tablet 3 hari
Profilaksis : Doksisiklin
1 kapsul 100 mg/hari
diminum 2 hari sebelum
pergi hingga 4 minggu
setelah keluar/pulang
dari daerah endemis
Konseling dan Edukasi 4. Sampaikan 1. Konsumsi obat AB 1. Edukasi tanda
prognosis diperhatikan bahaya, jumlah
penyakitnya dilihat langsung oleh cairan, diet dan
5. Pencegahan malaria dokter/keluarga obat yang
dilakukan dengan 2. Perbaikan sanitasi diminum.
hindari gigitan lingkungan 2. Perbaikan
nyamuk (memakai 3. Menjaga higienitas sanitasi
repellan atau personal, makanan, lingkungan
kelambu), dan minuman terutama 4M
menghindari
aktivitas di luar
rumah pada malam
hari, mengobati
pasien hingga
sembuh misalnya
dengan pengawasan
minum obat.
6.2 Rhematoid Arthritis (RA), Osteoarthritis (OA), dan Gout Arthritis (GA)
Deskripsi RA OA GA
Anamnesis Gx prodormal : lelah Nyeri sendi, hambatan Bengkak pada sendi,
(malaise), anoreksia, gerakan sendi, kaku pagi, nyeri sendi yang
seluruh tubuh lemah krepitasi, pembesaran mendadak, biasanya
berminggu-minggu / sendi, perubahan gaya timbul pada malam hari,
bulan. Gx spesifik pada berjalan bengkak disertai rasa
banyak sendi secara panas dan kemerahan,
simetris di sendi PIP, demam, menggigil, dan
MCP atau MTP, nyeri badan.
pergelangan tangan,
bahu, lutut dan kaki. DIP
uumnya tidak kena.
Bengkak, nyeri
diperburuk dengan
gerakan, kekakuan pada
pagi hari > 1 jam. Gx
ekstra articular : mata
(episkleritis),
kardiovaskular (nyeri
dada pada pericarditis),
hematologi (anemia)
Faktor Resiko 1. Wanita 1. Usia > 60 th 1. Usia dan jenis
2. Faktor genetik 2. Wanita, usia > 50 th kelamin
3. Hormon seks atau menopause 2. Obesitas
4. Infeksi 3. Kegemukan / obesitas 3. Alcohol
5. Merokok 4. Pekerja berat dengan 4. Hipertensi
penggunaan 1 sendi 5. Gangguan fungsi
terus-menerus. ginjal
6. Penyakit metabolic
7. Pola diet
hiperurisemia
8. Obat : aspirin dosis
rendah, diuretic,
obat TBC
Pemeriksaan Manifestasi artikular : Tanda patognomonis : Arthritis monoartikuler
Fisik bengkak/efusi sendi, 1. Hambatan gerak dapat ditemukan,
nyeri tekan sendir, sendi 2. Krepitasi biasanya melibatkan
teraba hangat, deformitas 3. Pembengkakak sendi sendi metatarsophalang
(swan neck, boutonniere, yang seringkali 1 atau sendi tarsal
deviasi ulnar) asimetris lainnya. Sendi yang
Manifestasi 4. Tanda-tanda mengalami inflamasi
ekstraartikular : Kulit peradangan sendi tampak kemerahan dan
nodul rheumatoid pada 5. Deformitas sendi bengkak.
daerah yang banyak yang permanen
menerima penekanan, 6. Perubahan gaya
vasculitis. Soft tissue berjalan
rheumatism (seperti
CTS atau frozen
shoulder). Mata
kerato-konjungtivitis
sicca,
episkleritis/skleritis.
Konjugtiva anemia akibat
penyakit kronik. Sistem
respiratorik radang
sendi krikoaritenoid,
pneumonitis interstitial,
efusi pleura, atau fibrosis
paru luas. Sistem
kardiovaskuler
perikarditis konstriktif,
disfungai katup,
fenomena embolisasi,
gangguan konduksi,
aortritis, kardiomiopati
Pemeriksaan Pemeriksaan Laju Endap Radiografi X – ray : pembengkakan
Penunjang Darah (LED), factor asimetris pada sendir
rheumatoid (RF) serum, dan kista subkortikal
Radiologi tangan dan tanpa erosi
kaki, ACRPA, CRP, Kadar asam urat darah >
analisis cairan sendi, 7 mg/dl.
biopsy synovium/nodul
rheumatoid
Penegakan Dari klinis dan Klinis dan radiografi Diagnosis definitive
Diagnosis radiologis. ditemukannya Kristal
Bisa lihat lengkap urat (MSU) di cairan
kriteria diagnosis sendi atau tofus.
berdasarkan ACR-
EULAR 2010
Diagnosis Spondiloartropati GA, RA Sepsis arthritis, RA,
Banding seronegative
Lupus eritematous
sistemik
Sindrom sjogen
Penatalaksanaan Pasien diberikan Pengolalaan OA Mengatasi serangan akut
informasi untuk berdasarkan distribusinya dengan segera
memproteksi sendi, (sendi mana yang analgetik, kolkisin,
terutama pada stadium terkena) dan berat kostikosteroid.
akut dg menggunakan ringannya sendi yang Program pengobatan
decker. Pemberian obat terkena. untuk mencegah
anti inflamasi non-steroid Pengobatan bertujuan serangan berulang
: diklofenak 50-100 mg untuk mencegah analgetik, kolkisin dosis
2x/hari, meloksikam 7,5 progresifitas dan rendah.
– 15 mg/hari, celecoxib meringankan gejala yang Mengelola
200-400 mg/hari. dikeluhkan. hiperurisemia
Pemberian steroid zz; Modifikasi gaya hidup, (menurunkan kadar
prednisone atau melti dengan cara menurunkan asam urat) dan
prednisolone dosis berat badan, melatih mencegah komplikasi
rendah sebagai bridging pasien untuk tetapp lain menggunakan
therapy. Fisioterapi, menggunakan sendinya obat-obat penurun asam
tatalaksana okupasi, bila dan melingdungi sendi urat dan modifikasi gaya
perlu diberikan ortosis. yang sakit. hidup.
Pengobatan non
medikamentosa dengan
rehabilitasi medik /
fisioterapi.
Pengobatan
medikamentosa dengan
analgetik topical, NSAID
oral (COX 1 datau COX
2)
RPD:
Faktor Risiko
Faktor Predisposisi
riwayat penyakit hati kronis / Riwayat sirosis hepatis
riwayat dispepsia,
RPSos:
riwayat mengkonsumsi NSAID, obat rematik, alkohol yang menimbulkan
erosi/ulkus peptikum, jamu- jamuan, obat untuk penyakit jantung, obat
stroke,
Pmx Darah perifer lengkap, hemostasis lengkap atau masa perdarahan, masa
Penunjang pembekuan, masa protrombin, elektrolit (Na,K,CI), pemeriksaan Fungsi
hati (cholinesterase, albumin/globulin, SGOT/SGPT, petanda hepatitis B
dan C), endoskopi SCBA diagnostik atau foto rontgen OMD, USG hati.
DD Hemoptisis, Hematokezia
Tx Nonfarmakologis : tirah baring, puasa, diet hati/lambung, pasang NGT untuk
dekompresi, pantau perdarahan
Farmakologis:
Stabilkan hemodinamik.
a. Pemasangan IV line
b. Oksigen sungkup/kanula
c. Mencatat intake output, harus dipasang kateter urin
d. Memonitor tekanan darah, nadi, saturasi oksigen dan keadaan lainnya
sesuai dengan komorbid yang ada.
Transfusi darah PRC (sesuai perdarahan yang terjadi dan Hb). Pada
kasus varises transfusi sampai dengan Hb 10gr%, pada kasus non varises
iransfusi sampai dengan Hb 12 gr%.
Sementara menunggu darah dapat diberikan pengganti plasma (misainya
dekstran/hemacet) atau NaCl 0,9% atau RL . Untuk penyebab non
varises :
1. Injeksi antagonis reseptor H2 atau penghambat pompa proton
2. Sitoprotektor: Sukralfat 3 -4 x I gram atau Teprenon 3 x I tab
3. Antasida
4. lnjeksi vitamin K untuk pasien dengan penyakit hati kronis atau
sirosis hati .
Untuk penyebab varises :
1. Somatostatin bolus 250 ug + drip 250 mikro g/jam intravena atau
ocreotide (sandostatin) 0,1 mg/2 jam sampai perdarahan berhenti atau bila
mampu diteruskan 3 hari setelah skleroterapi/ligasi varises esofagus.
2. Propanolol. dimulai dosis 2 x 10 mg closis dapat ditingkatkan sampi
tekanan diastolik turun 20 mmHg atau denyut nadi turun 20% (setelah
keadaan stabil hemateniesis melena min
3. Isosorbid dinitrat/mononitrat 2 x I tablet/hari setelah KU stabil
4. Metoklorpramid 3 x 10 mg/hari
- Bila ada gangguan hemostasis obati sesuai kelainan
- Pada pasien dengan pecah varises/penyakit hati kronik/sirosis hati
diberikan:
1. Laktulosa 4 x I sedok makan
2. Neomisin 4 x 500 mg Obat ini diberikan sampai tinja normal.
komplikasi Syok hipovolemik.
aspirasi pneumonia,
gagal ginjal akut,
sindrom hepatorenal, koma hepatikum,
anemia karena perdarahan
STASE ANAK
IPV
Disimpan pd (2-
8oC) Tahan 3 th
KIPI Nyeri otot/sendi, Pusing, diare Irritable,
kemerahan, ringan, nyeri otot Hiperpireksia
demam, mual Pd tempat
penyuntikkan
nyeri 2 hari dan
kemerahan
Tabel 2 Ringkasan Imunisasi Tambahan
Komponen MMR Haemophylus Rotavirus Varicella Pneumococcus
Influenza B
(HiB)
Jenis vaksin
Dosis 0,5 cc SC (m. 0,5 cc IM (m.
deltoid kanan) vastus lateralis
kiri)
Jadwal Usia 15 bulan Pentabio DTaP
Pemberian Usia 2,4,6 bln
Pentabio DTwP
Usia 2,3,4 bln
Booster Usia 5 tahun Usia 15-18 bulan
(Ulangan)
Catch Up Kapan saja Kapan saja
dengan interval
minimal 6 bulan
Cara Didimpan pada Disimpan pada 2-
Penyimpanan 2-8oC 8oC
KIPI Demam, nyeri
pada tempat
penyuntikan