Anda di halaman 1dari 45

CATATAN SINGKAT

ETLS 26 1.2
STASE BEDAH
1.1 BPH (Benign Prostate Hyperplasia)
A. Faktor Risiko
- Usia - Etnik
- Kebiasaan merokok - Sejarah keluarga
- Ras - Penyakit kronis (HT, DM)

B. Manifestasi Klinis
Sesuai dengan Gejala LUTS
OBSTRUKSI IRITASI
Hesitansi  Mengejan saat akan miksi Frekuensi  Sering miksi
Pancaran miksi lemah Nokturia  Sering kencing di malam
hari
Intermittensi  Pancaran urin berhenti Urgensi  Nyeri suprapubic diikuti
berulang-ulang rasa ingin miksi
Miksi tidak puas Disuria  Nyeri saat miksi
Urin menetes setelah miksi

C. Diagnosis
1) Pemeriksaan yang harus dilakukan
a) Anamnesis  Mengarah pada gejala LUTS
b) Pemeriksaan fisik:
 Lihat kondisi umum
 Cek kesadaran  GCS
 TTV  Tensi, suhu, nadi, RR
 Kepala/leher: dbN
 Thoraks: dbN
 Ekstremitas: dbN
 Abdomen: Nyeri tekan suprapubic (+), distensi VU (+)
 Genetalia: Refleks bulbo cavernosus
 RT (Rectal Toucher):
o Tonus sfingter ani: baik
o Mukosa rectum dan ampula rectum: dbN
o Nyeri tekan (+)
o Prostat teraba besar, permukaan licin, konsistensi padat lunak, antar lobus
simetris
2) Pemeriksaan yang dianjurkan
 PSA (Prostate Specific Antigen)  Usia < 70 tahun
 Tes faal ginjal
 IPSS Score
Intepretasi IPSS Score:
Ringan :0–7
Sedang : 8 – 19
Berat : 20 - 35
 Catatan harian miksi
3) Pemeriksaan tambahan
 USG Transabdominal (TAUS) / transrektal (TRUS)
 Uriflowmetri
 Volume residual urin
 Urodinamika
 Urethrosistoskopi

D. Diagnosis Banding
CA Prostat

E. Terapi dan Tatalaksana


1) Pemsangan urin kateter

2) Pemantauan (Watchful waiting)


Indikasi: IPSS < 7
Pasien hanya dilakukan observasi saja, sambil diberi KIE:
 Jgn >> minum dan kopi / alkohol stlh makan malam
 Kurangi konsumsi kopi / coklat (iritasi buli)
 Batasi obat flu yg mgd PPA (simpatis ↑)
 Jgn menahan miksi tll lama
Kemudian, setiap 6 bulan dilakukan evaluasi prostat: keluhan, IPSS, pancaran urin,
volume residual urin

3) Terapi Medikamentosa
Indikasi: IPSS > 7
a) α-adrenergik blocker
Mekanisme kerja: merelaksasi komponen otot polos bladder neck, prostat, uretra
Obat: tamsulosin 0,2 mg dosis tunggal atau alfuzozin 1 mg dosis tunggal
b) 5 α reductase inhibitor
Mekanisme kerja: menghambat perubahan testosterone menjadi DHT
Obat: Finasteride
c) Fitoterapi
Mekanisme kerja: Menghambat βFGF
Obat: Pygeum africanum
4) Terapi Non Medikamentosa (Pembedahan)
a) Mengeluarkan jaringan prostat
o Prostatektomi terbuka
o TURP (transurethral resection of the prostate)
o TURis (transurethral resection in saline)
o TULP (transurethral laser induced of the prostate)
o Electrovaporation
b) Tidak mengeluarkan jaringan
 TUIP (transurethral incision of the prostate)
 TUMT (transurethral microwave thermotx)
 TUNA (transurethral needle ablation)
 HIFU (high intensity focused ultrasound)
 ILC (interstitial laser coagulation)

F. Komplikasi
 Buli-buli  divertikel, batu, hematuria, infeksi
 Ginjal  hidronefrosis, pieonefritis, gagal ginjal
 Luar UT  Hernia, hemorrhoid

G. Prognosis

1.2 Striktur Uretra


A. Faktor Risiko
B. Manifestasi Klinis
C. Diagnosis
D. Diagnosis Banding
E. Terapi dan tatalaksana
F. Komplikasi
G. Prognosis
1.3 Appendisitis Akut
A. Faktor Risiko
- Wanita >>>
- Jarang mengonsumsi sayur
-
B. Manifestasi Klinis

C. Diagnosis
1) Anamnesis
 Keluhan utama  Nyeri perut kanan bawah
 Ligart sign  nyeri epigastrium berpindah ke perut kanan bawah

2)
D. Diagnosis Banding
E. Terapi dan tatalaksana
F. Komplikasi
G. Prognosis

1.4 Vulnus Apertum

1.5 Fraktur
A. Definisi
B. Jenis Fraktur
C. Tindakan Pembidaian (Bandaging) dan Pembebatan (Splitting)
STASE ANESTESI
2.1 Primary and Secondary Survey
2.1.1 Primary Survey
Yang perlu dicek adalah : A B C D E
Airway  Cek jalan nafas, apakah ada sumbatan atau tidak
Apabila ada sumbatan  swab dengan menggunakan tangan (jangan lupa menggunakan
handscoon)
Breathing  Bagaimana pernafasannya?
Oksigenasi
Circulation  Apakah terdapat tanda syok? Cek nadi, akral, CRT (akral dingin-basah-pucat, nadi
cepat, CRT >2 detik = SYOK)
Apabila pasien mengalami syok :
 Pasang infus, guyur 2 flesh
 Shock posisition  tungkai diangkat 30°
Disabillity  Alert
Vokal/verbal
+ pupil  diameter dan reflek cahaya
Pain
Unresponsive
Exposure  Buka baju pasien untuk melihat apakah ada jejas di tempat lain, pertahankan suhu
tubuh pasien agar tidak mengalami hipotermia

2.1.2 Secondary Survey


Dilakukan apabila pasien sudah stabil. Yang dilakukan adalah pemeriksaan GCS, Head to toe dan
pemeriksaan penunjang seperti foto rontgen, dll.
2.2 Resusitasi Jantung Paru
Contoh kasus : seorang laki-laki, 24 tahun, ditemukan tidak sadar setelah mengalami kecelakaan
di pinggir jalan.
 Langkah-langkah yang harus dilakukan :
1. Pindahkan ke tempat yang aman
2. Cek kesadaran  AVPU
3. Panggil bantuan  apabila pasien unresponsive
4. Look : lihat pergerakan dindinng dada
Feel : rasakan nadi carotis
listen : dengarkan suara nafas
5. Nadi carotis tidak teraba Lakukan RJP
Nadi (+), nafas (-) : bantuan nafas

 Langkah-langkah melakukan RJP :


1. Posisi tangan di tengah-tengah sternum dengan posisi siku lurus
2. Pijat menggunakan tumit tangan, pinggang tidak usah ikut gerak-gerak
3. Satu siklus = 30 pijat + 2x nafas buatan
4. Evaluasi setelah 2 menit
5. Efek samping yang mungkin terjadi = fraktur costae

 RJP dihentikan apabila :


1. Nadi karotis teraba
2. Saat akan dilakukan pemasangan defibrilator
3. Ada tanda lebam mayat
4. Ada bantuan lebih yang sudah datang dan siap menggantikan
5. Penolong kecapekan
6. Keluarga tidak setuju  perlu tanda tangan di surat DNR apabila tidak setuju

2.3 Heimlich Manuver


 Posisi penolong ada di belakang pasien (pasien dalam keadaan sadar)
 Kepalkan salah satu tangan dan tangan yang lain memegang tangan yang terkepal
 Posisikan tangan di bawah processus xiphoideus
 Tekan tangan dengan cepat, kuat dan ke arah posterosuperior atau dorsocranial
2.4 Pemasangan Infus
2.4.1 Langkah-langkah pemasangan infus:
1. Salam, perkenalan
2. Informed consent
3. Persiapan alat
Handscoon Tiang infus
Antiseptik Torniquet
Abocath no. 16 atau 18 Plester
Cairan infus
Blood transfusion set / infus set
4. Gantungkan tabung cairan infus (cairan kristaloid)
5. Pilih blood transfusion set (yang ada saringannya)
6. Kunci terlebih dahulu kemudian masukkan di lubang out
7. Keluarkan cairan pada tabung kecil sampai batasnya (sekitar 1/3 – ½)
8. Cek selang, pastikan tidak ada udara yang masuk
9. Identifikasi vena (pilih vena yang paling distal, lurus dan tidak bercabang)
10. Pasang torniquet, kemudian minta pasien untuk menggenggam tangannya
11. Cuci tangan dan pakai handscoon
12. Lakukan desifenksi dari sentral ke perifer sampai bersih
13. Masukkan abocath dengan posisi lubang jarum menghadap atas, masukkan dengan sudut
5-30°
14. Masukkan sampai terlihat terisi darah kemudian dorong kanula sampai mentok baru
ditarik mandrinya
15. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan DL, gol darah, dll.
16. Pasang selangnya, kemudian lepas torniquet lalu buka kunci agar cairan infus mengalir
17. Lakukan fiksasi

2.4.2 Penghitungan Kebutuhan Cairan Rumatan dan Resusitasi


STASE PSIKIATRI
3.1 Delirium dgn DDx; Gangguan Psikotik Akut
Status Psikiatri Delirium Gangguan Psikotik Akut
Kesan Umum Wajah sesuai usia, dandanan wajar, Tampilan tidak rapi, acak-acakan
tampak gelisah, cemas, ketakutan,
somnolens
Kesadaran Berkabut Berubah
Komunikasi Hilang timbul Buruk
Kemauan Menurun, tdk mau merawat diri Menurun, tdk mau merawat diri
Afek / emosi Cemas, ketakutan, paranoid ?
Pola pikir
Isi Waham paranoid Waham apa saja
Bentuk Non-realistis Non-realistis
Arus Lambat Lambat
Persepsi Halusinasi visual >>>, halusinasi Halusinasi auditorik >>>, halusinasi
auditorik visual
Psikomotor Menurun ?
Insight Buruk Buruk
Intelegensi Dbn dbn
Ciri Khas  Terdapat gangguan MAD (Memori,  Tidak ada gangguan MAD
Atensi, dan Disorientasi)  Tidak ada penyakit yang mendasari
 Terdapat penyakit yang mendasari
Terapi  MRS  Antipsikotik:
 Haloperidol 0,5-2,5 mg iv diulang Typical  Haldol 2 x 5 mg
tiap 4 jam Atypical  Risperidone 2 x 2 mg
 Psikoterapi dan manipulasi ling.:  Antikolinergik
o Ruangan tenang dengan cahaya Trihexyphenidyl 2 x 2 mg (mencegah
cukup EPS akibat Haldol)
o Reorientasi: disekeliling diberikan  Psikoterapi dan manipulasi ling.
benda-benda yang familier, serta
dihadirkan anggota keluarga
terdekat

3.2 GMP (Gangguan Mental akibat zat Psikoaktif) dgn DDx: Gangguan Psikotik Akut
Status Psikiatri GMP Gangguan Psikotik Akut
Kesan Umum Dandanan anak punk, tampak cemas, Tampilan tidak rapi, acak-acakan
ketakutan, dan gelisah
Kesadaran Berubah Berubah
Komunikasi Terputus-putus Buruk
Kemauan Menurun Menurun, tdk mau merawat diri
Afek / emosi Cemas, ketakutan (paranoid) ?
Pola pikir
Isi Waham paranoid Waham apa saja
Bentuk Non-realistis Non-realistis
Arus Terputus-putus Lambat
Persepsi Halusinasi auditorik Halusinasi auditorik >>>, halusinasi
visual
Psikomotor Meningkat ?
Insight Buruk Buruk
Intelegensi dbn dbn
Ciri Khas
Terapi  Antipsikotik:
Typical  Haldol 2 x 5 mg
Atypical  Risperidone 2 x 2 mg
 Antikolinergik
Trihexyphenidyl 2 x 2 mg (mencegah
EPS akibat Haldol)
 Psikoterapi dan manipulasi ling.

3.3 Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Mania dgn DDx: Skizofrenia Hebefrenik
Status Psikiatri Gangguan Afektif Bipolar Episode Skizofrenia Hebefrenik
Kini Mania
Kesan Umum Dandanan rapi berlebihan, senang, Badan kotor, bau, komat-kamit,
bahagia, percaya diri senyum-senyum atau tertawa sendiri
Kesadaran Berubah Berubah
Komunikasi Sangat aktif Berbicara sendiri / bisa relevan /
irrelevan,
Kemauan Meningkat Menurun
Afek / emosi Euphoria Tampak Silly (bodoh)
Pola pikir
Isi Waham kebesaran Waham bizzar (aneh)
Bentuk Non-realistis / Realistis Non-realistis
Arus Logorrhea, flight of idea Blocking, clang association, asosiasi
longgar
Persepsi Halusinasi auditorik Halusinasi auditorik
Psikomotor Meningkat Meningkat/Menurun
Insight Buruk Buruk
Intelegensi dbn dbn
Terapi  MRS  MRS
 Antipsikotik  Antipsikotik
Typical  Haldol 2 x 5 mg Typical  Haldol 2 x 5 mg
Atypical  Risperidone 2 x 2 mg Atypical  Risperidone 2 x 2 mg
 Antikolinergik  Antikolinergik
Trihexyphenidyl 2 x 2 mg (mencegah Trihexyphenidyl 2 x 2 mg (mencegah
EPS akibat Haldol) EPS akibat Haldol)
 Mood stabilizer  Psikoterapi dan manipulasi ling.
Carmazepine 2-3 x 200 mg
Lithium carbonate 2-3 x 250 mg
 Psikoterapi dan manipulasi ling.
3.4 Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Depresi dgn DDx: Gangguan Afektif Depresi
Status Psikiatri Gangguan Afektif Bipolar Kini Gangguan Afektif Depresi
Depresi
Kesan Umum Pasien tampak sedih, lesu, tidak
bersemangat
Kesadaran dbn
Komunikasi Lambat
Kemauan Menurun
Afek / emosi Sedih, murung
Pola pikir SDS (Sama Dengan
Isi Preokupasi rasa bersalah, tidak berguna Samping)
Bentuk Realistis
Arus Lambat
Persepsi Halusinasi olfaktori dan auditori
Psikomotor Menurun
Insight Baik
Intelegensi dbn
Ciri Khas Didahului oleh periode mania beberapa Tidak didahului oleh periode mania
bulan sebelumnya. sebelumnya.
Terapi  Antipsikotik  SSRI: Fluoxetine 1 x 20 mg
Typical  Haldol 2 x 5 mg  Trisiklik: Amitriptilin 2 x 25 mg
Atypical  Risperidone 2 x 2 mg  Psikoterapi dan manipulasi ling.
 Antikolinergik
Trihexyphenidyl 2 x 2 mg (mencegah
EPS akibat Haldol)
 Mood stabilizer
Carmazepine 2-3 x 200 mg
Lithium carbonate 2-3 x 250 mg
 Psikoterapi dan manipulasi ling.

3.5 Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Depresi dgn DDx: Skizofrenia simpleks
Status Psikiatri Gangguan Afektif Bipolar Kini Skizofrenia Simplek
Depresi
Kesan Umum Pasien tampak sedih, lesu, tidak Dandan tak terlalu rapi, tampak tidak
bersemangat antusias dengan wawancara, menjawab
lambat dan akdang acuh
Kesadaran dbn Berubah
Komunikasi Lambat Lambat kadang blocking
Kemauan Menurun Menurun
Afek / emosi Sedih, murung (depresif) Dangkal / datar
Pola pikir
Isi Preokupasi rasa bersalah, tidak berguna Poverty of ideas
Bentuk Realistis Non-realistis
Arus Lambat Lambat, blocking
Persepsi Halusinasi olfaktori dan auditori Sulit dievaluasi
Psikomotor Menurun Menurun
Insight Baik Buruk
Intelegensi dbn dbn
Ciri Khas Didahului oleh periode mania beberapa -
bulan sebelumnya.
Terapi  Antipsikotik  Antipsikotik
Typical  Haldol 2 x 5 mg Haloperidol 2 x 5 mg
Atypical  Risperidone 2 x 2 mg Risperidone 2 x 2 mg
 Antikolinergik  Antikolinergik
Trihexyphenidyl 2 x 2 mg (mencegah Trihexyphenidyl 2 x 2 mg (mencegah
EPS akibat Haldol) EPS akibat Haldol)
 Mood stabilizer  Psikoterapi dan manipulasi ling.
Carmazepine 2-3 x 200 mg
Lithium carbonate 2-3 x 250 mg
 Psikoterapi dan manipulasi ling.

3.6 Gangguan Panik dgn DDx: Gangguan Cemas Menyeluruh


Status Psikiatri Gangguan Panik Gangguan Cemas Menyeluruh
Kesan Umum Bersih, rapi, tampak semangat untuk Bersih, rapi, raut mukanya selalu
bercerita dgn raut muka sedih, cemas, terlihat khawatir akan sesuatu
dan khawatir
Kesadaran dbn dbn
Komunikasi Verbal, relevan, lancar Verbal, relevan, lancar
Kemauan Menurun Menurun
Afek / emosi Cemas, depresif Cemas
Pola pikir
Isi Preokupasi dengan panic ulangan Preokupasi denagn kekhawatiran
Bentuk Realistis Realistis
Arus Lancar (dbn)
Persepsi dbn dbn
Psikomotor dbn dbn
Insight Baik Baik
Intelegensi dbn dbn
Ciri Khas  Terjadi serangan akut.  Terjadi secara kronik (khawatir
 Pasien dapat mengalami berkepanjangan).
“Housebound”  Pasien lebih mengeluhkan gejala
 Terdapat gejala palpitasi, psikisnya.
hiperventilasi  bsa trjd hipoksia,
 Pasien lebih emngeluhkan gejala
fisiknya.
Terapi  Benzodiazepine  didahulukan sblm  Antidepresan  dberikan dahulu,
antidepresan dan tapering off stlh 2 sblm benzodiazepine.
mgg – 1 bln) Tujuannya adalah utk SSRI: Fluoxetine 1 x 20-40 mg
memberi ketenangan bagi pasien dan Trisiklik: Amitriptilyne 2 x 25 mg
mengatasi paniknya. Selain itu kerja  Benzodiazepine (s. prn / prorenata /
dari antidepresan lebih lambat dan bila perlu)
emmerlukan 2 minggu utk berefek. Alprazolam 2 x 0,5-1 mg.
Alprazolam 2 x 0,5-1 mg. Clobazam 2 x 5-10 mg
Clobazam 2 x 5-10 mg  Psikoterapi CBT & manipulasi ling.
 Antidepresan:
SSRI: Fluoxetine 1 x 20-40 mg
Trisiklik: Amitriptilyne 2 x 25 mg
 Psikoterapi CBT & manipulasi ling.

3.7 Gangguan Obsesi Kompulsif


Status Psikiatri Gangguan Obsesi Kompulsif
Kesan Umum Bersih, rapi, berdandan normal, tampak
wajah lelah, cemas, dan khawatir
Kesadaran dbn
Komunikasi Lancar, verbal, relevan
Kemauan dbn
Afek / emosi Cemas, depresif
Pola pikir
Isi Obsesif
Bentuk Realistis
Arus Lancar, relevan
Persepsi dbn
Psikomotor Kompulsif
Insight Baik
Intelegensi dbn
Ciri Khas Gejala klinis sangat khas, sehingga
tidak dpt di diagnosis banding
Terapi  Antidepresan  dberikan dahulu,
sblm benzodiazepine.
SSRI: Fluoxetine 1 x 20-40 mg
Trisiklik: Amitriptilyne 2 x 25 mg
 Benzodiazepine (s. prn / prorenata /
bila perlu)
Alprazolam 2 x 0,5-1 mg.
Clobazam 2 x 5-10 mg
 Neuroleptika (s. prn / prorenata / bila
perlu, dosis kecil)
Haloperidol 2 x 1-1,5 mg
Risperidone 2 x 2-4 mg
 Psikoterapi CBT & manipulasi ling.
3.8 Gangguan Cemas Menyeluruh dgn DDx: Gangguan Cemas Campuran Depresi
Status Psikiatri Gangguan Cemas Menyeluruh Gangguan Cemas Campuran
Depresi
Kesan Umum Bersih, rapi, berdandan secukupnya
Kesadaran dbn
Komunikasi Lancar, verbal, relevan
Kemauan Baik
Afek / emosi Cemas, depresif
Pola pikir SDS (Sama Dengan
Isi Preokupasi cemas, khawatir Samping)
Bentuk Relaistis
Arus Lancar, relevan
Persepsi dbn
Psikomotor dbn
Insight Baik
Intelegensi dbn
Ciri Khas - Munculnya gejala cemas bersamaan
dengan gejala depresi dalam derajat yg
sama
Terapi  Antidepresan  dberikan dahulu,  Antidepresan  dberikan dahulu,
sblm benzodiazepine. sblm benzodiazepine.
SSRI: Fluoxetine 1 x 20-40 mg SSRI: Fluoxetine 1 x 20-40 mg
Trisiklik: Amitriptilyne 2 x 25 mg Trisiklik: Amitriptilyne 2 x 25 mg
 Benzodiazepine (s. prn / prorenata /  Benzodiazepine (s. prn / prorenata /
bila perlu) bila perlu)
Alprazolam 2 x 0,5-1 mg. Alprazolam 2 x 0,5-1 mg.
Clobazam 2 x 5-10 mg Clobazam 2 x 5-10 mg
Psikoterapi CBT & manipulasi ling. Psikoterapi CBT & manipulasi ling.

3.9 Gangguan Cemas Menyeluruh dgn DDx: Gangguan Penyesuaian


Status Psikiatri Gangguan Cemas Neyeluruh Gangguan Penyesuaian
Kesan Umum Bersih, rapi, berdandan secukupnya
Kesadaran dbn
Komunikasi Lancar, verbal, relevan
Kemauan Baik
Afek / emosi Cemas, depresif
Pola pikir SDS (Sama Dengan
Isi Preokupasi cemas, khawatir Samping)
Bentuk Relaistis
Waham Lancar, relevan
Persepsi dbn
Psikomotor dbn
Insight Baik
Intelegensi dbn
Ciri Khas - Gejala cemas/depresi/insomnia yang
didahului dengan peristiwa stressful
berat antara 1-6 bulan sebelumnya.
Terapi  Antidepresan  dberikan dahulu,  Antidepresan  dberikan dahulu,
sblm benzodiazepine. sblm benzodiazepine.
SSRI: Fluoxetine 1 x 20-40 mg SSRI: Fluoxetine 1 x 20-40 mg
Trisiklik: Amitriptilyne 2 x 25 mg Trisiklik: Amitriptilyne 2 x 25 mg
 Benzodiazepine (s. prn / prorenata /  Benzodiazepine (s. prn / prorenata /
bila perlu) bila perlu)
Alprazolam 2 x 0,5-1 mg. Alprazolam 2 x 0,5-1 mg.
Clobazam 2 x 5-10 mg Clobazam 2 x 5-10 mg
Psikoterapi CBT & manipulasi ling. Psikoterapi CBT & manipulasi ling.
STASE THT
4.1 OMA, OMSA, dan OMSK

Deskripsi OMA OMSA OMSK


Anamnesis 1. Otalgia (ringan hingga 1. Stadium oklusi tuba 1. Keluar cairan dari liang
hebat), terutama saat Telinga terasa penuh atau telinga secara terus
daun telinga disentuh dan nyeri, pendengaran dapat menerus / hilang timbul
mengunyah berkurang. lebih dari 2 bulan
2. Rasa penuh pada telinga 2. Stadium hiperemis 2. Riwayat pernah keluar
3. Pendengaran dapat Nyeri telinga makin intens, cairan dari liang telinga
berkurang demam, rewel dan gelisah sebelumnya
4. tinnitus (pada bayi / anak), 3. Cairan dapat berwarna
5. Keluhan biasanya satu muntah, nafsu makan kuning / kuning-kehijauan
telinga dan sangat jarang hilang, anak biasanya / bercampur darah / jernih /
kedua telinga sering memegang telinga berbau
6. Keluhan penyerta: yang nyeri. 4. Gangguan pendengaran
demam atau meriang, 3. Stadium supurasi
telinga terasa basah Sama seperti stadium
hiperemis
4. Stadium perforasi
Keluar sekret dari liang
telinga
5. Stadium resolusi
Setelah sekret keluar,
intensitas keluhan berkurang
(suhu turun, nyeri mereda,
bayi / anak lebih tenang
Faktor 1. Riwayat sering 1. Bayi dan anak 1. Higienitas kurang dan gizi
Resiko beraktifitas di air, 2. Infeksi saluran napas atas buruk
misalnya: berenang, berulang 2. Infeksi saluran nafas atas
berselancar, mendayung. 3. Menyusu dari botol berulang
2. Riwayat trauma yang dalam posisi berbaring 3. Daya tahan tubuh yang
mendahului keluhan, telentang rendah, dan penyelam
misalnya: membersihkan 4. Kelainan kongenital,
liang telinga dengan alat misalnya: sumbing
tertentu, memasukkan langit-langit, sindrom
cotton bud, memasukkan Down
air ke dalam telinga. 5. Paparan asap rokok
3. Riwayat penyakit 6. Alergi
sistemik, seperti: 7. Tingkat sosio-ekonomi
diabetes mellitus, yang rendah
psoriasis, dermatitis
atopik, SLE, HIV.
Pemeriksaan 1. Nyeri tekan pada tragus 1. Suhu dapat meningkat  Otoskopi:
Fisik 2. Nyeri tarik daun telinga 2. Otoskopi 1. OMSK tipe benign
KU 3. Otoskopi: 3. Tes garputala (tubotimpani)
a. OE akut difus: liang
GCS Dapat ditemukan tuli  Perforasi pada sentral
TTV telinga luar sempit, kulit konduktif, yaitu: tes Rinne
liang telinga luar atau pars tensa
Head to toe (-) dan tes Schwabach berbentuk ginjal atau
hiperemis dan edem memendek pada telinga
dengan batas yang tidak bundar
yang sakit, tes Weber
jelas, dan dapat terjadi lateralisasi ke telinga  Sekret biasanya mukoid
ditemukan sekret yang sakit. dan tidak terlalu berbau
minimal.  • Mukosa kavum
b. OE akut sirkumskripta: timpani tampak edema,
furunkel pada liang
hipertrofi, granulasi,
telinga luar
4. Tes garputala: Normal atau timpanosklerosis
atau tuli konduktif

central

Maligna

2. OMSK tipe maligna


 Perforasi atik, marginal,
atau sental besar (total)
 Sekret sangat berbau,
berwarna kuning abu-abu,
purulen, dan dapat terlihat
kepingan berwarna putih
mengkilat
 Kolesteatoma

Pemeriksaan - Audiometri nada murni, bila 1. Tes garputala Rinne,


Penunjang fasilitas tersedia Weber, Schwabach
2. Audiometri nada murni
3. Foto mastoid (bila tersedia)
DD 1. Perikondritis yang 1. Otitis media serosa akut 1. Demam karena infeksi
berulang, 2. Otitis eksterna virus (influenza,
2. Kondritis, chikungunya, dll)
3. Otomikosis 2. Idiopathic
thrombocytopenic purpura
3. Demam tifoid
Penatalaksan 1. Non-medikamentosa: Medikamentosa Non-Medikamentos
aan a. Membersihkan liang a. Topikal  Membersihkan dan
telinga secara hati-  Pada stadium oklusi tuba, mengeringkan saluran
hati dengan pengisap terapi bertujuan membuka telinga dengan kapas lidi
atau kapas yang kembali tuba eustachius. atau cotton bud. Obat cuci
- Berikan tetes hidung
dibasahi dengan telinga : NaCl 0,9%,
ephedrin HCL 0,5% dlm
H2O2 3%. lar fisiologis (<12th), Asam Asetat 2%, atau
b. Bila terdapat abses, HCL 1% dlm lar Hidrogen Peroksida 3%.
dilakukan insisi dan fisiologis (>12th)
drainase.  Pada stadium perforasi, Medikamentosa
2. Medikamentosa: diberikan obat cuci  Antibiotik topikal
a. Topikal telinga: golongan Ofloxacin, 2 x 4
 Larutan antiseptik - H2O2 3%, 3 kali tetes per hari di telinga
povidon iodine sehari, 4 tetes di yang sakit
 OE akut telinga yang sakit,  Antibiotik oral:
didiamkan selama 2 –
sirkumskripta pada • Dewasa:
5 menit.
stadium infiltrat: - Asam asetat 2%, 3 kali i. Lini pertama :
1. Salep ikhtiol, sehari, 4 tetes di Amoxicillin 3 x 500
atau telinga yang sakit. mg per hariselama 7
2. Salep antibiotik: - Ofloxacin, 2 kali hari, atau
Polymixin-B, sehari, 5 – 10 tetes di Amoxicillin-Asam
Basitrasin. telinga yang sakit, clavulanat 3 x 500 mg
 OE akut difus: selama maksimal 2 per hari selama 7 hari,
Tampon yang telah minggu atau Ciprofloxacin 2
diberi campuran b. Oral Sistemik: antibiotik, x 500 mg selama 7
Polimyxin-B, antihistamin (bila terdapat hari.
tanda-tanda alergi),
Neomycin, ii. Lini kedua :
dekongestan, analgetik /
Hidrocortisone, dan antipiretik Levofloxacin 1 x 500
anestesi topikal. mg per hari selama 7
b. Sistemik hari,atau Cefadroxil 2
 Antibiotik sistemik x 500 – 100 mg per
diberikan bila hari selama 7 hari.
infeksi cukup berat.
Analgetik, seperti
Paracetamol atau
Ibuprofen dapat
diberikan
Konseling 1. Tidak mengorek telinga 1. Untuk bayi / anak, orang tua 1. Menjaga kebersihan telinga
dan Edukasi baik dengan cotton bud dianjurkan untuk dan tidak mengorek-ngorek
atau alat lainnya memberikan ASI minimal 6 telinga dengan benda tajam.
2. Selama pengobatan bulan sampai 2 tahun. 2. Menjaga agar telinga tidak
pasien tidak boleh 2. Menghindarkan bayi / anak kemasukan air.
dari paparan asap rokok. 3. Menjelaskan bahwa penyakit
berenang ini merupakan penyakit
3. Penyakit dapat berulang infeksi sehingga dengan
sehingga harus menjaga penanganan yang tepat dapat
liang telinga agar dalam disembuhkan tetapi bila
kondisi kering dan tidak dibiarkan dapat
lembab mengakibatkan hilangnya
pendengaran serta
komplikasi lainnya.

4.2 Tonsilitis, Faringitis, Laringitis


Deskripsi Tonsilitis Faringitis Laringitis
Anamnesis Nyeri telan Nyeri tenggorokan, Suara parau/hilang
Tenggorokan terasa kering terutama saat menelan Sesak nafas dan stridor
Demam sangat tinggi Demam Nyeri tenggorokan
Plummy voie/hot potato Sekret dari hidung Demam, malaise
voice (suara spt mulut Dapat disertai atau tanpa Gejala common cold
terisi makanan) batuk Obstruksi jalan nafas 
Sakit kepala, badan lesu, Nyeri kepala edema laring
dan nafsu makan Mual, muntah
berkurang Rasa lemah pada seluruh
tubuh
Nafsu makan berkurang
Pemeriksaan Pemeriksaan Orofaring Pemeriksaan Orofaring Laringoskop Indirect
Fisik - Tonsil hiperemi - Faring tonsil hiperemis- Mukosa laring hiperemi,
- Pembengkakan tonsi - bercak petechiaepada bengkak terutama di
- Mulut bau palatum dan faring bagian atas dan bawah
- Pembesaran kelenjar pita suara
limfe - Tanda radang akut
hidung
- Kronik : pita suara
menebal
Pemeriksaan 1. Darah lengkap 1. Pemeriksaan darah 1. Foto rontgen soft
Penunjang 2. Swab tonsil untuk lengkap. tissue leher AP
pemeriksaan 2. Pemeriksaan lateral: bisa tampak
mikroskop dengan mikroskopik dengan pembengkakan
pewarnaan Gram pewarnaan Gram. jaringan subglotis
3. Pada dugaan adanya (Steeple sign). Tanda
infeksi jamur, dapat ini ditemukan pada
dilakukan dengan 50% kasus.
pemeriksaan 2. Foto toraks AP.
mikroskopik swab 3. Pemeriksaan
mukosa faring dengan laboratorium darah
pewarnaan KOH. lengkap.
Diagnosis Infiltrat tonsil, limfoma, Epiglotitis, abses Benda asing pada laring,
Banding tumor tonsil peritonsilar, abses faringitis, tumor pada
retrofaringeal laring, kelumpuhan pita
suara
4.3 Epistaksis
Pemasangan tampon anterior utk mengatasi epistaksis yang disebabkan oleh pecahnya plexus
Haselbach
1. Cuci tangan pakai handscoon
2. Siapkan kassa yang dimasukkan ke sponge bowl, diberi salep antibiotik dan vaselin.
Rendam di air panas
3. Pasang spekulum hidung, posisi kepala pasien menengadah 15o
4. Masukkan kassa dengan pinset
5. Pasang kassa secara bertumpuk 2-4 buah, dari anterior ke posterior. Tampon harus
diletakkan sedalam mungkin.
6. Lakukan pemeriksaan orofaring dengan spatula lidah untuk memastikan tidak ada tampon
hidung yang jatuh ke rongga orofaring.
7. Minta pasien kontrol untuk melepaskan tampon setelah 48 jam. Sarankan agar pasien tetap
mempertahankan posisi setengah duduk selama 48 jam (termasuk saat tidur).
8. Jika perdarahan tetap tidak berhenti, pertimbangkan pemasangan tampon bilateral untuk
meningkatkan tekanan di septum nasi. Jika sumber perdarahan anterior tidak dapat
dipastikan dan perdarahan berlanjut, curigai perdarahan posterior

4.4 Ekstraksi Serumen dan Corpus Alienum


STASE NEUROLOGI
5.1 Cephalgia

TENSION TIPE
Deskripsi MIGRAIN (4A) CLUSTER HEADACHE
HEADACHE (4A)
Anamnesis 5. Merasa tidak enak 1. Nyeri kepala sesisi 1. timbul terutama pada
kepala seperti diikat (berlangsung beberapa malam hari
6. Leher terasa kaku jam 2-72 jam) 2. nyeri sangat berat dan
7. Keluhan terus menerus 2. gangguan mata dapat timbul beberapa kali
dan derajatnya sama (berkunang-kunang) dalam semalam
tidak naik turun 3. gangguan gastrointestinal 3. nyeri separuh dari kepala
8. Tidak bertambah kalau (mual, muntah) terutama sekitar mata
pasien mengejan atau 4. nyeri kepala berdenyut (orbitofrontal)
menundukkan kepala 5. nyeri bertambah saat 4. disertai keluar banyak
aktivitas airmata, sindroma horner
(ptosis, enoftalmus,
anhidrosis, flushing dan
miosis)
Faktor 4. stress 8. Wanita > pria - pria usia dewasa > wanita
Resiko 5. kebiasaan makan yang 9. Muncul pada saat
tidak teratur menstruasi, perasaan
tegang, makan keju atau
coklat
Pemeriksaan - MENINGEAL SIGN - MENINGEAL SIGN - MENINGEAL SIGN
Fisik - MOTORIK - MOTORIK - MOTORIK
KU (KEKUATAN OTOT, (KEKUATAN OTOT, (KEKUATAN OTOT,
GCS TONUS) TONUS) TONUS)
TTV - N. CRANIALIS (n. V, - N. CRANIALIS (n. V, - N. CRANIALIS ( n. V,
Head to toe n. VII, n. XII) n. VII, n. XII) n. VII, n. XII)
- SENSORIK (RABA, - SENSORIK (RABA, - SENSORIK (RABA,
NYERI SUHU) NYERI SUHU) NYERI SUHU)

Klasifikasi migraine :
1. Tidak didapatkan 1. migraine tanpa aura
kelainan neurologis (common migraine)
2. TD meningkat ringan - rasa berdenyut (pulsatile
and throbbing)
- memberat pada satu mata /
telinga

2. migraine dengan aura


(klasik migraine)
- aura berlangsung 4 menit
dan tidak lebih dari 60 menit
- gangguan penglihatan
seperti melihat titik
garis/skotoma
- kesemutan unilateral
- kelumpuhan/kelemahan
unilateral dengan atau tanpa
afasia
Pemeriksaan - - funduscopy -
Penunjang - DL
Diagnosi - Diagnosis Klinis : - Diagnosis Klinis : - Diagnosis Klinis :

- Diagnosis topis : - Diagnosis topis : - Diagnosis topis :


EXTRACRANIAL

- Diagnosis etiologis : - Diagnosis etiologis :


- Diagnosis etiologis :
migraine dengan aura
- DD: (migraine klasik) atau - DD:
migraine tanpa aura

- DD:

Penatalaksan 1. relaksasi 1. pengobatan serangan akut 1.terapi abortif :


aan 2. antiaxietas - analgetik (Parasetamol, - O2 murni pakai masker 8-
(benzodiazepine asam mefenamat, aspirin) 10L/menit selama 15 menit
3. antidepresi (amitriptilin diberikan bersama - Ergotamin atau
4. analgetika (asam metoklopramid Sumatriptan, tetes hidung
mefenamat - ergotamine (ef. Samping lidokain 4%
vasokonstriksi pemb. - metisergid, kortikosteroid,
Darah koroner dan perifer valproic acid, verapamil
lain)
- sumatriptan (bekerja pada 2. terapi preventif
reseptor serotonin 1D, ef. - metisergid, kortikosteroid-
Samping minimal) ergotamin tartrat-
klorpromasin, lithium
2. pengobatan profilaksis karbonat verapamil
Diberikan saat :
 Serangan >2-3x
tiap bulan
 Serangan berat &
mengganggu
aktifitas normal
 Tidak bisa atasi
nyeri
 Tx abortif gagal/
terjadi ef.
Samping berat
- Propanolol (KI : px asma,
px sering kegiatan
olahraga)
- Pizotifen (ef. Samping
nafsu makan meningkat)
methysergide (ef.
Samping fibrosis
retroperitoneal)
- Flunarizin (ef. Samping
mengantuk, Parkinson)
- Valproic Acid (ef.
Samping hepatotoksik)

GEJALA MIGREN CLUSTER TTH


KLASIK UMUM
ONSET Akut Akut Akut Pelan-pelan
LAMA Beberapa jam- Lebih lama 10 menit – 2 jam Berjam-jam
SERANGAN 1hari s/d berhari-
hari
FREKUENSI Periodic Periodic akhir Periodic dalam Tiap hari
SERANGAN beberapa minggu setahun
x/bulan (premenstrual)
GEJALA Skotom Kabur aneka - -
PRODORMAL auditory, ragam
tactile psikik
vertigo
GEJALA GIT mual Dapat tanpa Muka sembab, -
IKUTAN muntah gejala ikutan hiperlakrimasi,
Dilatasi a. rhinorrhea,
temporal hiperhidrasi
LOKALISASI Sesisi Bermacam- Sesisi Dahi, kuduk
macam

5.2 GBS (Guillain Bare Syndrome)


Anamnesis :
- Riwayat sakit infeksi taktus respiratorius (faringitis)
- Nyeri radikuler disertai tungkai lemah
- Menjalar ke otot lengan dan fasialis (ascending paralysis)

Pemeriksaan fisik
- KU
- GCS
- TTV
- Head to toe
- Motorik (Tonus, Kekuatan Otot, Reflek fisiologis, Reflek Patologi)
- Sensorik (Raba, nyeri, suhu)
- N. cranialis : n. III, n. VII, n. XII
- Meningeal sign
-
Pemerikaan penunjang
- Lumbal pungsi : didapatkan peningkatan protein tanpa disertai pleiositosis (Disosiasi
albumin) pada CSS
Diagnosis :
- Diagnosis Klinis :
- Diagnosis topis : radix & saraf tepi setinggi servical atau thoracal (Sesuain
kasus)
- Diagnosis etiologis : GBS
- DD : poliomyelitis

Penatalaksanaan :
- IVIG (immunoglobulin secara IV) 0,4 g/kg selama 5 hari
- Fisioterapi

5.3 HNP (Hernia Nukleus Pulposus)


Faktor yang menyebabkan muncul HNP :
- Aliran darah ke diskus berkurang
- Beban yang bertambah
- Ligamentum longitudinalis posterior menyempit

Anamnesis :
- Nyeri spontan
- Nyeri bertambah hebat ketika berubah dari posisi berbaring ke duduk
- Bila berbaring nyeri berkurang atau hilang
- Nyeri mulai pantat, menjalar ke belakang lutut kemudian ke tungkai bawah
- Nyeri semakin hebat saat mengejan, batuk, mengangkat beban berat
- Nyeri tekan daerah L5-S1

Pemeriksaan fisik
- KU
- GCS
- TTV
- Head to toe
- Motorik (kekuatan otot, tonus, reflek fisiologis, reflek patologis)
- Tes provokasi
 Persiapan
- Patrick sign
- Contra Patrick sign
 Tes provokasi n. ischiadicus
- Lasseque sign
- Croosed lasseque
- Sicard sign
- Bragard sign

Pemeriksaan penunjang :
- X-fotolumbosacral
- CSS
- EMG

Penatalaksanaan :
- Tirah baring 3-6minggu, jangan mengangkat beban berat, tidur dengan alas
keras/landasan papan
- Analgetika, muscle relaxant. Trankuilizer
- Bila didapatkan kelainan neurologis indikasi operasi
- Jika tidak didapatkan kelainan neuorologis kerjakan fisioterapi

Diagnosis
- Klinis: nyeri
- Topis: vertebrae
- Etiologis: HNP
- DDx: LBP

5.4 CTS (carpal tunnel syndrome)


Faktor yang menyebabkan muncul CTS :
- Herediter, trauma, infeksi, metabolic (amiloidosis, gout)
- Kegemukan, neoplasma, penyakit kolagen vaskular
- Osteoarthritis
- Penggunaan tangan atau pergelangan tangan yang berlebihan dan repetitive
Anamnesis :
- Gangguan sensorik :
parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik (tingling)
pada distribusi n. medianus
- Parestesia lebih menonjol malam hari
- Nyeri berkurang saat dipijat atau menggerak-gerakan tangannya atau dengan meletakkan
tangannya pada posisi yang lebih tinggi
- Nyeri berkurang saat lebih banyak mengistirahatkan tangannya

Pemeriksaan fisik
- KU
- GCS
- TTV
- Head to toe
- Motorik (kekuatan otot, tonus, reflek fisiologis, reflek patologis)
- Tes provokasi
 Tinel’s sign
 Phalen test
 Luthy sign (melingkarkan ibu jari dan jari telunjuk pada botol, jika tidak dapat
menyentuh dindingnya dengan rapat maka +)
 Flick sign (menggerak-gerakan jari atau mengibas-ngibaskan tangan, jika berkurang atau
menghilang maka +)
- Sensorik (raba, nyeri, suhu)
- Meningeal sign (kalau ada waktu)
- N. cranialis n. III, VII, XII (kalau ada waktu)

Pemeriksaan penunjang : Tidak ada

Penatalaksanaan :
- Istirahatkan pergelangan tangan
- NSAID
- Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan, bidai dapat dipasang terus
menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3minggu
- Injeksi deksametason 1-4mg atau metilprednisolon 20-40mg diinjeksikan kedalam
terowongan karpal
- Vitamin B6 (piridoksin) 100-300 mg/hari selama 3 bulan (Dalam dosis besar dapat
sebabkan neuropati)
- Fisioterapi

Diagnosis
- Klinis
- Topis : N. medianus setinggi c6-c7
- Etiologis : Carpal tunel syndrome dextra/sinistra
- DDx : Cervical root syndrome, Pronator teres syndrome
STASE IPD
6.1 Malaria, Filariasis, DF/DHF
Deskripsi Malaria Typhoid DB / DBD
Anamnesis
KU : biasanya pasien Demam hilang timbul, Demam. Demam turun Demam tinggi,
mengeluh “demam” pada saat demam hilang naik (tinggi terutama sore mendadak, terus
1. Sejak kapan? disertai menggigil, dan malam hari)  pola menerus 2-7 hari. Ada
2. Awalanya kenapa? berkeringat, dapat intermiten kenaikan suhu fase demam turun (hari
3. Terus menerus atau disertai sakit kepala, bertahap (step-ladder). ke-3 atau 5). Manifestasi
hilang timbul? nyeri otot dan Demam tinggi dapat perdarahan, gejala nyeri
4. Demamnya itu persendian, nafsu makan bertahan selama 2 kepaala, myalgia,
sumer sumer atau menurun, sakit perut, minggu. arthralgia, nyeri
panas tinggi? mual muntah dan diare. Keluhan lain: retroorbital, gejala
5. Paling tinggi  sakit kepala/pusing gastrointestinal, kadang
panasnya pas kapan?  konstipasi dan disertai gejala local
6. Demamnya mulai meteorismus seperti : nyeri menelan,
turun pas kapan? (kembung) atau diare, batuk, pilek
7. Sudah pernah mual muntah, nyeri
diukur? perut, BAB berdarah
8. Sudah pernah  pegal otot, anoreksia,
diobati? Obat apa? insomnia
Membaik atau tidak?  pada anak dengan
9. Keluhan lain? Sejak demam tifoid berat
kapan? Dst. dapat terjadi
penurunan kesadaran
atau kejang
Faktor Resiko Riwayat menderita kebersihan diri kurang 1. Sanitasi lingkungan
malaria sebelumnya, (jarang cuci tangan) yang kurang baik,
tinggal di daerah yang kebersihan makan minum mis: timbunan
endemis malaria, pernah kurang. Makan minum sampah, barang
berkunjunga 1-4 minggu sembarang; sumber air bekas, genangan air
di daerah endemik rumah terkontaminasi; di sekitar tempat
malaria, riwayat sanitasi buruk tinggal pasien.
mendapat transfusi ada orang disekitar yg 2. Adanya jentik
darah. juga terkena (bisa nyamuk Aedes
keluarga di RPK; aegypti di genangan
Bisa ditanyakan habis Tetangga; teman sekolah) air.
bepergian dari suatu Bisa ditanyakan, 3. Adanya penderita
tempat terkait daerah kebiasaan makan, cuci DBD di sekita
endemis tangan, atau yang lainnya pasien.
yang merujuk pada faktor
resiko Tanyakan, lingkungan
sekitar rumah, contoh
“disekitar rumah ada
genangan air?” dll
Pemeriksaan Fisik 1. Tanda patognomonis KU: Compos mentis Tanda Patognomonis
KU : periode demam  hingga Delirium pada DB :
GCS kelit merah, panas, kasus berat 1. Suhu > 37,5 derajat
TTV suhu hingga 400C, TTV: celcius
Head to toe kulit kering, pucat,  Tax: > 37,5oC 2. Ptekie, ekimosis,
nadi cepat, takipneu.  Bradikardia (relative, purpura
Periode dingin dan setiap kenaikan suhu 1 3. Perdaraha mukosa
berkeringat  kulit derajat, nadi bisa turun 4. Rumple Leed (+)
dingin dan 8 denyut) Tanda Patognomonis
berkeringat, nadi e/r Kepala Leher: DBD :
cepat dan lemah,  Icterus + Hepatomegali,
bisa ada penurunan  Lidah kotor (Typhoid splenomegaly, efusi
kesadaran. tongue) pleura, asites,
2. Kepala : konjungtiva  Halitosis hematemesis atau
anemis, sklera e/r Abdomen melena.
ikterik, bibir  Palpasi: Nyeri tekan
sianosis, kaku kuduk t.u. regio epigastrium;
(malaria serebral) hepatosplenomegali
3. Toraks : nafas cepat
4. Abdomen :
pembesaran hepar
dan limpa, asites
5. Ginjal : urin coklat
kehitaman, oliguria
tau anuri
6. Ekstremitas : akral
dingin (syok)
Pemeriksaan 1. Hapusan darah tebal 1. Darah Lengkap 1. Darah lengkap :
Penunjang dan tipis  (pansitopeni) & Diff Trombositopenia
plasmodium Count Leukosit (<= 100.000/uL),
2. RDT (Rapid 2. Tubex test (IgM kebocoran plasma
Diagnostic Test) antigen O9  efusi pleura,
untuk Malaria Salmonella Thypii  asites,
4-5 hari pertama hypoalbuminemia,
demam Ht >>, leukopenia
3. Thypidot ( IgM dan (,4000/uL)
IgG Salmonella 2. Serologi dengue 
Typhii)  4-5 hari IgM dan IgG anti
pertama demam Dengue  titernya
4. Kultur (Darah  dapat terdeteksi
mingu 1 – akhir setelah hari ke – 5
minggu 2 dua saat demam
demam tinggi;
Feses Minggu 2
sakit; Urin  minggu
2/3 sakit; Cairan
Empedu  Stadium
lanjut penyakit, cek
carrier typhoid)
5. Sgpt/sgot
Penegakan Diagnosis Klinis  Trias Malaria Klinis : Demam turun Klinis + pemeriksaan
(Panas – Menggingil – naik (tinggi terutama sore darah + faktor resiko
Berkeringat), dan malam hari)  pola Apabila ditemukan
pemeriksaan fisik, intermiten kenaikan suhu gejala demam ditambah
ditemukan plasmodium bertahap (step-ladder). dengan adanya dua atau
lebih tanda dan gejala
lain, dx klinis demam
dengue dapat ditegakkan
Probable Dengue : dx
klinis diperkuat hasil
pemeriksan serologi
antidengue
Confirmed Dengue : dx
klinis diperkuat deteksi
genome virus dengue dg
pemeriksaaan RT-PCR,
antigen dengue pada
pemeriksaan NS1
DD 4. Demam Dengue 3. DBD 4. Demam karena
5. Demam Tifoid 4. Malaria infeksi virus
6. Leptospirosis 5. Leptospirosis (influenza,
7. Infeksi virus akut 6. ISK chikungunya, dll)
lainnya 7. Hep. A 5. Idiopathic
8. Tb milier thrombocytopenic
purpura
6. Demam tifoid
Penatalaksanaan MALARIA 1. MRS Inti terapi adalah
FALSIPARUM 2. Cairan oral maupun pemberian cairan agar
1. Lini pertama : Fixed parenteral tidak syok. Jika sudah
Dose Combination 3. Diet gizi seimbang, dalam kondisi syok
(FDC) yang tdd lunak, cukup kalori, segera atasi kondisi
rendah serat
Dihydroartemisin gawat daruratnya.
(DHA) + Piperakuin Tx Farmakologi Pada pasien dewasa
(DHP) tiap tablet  Kloram berikan analgetik
menganding 40 mg (Dewasa:4x500mg/hari antipiretik (Parasetamol
Dihydroartemisin slm 10 hr; Anak: 3 x 500-1000 mg). anak
dan 320 mg 00mg/kgBB/hari po/iv PCT 10-15
Piperakuin. Dewasa dibagi 4 dosis slm 10-14 mg/kgBB/kali
BB sampai dengan hari) lini 1
59 kg diberikan
DHP per oral 3  Seftriakson (Dewasa: 2- Pemeriksaan kadar
tablet 1x/hari selama 4g/hari slm5 hr; anak trombosit dan
3 hari dan Primakuin 80mg/kgBB/hr IM/IV hematocrit secara serial.
2 tablet 1x dosis tunggal slm 5 hari)
pemberian. BB >=
60 kg 4 tablet DHP
1x/hari selama 3 hari
dan primaquin 3
tablet 1x pemberian.
Dosis DHA 2-4
mg/KgBB (dosis
tunggal), piperakuin
16-32 mg/KgBB
(dosis tunggal),
Primakuin 0,75
mg/KgBB (dosis
tunggal)
2. Lini Kedua (tidak
respon DHP) : Kina
+ Doksisiklin /
Tetrasiklin +
Primakuin. Dosis
Kina = 10
mg/KgBB/kali
(3x/hari selama 7
hari), Doksisiklin
3,5 mg/KgBB/hari
(dewasa, 2x/hari
selama 7 hari) 2,2
mg/kgBB/hari (8-14
tahun, 2x/hari
selama 7 hari),
Tetrasiklin 4-5
mg/KgBB/kali
(4x/hari selama 7
hari)

MALARIA VIVAX
DAN OVALE
1. Lini pertama :
Dihydroartemisin
(DHA) + Piperakuin
(DHP), diberikan
peroral 1x/hari
selama 3 hari,
primakuin = 0,25
mg/kgBB/hari
selama 14 hari
2. Lini kedua (tidak
respon DHP): Kina
+ Primakuin. Dosis
kina = 10
mg/KgBB/kali
(3x/hari selama 7
hari), Primakuin =
0,25 mg/KgBB
(selama 14 hari)
3. Malaria vivax relaps
: regimen DHP yang
sama tetapi dosis
primakuin
ditingkatkan menjadi
0,5 mg/KgBB/hari.
 DUGAAN
RELAPS : jika
pemberian
primakuin dosis 0,25
mg/KgBB/hari
sudah diminum 14
hari dan penderita
sakit kembali
dengan parasit +
dalam kurun waktu 3
minggu – 3 bulan
setelah pengobatan.

MALARIA
MALARIAE
DHP 1x/hari selama 3
hari dengan dosis sama
dengan pengobatan
malaria lainnya dan
tidak diberikan
primakuin

MALARIA
FALSIPARUM +
VIVAX/OVALE 
MIX
DHP 1x/hari selama 3
hari + Primakuin 0,25
mg/KgBB 14 hari
MALARIA PADA
BUMIL
T1 : Kina tablet 3x10
mg/KgBB +
Klindamycin 10
mg/KgBB 7 hari
T2, 3 : DHP tablet 3 hari
Profilaksis : Doksisiklin
1 kapsul 100 mg/hari
diminum 2 hari sebelum
pergi hingga 4 minggu
setelah keluar/pulang
dari daerah endemis
Konseling dan Edukasi 4. Sampaikan 1. Konsumsi obat AB 1. Edukasi tanda
prognosis diperhatikan  bahaya, jumlah
penyakitnya dilihat langsung oleh cairan, diet dan
5. Pencegahan malaria dokter/keluarga obat yang
dilakukan dengan 2. Perbaikan sanitasi diminum.
hindari gigitan lingkungan 2. Perbaikan
nyamuk (memakai 3. Menjaga higienitas sanitasi
repellan atau personal, makanan, lingkungan
kelambu), dan minuman terutama 4M
menghindari
aktivitas di luar
rumah pada malam
hari, mengobati
pasien hingga
sembuh misalnya
dengan pengawasan
minum obat.

6.2 Rhematoid Arthritis (RA), Osteoarthritis (OA), dan Gout Arthritis (GA)
Deskripsi RA OA GA
Anamnesis Gx prodormal : lelah Nyeri sendi, hambatan Bengkak pada sendi,
(malaise), anoreksia, gerakan sendi, kaku pagi, nyeri sendi yang
seluruh tubuh lemah krepitasi, pembesaran mendadak, biasanya
berminggu-minggu / sendi, perubahan gaya timbul pada malam hari,
bulan. Gx spesifik pada berjalan bengkak disertai rasa
banyak sendi secara panas dan kemerahan,
simetris di sendi PIP, demam, menggigil, dan
MCP atau MTP, nyeri badan.
pergelangan tangan,
bahu, lutut dan kaki. DIP
uumnya tidak kena.
Bengkak, nyeri
diperburuk dengan
gerakan, kekakuan pada
pagi hari > 1 jam. Gx
ekstra articular : mata
(episkleritis),
kardiovaskular (nyeri
dada pada pericarditis),
hematologi (anemia)
Faktor Resiko 1. Wanita 1. Usia > 60 th 1. Usia dan jenis
2. Faktor genetik 2. Wanita, usia > 50 th kelamin
3. Hormon seks atau menopause 2. Obesitas
4. Infeksi 3. Kegemukan / obesitas 3. Alcohol
5. Merokok 4. Pekerja berat dengan 4. Hipertensi
penggunaan 1 sendi 5. Gangguan fungsi
terus-menerus. ginjal
6. Penyakit metabolic
7. Pola diet 
hiperurisemia
8. Obat : aspirin dosis
rendah, diuretic,
obat TBC
Pemeriksaan Manifestasi artikular : Tanda patognomonis : Arthritis monoartikuler
Fisik bengkak/efusi sendi, 1. Hambatan gerak dapat ditemukan,
nyeri tekan sendir, sendi 2. Krepitasi biasanya melibatkan
teraba hangat, deformitas 3. Pembengkakak sendi sendi metatarsophalang
(swan neck, boutonniere, yang seringkali 1 atau sendi tarsal
deviasi ulnar) asimetris lainnya. Sendi yang
Manifestasi 4. Tanda-tanda mengalami inflamasi
ekstraartikular : Kulit  peradangan sendi tampak kemerahan dan
nodul rheumatoid pada 5. Deformitas sendi bengkak.
daerah yang banyak yang permanen
menerima penekanan, 6. Perubahan gaya
vasculitis. Soft tissue berjalan
rheumatism (seperti
CTS atau frozen
shoulder). Mata 
kerato-konjungtivitis
sicca,
episkleritis/skleritis.
Konjugtiva anemia akibat
penyakit kronik. Sistem
respiratorik  radang
sendi krikoaritenoid,
pneumonitis interstitial,
efusi pleura, atau fibrosis
paru luas. Sistem
kardiovaskuler 
perikarditis konstriktif,
disfungai katup,
fenomena embolisasi,
gangguan konduksi,
aortritis, kardiomiopati
Pemeriksaan Pemeriksaan Laju Endap Radiografi X – ray : pembengkakan
Penunjang Darah (LED), factor asimetris pada sendir
rheumatoid (RF) serum, dan kista subkortikal
Radiologi tangan dan tanpa erosi
kaki, ACRPA, CRP, Kadar asam urat darah >
analisis cairan sendi, 7 mg/dl.
biopsy synovium/nodul
rheumatoid
Penegakan Dari klinis dan Klinis dan radiografi Diagnosis definitive
Diagnosis radiologis. ditemukannya Kristal
Bisa lihat lengkap urat (MSU) di cairan
kriteria diagnosis sendi atau tofus.
berdasarkan ACR-
EULAR 2010
Diagnosis Spondiloartropati GA, RA Sepsis arthritis, RA,
Banding seronegative
Lupus eritematous
sistemik
Sindrom sjogen
Penatalaksanaan Pasien diberikan Pengolalaan OA Mengatasi serangan akut
informasi untuk berdasarkan distribusinya dengan segera 
memproteksi sendi, (sendi mana yang analgetik, kolkisin,
terutama pada stadium terkena) dan berat kostikosteroid.
akut dg menggunakan ringannya sendi yang Program pengobatan
decker. Pemberian obat terkena. untuk mencegah
anti inflamasi non-steroid Pengobatan bertujuan serangan berulang 
: diklofenak 50-100 mg untuk mencegah analgetik, kolkisin dosis
2x/hari, meloksikam 7,5 progresifitas dan rendah.
– 15 mg/hari, celecoxib meringankan gejala yang Mengelola
200-400 mg/hari. dikeluhkan. hiperurisemia
Pemberian steroid zz; Modifikasi gaya hidup, (menurunkan kadar
prednisone atau melti dengan cara menurunkan asam urat) dan
prednisolone dosis berat badan, melatih mencegah komplikasi
rendah sebagai bridging pasien untuk tetapp lain  menggunakan
therapy. Fisioterapi, menggunakan sendinya obat-obat penurun asam
tatalaksana okupasi, bila dan melingdungi sendi urat dan modifikasi gaya
perlu diberikan ortosis. yang sakit. hidup.
Pengobatan non
medikamentosa dengan
rehabilitasi medik /
fisioterapi.
Pengobatan
medikamentosa dengan
analgetik topical, NSAID
oral (COX 1 datau COX
2)

6.3 Perdarahan Saluran Cerna


Ax: RPS:
 muntah darah berwarna hitam seperti bubuk kopi (hematemesis) atau
BAB berwarna hitam seperti ter atau aspal (melena).
 Gejala klinis lainya sesuai dengan komorbid, seperti penyakit hati kronis,
penyakit paru, penyakit jantung, penyakit ginjal dsb.
 perdarahan ditempat lainnya.
 Riwayat muntah-muntah sebelum terjadinya hematemesis sangat
mendukung kemungkinan adanya sindroma Mallory Weiss.

RPD:
 Faktor Risiko
 Faktor Predisposisi
 riwayat penyakit hati kronis / Riwayat sirosis hepatis
 riwayat dispepsia,

RPSos:
 riwayat mengkonsumsi NSAID, obat rematik, alkohol yang menimbulkan
erosi/ulkus peptikum, jamu- jamuan, obat untuk penyakit jantung, obat
stroke,

Pmx Fisik  TTV


 Penilaian hemodinamik (keadaan sirkulasi)
 Evaluasi jumlah perdarahan.
 Pemeriksaan fisik lain: mencari stigmata penyakit hati kronis (ikterus,
spider nevi, asites, splenomegali, eritema palmaris, edema tungkai),
massa abdomen, nyeri abdomen, rangsangan peritoneum, penyakit paru,
penyakit jantung, penyakit rematik dll.
 Rectal toucher
 melihat aspirat dari Naso Gastric Tube (NGT).
o Aspirat berwarna putih keruh : perdarahan tidak aktif,
o aspirat berwarna merah marun : perdarahan masif sangat
mungkin perdarahan arteri.

Pmx  Darah perifer lengkap, hemostasis lengkap atau masa perdarahan, masa
Penunjang pembekuan, masa protrombin, elektrolit (Na,K,CI), pemeriksaan Fungsi
hati (cholinesterase, albumin/globulin, SGOT/SGPT, petanda hepatitis B
dan C), endoskopi SCBA diagnostik atau foto rontgen OMD, USG hati.
DD  Hemoptisis, Hematokezia
Tx Nonfarmakologis : tirah baring, puasa, diet hati/lambung, pasang NGT untuk
dekompresi, pantau perdarahan

Farmakologis:
 Stabilkan hemodinamik.
a. Pemasangan IV line
b. Oksigen sungkup/kanula
c. Mencatat intake output, harus dipasang kateter urin
d. Memonitor tekanan darah, nadi, saturasi oksigen dan keadaan lainnya
sesuai dengan komorbid yang ada.
 Transfusi darah PRC (sesuai perdarahan yang terjadi dan Hb). Pada
kasus varises transfusi sampai dengan Hb 10gr%, pada kasus non varises
iransfusi sampai dengan Hb 12 gr%.
 Sementara menunggu darah dapat diberikan pengganti plasma (misainya
dekstran/hemacet) atau NaCl 0,9% atau RL . Untuk penyebab non
varises :
1. Injeksi antagonis reseptor H2 atau penghambat pompa proton
2. Sitoprotektor: Sukralfat 3 -4 x I gram atau Teprenon 3 x I tab
3. Antasida
4. lnjeksi vitamin K untuk pasien dengan penyakit hati kronis atau
sirosis hati .
 Untuk penyebab varises :
1. Somatostatin bolus 250 ug + drip 250 mikro g/jam intravena atau
ocreotide (sandostatin) 0,1 mg/2 jam sampai perdarahan berhenti atau bila
mampu diteruskan 3 hari setelah skleroterapi/ligasi varises esofagus.
2. Propanolol. dimulai dosis 2 x 10 mg closis dapat ditingkatkan sampi
tekanan diastolik turun 20 mmHg atau denyut nadi turun 20% (setelah
keadaan stabil  hemateniesis melena min
3. Isosorbid dinitrat/mononitrat 2 x I tablet/hari  setelah KU stabil
4. Metoklorpramid 3 x 10 mg/hari
- Bila ada gangguan hemostasis obati sesuai kelainan
- Pada pasien dengan pecah varises/penyakit hati kronik/sirosis hati
diberikan:
1. Laktulosa 4 x I sedok makan
2. Neomisin 4 x 500 mg Obat ini diberikan sampai tinja normal.
komplikasi  Syok hipovolemik.
 aspirasi pneumonia,
 gagal ginjal akut,
 sindrom hepatorenal, koma hepatikum,
 anemia karena perdarahan
STASE ANAK

7.1 Imunisasi Anak


Tabel 1 Ringkasan Imunisasi Utama
Komponen Hepatitis B Polio BCG DPT Campak
Jenis vaksin OPV  Live Live attenuated
attenuated
IPV  Inactivated
Dosis 0,5 cc IM (m. OPV  0,1 cc BBL: 0,05 cc IC 0,5 cc IM (m. 0,5 cc SC (m.
vastus lateralis) (2 tetes) Oral (m. deltoid dextra) vastus lateralis deltoid kiri)
IPV  0,5 cc SC > 1 tahun: 0,1 cc kiri)
(deltoid kiri) IC (m. deltoid
dextra)
Jadwal  Usia 0 bulan  Usia 0 bulan Usia 0 – 2 bulan DTaP  2,4,6 Usia 9 bulan
Pemberian  Pentabio (DTaP) (saat pulang dari bulan
 2,4,6 bulan RS  OPV DTwP  2,3,4
 Pentabio (DTwP)  Usia 2,3,4 bulan bulan
 2,3,4 bulan (Usia 4 bulan
diberikan OPV +
IPV)
Booster Tidak ada Usia 18 bulan Tidak ada  Usia 18 bulan  Usia 18 bulan
(Ulangan)  Usia 5 tahun (bila blm MMR)
 Usia 10-12 th  Usia 5-7 tahun
 Usia 18 tahun (Bila blm MMR)
Catch Up Kapan saja dengan Kapan saja dengan Usia > 2 bln  Kapan saja Kapan saja. Jika
jarak interval 4-8 jarak interval 4 Tes mantoux dengan jarak sdh diberi vaksin
minggu minggu Mantoux (+)  interval 4 MMR maka tdk
INH Profilaksis minggu perlu dilakukan
imunisasi campak
Cara Disimpan pd 2-8oC OPV Kering  2-8oC Disimpan pd 2- Kering: 0oC, <8oC,
Penyimpanan Tahan selama 10 Disimpan pd: Larutan  2-8oC 8oC  Tahan 2 -20oC
bulan (-20oc) + Sorbitol tahan selama 3 tahun
 2 th tdk beku jam Larutan: 2-8oC 
(2-8oC)  6 bln tahan 8 jam
(2-8oc) sdh dibuka
 7 hari

IPV
Disimpan pd (2-
8oC)  Tahan 3 th
KIPI Nyeri otot/sendi, Pusing, diare Irritable,
kemerahan, ringan, nyeri otot Hiperpireksia
demam, mual Pd tempat
penyuntikkan 
nyeri 2 hari dan
kemerahan
Tabel 2 Ringkasan Imunisasi Tambahan
Komponen MMR Haemophylus Rotavirus Varicella Pneumococcus
Influenza B
(HiB)
Jenis vaksin
Dosis 0,5 cc SC (m. 0,5 cc IM (m.
deltoid kanan) vastus lateralis
kiri)
Jadwal Usia 15 bulan Pentabio DTaP
Pemberian  Usia 2,4,6 bln

Pentabio DTwP
 Usia 2,3,4 bln
Booster Usia 5 tahun Usia 15-18 bulan
(Ulangan)
Catch Up Kapan saja Kapan saja
dengan interval
minimal 6 bulan
Cara Didimpan pada Disimpan pada 2-
Penyimpanan 2-8oC 8oC
KIPI Demam, nyeri
pada tempat
penyuntikan

7.2 Syok Anafilaktik


Anafilaksis  Reaksi alergi serius yang onsetnya cepat dan dapat menyebabkan kematian.

7.2.1 Faktor Risiko


• Faktor risiko pasien, termasuk kerentanan yang berkaitan dengan usia atau fisiologis,
komorbiditas, pengobatan yang diberikan dan faktor pendamping.
• Pasien yang rentan meliputi bayi, remaja, wanita hamil, dan orang tua
7.2.2 Manifestasi Klinis
Kulit  urtikaria, pruritus, dan angioedema
Saluran napas  sesak napas, napas pendek-pendek, pernapasan stridor, wheezing,
hipoksia, dan nyeri dada
Abdomen  nyeri perut dan muntah
Sirkulasi  Penurunan tekanan darah tiba-tiba  hipotoni
7.2.3 Terapi dan Tatalaksana
1) Menghindarkan pasien dari dugaan pencetus syok anafilaktik.
2) Cek ABC
Kesadaran  GCS
Circulation  Nadi, Tekanan darah
Airway  Lancar atau tidak
Breathing  Pergerakan dinding dada simetris/tidak, usaha bernapas (otot-otot
tambahan pernapasan)
3) Menghubungi bantuan tim medis RS
4) Epinephrine (Adrenalin)
Anak-anak  0,1 cc/kgBB – 0,3 cc/kgBB IM
Remaja  0,1 cc/kgBB – 0,5 cc/kgBB IM
Pemberian ulang setiap 5-15 menit jika tidak ada perbaikan
5) Merubah posisi kaki menjadi lebih tinggi dari kepala
6) Terapi Oksigen
Tekanan tinggi  6-8 L (RBM / oropharyngeal tube)
7) Terapi Cairan IV
Anak  NS 0,9% 30 mL/KgBB selama 1 jam
Remaja/Dewasa  NS 0,9% 1-2L cepat (5-10 mL/kgBB dalam 5 menit pertama)
8) Antihistamin
Diphendydramine 1 mg/kgBB (maks 50 mg/kgBB) IV
9) Kortikosteroid
Methylprednisolone 1-2 mg/kgBB/hari (maks 60 mg single dose) IV
10) Bronkodilator
Albuterol 1,25-2,5 mg setiap 20 menit utk 3 dosis Nebul
1.4.4 Prognosis
o Makin cepat gejala muncul  Prognosis buruk
o Gejala timbul > 30 menit  Prognosis baik
o Antigen masuk dari oral lebih baik dibandingkan masuk dari parenteral

7.3 Tatalaksana Gizi Buruk

7.4 Asma Bronchiale


7.5 Mumps
7.6 DF/DHF
7.7 Kebutuhan Cairan Rumatan dan Resusitasi
STASE KULIT

8.1 Tinea Kruris


8.2 Varicella zoster dan Herpes Zoster
8.3 Psoriasis vulgaris
8.4 Morbus Hansen (MH)
STASE MATA

9.1 Kelainan Refraksi Mata


9.2 DES (Dry Eyes Syndrome)
9.3 Konjungtivitis Vernal
9.4 Blefaritis
9.5 Trauma Kimia dan Corpus Alienum Mata
STASE OBGYN

10.1 HPP (Hemorrhagic Post Partum)


10.2 Lacerasi Jalan Lahir
10.3 Retensio Plasenta
10.4 Distosia Bahu
10.5 Konseling KB
10.6 VVP
10.7 IVA dan PAP Smear
STASE IBADAH

11.1 Sholat dalam Kondisi Khusus


11.2 Sholat Jamak dan Qasar

Anda mungkin juga menyukai