Anda di halaman 1dari 13

A.

DIAGNOSIS
Rasa cemas dapat dikonsepkan sebagai respon normal dan adaptif terhadap
ancaman yang megharuskan seseorang untuk lari ataupun melawan. Orang yang tampak
cemas patologis mengenai hampir semua hal cenderung di golongkan memiliki gangguan
cemas menyeluruh (Bitstrisky, et al 2013).
Gejala utama gangguan ansietas menyeluruh adalah ansietas, ketegangan motorik,
hiperaktivitas otonom, dan kesiagaan kognitif. Ansietasnya berlebihan dan menganggu
aspek kehidupan lain. Ketegangan motorik paling sering tampak sebagai gemetar, gelisah,
dan sakit kepala.

Kriteria diagnosis DSM-IV-TR memasukkan criteria yang membantu klinisi


membedakan gangguan ansietas menyeluruh,, ansietas normal, dan gangguan mental lain.

Kriteria diagnostic DSM-IV-TR untuk gangguan ansietas menyeluruh


A. Ansietas dan kekhawatiran berlebihan (perkiraan yang menakutkan) terjadi hanmpir
setiap hari selama setidaknya 6 bulan, mengenai sejumlah kejadian atau aktivitas
(seperti bekerja atau bersekolah)

B. Orang tersebut merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya. Ansietas dari


kekhawatiran dikaitkan dengan tiga (atau lebih) dari keenam gejala berikut (dengan
beberapa gejala setidaknya muncul hampir setiap hari selama 6 bulan).

C. Perhatikan : hanya satu gejala yang diperlukan pada anak-anak

1. Gelisah atau merasa terperangkap atau terpojok

2. Mudah merasa lelah

3. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong

4. Mudah marah

5. Otot tegang

6. Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur yang gelisah dan tidak
puas)
D. Fokus dari ansietas dan kekhawatiran tidak terbatas hanya pada gambaran gangguan Aksis
I, misalnya ansietas atau cemas bukan karena mengalami serangan panik (seperti pada gangguan
panic), merasa malu berasa di keramaian (seperti pada fobia sosial), merasa kotor (seperti pada
gangguan obsesif kompulsif), jauh dari rumah atau kerabat dekat (seperti pada gangguan ansietas
perpisahan), bertambah berat badan (seperti pada anorexia nervosa), mengalami keluhan fisik
berganda (seperti gangguan somatisasi), atau mengalami penyakit serius (seperti pada
hipokondriasis), juga ansietas dan kekhawatiran tidak hanya terjadi selama gangguan stress pasca
trauma.

E. Ansietas, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan distress yang secara klinis bermakna
atau hendaya sosial, pekerjaan, atau area penting fungsi lainnya.

F. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya
penyalahgunaan obat-obatan) atau keadaan medis umum (misalnya hipertiroidisme) dan tidak
terjadi hanya selama gangguan mood, gangguan psikotik atau gangguan pervasive.
Penegakan diagnosis gangguan anxietas menyeluruh berdasarkan PPDGJ-III sebagai berikut:

• Pasien harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hamper setiap
hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada
keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau “mengambang”)

• Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :

(a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi,
dan sebagainya);

(b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan

(c) Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak
napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering dan sebagainya).

 Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan


(reassurance) serta keluhan-keluhan somatic berulang yang menonjol.
 Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya
depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan Anxietas Menyeluruh, selama hal tersebut tidak
memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-), gangguan
panik (F41.0), atau gangguan obsesif-kompulsif (F42.-).
DIAGNOSIS BANDING

Gangguan anxietas menyeluruh perlu dibedakan dari kecemasan akibat kondisi medis umum
maupun gangguan yang berhubungan dengan penggunaan zat. Diperlukan pemeriksaan medis termasuk tes
kimia darah, elektrokardiografi, dan tes fungsi tiroid. Klinisi harus menyingkirkan adanya intoksikasi
kafein, penyalahgunaan stimulansia, kondisi putus zat atau obat seperti alkohol, hipnotik-sedatif dan
anxiolitik.

Kelainan neurologis, endokrin, metabolik dan efek samping pengobatan pada gangguan panik harus
dapat dibedakan dengan kelainan yang terjadi pada gangguan anxietas menyeluruh. Selain itu, gangguan
anxietas menyeluruh juga dapat didiagnosis banding dengan fobia, gangguan obsesif-kompulsif,
hipokondriasis, gangguan somatisasi, dan gangguan stres post-trauma.

• Fobia

Pada fobia, kecemasan terjadi terhadap objek/hal tertentu sehingga pasien berusaha untuk
menghindarinya, sedangkan pada GAD, tidak terdapat objek tertentu yang menimbulkan kecemasan.

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV ( DSM-IV-TR)


Fobia Spesifik
Revisi keempat dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders ( DSM-IV-
TR), menggunakan isitilah fobia spesifik untuk dicocokkan dengan hasil revisi kesepuluh
dari International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems (
ICD-10).

DSM-IV-TR 300.29 FOBIA SPESIFIK


A. Ketakutan yang jelas dan menetap yang berlebihan atau tidak beralasan, ditandai oleh adanya atau
antisipasi dari suatu obyek atau situasi spesifik (misalnya, naik pesawat terbang, ketinggian,
binatang, mendapat suntikkan, melihat darah).
B. Pemaparan stimulus fobik hampir selalu mencetuskan respon kecemasan segera, dapat berupa
serangan panik yang berhubungan dengan situasi atau predisposisi oleh situasi.
Catatan : pada anak-anak, kecemasan dapat diekspresikan dengan menangis, tantrum, diam membeku,
atau melekat erat menggendong.

C. Orang menyadari bahwa ketakutan adalah berlebihan atau tidak beralasan .


Catatan : pada anak-anak, gambaran ini mungkin tidak ditemukan
D. Situasi fobik dihindari atau kalau dihadapi adalah dengan kecemasan atau dengan penderitaan
yang jelas.
E. Penghindaran, kecemasan antisipasi, atau penderitaan dalam situasi yang ditakuti secara bermakna
mengganggu rutinitas normal, fungsi pekerjaan (atau akademik), atau aktivitas sosial atau
hubungan dengan orang lain, atau terdapat penderitaan yang jelas karena menderita fobia.

F. Pada individu yang berusia dibawah 18 tahun, durasi paling sedikit 6 bulan.

G. Kecemasan, serangan panik, atau penghindaran fobik dihubungkan dengan objek atau situasi
spesifik tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain, seperti Gangguan Obsesif-
Kompulsif (misalnya,seseorang takut kotoran dengan obsesi tentang kontaminasi), Gangguan Stres
pascatrauma (misalnya,penghindaran stimulus yang berhubungan dengan stresor yang berat0,
Gangguan Cemas Perpisahan (misalnya,menghindari sekolah), Fobia Sosial (misalnya,menghindari
situasi sosial karena takut merasa malu), Gangguan Panik dengan Agorafobia, atau Agorafobia
Tanpa Riwayat Gangguan Panik.
Sebutkan tipe :

 Tipe Binatang
 Tipe Lingkungan Alam (misalanya, ketinggan, badai, air)
 Tipe Darah, Injeksi, Cedera
 Tipe Situasional (misalnya, pesawat udara, elevator, tempat tertutup)
 Tipe Lainnya (misalnya, ketakutan tersedak, muntah, atau mengidap penyakit ; pada
anak-anak, ketakutan pada suara keras atau karakter bertopeng).
Dalam table ini, kriteria A dan B telah disebutkan didalam DSM-IV-TR untuk memberikan kemungkinan
jika suatu pajanan terhadap stimulus fobia dapat mencetuskan serangan panik. Kontras dengan gangguan
serangan panik, serangan panik pada fobia spesifik sangat terikat dengan stimulus penyebabnya. Fobia
darah-suntikan-sakit dibedakan dari fobia yang lain karena didapatkan respon yang berbeda dari fobia
tersebut, yaitu hipotensi yang disusul dengan bradikardi. Penegakan diagnosa fobia spesifik juga harus
difokuskan pada benda yang menjadi stimulus fobia. Berikut di bawah ini adalah contoh fobia spesifik
yakni :
Acrophobia Takut akan ketinggian
Agoraphobia Takut akan tempat terbuka
Ailurophobia Takut akan kucing
Hydrophobia Takut akan air
Claustrophobia Takut akan tempat tertutup
Cynophobia Takut akan anjing
Mysophobia Takut akan kotoran dan kuman
Pyrophobia Takut akan api
Xenophobia Takut akan orang yang asing
Zoophobia Takut akan hewan

Fobia Sosial
Menurut DSM-IV-TR untuk fobia sosial dinyatakan bahwa fobia sosial dapat
diikuti dengan serangan panik. DSM-IV-TR juga menyertakan untuk fobia sosial yang
bersifat menyeluruh yang berguna untuk menentukan terapi, prognosis, dan respon
terhadap terapi. DSM-IV-TR menyingkirkan diagnosa fobia sosial bila gejala yang
timbul merupakan akibat dari penghindaran sosialisasi karena rasa malu dari kelainan
mental atau non-mental.

DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for Social Phobia


A. Ketakutan yang jelas dan menetap terhadap satu atau lebih situasi sosial atau
memperlihatkan perilaku dimana orang bertemu dengan orang asing atau
kemungkinan diperiksa oleh orang lain. Ketakutan bahwa ia akan bertindak
dengan cara (atau menunjukkan gejala kecemasan) yang akan menghinakan atau

memalukan.
Catatan : pada anak-anak, harus terbukti adanya kemampuan sesuai usianya untuk
melakukan hubungan sosial dengan orang yang telah dikenalnya dan kecemasan
hanya terjadi dalam lingkungan teman sebaya, bukan dalam interaksi dengan
orang dewasa.
B. Pemaparan dengan situasi sosial yang ditakuti hampir selalu mencetuskan
kecemasan, dapat berupa seragan panik yang berhubungan dengan situasi atai
dipredisposisi oleh situasi.

Catatan : pada anak-anak, kecemasan dapat diekspresikan dengan menangism


tantrumm diam membeku, atau bersembunyi dari situasi sosial dengan orang
asing.

C. Orang menyadari bahwa ketakutan adalah berlebihan atau tidak


beralasan. Catatan : pada anak-anak, gambaran ini mungkin tidak
ditemukan

D. Situasi sosial atau memperlihatkan perilaku dihindari atau kalau dihadapi


adalah dengan kecemasan atau dengan penderitaan yang jelas

E. Penghindaran, kecemasan antisipasi, atau penderitaan dalam situasi yang


ditakuti secara bermakna mengganggu rutinitas normal, fungsi pekerjaan (atau
akademik), atau aktivitas sosial atau hubungan dengan orang lain, atau terdapat
penderitaan yang jelas karena menderita fobia.

F. Pada individu yang berusia dibawah 18 tahun, durasi paling sedikit 6 bulan.

G. Kecemasan atau penghindaran fobik bukan karena efek fisiologis langsung dari
zat (misalnya, penyalahgunaan zat, pengobatan) atau suatu kondisi medis umum
dan tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain ( misalnya, Gangguan
Panik Dengan atau Tanpa Agorafobia, Gangguan Cemas Perpisahan, Gangguan
Dismorfik Tubuh, Gangguan Perkembangan Pervasif, atau Gangguan
Kepribadian Skizoid).

H. Jika terdapat suatu kondisi medis umum atau gangguan mental dengannya
misalnya takut adalah bukan gagap, gemetar pada penyakit Parkinson, atau
memperlihatkan perilaku makan abnormal pada Anoreksia Nervosa atau Bulimia
Nervosa.
• Gangguan obsesif kompulsif

Pada gangguan obsesif kompulsif, pasien melakukan tindakan berulang-ulang (kompulsi)


untuk menghilangkan kecemasannya, sedangkan pada GAD, pasien sulit untuk
menghilangkan kecemasannya, kecuali pada saat tidur.
Kriteria diagnosis menurut DSM-IV :
A. Salah satu Obsesif atau kompulsif
Obsesi didefinisikan sebagai berikut :
1. Pikiran, impuls atau bayangan yang pernah dialami yang berulang dan menetap
yang intrusive dan tidak serasi, yang menyebabkan ansietas dan distress, yang
ada selama periode gangguan.
2. Pikiran, impuls atau bayangan bukan ketakutan terhadap problem kehidupan yang
nyata.
3. Individu berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls,
atau bayangan atau menetralisir dengan pikiran lain atau tindakan.

4. Individu menyadari bahwa pikiran, impuls, bayangan yang berulang berasal dari
pikirannya sendiri tidak disebabkan faktor luar atau pikiran yang disisipkan).
Kompulsi didefinisikan oleh (1) dan (2)
1. Perilaku yang berulang (misalnya : cuci tangan, mengecek) atau aktivitasmental
(berdoa, menghitung, mengulang kata dengan tanpa suara) yang individu merasa
terdorong melakukan dalam respons dari obsesinya, atau sesuatu aturan yang
dilakukan secara kaku.
2. Perilaku atau aktivitas mental ditujukan untuk mencegah atau menurunkan
distress atau mencegah kejadian atau situasi; walaupun perilaku atau aktivitas
mental tidak berhubungan dengan cara yang realistic untuk mencegah atau
menetralisir.
B. Pada waktu tertentu selama perjalanan penyakit, individu menyadari bahwa obsesi
dan kompulsi berlebihan dan tidak beralasan. Catatan keadaan ini tidak berlaku pada
anak.
C. Obsesi dan kompulsi menyebabkan distress, menghabiskan waktu (membutuhkan
waktu lebih dari 1 jam perhari) atau mengganggu kebiasaan normal, fungsi
pekerjaan atau akademikatau aktivitas social.
D. Bila ada gangguan lain pada aksis 1, isi dari obsesi dan kompulsi tidak terkait
dengan gangguan tersebut.
E. Gangguan tidak disebabkan efek langsung dari penggunaan zat (misalnya
penyalahgunaan zat, obat) atau kondisi medik umum.
Kondisi khusus jika :
Dengan tilikan buruk : jika untuk sepanjang episode individu tidak menyadari
bahwa obsesi dan kompulsi berat dan tidak beralasan
• Hipokondriasis

Pada hipokondriasis maupun somatisasi, pasien merasa cemas terhadap penyakit serius
ataupun gejala-gejala fisik yang menurut pasien dirasakannya dan berusaha datang ke dokter
untuk mengobatinya, sedangkan pada GAD, pasien merasakan gejala-gejala hiperaktivitas
otonomik sebagai akibat dari kecemasan yang dirasakannya.

• Gangguan stres pasca trauma

Pada gangguan stres pasca trauma, kecemasan berhubungan dengan sutau peristiwa ataupun
trauma yang sebelumnya dialami oleh pasien, sedangkan pada GAD kecemasan berlebihan
berhubungan dengan aktivitas sehari-hari

Berdasarkan kriteria dari Edisi Keempat dari Diagnostik dan Statistik Manual of Mental
Disorders, Teks Revisi (DSM-IV-TR, American Psychiatric Association, 2000)

• Adanya Paparan terhadapTrauma - Seseorang yang telah terkena trauma, di mana ia telah
mengalami atau menyaksikan suatu peristiwa yang melibatkan ancaman kematian, cedera
serius, atau ancaman terhadap kesejahteraan fisik diri sendiri atau orang lain. Hanya ancaman
fisik yang dapat dihitung dalam definisi trauma dalam PTSD. Situasi yang merupakan ancaman
psikologis (misalnya, perceraian, dikritik oleh orang yang dicintai, yang menggoda) tidak
dianggap trauma dalam definisi PTSD, meskipun mereka dapat menyebabkan kesulitan bagi
individu.

• Respon ketakutan, tidak berdaya, atau Horror - Respon langsung terhadap trauma salah
satunya adalah ketakutan, tak berdaya atau horor (pada anak-anak, mungkin respon yang
melibatkan perilaku tidak teratur atau agitasi). Jadi, jika salah satu respon terutama seorang
individu terhadap trauma merupakan kesedihan atau kerugian bukannya rasa takut (ini
sering terjadi setelah kematian orang yang dicintai yang sakit), tidak akan didiagnosis
PTSD.

• Gejala mengalami Trauma berulang - Individu terus-menerus kembali mengalami trauma


di setidaknya satu dari cara berikut:

1. Kenangan berulang dan mengganggu, gambar, dan pemikiran tentang trauma.

2. Mimpi berulang dan mengganggu atau mimpi buruk tentang trauma


3. Bertindak atau merasa seolah-olah trauma itu terjadi lagi (pengalaman ini sering disebut
kilas balik). Ini mungkin termasuk halusinasi (misalnya, melihat hal-hal atau mendengar
suara-suara yang hadir selama trauma, meskipun mereka tidak benar-benar ada saat ini),
salah menafsirkan hal-hal yang mendengar atau melihat (misalnya, yang yakin bahwa suara
kembang api di kejauhan sebenarnya suara tembakan).
4. Menjadi terganggu secara emosional saat terkena pencetus trauma, termasuk sensasi fisik
yang hadir selama trauma atau pengingat situasional (misalnya, jalan di mana trauma terjadi,
peringatan trauma).

5. Menjadi terangsang secara fisik (misalnya, sesak napas, jantung berdebar) setelah terkena
pengingat trauma, termasuk sensasi fisik yang hadir selama trauma atau pengingat
situasional (misalnya, jalan di mana trauma terjadi, peringatan trauma).
• Gejala Penghindaran dan Mati rasa secara Emosional - Individu menghindari pemicu dan
pengingat trauma, atau mengalami mati rasa secara emosional, seperti yang ditunjukkan
oleh setidaknya tiga dari fitur berikut:
1. Menghindari pikiran, perasaan, atau pembicaraan yang mengingatkan individu dari
trauma.
2. Menghindari kegiatan, tempat atau orang-orang yang mengingatkan individu trauma.
3. Ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari trauma.
4. Kurangnya minat atau partisipasi dalam kegiatan yang signifikan, seperti bersosialisasi,
pekerjaan, dan hobi.
5. Merasa terpisah atau berbeda dari orang lain.
6. Ketidakmampuan untuk menikmati hal-hal atau mengalami emosi positif (misalnya,
merasa "datar").
7. Sebuah arti bahwa masa depan seseorang akan dipersingkat. Sebagai contoh, mungkin sulit
membayangkan memiliki karier, menikah, memiliki anak, atau memiliki jangka hidup yang
normal.
• Gejala Peningkatan Gairah dan Kewaspadaan - Individu memiliki gejala gairah dan
kewaspadaan yang tidak hadir sebelum trauma, seperti yang ditunjukkan oleh setidaknya
dua dari fitur berikut:
1. Kesulitan jatuh atau tidur.
2. Merasa tersinggung dan marah-marah, atau mengalami ledakan kemarahan dan amarah.
3. Kesulitan berkonsentrasi.
4. Hypervigilance (misalnya, selalu berjaga-jaga, melihat dari atas bahu seseorang sambil
berjalan menyusuri jalan, dll)
5. Menjadi sangat terkejut dengan mudah (misalnya, melompat ketika telepon berdering).
Masalah atau gejala harus berlangsung setidaknya satu bulan untuk diagnosis PTSD
DAFTAR PUSTAKA:

1. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Pedoman Penggolongan dan


Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ) III: 188-190
2. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical Manual of Mental Disorder. Edisi
ke-4. rev. DSM IV-TRText rev. Washington, DC. American psychiatric Association;
3. Bitstrisky, Alexander et al. Current diagnosis and treatment of anxiety disorders. Journal
University of California. Januari 2013.

Anda mungkin juga menyukai