ASPEK MEDIKOLAGAL PADA

KASUS SODOMI ANAK

OLEH VIRTA ANDHIKA

1102015245
PEMBIMBING: DR. SURYO WIJOYO SP.KF MH
 ABSTRAK

• PERILAKU MENYIMPANG SUDAH SEMAKIN MARAK DI TENGAH MASYARAKAT

KITA, TERUTAMA PENYIMPANGAN SEKSUAL. KITA SUDAH TIDAK ASING LAGI
MENDENGAR ISTILAH HOMOSEKSUAL, BISEKSUAL, LESBIAN, BAHKAN YANG
TERDENGAR MENGERIKAN SEPERTI SODOMI. KOMISI PERLINDUNGAN ANAK
INDONESIA MENEMUKAN BANYAK ADUAN KEKERASAN PADA ANAK PADA
TAHUN 2017, KASUS KEKERASAN PADA ANAK MASIH DIDOMINASI OLEH KASUS
KEKERASAN SEKSUAL. JUMLAH KASUS SODOMI ANAK MEMILIKI JUMLAH KASUS
YANG TERTINGGI DIBANDINGKAN KASUS KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK
LAINNYA. DARI 2737 KASUS KEKERASAN PADA ANAK, 52% MERUPAKAN KASUS
KEKERASAN SEKSUAL, DAN DARI KASUS KEKERASAN SEKSUAL TERSEBUT
DIDAPATKAN PRESENTASE KASUS SODOMI ANAK SEBESAR 54%.
 PENDAHULUAN

Perbuatan cabul adalah semua perbuatan yang dilakukan untuk mendapatkan kenikmatan seksual sekaligus
mengganggu kehormatan kesusilaan, misalnya cium-ciuman, meraba-raba anggota kemaluan, meraba-raba
payudara, dan sebagainya, yang dilakukan dengan maksud-maksud untuk memperoleh kenikmatan dengan
cara yang sifatnya bertentangan dengan pandangan umum untuk kesusilaan.

Pencabulan merupakan tindak kejahatan seksual yang dapat terjadi pada anak maupun orang dewasa.
Pencabulan dapat dilakukan terhadap laki – laki maupun perempuan. Homoseksual: adalah daya tarik
seksual yang dirasakan dan dilakukan oleh mereka yang sama jenis kelaminnya, baik sesama pria ataupun
wanita. Namun demikian, pada umumnya istilah homoseksual digunakan untuk hubungan seksual yang
dilakukan antar pria, yang dilakukan melalui anal seks atau oral seks;

Di dalam KUHP telah diatur beberapa tindak pidana yang berkaitan dengan tindak pidana perbuatan cabul
menurut KUHP yaitu pada Pasal 289 sampai Pasal 296 serta UU Perlindungan Anak Nomor 35 tahun 2014.
 KASUS
Pasien datang didampingi keluarga dan polisi untuk meminta diperiksa guna pembuatan
Visum Et Repertum. Menurut keterangan pasien kejadian terjadi pada 07 Januari 2021
sekitar jam 13.35 WIB

Pasien bertemu dengan pelaku di

Pasien saat itu hendak berangkat
untuk bermain futsal dengan
mengendarai sepeda motor
sendirian.
dekat musala kemudian pasien
berhenti saat pelaku menanyakan
kepada pasien, “Apakah pasien
mengerti cara menggunakan
Iphone?”.
pelaku mengajak pasien ke
rumahnya untuk mengobrol
dengan alasan agar lebih
nyaman.

tiba – tiba pelaku mendobrak

pintu toilet dan lanagsung Pasien ditanya,
menghisap kemaluan pasien ± 15 Pasien izin ke toilet “Tinggal dimana? Usia
menit berapa? Dan sekolah
dimana?”

Pasien sempat menolak dan
melakukan perlawanan, tetapi
karena takut pasien pun pasrah
KASUS
secara tiba – tiba pasien
Pasien kembali ke ruang didorong oleh pelaku ke
tengah rumah pelaku untuk arah tembok dan diminta
mengambil handuk untuk memasukkan alat
kelamin pasien ke dubur
pelaku.
Pasien memasukkan alat
Pasien tidak kelaminnya ke dalam dubur
mengalami ejakulasi pelaku sebanyak tiga kali.
 PEMERIKSAAN FISIK

JENIS KELAMIN : LAKI – LAKI

USIA : KURANG LEBIH 15 TAHUN
BERAT BADAN : 59,8 Kg
TINGGI BADAN : 165 cm
WARNA KULIT : SAWO MATANG
WARNA PELANGI MATA : COKLAT IMT : 22 Kg/m2
WARNA RAMBUT : HITAM, LURUS, TUMBUH TEKANAN DARAH : 120/80 mmhg
MERATA NADI : 88 x/m
PERNAPASAN : 29 x/m
SUHU : 36,5 C
SATURASI OKSIGEN : 98%
KESADARAN : SADAR PENUH
• Pelir : Disunat. Tidak ada
tanda-tanda kekerasan
• Kantong pelir : Teraba dua
buah biji pelir. Tidak ada
tanda-tanda kekerasan.
• Lingkaran dubur : Tidak ada tanda-
tanda kekerasan
• Liang dubur : Tidak ada tanda –
tanda kekerasan
• Pemeriksaan colok dubur : Otot
anus (sphincter ani) menjepit
dengan baik, tidak terdapat massa,
tidak ditemukan darah, cairan dan
kotoran manusia (feces).
 PEMERIKSAAN
LABORATORIUM

Pemeriksaan urinalisis dilakukan pada tanggal 25

Januari 2021:
Makroskopis : DALAM BATAS NORMAL
Sedimen : DALAM BATAS NORMAL

KESIMPULAN

Berdasarkan temuan-temuan yang didapatkan dari pemeriksaan atas korban tersebut

maka saya simpulkan bahwa pasien adalah seorang anak laki-laki, umur kurang lebih
lima belas tahun, warna kulit sawo matang, kesan gizi baik. Dari hasil pemeriksaan luar
didapatkan tidak didapatkan tanda-tanda kekerasan. Pada pemeriksaan colok dubur otot
anus (sphincter ani) menjepit dengan baik, tidak terdapat massa, tidak ditemukan darah,
cairan dan kotoran manusia (feces).
 DISKUSI

KEJAHATAN SEKSUAL ADALAH TINDAKAN SEKSUAL APA PUN

YANG DILAKUKAN SESEORANG PADA YANG LAIN TANPA
PERSETUJUAN DARI ORANG TERSEBUT. KEJAHATAN SEKSUAL
TERDIRI DARI PENETRASI GENITAL, ORAL, ATAU ANAL OLEH
Pada kasus ini termasuk kasus
BAGIAN TUBUH PELAKU ATAU OLEH SEBUAH OBJECT BENDA sodomi karena terjadi tindak
kejahatan seksual yang dilakukan
SODOMI TERMASUK PERBUATAN PENCABULAN YANG terhadap seorang anak laki – laki
MERUPAKAN TINDAK KEJAHATAN SEKSUAL YANG DAPAT secara oral.

TERJADI PADA ANAK MAUPUN ORANG DEWASA. MENURUT

KBBI, DEFINISI SODOMI YANG PERTAMA ADALAH
PENCABULAN DENGAN SESAMA JENIS KELAMIN ATAU
DENGAN BINATANG, DEFINISI YANG KEDUA ADALAH
SANGGAMA ANTAR MANUSIA SECARA ORAL ATAU ANAL.
 ANAMNESIS SPESIFIK

• TANGGAL, TEMPAT, DAN WAKTU KEJADIAN.

• APAKAH TERDAPAT TINDAK KEKERASAN YANG TERJADI.
• APAKAH ADA UPAYA PERLAWANAN
• APAKAH TERDAPAT PENGGUNAAN LUBRIKAN ATAU Pada kasus ini korban
mengatakan kejadian di rumah
PELUMAS SAAT KEJADIAN. pelaku dan mengatakan bahwa
• APAKAH KORBAN DIMINTA UNTUK MELAKUKAN ORAL alat kelaminnya dihisap oleh
pelaku dan dipaksa untuk
SEKS. memasukkan alat kelaminnya ke
dalam anus korban sebanyak 3
• APAKAH ADA RIWAYAT NYERI, ATAU PERDARAHAN DARI kali.
KEMALUAN MAUPUN ANUS.
• APAKAH ADANYA EJAKULASI PADA KORBAN MAUPUN
PELAKU.
• APAKAH KORBAN TELAH MENCUCI DAERAH ANUS.
 PEMERIKSAAN

PADA PEMERIKSAAN FISIK YANG SPESIFIK, DILAKUKAN PADA AREA GENITAL, ANUS, SERTA DAERAH DI

SEKITARNYA.
PEMERIKSAAN LUKA AREA EKSTRA GENITAL :
- ANAK KORBAN SODOMI AKAN MEMILIKI ANUS BERBENTUK CORONG. TERKADANG JUGA DAPAT
DISERTAI DENGAN ADANYA JARINGAN PARUT DAN RUSAKNYA SFINGTER ANI AKIBAT PERLAKUAN
SODOMI KORBAN BIASANYA AKAN MENGALAMI MASALAH DENGAN ORGAN PENCERNAANNYA.
- PEMERIKSAAN LUKA AREA EKSTRA GENITAL, LOKASI LUKA TERSERING YANG MENGALAMI
KEKERASAN ADALAH AREA BATANG TUBUH DAN JENIS LUKA TERBANYAK ADALAH LUKA MEMAR.
LUKA-LUKA YANG TERJADI PADA DAERAH KEPALA DAN LEHER, EKSTREMITAS ATAS, SERTA
EKSTREMITAS BAWAH. KISSING BITE DI LEHER. PENELITIAN MUN’IM MENEMUKAN LUKA
TERUTAMA PADA DAERAH LEHER DIDAPATKAN SEBANYAK 21%, 10% LUKA HANYA DI AREA
GENITAL, DAN 7% MENDAPAT LUKA AREA GENITAL DAN EKSTRAGENITAL
- PEMERIKSAAN AREA ANUS : PADA AREA ANUS PERLU DIAMATI PADA BAGIAN
ANAL VERGE (AREA TEPI ANUS). APABILA TELAH TERJADI HUBUNGAN SEKS
ANAL, MAKA DAPAT TERJADI BEBERAPA PERUBAHAN YANG DIPENGARUHI
OLEH BEBERAPA FAKTOR:
 FREKUENSI HUBUNGAN SEKS ANAL
 INTERVAL ANTARA WAKTU TERAKHIR BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU
PEMERIKSAAN
 USIA, UKURAN ORIFISIUM DARI MASING-MASING INDIVIDU
 TINGKAT KEKUATAN YANG DIGUNAKAN SAAT KEJADIAN
 UKURAN DARI PENIS
 PENGGUNAAN LUBRIKAN
• PARTNER PASIF (YANG MENERIMA) = ADANYA
KEBERADAAN SEMEN YANG DISERTAI FESES, DAN
ADANYA BEKAS LUBRIKAN (SEPERTI JELLY
PETROLEUM), DI BAGIAN DALAM CELANA DALAM
Pada kasus ini pelaku merupakan
MAUPUN CELANA YANG DEKAT DENGAN AREA sebagai partner pasif karena korban
SELANGKANGAN MAUPUN PADA SEBELAH yang dipaksa untuk melakukan
DALAM BAJU BAGIAN BELAKANG BASAH. penetrasi kedalam anus pelaku tetapi
ADANYA SEMEN PADA ANAL SWAB, SERTA ADANYA sudah tidak didapatkan jejak pada
penis dikarenakan waktu
RAMBUT PUBIS ASING. pemeriksaan yang sudah cukup jauh
• PARTNER AKTIF (YANG MELAKUKAN PENETRASI) dengan kejadian.
= ADANYA JEJAK SEMEN, SISA FESES DAN SISA
LUBRIKAN PADA PENIS, PADA DAN DEKAT BAGIAN
DALAM CELANA AREA SELANGKANGAN DAN
BAGIAN DEPAN BAWAH BAJU YANG DIGUNAKAN.
 PEMERIKSAAN SPERMA

Pemeriksaan mani Pemeriksaan sprematozoa

Untuk mengetahui apakah terdapat sperma
atau tidak. Sediaan apus dapat dilakukan
pemeriksaan Reaksi Fosfatase Asam,
Reaksi Berberio, Reaksi Florence untuk
melihat cairan mani
Mengetahui apakah terdapat spermatozoa
yang bergerak. Cara pemeriksaan
langsung adalah dengan mengamati
pergerakan sperma dengan mikroskop.
Dengan pewarnaan (pulasan Malachite
green 1 %) atau pemeriksaan Baecchi
Pada kasus ini tidak
dilakukan pemeriksaan
swab dikarenakan waktu
yang sudah cukup jauh
dari kejadian dengan
waktu pemeriksaan.

Lokasi swab : area penis, perineum, anal, serta buccal.

 ASPEK
MEDIKOLEGAL

KUHP • Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa

seorang untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul,

289
diancam karena melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan
kesusilaan, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

KUHP • Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang

lain sesama kelamin, yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya

292 belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.

16
 • disebutkan “Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:
• Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang, padahal
diketahuinya bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya.

KUHP
• Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang, padahal
diketahuinya atau sepatutnya dapat diduganya, bahwa umurnya
belum lima belas tahun dan umurnya tidak jelas, yang bersangkutan
belum waktunya untuk kawin.

290 • Barang siapa membujuk seseorang yang diketahuinya atau

sepatutnya harus diduganya bahwa umur belum lima belas tahun
atau kalau umurnya tidak jelas, yang bersangkutan belum waktunya
untuk kawin, untuk melakukan atau membiarkan dilakukan
perbuatan cabul, atau bersetubuh diluar perkawinan dengan orang
lain.

17
 UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002
TENTANG PERLINDUNGAN ANAK BERISI TENTANG
LARANGAN-LARANGAN MELAKUKAN PERBUATAN YANG
MELANGGAR HAK-HAK ANAK YANG DIATUR DALAM BAB XIA

Pasal 76D Pasal 76E

• Setiap Orang dilarang melakukan
Kekerasan atau ancaman Kekerasan
memaksa Anak melakukan persetubuhan
dengannya atau dengan orang lain.
• Setiap Orang dilarang melakukan
Kekerasan atau ancaman Kekerasan,
memaksa, melakukan tipu muslihat,
melakukan serangkaian kebohongan, atau
membujuk Anak untuk melakukan atau
membiarkan dilakukan perbuatan cabul.

18
 UNDANG-UNDANG NOMOR 35
TAHUN 2014
PASAL 82 BERBUNYI :
1) SETIAP ORANG YANG MELANGGAR KETENTUAN
SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 76E DIPIDANA
DENGAN PIDANA PENJARA PALING SINGKAT 5 (LIMA) TAHUN
DAN PALING LAMA 15 (LIMA BELAS) TAHUN DAN DENDA
PALING BANYAK RP. 5.000.000.000,00 (LIMA MILIAR RUPIAH).
2) DALAM HAL TINDAK PIDANA SEBAGAIMANA DIMAKSUD
PADA AYAT (1) DILAKUKAN OLEH ORANG TUA, WALI,
PENGASUH ANAK, PENDIDIK, ATAU TENAGA KEPENDIDIKAN,
MAKA PIDANANYA DITAMBAH 1/3 (SEPERTIGA) DARI
ANCAMAN PIDANA SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1)
(11)(12). 19
 ANALISA KASUS BERDASARKAN HUKUM
Melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama
Pasal 292 KUHP
kelamin

Pasien dipaksa untuk melakukan tindakan seksual Pasal 289 KUHP

Pasal 290 KUHP

Pelaku melakukan kejahatan seksual terhadap pelaku

kurang dari 15 tahun maupun belum waktunya kawin

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 pasal 82
Anak pasal 76E

20
 DAFTAR PUSTAKA

1. SETYAWAN D.KPAI: 4.885 KASUS PELANGGARAN HAK ANAK, TERBANYAK ABH. KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA. 2019.
2. INDRIANI R, NODIA F. "SODOMI, KASUS KEJAHATAN SEKSUAL TERTINGGI PADA ANAK TERTINGGI DI TAHUN 2017". SUARA. DESEMBER 2017.
3. SINGH MM, PARSEKAR SS, NAIR SN. AN EPIDEMIOLOGICAL OVERVIEW OF CHILD SEXUAL ABUSE. J FAMILY MED PRIM CARE. 2014;3(4):430–435.
DOI:10.4103/2249-4863.148139*
4. RUMBLE, LAUREN ET AL. CHILDHOOD SEXUAL VIOLENCE IN INDONESIA: A SYSTEMATIC REVIEW TRAUMA, VIOLENCE, & ABUSE.SAGE
PUBLICATIONS, DOI:10.1177/1524838018767932
5. KRUG EG, DAHLBERG LL, MERCY JA, ZWI AB, LOZANO R ED. WORLD REPORT ON VIOLENCE AND HEALTH. GENEVA: WORLD HEALTH
ORGANIZATION; 2002.
6. JOYCE A. ADAMS, KAREN J. FARST, NANCY D. KELLOGG, INTERPRETATION OF MEDICAL FINDINGS IN SUSPECTED CHILD SEXUAL ABUSE: AN
UPDATE FOR 2018, JOURNAL OF PEDIATRIC AND ADOLESCENT GYNECOLOGY, VOLUME 31, ISSUE 3, 2018.
7. SITOMPUL, A. KAJIAN HUKUM TENTANG TINDAK KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK DI INDONESIA. LEX CRIMEN [INTERNET]. 2015 [CITED
2019 DEC 02];4(1). AVAILABLE FROM: HTTPS://EJOURNAL.UNSRAT.AC.ID/INDEX.PHP/LEXCRIMEN/ARTICLE/VIEW/6999
8. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002
TENTANG PERLINDUNGAN ANAK [INTERNET]. KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA (KPAI). 2014 [CITED 2019 DEC 02]. AVAILABLE FROM:
HTTP://WWW.KPAI.GO.ID/HUKUM/UNDANG-UNDANG-REPUBLIK-INDONESIA-NOMOR-35-TAHUN-2014-T
ENTANG-PERUBAHAN-ATAS-UNDANG-UNDANG-NOMOR-23-TAHUN-2002-TENTANG-PERLINDUNGAN-ANAK
9. ESSABAR L, KHALQALLAH A, DAKHAMA BS. CHILD SEXUAL ABUSE: REPORT OF 311 CASES WITH REVIEW OF LITERATURE. PAN AFR MED J.
2015;20:47. PUBLISHED 2015 JAN 19. DOI:10.11604/PAMJ.2015.20.47.456
THANKYOU 