NPM : 1102015245
Kelompok: b-5
LI. 1 Memahami dan Menjelaskan Peran Oksigen di Dalam Tubuh
LO1.2 Pengertian Oksigen
Oksigen (O2) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme.
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional serta
kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh
(Imelda, 2009).
ksigen atau zat asam adalah salah satu bahan farmakologi, merupakan gas yang tidak
berwarna, tidak berbau digunakan untuk proses pembakaran dan oksidasi. Oksigen
merupakan unsur golongan kalkogen dan dapat dengan mudah bereaksi dengan hampir
semua unsur lainnya (utamanya menjadi oksida). Pada Temperatur dan tekanan standar, dua
atom unsur ini berikatan menjadi dioksigen, yaitu senyawa gas diatomic. (Dedi Sudarmoko
dan Agus Dwi Susanto,2010 ).
1. Glikolisis:
Peristiwa perubahan :
Glukosa Glulosa - 6 - fosfat Fruktosa 1,6 difosfat
3 fosfogliseral dehid (PGAL) / Triosa fosfat Asam piravat.
Jadi, Hasilnya:
2 Asam piruvat
Ketiga proses respirasi yang penting tersebut dapat diringkas sebagai berikut:
PROSES
1. Glikolisis:
Glukosa 2 asam piruvat ,2 NADH ,2 ATP
2. Siklus Krebs:
2 asetil piruvat 2 asetil KoA + 2 C02 ,2 NADH ,2 ATP
2 asetil KoA 4 CO2 ,6 NADH ,2 PADH2
38 ATP
Proses fermentasi:
Fermentasi asam laktat yaitu fermentasi dimana hasil akhirnya adalah asam laktat. Peristiwa
ini dapat terjadi di otot dalam kondisi anaerob.
Reaksinya: C6H12O6 > 2 C2H5OCOOH + Energi
enzim
Prosesnya :
1. Glukosa > asam piruvat (proses Glikolisis).
enzim
C6H12O6 > 2 C2H3OCOOH + Energi
Proses Glikogenolisis:
Perubahan glikogen yang ada dalam sel menjadi glukosa.
Prosesmya:
HbF, hemoglobin yang terdapat pada fetus ataupun bayi yang sudah lahir, terdiri dari
beberapa rantai beta dan molekul hemoglobinnya terbentuk dari 2 rantai alfa dan 2
rantai gamma.
HbA, hemoglobin yang terdapat pada orang dewasa, terdiri dari 2 alpha-globulin
chains dan 2 beta-globulin chains.
Masing-masing dari keempat atom besi pada hemoglobin dapat berikatan secara reversible
dengan satu molekul O2, karena itu setiap molekul hemoglobin dapat mengambil empat
penumpang O2 di paru. Karena O2 tidak mudah larut dalam plasma, 98,5% O2 yang
terangkut dalam darah terikat ke hemoglobin. Karena kandungan besinya, hemoglobin
tampak kemerahan bila berikatan dengan O2 dan kebiruan jika mengalami deoksigenasi.
Karena itu, darah arteri yang teroksigenasi penuh akan berwarna merah dan darah vena yang
kehilangan sebagian kandungan O2nya memiliki rona kebiruan. Selain mengangkut O2,
hemoglobin juga berikatan dengan CO2, Bagian ion-hidrogen asam (H+), CO, dan Nitrat
Oksida (NO) yang bersifat vasodilator memiliki fungsi untuk melemaskan dan melebarkan
arteriol lokal. Proses vasodilatasi akan membantu menjamin bahwa darah yang kaya O2
dapat mengalir dengan lancar dan juga menstabilkan tekanan darah. Karena itu, hemoglobin
berperan kunci dalam transpor O2 sekaligus memberi kontribusi signifikan pada transpor
CO2 dan kemampuan darah dalam menyangga PH. Selain itu dengan membawa
vasodilatornya sendiri, hemoglobin membantu menyalurkan O2 yang dibawanya.
LO. 2.4 Kadar Hemoglobin
Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar hemoglobin
bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan batas kadar
hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin (WHO dalam Arisman, 2002).
Kelompok
Anak 6 bulan - 6 tahun
Anak 6 tahun - 14 tahun
Pria dewasa
Ibu hamil
Wanita dewasa
LO. 2.5 Kurva disosiasi oksigen pada hemoglobin
(a) Kurva disosiasi oksigen untuk hemoglobin pada suhu 37C dan PH 7,4. Kurva ini
memperlihatkan jumlah relatif oksigen yang terikat dengan hemoglobin ketika pigmen
tersebut dipaparkan ke larutan yang mempunyai tekanan parsial oksigen terlarut yang
bervariasi. (b) Ion hidrogen mempengaruhi konformasi hemoglobin, adanya penurunan dalam
pergeseran pH akan menggeser kurva disosiasi oksigen ke kanan.
Hipoksia hipoksik, ditandai oleh rendahnya PO2 darah arteri disertai oleh kurang
adekuatnya saturasi Hb. Hal ini disertai oleh malfungsi pernapasan yang melibatkan
kurang memadainya pertukaran gas dimana PO2 alveolus normal tetapi PO2 arteri
berkurang atau jika berada pada ketinggian atau lingkungan yang menyesakkan ketika
PO2 atmosfer berkurang sehingga PO2 alveolus dan arteri juga berkurang.
Hipoksia anemik, berkurangnya kapasitas darah yang mengangkut O2. Dapat terjadi
karena penurunan jumlah sel darah merah, kurangnya Hb di sel darah merah, atau
keracunan CO.
Hipoksia sirkulasi, terjadi jika darah beroksigen yang dialirkan ke jaringan terlalu
sedikit. Hipoksia sirkulasi mungkin terbatas di daerah tertentu oleh sumbatan
pembuluh darah. Atau tubuh mengalami hipoksia sirkulasi karena gagal jantung
kongestif atau syok sirkulasi.
Hipoksia histotoksik, penyaluran O2 ke jaringan normal tetapi sel tidak dapat
menggunakan O2 yang tersedia. Contohnya adalah keracunan sianida yang dimana
sianida menghambat enzim-enzim sel yang essensial bagi respirasi seluller.
ventilator. Dengan mekanisme ini pertukaran gas di alveolar yang terjadi tingkat
kapiler normal dan gradien Aa adalah normal.
2. Ventilation (V) / Perfusion (Q) mismatch merupakan salah satu penyebab klinis dari
hypoxia. Rasio normal dari V banding Q adalah 1:1. Penyakit yang mempengaruhi
jalur pernafasan dan pulmonary parenchyma terdistribusi secara tidak sama di paruparu dan tidak mempengaruhi ventilasi dan perfusi secara sama. Beberapa area
mungkin memiliki V/Q rasio yang memproduksi darah dengan PO2 tinggi dan O2
tinggi, selain itu mungkin sebaliknya. Dead space ventilation merupakan area pada
paru-paru yang tidak berpartisipasi dalam pertukaran gas dan mengakibatkan rasio
V/Q > 1. Dead space ventilation adalah keadaan dimana gas alveloar berlebih tidak
bertukar sepenuhnya dengan kapiler darah. Sehingga Ventilasi berbanding lebih besar
dari perfusi kapiler. Peningkatan dari Dead space ini dapat mengakibatkan hypoxia
dan hypercapnia.
3. Hipoventilation merupakan ventilasi yang rendah dibandingkan dengan kebutuhan
metabolik, menyebabkan peningkatan PCO2, sehingga kadar CO2 di dalam darah
menjadi lebih tinggi. O2 yang dihirup lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan
O2 untuk metabolik, sehingga kadar CO2 dalam darah meningkat mengakibatkan
asidosis respiratorik.
LO. 3.4 Penanganan dan pencegahan terhadap hipoksia
Hipoksia dapat ditangani dengan tentunya memasukkan oksigen ke dalam tubuh kita. Dan hal
ini dapat dilakukan dengan beberapa metode ataupun perantara seperti:
Inhaler
Nassal canula, mengirim oksigen dengan konsentrasi 24-44%
Simple oxygen mask, mengirim oksigen dengan konsentrasi 40-60%
Bag valve mask, mengirim oksigen dengan konsentrasi 60-80%
Transport ventilator, mengirim oksigen dengan konsentrasi 60-90%
Selain itu saat langsung terjadinya hipoksia maka dapat dilakukan penanganan pertama
dengan cara melakukan Cardiopulmonary resuscitation (CPR). Pencegahan yang mungkin
dapat dilakukan adalah dengan cara menghindari kemungkinan bagi kita untuk mengalami
kekurangan konsentrasi oksigen yang dapat disebabkan oleh salah satunya lingkungan seperti
lingkungan merokok, polusi udara, debu ataupun bahan kimia di udara, atau dengan langsung
mempersiapkan alat-alat seperti nassal canula dan masker oksigen pada orang yang sekiranya
mudah mengalami kekurangan oksigen.
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood L. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem Edisi 8. 2014. Jakarta: EGC
Weinberger, Drazen "Disturbances of Respiratory Function", Harrison's Principles of Internal
Medicine 15th edition. McGraw-Hill, 2001, pp.1446-53
Campbell Neil A, Mitchell Lawrance G, Reece Jane B. BIOLOGI Edisi Kelima Jilid 3
(terjemahan). 2004. Jakarta: Penerbit Erlangga.
http://www.healthline.com/health/copd/hypoxia#Treatments4
http://www.webmd.com/asthma/guide/hypoxia-hypoxemia#3
http://www.medicinenet.com/hypoxia_and_hypoxemia/page4.htm
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/139/jtptunimus-gdl-arimaretdi-6920-3-babii.pdf
ejournal.undip.ac.id/index.php/ijms/article/download/592/473