Sumber: http://biologimediacentre.com
Pada paru-paru tepatnya di alveolus terjadi pertukaran antara oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2). Tujuannya untuk
mengeluarkan karbondioksida agar tidak meracuni sel-sel tubuh. Proses pertukaran antara (O2) dengan CO2 terjadi secara difusi,
yaitu perpindahan zat terlarut (O2 atau CO2) dari daerah yang memiliki konsentrasi dan tekanan tinggi ke daerah yang memiliki
konsentrasi dan tekanan rendah.
Setelah terjadinya inspirasi, oksigen yang berada di alveolus akan berpindah ke dalam kapiler darah yang akan diedarkan ke
seluruh bagian tubuh yang membutuhkan oksigen. Manusia mempunyai dua tahap mekanisme pertukaran gas. Pertukaran gas
oksigen dan karbondioksida yang dimaksud yakni mekanisme pernapasan eksternal dan internal.
Proses yang pertama yaitu pertukaran O2 dari udara dalam alveolus dengan CO2 dalam kapiler darah yang disebut dengan
pernapasan luar (pernapasan eksternal), sedangkan proses yang kedua adalah pertukaran O2 dari aliran darah dengan CO2 dari
sel-sel jaringan tubuh yang disebut pernapasan dalam (pernapasan internal).
1. Pengangkutan O2
Pertukaran gas antara O2 dengan CO2 terjadi di dalam alveolus dan jaringan tubuh, melalui proses difusi. Oksigen yang sampai di
alveolus akan berdifusi menembus selaput alveolus dan berikatan dengan haemoglobin (Hb) dalam darah yang
disebut deoksigenasi dan menghasilkan senyawa oksihemoglobin (HbO) seperti reaksi berikut:
2. Pengangkutan CO2
Proses oksidasi/pembakaran dalam sel akan menghasilkan CO2 sebagai hasil respirasi sel yang kemudian akan diangkut lewat
kapiler vena darah menuju alveolus. CO2 dalam alvelous ini akan dikeluarkan lewat paru-paru. Pengangkutan CO2 keluar tubuh
umumnya berlangsung menurut reaksi kimia berikut:
Sumber: http://contohmodulinda.blogspot.co.id
Sisa dari oksigen, karbondioksida maupun sisa reaksi pengikatan keduanya dari pertukaran tersebut terlarut di dalam plasma darah
dan akan membentuk senyawa yang lainya, adapun komposisi darah adalah sebagai berikut:
O2 masuk ke dalam tubuh melalui inspirasi dari rongga hidung sampai alveolus. Di alveolus terjadi difusi O2 ke kapiler paru-paru
yang terletak di dinding alveolus. Masuknya O2 dari luar (lingkungan) menyebabkan tekanan parsial O2 atau PO2 di alveolus
lebih tinggi dibandingkan dengan PO2 di kapiler paru-paru. Oleh karena itu, O2 akan bergerak dari alveolus menuju kapiler paru-
paru, yang disebabkan proses difusi selalu terjadi dari daerah yang bertekanan parsial tinggi ke daerah yang bertekanan parsial
rendah.
Oksigen di kapiler arteri diikat oleh eritrosit yang mengandung hemoglobin sampai menjadi jenuh. Makin tinggi tekanan parsial
oksigen di alveolus, semakin banyak oksigen yang terikat oleh hemoglobin dalam darah. Hemoglobin terdiri dari empat sub unit,
setiap sub unit terdiri dari bagian yang disebut heme. Di setiap pusat heme terdapat unsur besi yang dapat berikatan dengan
oksigen, sehingga setiap molekul hemoglobin dapat membawa empat molekul oksigen berbentuk oksihemoglobin. Reaksi antara
hemoglobin dan oksigen berlangsung secara reversibel (bolak-balik) yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: pH, suhu,
konsentrasi O2 dan CO2, serta tekanan parsial.
Arah reaksi tersebut ke kiri bila terjadi di jaringan tubuh, dan ke kanan bila di jaringan paru-paru.
Hemoglobin akan mengangkut O2 ke jaringan tubuh kemudian berdifusi masuk ke sel-sel tubuh. Di dalam sel-sel tubuh atau
jaringan tubuh, O2 digunakan untuk proses respirasi di dalam mitokondria sel. Semakin banyak O2 yang digunakan oleh sel-sel
tubuh, maka semakin banyak CO2 yang terbentuk dari proses respirasi. Hal tersebut menyebabkan tekanan partial CO2 atau
PCO2 dalam sel-sel tubuh lebih tinggi dibandingkan PCO2 dalam kapiler vena sel-sel tubuh. Oleh karenanya CO2 dapat berdifusi
dari sel-sel tubuh ke dalam kapiler vena sel-sel tubuh, kemudian akan di bawa oleh eritrosit menuju ke paru-paru. Di paru-paru
terjadi difusi CO2 dari kapiler vena menuju alveolus. Proses tersebut terjadi karena tekanan parsial CO2 pada kapiler vena lebih
tinggi dari pada tekanan parsial CO2 dalam alveolus.
Bila pengangkutan O2 terutama dilaksanakan oleh Hb, maka pengangkutan CO2 dilakukan oleh plasma darah. CO2 dapat larut
dengan baik di dalam plasma darah dan membentuk asam karbonat:
Akibat terbentuknya asam karbonat tersebut, pH darah menurun sampai 4,5, karena H2CO3 sebagai suatu senyawa yang labil
akan mengurai dan meningkatkan kadar ion H+ darah :
Jadi CO2 diangkut oleh darah dalam bentuk ion HCO3ˉ. Proses pengangkutan dengan pengubahan secara bolak-balik dari CO2
menjadi H2CO3 dan sebaliknya dipercepat oleh enzim karbonat anhidrase.
CO2 dalam eritrosit akan bereaksi dengan air membentuk asam karbonat yang dapat menyebabkan darah bersifat asam. Darah
yang bersifat asam dapat melepaskan banyak O2 ke dalam sel-sel tubuh atau jaringan tubuh yang memerlukannya. Reaksi
pembentukan asam karbonat adalah sebagai berikut:
Akibat tebentuknya asam karbonat, pH darah menjadi asam yaitu sekitar 4.5, keasaman tersebut dinetralkan oleh ion-ion Natrium
(Na +) dan Kalium (K+) dalam darah.
Jumlah oksigen yang diambil melalui udara pernapasan tergantung pada kebutuhan dan hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh
O2 yang telah berdifusi dari alveoli ke dalam darah paru akan ditranspor dalam bentuk gabungan dengan hemoglobin ke
kapiler jaringan
Dimana O2 dilepaskan untuk digunakan sel.
Dalam jaringan, O2 bereaksi dengan berbagai bahan makanan, membentuk sejumlah besar CO2, yang masuk ke dalam kapiler
jaringan dan ditranspor kembali ke paru.
TEKANAN O2 DAN CO2 DALAM PARU, DARAH DAN JARINGAN
Gas dapat bergerak dengan cara difusi, yang disebabkan oleh perbedaan tekanan. O2 berdifusi dari alveoli ke dalam darah
kapiler paru karena PO2 alveoli > PO2 darah paru.
Lalu di jaringan, PO2 yang tinggi dalam darah kapiler menyebabkan O2 berdifusi ke dalam sel.
Selanjutnya, O2 dimetabolisme membentuk CO2. PCO2 meningkat, sehingga CO2 berdifusi ke dalam kapiler jaringan.
Demikian pula, CO2 berdifusi keluar dari darah, masuk ke alveoli karena PCO2 darah kapiler paru lebih besar.
PROTEIN HEME
Protein heme berfungsi dalam pengikatan dan pengangkutan O2, serta fotosintesis.
Gugus prostetik heme merupakan senyawa tetrapirol siklik, yang jejaring ekstensifnya terdiri atas ikatan rangkap terkonjugasi,
yang menyerap cahaya pada ujung bawah spektrum visibel sehingga membuatnya berwarna merah gelap.
Senyawa tetrapirol terdiri atas 4 molekul pirol yang dihubungkan dalam cincin planar oleh 4 jembatan metilen-α. Substituen β
menentukan bentuk sebagai heme atau senyawa lain.
Terdapat 1 atom besi fero (Fe2+) pada pusat cincin planar, yang bila teroksidasi, akan menghancurkan aktivitas biologik.
MYOGLOBIN
Mioglobin merupakan rantai polipeptida tunggal (monomerik), BM 17.000, memiliki 153 residu aminoasil.
Permukaan luarnya bersifat polar dan bagian dalamnya nonpolar.
Bentuknya sferis, dan ia kaya akan heliks-α, yang strukturnya diberi nama heliks A sampai H.
Ketika berikatan dengan O2, ikatan antara 1 molekul O2 dengan Fe2+ berada tegak lurus dengan bidang heme.
Sebenarnya CO membentuk ikatan dengan 1 heme tunggal 25.000x lebih kuat daripada O2, namun histidin distal (His E7)
merintangi pengikatan CO tegak lurus, sehingga kekuatan ikatannya menjadi 200x lebih besar daripada O2.
Mioglobin otot merah menyimpan O2, yang dalam keadaan kekurangan akan dilepas ke mitokondria otot untuk sintesis ATP.
HEMOGLOBIN
PENGANGKUTAN O2
PENGANGKUTAN CO2
CO2 yang dihasilkan metabolisme jaringan akan berdifusi ke dalam darah dan diangkut dalam 3 bentuk, yaitu:
CO2 terlarut - Daya larut CO2 dalam darah ; O2, namun pada PCO2 normal, hanya +10% yang ditranspor berbentuk terlarut.
Ikatan dengan Hb dan protein plasma
+30% CO2 berikatan dengan bagian globin dari Hb, membentuk HbCO2 (karbaminohemoglobin).
Deoksihemoglobin memiliki afinitas lebih besar terhadap CO2 dibandingkan O2.
Pelepasan O2 di kapiler jaringan meningkatkan kemampuan pengikatan Hb dengan CO2. Sejumlah kecil CO2 juga berikatan
dengan protein plasma (ikatan karbamino), namun jumlahnya dapat diabaikan.
Kedua ikatan ini merupakan reaksi longgar dan reversibel.
Ion HCO3 : 60-70% total CO2. Ion HCO3 terbentuk dalam eritrosit melalui reaksi:
CO2 + H2O ↔ H2CO3 ↔ H+ + HCO3-
Setelah melepas O2, Hb dapat langsung mengikat CO2 dan mengangkutnya dari paru untuk dihembuskan keluar. CO2
bereaksi dengan gugus α-amino terminal hemoglobin, membentuk karbamat dan melepas proton yang turut menimbulkan
efek Bohr.
Konversi ini mendorong pembentukan jembatan garam antara rantai α dan β, sebagai ciri khas status deoksi.
Pada paru, oksigenasi Hb disertai ekspulsi, kemudian ekspirasi CO2.
Dengan terserapnya CO2 ke dalam darah, enzim karbonik anhidrase dalam eritrosit akan mengkatalisis pembentukan asam
karbonat, yang langsung berdisosiasi menjadi bikarbonat dan proton.
Membran eritrosit relatif permeabel bagi ion HCO3, namun tidak untuk ion H.
Akibatnya, ion HCO3 berdifusi keluar eritrosit mengikuti perbedaan konsentrasi, tanpa disertai difusi ion H.
Untuk mempertahankan pH tetap netral, keluarnya ion HCO3 diimbangi dengan masuknya ion Cl ke dalam sel, yang dikenal
sebagai ‘chloride shift’. Ion H di dalam eritrosit akan berikatan dengan Hb.
Karena afinitas deoksihemoglobin terhadap ion H > O2, sehingga walaupun jumlah ion H dalam darah meningkat, pH relatif
tetap karena ion H berikatan dengan Hb.
Fenomena pembebasan O2 dari Hb yang meningkatkan kemampuan Hb mengikat CO2 dan ion H dikenal sebagai efek
Haldene.
Dalam paru, proses tersebut berlangsung terbalik, yaitu seiring terikatnya Hb dan O2, proton dilepas dan bergabung dengan
bikarbonat, sehingga terbentuk asam karbonat.
Dengan bantuan enzim karbonik anhidrase, asam karbonat membentuk gas CO2 yang dihembuskan keluar. Jadi, pengikatan
O2 memaksa ekspirasi CO2. Fenomena ini dinamakan efek Bohr.
KURVA SATURASI / DISOSIASI
Pertukaran gas terjadi di paru-paru, tepatnya pada alveolus. Pertukaran gas di alveolus terjadi secara difusi. Difusi adalah
perpindahan zat dari konsentrasi tinggi (pekat) ke konsentrasi rendah (encer). Di bawah ini saya berikan penjelasan mekanisme
pertukaran gas yang terjadi di alveolus. Silakan baca dan pahami.
1. Difusi O2
Difusi O2 melalui pembuluh kapiler darah sekeliling dinding alveolus. Pada alveolus, konsentrasi O 2 lebih tinggi daripada
konsentrasi O2 di dalam pembuluh darah. Sehingga O2 berdifusi menembus dinding alveolus kemudian menembus dinding
pembuluh darah dan O2 kemudian diikat oleh Hb (Hemoglobin) sehingga menjadi HbO 2 (Oksihemoglobin). Setelah itu
HbO2 diangkut bersama darah menuju jaringan dan masuk ke dalam sel. Ketika di itu Hemoglobin melepaskan O2 untuk
respirasi/pernafasan sel (Pernafasan intra sel).
2. Difusi CO2
Hasil sisa pernafasan sel adalah CO2 yang kemudian diikat oleh Hb yang telah melepaskan O2 sehingga menjadi HbCO2.
Kemudian HbCO2 diangkut bersama darah menuju paru-paru. Sehingga konsentrasi CO2 di pembuluh darah menjadi lebih tinggi
dibanding konsentrasi CO2 di alveolus. Akibatnya CO2 berdifusi menembus dinding pembuluh darah lalu menembus dinding
alveolus lalu CO2keluar melewati saluran pernafasan.
Pada paru-paru tepatnya di alveolus terjadi pertukaran antara oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2). Tujuannya untuk
mengeluarkan karbondioksida agar tidak meracuni sel-sel tubuh. Proses pertukaran antara O2 dengan CO2 terjadi secara difusi,
yaitu perpindahan zat terlarut (O2 atau CO2) dari daerah yang memiliki konsentrasi dan tekanan tinggi ke daerah yang memiliki
konsentrasi dan tekanan rendah.
Agar memahami proses pertukaran oksigen dan karbondioksida pahami terlebih dahulu sistem transportasi (peredaran darah).
Perhatikan dan pahami dengan baik penjelasan berikut ini. Difusi gas, baik yang ada di udara maupun yang terlarut dalam air
bergantung pada tekanan parsial. Tekanan parsial adalah tekanan yang diberikan oleh gas tertentu dalam campuran gas tersebut.
Pada materi ini yang dimaksud dengan tekanan parsial adalah tekanan O2 dan CO2 yang terlarut di dalam darah. Tekanan parsial
O2 diberi simbol PO2, sedangkan tekanan parsial CO2 diberi simbol PCO2. Pada sistem peredaran darah, tekanan parsial antara
O2 dan CO2 bervariasi pada setiap organ. Darah yang masuk ke paru-paru
melalui arteri pulmoner (arteri pulmonalis) memiliki PO2 yang lebih rendah dan PCO2 yang lebih tinggi daripada udara di dalam
alveoli.
Pada saat darah memasuki kapiler-kapiler alveoli, CO2 berdifusi dari darah ke alveoli dan O2 yang berada di alveoli akan
berdifusi ke dalam darah. Pada saat darah meninggalkan paru-paru, di dalam vena pulmoner (vena pulmonalis) PO2 telah naik dan
PCO2 telah turun.
Setelah darah masuk ke jantung, darah yang membawa banyak oksigen dipompakan ke seluruh bagian tubuh. Pada saat darah tiba
di jaringan tubuh, akan terjadi difusi O2 dari pembuluh darah menuju jaringan tubuh dan CO2 dari jaringan tubuh masuk ke dalam
darah. Setelah melepaskan O2 dan membawa CO2, darah akan kembali ke jantung dan dipompa lagi ke paru-paru. Setiap menit
paru-paru dapat menyerap sekitar 250 mL oksigen dan mengeluarkan sebanyak 200 mL karbondioksida. Agar kamu dapat
memahaminya,
perhatikan Gambar berikut