Anda di halaman 1dari 5

Larutan Elektrolit dan Larutan Non Elektrolit, Pengolahan Air Limbah Oleh Diana Agusta, 0806456480

A. Larutan Elektrolit dan Larutan Nonelektrolit Elektrolit adalah senyawa yang bila dilarutkan dalam pelarut (misalnya air) akan menghasilkan larutan yang dapat menghasilkan larutan yang dapat menghantarkan listrik. Larutan yang dapat menghantarkan listrik tersebut disebut larutan elektrolit. Adapun larutan yang tidak dapat mengahantarkan listrik disebut larutan nonelektrolit. Dengan uji elektrolit dapat diketahui apakah suatu larutan bersifat elektrolit atau tidak. Suatu larutan digolongkan elektrolit, bila pada elektroda terbentuk gas, lampu menyala terang atau menyala redup, kadang-kadang tidak menyala. Namun, suatu larutan akan digolongkan nonelektrolit, bila pada elektroda tidak terbentuk gelembung gas dan lampu tidak menyala. ----gambar alat uji elektrolit--Dari hasil uji elektrolit ternyata larutan elektrolit terdiri dari larutan basa, larutan asam, dan larutan garam sedangkan larutan nonelektrolit adalah larutan yang bukan larutan basa, asam ataupun garam seperti larutan gula, larutan alkohol, larutan ureum, glikol, glukosa, dst. Larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik, karena zat elektrolit bila dilarutkan dalam air, ion-ion yang tadinya terikat kuat dalam zat padatnya akan lepas dan terurai menjadi ion-ion yang bebas satu sama lain atau dapat dikatakan bahwa zat terlarut terdisosiasi menjadi ion-ionnya dalam larutan (disosiasi adalah penguraian senyawa menjadi kation dan anion). Ion-ion bebas inilah yang menghantarkan listrik. Jadi, larutan elektrolit dapat terbentuk bila senyawa ion dilarutkan dalam air. Dalam air senyawa ion akan terurai menjadi ion-ionnya kembali, maka dapat mengahantarkan listrik. Contoh :

NaCl(s)

Na+(aq) + Cl-(aq)

Selain itu, larutan elektrolit dapat pula terbentuk bila senyawa kovalen polar (asam) dilarutkan dalam air karena senyawa polar dalam air akan terurai menjadi ion-ion. Senyawa ion bila dilarutkan dalam sembarang pelarut belum tentu membentuk larutan elektrolit karena senyawa ion bila dilarutkan dengan sembarang pelarut belum tentu terurai menjadi ion-ion. Contoh; larutan NaCl dalam benzena tidak dapat menghantarkan listrik, karena tidak terurai menjadi ion-ion. Larutan non elektrolit tidak dapat menghantarkan listrik, karena zat dalam larutan tidak terurai menjadi ion-ion. Zat dari larutan nonelektrolit ini banyak berbentuk molekul (Contohnya gula dan alcohol) yang apabila dilarutkan dalam air sama sekali tak mempunyai kemampuan untuk terionisasi. Bila senyawasenyawa ini dilarutkan dalam air, molekul-molekulnya hanya bercampur dengan molekul-molekul air membentuk larutan yang homogen, tetapi larutannya tidak mengandung ion-ion karena solutnya ini tak bereaksi dengan air sehingga tak menghasilkan ion yang menyebabkan larutannya tidak menghantarkan listrik. Berdasarkan baik buruknya elektrolit dalam menghantarkan lisrik, elektrolit dibedakan atas: Elektrolit kuat, adalah elektrolit yang dalam larutan banyak menghasilkan ion, daya hantar listriknya sangat baik. Pada pengujian elektrolit, lampu menyala terang dan pada elektroda terbentuk gelembung gas. Larutan elektrolit kuat terbentuk dari terlarutnya senyawa elektrolit kuat dalam pelarut air. Senyawa elektrolit kuat dalam air dapat terurai sempurna membentuk ion positif (kation) dan ion negative (anion). Arus listrik merupakan arus electron. Pada saat dilewatkan ke dalam larutan elektrolit kuat, elektrolit tersebut dapat dihantarkan melalui ion-ion dalam larutan, seperti dihantarkan oleh kabel. Akibatnya lampu pada alat uji elektrolit akan menyala. Contoh :
-

semua asam kuat ; H2SO4, HNO3, HCl, HBr dan HI


-

semua basa kuat ; LiOH, NaOH, KOH, Ba(OH)2,

Sr(OH)2 dan Ca(OH)2

semua garam yang larut dalam air Elektrolit lemah, adalah elektrolit yang dalam air sedikit menghasilkan ion, daya hantar listriknya kurang baik. Pada pengujian elektrolit, lampu menyala redup, kadang-kadang tidak menyala, pada elektrolit terbentuk gelembung gas.

Pada larutan elektrolit lemah, walaupun terbentuk ion, tetapi kation dan anion yang terbentuk sangat sedikit. Akibatnya, anion tersebut tidak dapat menyalakan lampu, hanya menimbulkan gelembung gas. Adapun larutan nonelektrolit terbentuk dari senyawa nonelektrolit yang dilarutkan dalam pelarut air. Senyawa nonelektrolit dalam pelarut air tidak dapat membentuk ion, melainkan tetap berbentuk molekul. Karena tidak ada ion yang bermuatan, arus electron tidak dapat dihantarkan. Hal ini menyebabkan aliran electron terputus dari alat uji elektolit sehingga lampu tidak menyala. Contoh :
-

semua asam lemah ; CH3COOH, H2C2O4, HCN basa lemah ; larutan NH3 dalam air Bagaimana larutan elektrolit kuat atau elektrolit lemah dapat meimbulkan

gejala berupa adanya gelembung gas? Larutan elektrolit mengandung partikelpartikel yang bermuatan (kation dan anion). Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh kimiawan dan fisikawan Inggris, Micheal Faraday (1791-1876), diketahui bahwa jika arus listrik dialirkan ke dalam larutan elektrolit akan terjadi proses elektrolisis yang menghasilkan gas. Gelembung gas ini terbentuk karena ion positif mengalami reaksi redksi dan ion negative mengalami oksidasi.

Teori Elektrolit Debye-Huckel Bermula dari asumsi bahwa elektrolit kuat akan berdisosiasi secara sempurna menjadi ion-ionnya, Debye dan Huckel memulai teori mereka. Untuk

larutan yang encer (<0,01 m) interaksi yang terjadi antara ion-ionnya hanyalah gaya tarik-menarik atau tolak-menolak. Pada pengenceran tak terhingga, ion-ion tidak saling mempengaruhi satu sama lain. Namun bila konsentrasi elektrolit cukup besar, ion-ion dengan muatan yang berlawanan akan saling berinteraksi. Karena adanya interaksi ini, konsentrasi ion negative di sekitar ion positif lebih daripada konsentrasi ion negative pada bagian larutan lainnya, demikian pula sebaliknya. Karena adanya hal ini, terdapat kecenderungan suatu ion untuk menyelimuti dirinya dengan atmosfer yang terdiri dari ion-ion dengan muatan yang berlawanan. Tetapi kecenderungan ini ditentang oleh gerakan konstan termal (atau kinetic) dari ion-ion.

B. Pengolahan Air Limbah Air limbah mengandung zat-zat yang berbahaya dan bila dibuang langsung dapat merusak system akuatik. Oleh karena itu, air limbah sebaiknya diolah dalam bak pengolahan limbah. Setelah air terbebas dari bahan-bahan berbahaya maka air ersebut dapat digunakan untuk irigasi atau industri. Beberapa tolak ukur untuk menyatakan kualitas air :
-

DO (Dissolved Oxygen = jumlah oksigen terlarut), air yang baik mempunyai niali DO yang tinggi BOD (Biochemical Oxygen Demand = kebutuhan oksigen biokimia), air yang baik mempunyai nilai BOD yang rendah TDS (Total Dissolved Soluble = jumlah padatan terlarut), air yang baik mempunyai nilai TDS yang rendah. pH (derajat keasaman) , air yang baik mempunyai pH sekitar 7 (6,5 7,5) Pengolahan tahap primer adalah pemisahan zat-zat yang terdapat pada air

limbah yang tidak larut, seperti sampah, lumpur, minyak (oli), pasir dsb dapat dilakukan dengan penyaringan dan pengendapan.

Pengolahan tahap sekunder dilakukan untuk memperkecil/menghilangkan nilai BOD, dilakukan dengan menggunakan lumpur aktif. Lumpur aktif adalah lumpur yang diperkaya dengan bakteri aerob, unuk menguraikan limbah organic yang dapat mengalami biodegradasi. Pengolahan tahap tersier adalah pengolahan air bersih. Pada tahap ini air yang mungkin masih mengandung zat-zat yang tidak ramah lingkungan, misalnya; NH4+ diubah menjadi senyawa nitrat (nitrifikasi) atau gas N2, NO, NO2 dengan bantuan bakteri anaerob (denitrifikasi). Senyawa-senyawa phosphor dipisahkan dengan menambahkan koagulan seperti gaeram-garam Al atau Ca ke dalam air limbah.

DAFTAR PUSTAKA : Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Binarupa Aksara Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti. Jakarta : Erlangga http://www.belajarkimia.com http://www.chem-is-try.org

Anda mungkin juga menyukai