(Mg), aluminium (Al); semi logam : silicon (Si); dan non-logam : fosfor (P),
belerang (S), klorin (Cl), argon (Ar).
11 12 13 14 15 16 17 18
(Na) (Mg) (Al) [Ne] (Si) (P) (S) (Cl) (Ar)
[Ne] 3s1 [Ne] 3s2 3s23p1 [Ne] [Ne] [Ne] [Ne] [Ne]
23 24 27 3s23p2 3s23p3 3s23p4 3s23p5 3s23p6
28 31 32 35,5 40
Unsur-unsur periode ketiga umumnya berada di alam dalam bentuk senyawanya.
Pengecualian adalah S yang ditemukan dalam bentuk unsur dan sennyawa, dan Ar yang
berada dalam bentuk unsur saja.
Pembahasan akan meliputi sifat fisis dan sifat kimia
unsur – unsur periode ketiga. Sifat fisisnya dipelajari
menggunakan data sifat atomic dan struktur
unsurnya, sedangkan sifat kimianya menggunakan
data sifat atomic dan konfigurasi elektronnya.
Disamping itu, simak pula dua sifat karakteristik
unsur-unsur periode ketiga, yakni daya reduksi
serta oksidasi serta sifat asam basa hidroksida.
Untuk dapat mempelajari kecendderungan sifat fisis unsur-unsur periode ketiga, simak data sifat
atomik dan struktur unsur-nya.
Sifat atomic unsur – unsur periode ketiga
Sifat Atomik Na Mg Al Si P S Cl Ar
Jari-jari ionic (pm) 102 72 54 26 17 29 180 -
Jari-jari logam/kovalen (pm) 190 160 118 111 102 102 99 98
Energi ionisasi I (kJ/mol) 496 738 578 789 1.013 1.000 1.250 1.520
Afinitas elektron -52,8 >0 -42,5 -134 -72,0 -200 -349 >0
Keelektonegatifan 1,0 1,2 1,5 1,8 2,1 2,5 3,0 -
Biliangan oksidasi +1 +2 +3 +4 +5 +6 +7 0
(maksimum)
Dari table diatas, terliat adanya keteraturan sifat atomic dari Na ke Ar yang secara umum
dirumuskan sebagai berikut.
- Nilai jari-jari atom berkurang dari Na ke Ar.
- Nilai energy ionisasi bertambah dari Na ke Ar, dengan fluktuasi nilai dari
Mg ke Al dan dari P ke S.
- Nilai afinitas electron bertambah dari Na ke Cl, dengan fluktuasi nilai untuk Al dan P. (abaika jik
tanda negative pada nilai afinitas eekton, yang berarti energy dilepaskan)
- Nilai keelektronegatifan bertambah dari Na keCl.
- Nilai biloks maksimum bertambah dari Na ke Cl.
Struktur unsur – unsur periode ketiga dari Na ke Ar ditentukan
dari julah electron valensinya yang semakin bertambah dari
kiri ke kanan.
unsur struktur unsur
Logam Na, Mg, Al Na kristal logam bcc
atom Na, Mg, dan Al memiliki jumlah elektron valensi terlalu Al kristal logam hcp
sedikit, yakni 1,2, dan 3 elektron.
Hal ini menyebabkan aton-atom cenderung bergabung melalui Mg kristal logam fcc
ikatan logam
Semi logam Si Si molekul kovalen raksasa di
atom Si memiliki 4 elektron valensi yang cukup untuk dipakai mana atom-atom Si
bersama membentuk ikatan kovalen dengan 4 atom Si lainnya bergabung melalui ikatan
dan menghasilkan struktur tetrahedron. Akan tetapi, keempat kovalen
atom Si dapat membentuk 4 ikatan kovalen lagi dengan atom-
atom Si lainnya sehngga diperoleh struktur/molekul kovalen
raksasa.
Non-logam P,S, Cl P molekul molekul P4 yang
atom P,S, dan Cl memiliki jumlah elektron valensi besar, yakni saling terikat oleh gaya
5,6, dan 7 sehingga dipkai secara bersama membentuk ikatan london
kovalen guna meghasilkan molekul sederhana (poliatomik
atau diatomik).
S molekul molekul S4 yang
saling terikat oleh gaya
london
Cl molekul molekul Cl2 yang
saling terikat oleh gaya
london
Non-logam Ar Ar atom-atom tunggal Ar yang
konfigurasi elekton sudah stabil (konfigurasi gas mulia) saling terikat oleh gaya
sehingga atom-atom berada sebagai atom tunggal london
(monoatomik)
Kekuatan ikatan logam bertambah dari Na ke Al
Kekuatan ikatan logam dipengaruhi oleh rapat muatan ion positif
dan rapat muatan awan electron. Muatan inti positif dan muatan
awan electron bertambah dari inti psitif dan muatan awan electron
bertambah dari Na ke Al, sementara jumlah kulit dalam tetap. Hal in
memnyebabkan gaya tarik inti dan electron semakin besar dan jari-
jari atom berkurang. Dengan demikian, rapat muatan ion positif dan
rapat muatan awan electron bertambah sehingga tarik-menarik
ion-ion positif dari awan electron semakin kuat.
Kekuatan ikatan kovalen dalam struktur kovalen raksasa Si
Struktur kovalen raksasa Si merupakan unsur yang stabil dan simetris
sehingga memiliki ikatan kovalen yang cukup kuat.
Kekuatan gaya London S > P> Cl > Ar
Kekuatan gaya London yang bekerja pada molekul – molekul
dipengaruhi oleh ukuran molekul, jumlah atom dalam molekul, dan
bentuk molekul. Semakin besar ukuran molekul dan semakin banyak
jumlah atom didalam molekul, maka semakin besar kekuatan gaya
London. Sementara, semakin kompak bentuk molekul, semakin
lemah kekuatan gaya London.
Na Mg Al Si P S Cl Ar
Kerapatan (kg/m3) 970 1.74 2.702 2.33 1.82 2.07 3,214 1,78
Titik leleh (⁰C) 98 649 660 1.41 44,1 115 -101 -189
Titik didih (⁰C) 883 1.107 2.519 3.28 277 444 -35 -186
∆Hfus (kJ/mol) 2,60 8,95 10,79 50,55 0,657 1,718 5,9 1,19
Daya Hantar Listrik (MΩ-1 cm-1) 0,210 0,226 0,377 << << << - -
Daya Hantar Panas (W/cmK) 1,41 1,56 2,37 1,48 0,00235 0,00269 0,00009 0,00018
Kerapatan bertambah dari Na ke Al, lalu berkurang dari Al ke Ar
Nilai kerapatan bergantung pada massa atom, jari-jari atom dan kecepatan perunit
sel dalam struktur unsur. Nilai kerapatan semakin besar dengan pertambahan massa
atom dan factor kerapatan, dan sebaliknya semakin kecil dengan pertambahan jari-
jari atom.
Kekerasan bertambah dari Na ke Si
Pertambahan kekerasan dapatn dijelaskan dari kekuatan ikatan logam yang
meningkatdari Na ke Al, dan kekuatan ikatan kovalen pada Si.
Titik leleh dan ∆Hfus bertambah dari Na ke Si, lalu berkurang dari Si ke Ar
Kenaikan titik leleh dan ∆Hfus dari Na ke Si, dapat dijelaskan dengan kekuatan ikatan
logam yang meningkat dari Na ke Al, dan kekuatan ikatan kovalen pada Si.
Sedangkan kecenderungan penurunan titik leleh adalah ∆Hfus dari Si ke Ar terkait
dengan variasi kekuatan gaya London S > P > Cl > Ar
Titik didih dan ∆HV bertambah dari Na ke Si, lalu berkurang dari Si ke Ar
Kenaikan dan penurunan tiik didih serta ∆HV dapat dijelaskan seperti halnya
kecenderungan titik leleh dari ∆Hfus diatas.
Daya hantar listrik dan daya hantar panas logam Na, Mg, dan Al lebih baik
dibandingkan semi-logam Si dan non-logam P, S, Cl, Dan Ar
Logam Na, Mg, dan Al memiliki daya hantar listrik dan pana yang baik karena
electron-elektron valensi dalam ikatan logamnya dapat bergerak bebas. Daya hantar
listrik dan panas semakin bertambah dari Na ke Al.
Semi logam Si memiliki ikatan kovalen elektronnya terikat ke inti atom. Meski daya
hantar listrik Si lebih buruk dibanding logam, namun masih lebih baik dibanndingkan
non-logam.
Non-logam P, S, Cl, dan Ar tidak memiliki daya hantar listrik yang baik karena struktur
unsurnya tidak memiliki electron-electron bebas. Untuk daya hantar panasnya,
kekuatan London yang melemah menyebabkan partikel-partikel menjadi lebih muah
bergerak sehingga P, S, Cl, dan Ar dapat menghantar panas meski sedikit.
sifat atomic unsur-unsur periode ketiga
simak data sifat atomic unsur-unsur periode ketiga pada table (slide ke)
konfigurasi elektron unsur-unsur periode ketiga
simak pada tabel berikut :
Konfigurasi elektron unsur-unsur periode ketiga
Nomor atom 11 12 13 14 15 16 17 18
Konfigurasi elekron [Ne] 3S1 [Ne]3s2 [Ne]3s23p1 [Ne]3s23p2 [Ne]3s23p3 [Ne]3s23p4 [Ne]3s23p5 [Ne]3s23p6
kecuali Ar, unsur-unsur periode ketiga dapat memiliki konfigurasi elektron gas
mulia dengan cara melepas elektron atau menyerap elektron dari atom
lain.unsur-unsur logam Na, Mg, dan Al dengan jumlah elektron valensi 1, 2, dan 3
lebih mudah melepas elektron valesnsinya. Sebaliknya, unsur-unsur non-logam, P,
S, dan CL memiliki jumlah elektron valesnsi 5, 6, dan 7 sehingga cenderung
meneia electron dari atom lain. Untuk mendapatkan konfigurasi elektron yang
stabil.
Kesimpulannya: untuk unsur-unsur periode ketiga kecuali Ar semakin ke kiri
kereaktifan logam bertambah dan semakin ke kanan kereaktifan non-logam
bertambah.
Kecenderungan daya reduksi dan daya oksidasi unsur-unsur period eke
tiga dapat diramalkan menggunakan data potensial reduksi standar
(E0).semakin positif nilai E0, semakin besar daya oksidasinya.sebaliknya,
semakin negatif nilai E0, semakin besar daya reduksinya.
Daya reduksi dan oksidasi unsur-unsur periode ketiga, kecuali Ar, dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Daya reduksi bertambah
Nilai E0 Nilai E0
Na+(aq) + e- Na() E0 = -2,71 V
semakin semakin
positifdari Mg2+(aq) + 2e- Mg() E0 = -2,37 V negatif dari
Na ke Cl. Cl ke Na. Jadi,
Jadi, daya Al3+(aq) + 3e- Al() E0 = -1,66 V daya reduksi
oksidasi bertambah
Cl2(g) + 2e- 2Cl-(aq) E0 = +1,36 V
bertambah dari Cl ke Na.
Na ke Cl.
Daya oksidasi bertambah
Karena tertutup oleh lapisan pasir, kerikil, dan lumpur. Lapisan-lapisan ini yang
menyebabkan kemungkinan runtuhnya tambang tersebut. Disamping itu, endapan
ini mengandung gas beracun SO2 dan H2S. Hal ini berhasil diatasi dengan suatu
metode yang disebut proses Frasch. Tingkat kemurnian S yang dihasilkan sekitar 99,5%.
Proses ekstraksi S dari senyawa Sulfida
Pada awalnya, senyawa sulfida seperti CuS dan PbS hanya digunakan untuk
pengambilan logam seperti Cu dan Pb melalui reaksi berikut.
CuS + O2 Cu + SO2
Akan tetapi, gas SO2 yang dihasilkan telah menyebabkan polusi udara dan juga
hujan asam. Untuk itu, sekarang SO2 tidak dibuang ke udara, tetapi direaksikan
dengan H2S untuk menghasilkan belerang (S).
2H2S + SO2 3S + 2H2O
Cara yang sama juga digunakan untuk mengekstrasik belerang yang berada
sebagai gas H2S dalam gas alam. Metode ekstraksi S senyawa sulfide sekarang
menjadi semakin penting dibanding proses Frasch.
Aplikasi unsur-unsur periode ketiga yang akan dibahas disini meliputi Na, Mg,
Cl, Ar, Al, Si, P, dan S.
a. Natrium
· Dipakai dalam pembuatan ester
· NaCl digunakan oleh hamper seluruh makhluk hidup
· Na-benzoat dipakai dalam pengawetan makanan
b. Magnesium
· Digunakan dalam proses produksi logam, kaca dan semen
· Untuk membuat konstruksi pesawat,logamnya disebut magnulum
· Pemisah sulfur dari besi dan baja
c. Clorin
· Digunakan untuk menghilangkan tinta dalam proses daur ulang kertas
· Digunakan untuk membunuh bakteri pada air minum
· Dipakai dalam berbagai macam industri
d. Argon
· Untuk membuat lapisan pelindung pada berbagai macam proses
· Untuk mendeteksi sumber air tanah
· Dipakai dalam roda mobil mewah
e. Alumunium
· Banyak digunakan dalam industry pesawat
· Untuk membuat konstruksi bangunan
· Digunakan dalam berbagai macam aloi
f. Silicon
· Dipakai dalam pembuatan kaca
· Terutama dipakai dalam pembuatan semi konduktor
· Digunkan untuk membuat aloi bersama
alumunium,magnesium dan tembaga
g. Phosphorus
· Untuk membuat asam fosfor
· Untuk membuat dinding dan kepala korek api
· Senyawa fosfor digunakan untuk produksi gelas pada lampu
natrium
h. Sulphur
· Dipakai sebagai bahan dasar asam sulfat
· Digunakan dalam baterai
· Dipakai pada fungisida dan pembuatan pupuk
Dampak pemanfaatan alumunium(Al):
Emisi CO2 dari sel elektrolisis yang berpengaruh terhadap pemanasan
global:
2Al2O3(l) + 3C(s) 4Al(l) + 3CO2(g)
Emisi senyawa fluoride PFC (perfluorocarbon), yakni CF4 dan C2F6
yang berkontribusi terhadap pemanasan global. PFC dihasilkan dari
‘efek anode’, yakni reaksi anode C dengan fluoride suaktu
konsentrasi Al2O3 dalam kriolit (Na3AlF6) berkurang.
Rusaknya ekosistem pada permukan tanah akibat penambangan
bauksit.
Peanfaatan asbestos (silikat) untuk konstruksi, insulasi panas/listrik, dan
bahan tahan api telah menimbulkan gangguan paru-paru.
Bijih fosfat mentah mengandung 2 – 4%F. Sewaktu bijih fosfat menjadi
fosfat yang larut dalam air, fluoride dilepas ke udara sehingga
menyebabkan rusaknya tanaman dan keracunan pada ternak.
Pemanfaatan unsur P pada detergen dan pupuk telah menyebabkan
eutropikasi,yakni suburnya tanaman air fitoplankton. Hal ini
menyebabkan kadar O2 dalam air berkurang, sehingga organisme air
lainnya akan mati.
SO2 dalam konsentrasi tinggi diudara, jika terhirup, dapat bereaksi
dengan air dalam paru-paru membentuk H2SO4. Akibatnya,terjadi
pendarahan yang akan mengisi paru-paru sehingga penderita
menjadi lemas. SO2 juga sering dikaitkan dengan hujan asam.