Anda di halaman 1dari 24

Unsur-unsur periode ketiga terdiri dari logam : natrium (Na), magnesium

(Mg), aluminium (Al); semi logam : silicon (Si); dan non-logam : fosfor (P),
belerang (S), klorin (Cl), argon (Ar).
11 12 13 14 15 16 17 18
(Na) (Mg) (Al) [Ne] (Si) (P) (S) (Cl) (Ar)
[Ne] 3s1 [Ne] 3s2 3s23p1 [Ne] [Ne] [Ne] [Ne] [Ne]
23 24 27 3s23p2 3s23p3 3s23p4 3s23p5 3s23p6
28 31 32 35,5 40
Unsur-unsur periode ketiga umumnya berada di alam dalam bentuk senyawanya.
Pengecualian adalah S yang ditemukan dalam bentuk unsur dan sennyawa, dan Ar yang
berada dalam bentuk unsur saja.
 Pembahasan akan meliputi sifat fisis dan sifat kimia
unsur – unsur periode ketiga. Sifat fisisnya dipelajari
menggunakan data sifat atomic dan struktur
unsurnya, sedangkan sifat kimianya menggunakan
data sifat atomic dan konfigurasi elektronnya.
Disamping itu, simak pula dua sifat karakteristik
unsur-unsur periode ketiga, yakni daya reduksi
serta oksidasi serta sifat asam basa hidroksida.
Untuk dapat mempelajari kecendderungan sifat fisis unsur-unsur periode ketiga, simak data sifat
atomik dan struktur unsur-nya.
 Sifat atomic unsur – unsur periode ketiga
Sifat Atomik Na Mg Al Si P S Cl Ar
Jari-jari ionic (pm) 102 72 54 26 17 29 180 -
Jari-jari logam/kovalen (pm) 190 160 118 111 102 102 99 98
Energi ionisasi I (kJ/mol) 496 738 578 789 1.013 1.000 1.250 1.520
Afinitas elektron -52,8 >0 -42,5 -134 -72,0 -200 -349 >0
Keelektonegatifan 1,0 1,2 1,5 1,8 2,1 2,5 3,0 -
Biliangan oksidasi +1 +2 +3 +4 +5 +6 +7 0
(maksimum)

Dari table diatas, terliat adanya keteraturan sifat atomic dari Na ke Ar yang secara umum
dirumuskan sebagai berikut.
- Nilai jari-jari atom berkurang dari Na ke Ar.
- Nilai energy ionisasi bertambah dari Na ke Ar, dengan fluktuasi nilai dari
Mg ke Al dan dari P ke S.
- Nilai afinitas electron bertambah dari Na ke Cl, dengan fluktuasi nilai untuk Al dan P. (abaika jik
tanda negative pada nilai afinitas eekton, yang berarti energy dilepaskan)
- Nilai keelektronegatifan bertambah dari Na keCl.
- Nilai biloks maksimum bertambah dari Na ke Cl.
 Struktur unsur – unsur periode ketiga dari Na ke Ar ditentukan
dari julah electron valensinya yang semakin bertambah dari
kiri ke kanan.
unsur struktur unsur
Logam Na, Mg, Al Na kristal logam bcc
atom Na, Mg, dan Al memiliki jumlah elektron valensi terlalu Al kristal logam hcp
sedikit, yakni 1,2, dan 3 elektron.
Hal ini menyebabkan aton-atom cenderung bergabung melalui Mg kristal logam fcc
ikatan logam
Semi logam Si Si molekul kovalen raksasa di
atom Si memiliki 4 elektron valensi yang cukup untuk dipakai mana atom-atom Si
bersama membentuk ikatan kovalen dengan 4 atom Si lainnya bergabung melalui ikatan
dan menghasilkan struktur tetrahedron. Akan tetapi, keempat kovalen
atom Si dapat membentuk 4 ikatan kovalen lagi dengan atom-
atom Si lainnya sehngga diperoleh struktur/molekul kovalen
raksasa.
Non-logam P,S, Cl P molekul molekul P4 yang
atom P,S, dan Cl memiliki jumlah elektron valensi besar, yakni saling terikat oleh gaya
5,6, dan 7 sehingga dipkai secara bersama membentuk ikatan london
kovalen guna meghasilkan molekul sederhana (poliatomik
atau diatomik).
S molekul molekul S4 yang
saling terikat oleh gaya
london
Cl molekul molekul Cl2 yang
saling terikat oleh gaya
london
Non-logam Ar Ar atom-atom tunggal Ar yang
konfigurasi elekton sudah stabil (konfigurasi gas mulia) saling terikat oleh gaya
sehingga atom-atom berada sebagai atom tunggal london
(monoatomik)
 Kekuatan ikatan logam bertambah dari Na ke Al
 Kekuatan ikatan logam dipengaruhi oleh rapat muatan ion positif
dan rapat muatan awan electron. Muatan inti positif dan muatan
awan electron bertambah dari inti psitif dan muatan awan electron
bertambah dari Na ke Al, sementara jumlah kulit dalam tetap. Hal in
memnyebabkan gaya tarik inti dan electron semakin besar dan jari-
jari atom berkurang. Dengan demikian, rapat muatan ion positif dan
rapat muatan awan electron bertambah sehingga tarik-menarik
ion-ion positif dari awan electron semakin kuat.
 Kekuatan ikatan kovalen dalam struktur kovalen raksasa Si
 Struktur kovalen raksasa Si merupakan unsur yang stabil dan simetris
sehingga memiliki ikatan kovalen yang cukup kuat.
 Kekuatan gaya London S > P> Cl > Ar
 Kekuatan gaya London yang bekerja pada molekul – molekul
dipengaruhi oleh ukuran molekul, jumlah atom dalam molekul, dan
bentuk molekul. Semakin besar ukuran molekul dan semakin banyak
jumlah atom didalam molekul, maka semakin besar kekuatan gaya
London. Sementara, semakin kompak bentuk molekul, semakin
lemah kekuatan gaya London.
Na Mg Al Si P S Cl Ar

Fase Padat Padat Padat Padat Padat Padat Gas Gas

Kerapatan (kg/m3) 970 1.74 2.702 2.33 1.82 2.07 3,214 1,78

Kekerasan (Mohs) 0,5 2,5 2,75 6,5 - - - -

Titik leleh (⁰C) 98 649 660 1.41 44,1 115 -101 -189

Titik didih (⁰C) 883 1.107 2.519 3.28 277 444 -35 -186

∆Hfus (kJ/mol) 2,60 8,95 10,79 50,55 0,657 1,718 5,9 1,19

∆Hv (kJ/mol) 97 127 293 359 12,1 9,8 10,2 6,45

Daya Hantar Listrik (MΩ-1 cm-1) 0,210 0,226 0,377 << << << - -

Daya Hantar Panas (W/cmK) 1,41 1,56 2,37 1,48 0,00235 0,00269 0,00009 0,00018
 Kerapatan bertambah dari Na ke Al, lalu berkurang dari Al ke Ar
 Nilai kerapatan bergantung pada massa atom, jari-jari atom dan kecepatan perunit
sel dalam struktur unsur. Nilai kerapatan semakin besar dengan pertambahan massa
atom dan factor kerapatan, dan sebaliknya semakin kecil dengan pertambahan jari-
jari atom.
 Kekerasan bertambah dari Na ke Si
 Pertambahan kekerasan dapatn dijelaskan dari kekuatan ikatan logam yang
meningkatdari Na ke Al, dan kekuatan ikatan kovalen pada Si.
 Titik leleh dan ∆Hfus bertambah dari Na ke Si, lalu berkurang dari Si ke Ar
 Kenaikan titik leleh dan ∆Hfus dari Na ke Si, dapat dijelaskan dengan kekuatan ikatan
logam yang meningkat dari Na ke Al, dan kekuatan ikatan kovalen pada Si.
Sedangkan kecenderungan penurunan titik leleh adalah ∆Hfus dari Si ke Ar terkait
dengan variasi kekuatan gaya London S > P > Cl > Ar
 Titik didih dan ∆HV bertambah dari Na ke Si, lalu berkurang dari Si ke Ar
 Kenaikan dan penurunan tiik didih serta ∆HV dapat dijelaskan seperti halnya
kecenderungan titik leleh dari ∆Hfus diatas.
 Daya hantar listrik dan daya hantar panas logam Na, Mg, dan Al lebih baik
dibandingkan semi-logam Si dan non-logam P, S, Cl, Dan Ar
 Logam Na, Mg, dan Al memiliki daya hantar listrik dan pana yang baik karena
electron-elektron valensi dalam ikatan logamnya dapat bergerak bebas. Daya hantar
listrik dan panas semakin bertambah dari Na ke Al.
 Semi logam Si memiliki ikatan kovalen elektronnya terikat ke inti atom. Meski daya
hantar listrik Si lebih buruk dibanding logam, namun masih lebih baik dibanndingkan
non-logam.
 Non-logam P, S, Cl, dan Ar tidak memiliki daya hantar listrik yang baik karena struktur
unsurnya tidak memiliki electron-electron bebas. Untuk daya hantar panasnya,
kekuatan London yang melemah menyebabkan partikel-partikel menjadi lebih muah
bergerak sehingga P, S, Cl, dan Ar dapat menghantar panas meski sedikit.
 sifat atomic unsur-unsur periode ketiga
 simak data sifat atomic unsur-unsur periode ketiga pada table (slide ke)
 konfigurasi elektron unsur-unsur periode ketiga
 simak pada tabel berikut :
Konfigurasi elektron unsur-unsur periode ketiga

IA IIA IIIA IVA VA VIA VIIA VIIIA


Periode ketiga Na Mg Al Si P S Cl Ar

Nomor atom 11 12 13 14 15 16 17 18

Konfigurasi elekron [Ne] 3S1 [Ne]3s2 [Ne]3s23p1 [Ne]3s23p2 [Ne]3s23p3 [Ne]3s23p4 [Ne]3s23p5 [Ne]3s23p6

 kecuali Ar, unsur-unsur periode ketiga dapat memiliki konfigurasi elektron gas
mulia dengan cara melepas elektron atau menyerap elektron dari atom
lain.unsur-unsur logam Na, Mg, dan Al dengan jumlah elektron valensi 1, 2, dan 3
lebih mudah melepas elektron valesnsinya. Sebaliknya, unsur-unsur non-logam, P,
S, dan CL memiliki jumlah elektron valesnsi 5, 6, dan 7 sehingga cenderung
meneia electron dari atom lain. Untuk mendapatkan konfigurasi elektron yang
stabil.
 Kesimpulannya: untuk unsur-unsur periode ketiga kecuali Ar semakin ke kiri
kereaktifan logam bertambah dan semakin ke kanan kereaktifan non-logam
bertambah.
 Kecenderungan daya reduksi dan daya oksidasi unsur-unsur period eke
tiga dapat diramalkan menggunakan data potensial reduksi standar
(E0).semakin positif nilai E0, semakin besar daya oksidasinya.sebaliknya,
semakin negatif nilai E0, semakin besar daya reduksinya.
 Daya reduksi dan oksidasi unsur-unsur periode ketiga, kecuali Ar, dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Daya reduksi bertambah
Nilai E0 Nilai E0
Na+(aq) + e-  Na() E0 = -2,71 V
semakin semakin
positifdari Mg2+(aq) + 2e- Mg() E0 = -2,37 V negatif dari
Na ke Cl. Cl ke Na. Jadi,
Jadi, daya Al3+(aq) + 3e- Al() E0 = -1,66 V daya reduksi
oksidasi bertambah
Cl2(g) + 2e-  2Cl-(aq) E0 = +1,36 V
bertambah dari Cl ke Na.
Na ke Cl.
Daya oksidasi bertambah

 Daya reduksi unsur-unsur periode ketiga berkurang dari Na ke Cl,


sedangkan daya oksidasinya bertambah dari Na ke Cl.
 Kesimpulannya bahwa logam Na, Mg, dan Al memiliki daya reduksi
atau sebagai reduktor yang baik. Sedangkan,non-logam P, S, dan Cl
memiliki daya oksidasi atau sebagi oksidator yang lebih baik.
 Unsur-unsur periode ketiga dapat membentuk
senyawa hidroksida M(OH)x dimana M adalah
unsur periode ketiga dan x adalah jumlah electron
valensi atau bilangan oksidasi unsur tersebut.untuk
bilangan oksidasi maksimum,senyawa hidroksida
unsur-unsur tersebut dapat ditulis sebagai berikut.
senyawa hidroksida unsur-unsur periode ketiga
Na Mg Al Si P S Cl
Bilangan oksidasi maksimum +1 +2 +3 +4 +5 +6 +7

Senyawa hidroksida NaOH Mg(OH)2 Al(OH)3 Si(OH)4 P(OH)5 S(OH)6 Cl(OH)7


Jenis ikatan Ionik Ionik Ionik Kovalen Kovalen Kovalen Kovalen
 Senyawa hidroksida bersifat basa jika senyawa tersebut dapat melepas
ion OH-, hal ini berlaku untuk M dengan energi ionisasi kecil. M akan
mudah melepas electron menjadi muatan parsial positif,dan electron
tersebut akan diterima oleh atom O yang akan menjadi bermuatan
parsial negative ikatan yang terbntuk antara M dan O merupakan
ikatan ionik, yang dapat melepas ion OH-.
 MOH-----------M+ + OH-
 Senyawa hidroksida bersifat asam jika senyawa tersebut melepas ion
H+.hal ini berlaku untuk unsur M dengan energy ionisasi yang besar M
akan sukar melepas electron dan cenderung menggunakan electron
bersama dengan O membentuk ikatan kovalen.
 MOH --------- MO- + H+
 Kesimpulannya sifat basa hidroksida berkurang dan sifat asam
hidroksida bertambah dari Na ke Cl.
 Senyawa-senyawa hidroksida dari unsur-unsur periode ketiga disebelah
kanan dari Si sampai Cl, bersifat tidak stabil dan cenderung terurai
menjadi senyawa asamnya.
 Si(OH)4 ------- H2SiO3+H2O - S(OH)6 -----H2SO4+2H2O
 P(OH)5 -------H3PO4+H2O - Cl(OH)7----- HClO4+3H2O
 Kecenderungan kekuatan asam basa hidroksida dari Na ke Cl dapat
disimak pada tabel berikut.
Unsur Hidroksida keterangan
Asam-Basa
Na NaOH NaOH adalah basa kuat karena memiliki nilai Kb yang sangat besar.
Mg Mg(OH)2 Mg(OH)2 adalah basa lemah karena sukar larut dalam air.
(Ksp = 1,8 x 10-11 mol3/L3)
Al Al(OH)3 Al(OH)3 merupakan basa yang sangat lemah sekaligus asam yang sangat lemah karena
sukar larut dalam air (Ksp = 2,0 x 10-32 mol4/L4).
Si Si(OH)4 (H2SiO3) H2SiO3 merupakan asam lemah. H2SiO3 bersifat tidak stabil dan cenderung terurai
menjadi SiO2 dan H2O.
P+ P(OH)5 (H2SO4) H3PO4 adalah asam lemah dengan nilai Ka1 = 7,5 x 10-3 dan Ka2 = 6,2 x 10-8.
S+ S(OH)6 (H2SO4) H2SO4 adalah asam kuat dengan nilai Ka1 yang sangat besar Ka2 = 1,1 x 10-2.
Cl+ Cl(OH)7 (HClO4) HClO4 adalah asam sangat kuat dengan nilai Ka yang sangat besar.
Non-logam memiliki beberapa billoks,sehingga dapat membentuk lebih
dari satu asam. Sebagai contoh
 S dapat membentuk asam H2SO3 yang lebih lemah dibanding H2SO4
(Ka1 H2SO3=1,2x10-2)
 T dapat membentuk asam H3PO3 yang lebih lemah dibandingkan
H3PO4 (Ka1 H3PO3=3,0x10-2)
 Cl dapat membentuk HClO4 HClO2+ dan HClO.kekuatan asam
berkurang dari HClO4 ke HClO.
Na Mg Al Si P S Cl
Bilangan +1 +2 +3 +4 +5 +6 +7
oksidasi
maksimum
Senyawa NaO Mg(O Al(OH) Si(OH) P(OH S(OH) Cl(OH)7
hidroksida H H)2 3 4 )5 6
Jenis ioni ionik Ionic kovale koval kovale kovalen
ikatan k n en n
Sifa asam Basa Basa Amfote Asam Asam Asam Asam sangat kuat
basa kuat lema r sangat lema kuat
h (basa/a lemah h
sam
sangat
lemah)
 Unsur-unsur periode ketiga berada
dialam dalam bentuk unsur
senyawanya.
 Proses ekstraksi Al yang paling ekonomis dikenal sebagai proses Hall-heroiuit,
yakni ekstraksi Al dari bauksit menggunakan metode elektrolisis. Bauksit
sendiri mengandung sekitar 50% Al2O3, Fe(III) oksida, dan berbagai zat
pengotor lainnya.
 Tahapan esktraksi Al dari bauksit :
 Bauksit dihancurkan dan Al2O3 dipisahkan dari zat pengotor lainnya dalam
bauksit dengan melarutkannya dalam NaOH pekat. Campuran ini
dipanaskan dalam tangki bertekanan dan menghasilkan NaAl(OH)4-
 Al2O+2NaOH+3h2O  2NaAl(OH)
 Tudak seperti NaAl(OH) yang larut dalam air kebanyakan zat pengotor tidak
larut termasuk Fe(III) oksida, sehingga produk reaksi perlu disaring.
 NaAl(OH) diencerkan dengan air, atau gas CO2 dilewatkan melalui larutan
NaAl(OH)4 untuk mendapatkan endapan Al(OH)3+
 NaAl(OH)4(aq) Al(OH)s+NaOH(aq)
 Selanjutnya produk reaksi disaring untuk memperoleh Al(OH)3 yang
kemudian dipanaskan untuk mendapatkan bubuk Al2O
 2Al(OH)3(aq)  Al2O3(s) +3H2O(g)
 Al2O3 kemudian dilarutkan dalam lelehan kriolit (Na3AlF6) di mana Al2O3
terionisasi menjadi Al3+ dan O3+. Campuran ini di masukan ke dalam sel
elektrolisis di mana reaksi elektrolisis berikut terjadi:
Katode : Al3+ + 3e  Al
Anode : 2O2-  O2 + 4e- +

Sel : 4Al3+ + 6O2-  4Al(l) + 3O2(g)


 Lelehan Al yang terbentuk pada katode membentuk lapisan di dasar sel
dan diambil secara berkala.
 Meski jumlah senyawa silikat banyak dialam,namun pengambilan Si dari senyawa silikat
cukup sulit.karenanya, Si diekstrasi dari senyawa oksida (silica)atau sulfidanya dengan
metode reduksi.
 Berikut tahapan ekstrasi Si dari SiO2:
 SiO2 dipanaskan dengan kokas(C) pada suhu sekitar 3.000 derajat C dalam tungku
pembakaran atau tanur listrik.
 Pereaksi ditambahkan dari atas tungku.
 SiO2 + 2C 3.000⁰C Si + 2CO
 Lelehan Si yang dihasilkan dikeluarkan dari bawah tungku dan membentuk padatan.Si yang
dihasilkan cukup murni dan dapat digunakan antara lain untuk pembuatan paduan dengan
logam lain.
 Untuk mendapatkan Si dengan kemurnian tinggi,maka diperlukan tahapan pemurnian
berikut.
 Si di panaskan dengan Cl2
 Lelehan SiCl4 yang di hasilkan di murnikan dengan proses destilasi
 SiCl4 lalu di reduksi menjadi Si melalui pemanasan dengan H2 atau Mg
 SiCl4 + 2H2  Si + 4HCl
 SiCl4 + 2Mg  Si + 2MgCl2
 Produk reaksi di cuci dengan air panas untuk memeroleh Si
 Si di murnnikan dengan alat zonerefining di dalam alat ini, batangan Si dilewatkan secara
perlahan melalui alat pemanas. Pada zona pemanasan, batangan Si tersebut akan meleleh.
Karena zat pengotor lebih mudah larut dalam lelehan di banding dalam padatan Si , maka
pengotor tersebut akan terkumpul di dalam lelehan Si. Daerah lelehan yang tidak murni
tersebut akan terus berpindah sepanjangan batangan Si, selama proses. Ketika daerah
lelehan yang tidak murni telah sampai keujung, maka ujung ini akan dibiarkan membentuk
padatan sebelum di potong.
 Fosfor (p) diekstrasi dari senyawa fosfat Ca3(PO4)2 melalui metode
reduksi. Ca3(PO4)2 dalam batuan fosfat dipanaskan dengan kokas
(C) dan pasir SiO2 pada suhu 1.400-1.500⁰C.

 Fosfor yang dihasilkan dapat memiliki beberapa alotropi,


diantaranya fosfor putih, fosfor merah, dan fosfor hitam. Yang paling
terkenal adalah fosfor putih (P4), yang diperoleh dari kondensasi
uap fosfor.

2Ca3(PO4)2(s) + 6SiO2(s) + 10C(s) 1.400-1.500⁰C 6CaSiO3(s) + 10CO(g) + P4(g)


 Belerang (S) dapat diekstraksi dari alam dalam bentuk unsur ataupun dari
senyawanya.
 Proses ekstraksi S dalam bentuk unsur
 Belerang (S) terdapat di alam sebagai endapan di bawah tanah. Penambangan
S pada awalnya menyulitkan .

Karena tertutup oleh lapisan pasir, kerikil, dan lumpur. Lapisan-lapisan ini yang
menyebabkan kemungkinan runtuhnya tambang tersebut. Disamping itu, endapan
ini mengandung gas beracun SO2 dan H2S. Hal ini berhasil diatasi dengan suatu
metode yang disebut proses Frasch. Tingkat kemurnian S yang dihasilkan sekitar 99,5%.
 Proses ekstraksi S dari senyawa Sulfida
 Pada awalnya, senyawa sulfida seperti CuS dan PbS hanya digunakan untuk
pengambilan logam seperti Cu dan Pb melalui reaksi berikut.
 CuS + O2  Cu + SO2
 Akan tetapi, gas SO2 yang dihasilkan telah menyebabkan polusi udara dan juga
hujan asam. Untuk itu, sekarang SO2 tidak dibuang ke udara, tetapi direaksikan
dengan H2S untuk menghasilkan belerang (S).
 2H2S + SO2  3S + 2H2O
 Cara yang sama juga digunakan untuk mengekstrasik belerang yang berada
sebagai gas H2S dalam gas alam. Metode ekstraksi S senyawa sulfide sekarang
menjadi semakin penting dibanding proses Frasch.
 Aplikasi unsur-unsur periode ketiga yang akan dibahas disini meliputi Na, Mg,
Cl, Ar, Al, Si, P, dan S.

 a. Natrium
 · Dipakai dalam pembuatan ester
 · NaCl digunakan oleh hamper seluruh makhluk hidup
 · Na-benzoat dipakai dalam pengawetan makanan
 b. Magnesium
 · Digunakan dalam proses produksi logam, kaca dan semen
 · Untuk membuat konstruksi pesawat,logamnya disebut magnulum
 · Pemisah sulfur dari besi dan baja
 c. Clorin
 · Digunakan untuk menghilangkan tinta dalam proses daur ulang kertas
 · Digunakan untuk membunuh bakteri pada air minum
 · Dipakai dalam berbagai macam industri
 d. Argon
 · Untuk membuat lapisan pelindung pada berbagai macam proses
 · Untuk mendeteksi sumber air tanah
 · Dipakai dalam roda mobil mewah
e. Alumunium
· Banyak digunakan dalam industry pesawat
· Untuk membuat konstruksi bangunan
· Digunakan dalam berbagai macam aloi
f. Silicon
· Dipakai dalam pembuatan kaca
· Terutama dipakai dalam pembuatan semi konduktor
· Digunkan untuk membuat aloi bersama
alumunium,magnesium dan tembaga
g. Phosphorus
· Untuk membuat asam fosfor
· Untuk membuat dinding dan kepala korek api
· Senyawa fosfor digunakan untuk produksi gelas pada lampu
natrium
h. Sulphur
· Dipakai sebagai bahan dasar asam sulfat
· Digunakan dalam baterai
· Dipakai pada fungisida dan pembuatan pupuk
 Dampak pemanfaatan alumunium(Al):
 Emisi CO2 dari sel elektrolisis yang berpengaruh terhadap pemanasan
global:
 2Al2O3(l) + 3C(s)  4Al(l) + 3CO2(g)
 Emisi senyawa fluoride PFC (perfluorocarbon), yakni CF4 dan C2F6
yang berkontribusi terhadap pemanasan global. PFC dihasilkan dari
‘efek anode’, yakni reaksi anode C dengan fluoride suaktu
konsentrasi Al2O3 dalam kriolit (Na3AlF6) berkurang.
 Rusaknya ekosistem pada permukan tanah akibat penambangan
bauksit.
 Peanfaatan asbestos (silikat) untuk konstruksi, insulasi panas/listrik, dan
bahan tahan api telah menimbulkan gangguan paru-paru.
 Bijih fosfat mentah mengandung 2 – 4%F. Sewaktu bijih fosfat menjadi
fosfat yang larut dalam air, fluoride dilepas ke udara sehingga
menyebabkan rusaknya tanaman dan keracunan pada ternak.
 Pemanfaatan unsur P pada detergen dan pupuk telah menyebabkan
 eutropikasi,yakni suburnya tanaman air fitoplankton. Hal ini
menyebabkan kadar O2 dalam air berkurang, sehingga organisme air
lainnya akan mati.
 SO2 dalam konsentrasi tinggi diudara, jika terhirup, dapat bereaksi
dengan air dalam paru-paru membentuk H2SO4. Akibatnya,terjadi
pendarahan yang akan mengisi paru-paru sehingga penderita
menjadi lemas. SO2 juga sering dikaitkan dengan hujan asam.

Anda mungkin juga menyukai