Anda di halaman 1dari 10

Mengenal Salvador Dali Sang Pelukis Besar

Surealisme & Aliran Seni Surealisme

Salvador Dali

Surealisme

Disusun Oleh :

Roselina Eka Wahyuni

X MIA 3

35

SMA Xaverius 3 Palembang


Tahun Ajaran 2014 – 2015
Salvador Dalí

Salvador Dalí pada 29 November 1939

Salvador Dali, pelukis surealis terkenal, terlahir dengan nama Salvador Felipe Jacinto Dali
i Domenech pada tanggal 11 Mei 1904, di desa pertanian kecil Figueres di Spanyol.
Dali merupakan anak tunggal dari notaris kaya, telah menunjukkan minat pada seni sejak usia
dini.
Setelah menerima pelajaran seni oleh guru privat di Figueres, Dali belajar di Akademi
Seni Rupa di Madrid dan mengadakan pameran solo pertamanya pada tahun 1925 pada usia
21 tahun. Di akademi itulah Dali mulai mengenal berbagai kalangan seniman seperti pembuat
film Luis Bunuel dan Penyair Federico Lorca. Meskipun menjadi siswa brilian, Dali menolak
untuk mengambil ujian gelar dari akademi, mengklaim para penguji tidak cukup
berkualifikasi untuk menilai karyanya. Akibat insiden tersebut, dia diusir dari akademi.
Dali pindah ke Paris pada tahun 1926, dan dua tahun kemudian bekerja sama dengan Luis
Bunuel sebagai penulis skenario untuk Un Chien Andalou (Anjing Andalusia), sebuah film
yang membuat dia masuk dalam lingkaran surealis Paris yang dipimpin oleh Andre Breton.
Gaya hidupnya yang bohemian dan kecenderungannya pada skandal membuat Dali segera
diterima dalam kelompok. Selama periode ini dia berkonsentrasi pada pengembangan gaya
unik yang disebutnya “Paranoia Kritis”. Salah satu contoh paling terkenal dari lukisan
Paranoia Kritis adalah “The Persistence Memory (1931)” – sebuah karya unik yang
mengekspresikan sifat fana waktu melalui jam yang tampak mencair.
Pada tahun 1929, Dali bertemu Gala Elouard, seorang imigran Rusia dan istri Paul Elouard,
penyair Perancis.
Meskipun Gala berusia sepuluh tahun lebih tua dari Dali, hubungan mereka segera
berubah menjadi romantis, dengan Gala menjadi model dan manajer bisnisnya.
Gala akhirnya bercerai dari suaminya pada tahun 1929, dan menikah dengan Dali di Paris
pada tahun 1934.
Pada pertengahan tahun 1930, hubungan Dali dengan gerakan surealis mulai retak.
Kekaguman Dali pada Hitler dianggap melawan etika surealis. Ketika dia juga menyatakan
dukungan kepada Jenderal Franco dari Spanyol, hubungan dengan kaum surealis menjadi
terputus sama sekali.
Dali meninggalkan Paris pada tahun 1940 dan pindah ke Amerika Serikat. Dengan gaya
flamboyan dan bakat untuk promosi diri dia segera masuk dalam pergaulan sosial kelas atas.
Selama periode ini Dali dijuluki “Avida Dollars (serakah untuk dolar)” oleh Andre Breton.
Dali kemudian menjawab “satu-satunya perbedaan antara saya dengan surealis adalah saya
seorang surealis.”
Ketertarikan Dali bergeser dari lukisan ke sastra. Pada tahun 1940-an, dia menerbitkan
novel “Hidden Faces” pada tahun 1944. Dia juga menulis beberapa volume otobiografi
flamboyan selama periode tersebut, teermasuk “The Secret Life of Salvador Dali”.
Pada tahon 1948, Dali dan Gala kembali ke Spanyol menghabiskan sebagian besar waktu
mereka di rumah mereka di lligat. Saat itu lukisan Dali lukisan Dali mengambil pendekatan
yang lebih klasik, berfokus pada tema religius dan sejarah, bukan lagi surealistik. Karya
berkisar sejarah yang terkenal diantaranya “The Discovery of America by Christopher
Columbus” yang dipamerkan di museum Dali di St. Petersburg, Florida. Sementara karya –
karyanya saat ini menerima penghargaan, terdapat suara miring yang meyatakan bahwa ia
tidak akan menghasilkan lukisan bernilai artistik setelah tahun 1930-an. Sementara tidak ada
yang bisa menyangkal teknis karya – karyanya, lukisan Dali hanya merupakan pengulangan
tema yang sudah ada sebelumnya seperti “Christ of Saint John of The Cross”
Pada tahun 1965, Dali beralih membuat patung dari perunggu dan kristal. Tapi disini
terlihat betapa dia mulai kehilangan orisinalitas. Banyak tema patungnya mengambil dari
tema dari subjek yang pernah dilukisannya. Pada periode ini, Dali lebih dikenal karena pesta
– pesta mewah dan perilaku eksentik dibandingkan dengan fokusnya pada seni yang telah
membesarkan namanya.
Pada thanun 1980, Dali didiagnosa menderita cerebral. Karena tidak mampu lagi
memegang kuas, dia pensiun dari dunia melukis. Pada tahun 1982, Gala meninggal. Peristiwa
ini mempengaruhinya dan mulai membuat Dali semakin menyepi. Akhirnya Salvador Dali –
sang pelukis besar surealis- meninggal pada tanggal 23 Januari 1989 akibat gagal jantung.

Aliran: Kubisme, Dadaisme, Surealisme


Karya: The Persistence of Memory (1931)
Face of Mae West Which May Be Used as
an Apartment, (1935)
Soft Construction with Boiled Beans
(Premonition of Civil War) (1936)
Swans Reflecting Elephants (1937)
Ballerina in a Death's Head (1939)
Dream Caused by the Flight of a Bee
Around a Pomegranate a Second Before
Awakening (1944)
The Temptation of St. Anthony (1946)
Galatea of the Spheres (1952)
Crucifixion (Corpus Hypercubus) (1954)
SUREALISME
I. PENGENALAN
Surealisme, adalah sebuah aliran seni dan kesusastraan yang menjelajahi dan merayakan
alam mimpi dan pikiran bawah sadar melalui penciptaan karya visual, puisi, dan film.
Surealisme diluncurkan secara resmi di Paris, Perancis, pada tahun 1924, ketika penulis
Perancis Andre Breton menulis manifesto pertama surealisme, mengguratkan ambisi-ambisi
akan kelahiran gerakan baru. (Breton menuliskan dua lagi manifesto surealis, pada tahun
1930 dan 1942). Gerakan tersebut segera menyebar ke wilayah lain di Eropa, juga ke wilayah
Amerika Utara dan Selatan. Di antara kontribusi-kontribusi yang paling penting dari gerakan
surealis adalah penemuan teknik artistik baru yang terhubung ke alam pikiran bawah sadar
seniman.

II. ASAL MUASAL SUREALISME


Surealisme, dalam banyak karakteristik, merupakan kelanjutan dari gerakan seni
pendahulunya yang dikenal sebagai Dada, yang didirikan di tengah berkecamuknya Perang
Dunia I (1914-1918). Terhentak oleh kenyataan kehancuran besar-besaran dan melayangnya
begitu banyak nyawa yang diakibatkan perang, motivasi-motivasi para Dadais secara kuat
bersifat politis: untuk mengejek kebudayaan, pemikiran, teknologi, bahkan seni. Mereka
percaya bahwa keyakinan apapun akan kemampuan kemanusiaan untuk mengembangkan diri
melalui seni dan kebudayaan, khususnya setelah penghancuran yang belum pernah terjadi
sebelumnya akibat perang, adalah naif dan tidak realistis. Sebagai akibatnya, para Dadais
menciptakan karya menggunakan ketidaksengajaan, kemungkinan, dan apapun yang
menekankan pada irasionalitas kemanusiaan: contohnya, menulis puisi-puisi dengan
serpihan-serpihan cukilan dari koran yang dipilih secara acak, berbicara dengan kata-kata tak
masuk akal keras-keras, dan mendaulat obyek sehari-hari sebagai karya seni. Program
surealis adalah pengembangan dari Dada, tapi menaruh lebih banyak pandangan positif
secara esensial pada pesan negatif Dada.
Para surealis secara hebat dipengaruhi oleh Sigmund Freud, pendiri psikoanalisis dari
Austria. Mereka terutama sangat menerima pembedaannya antara ego dan id-yaitu, antara
naluri-naluri dan hasrat-hasrat utama kita (id) dan corak perilaku kita yang lebih beradab dan
rasional (ego). Sejak tuntutan dan kebutuhan utama kita secara berkala berjalan
bersinggungan dengan pengharapan masyarakat, Freud menyimpulkan bahwa kita menekan
hasrat asli kita ke dalam bagian bawah sadar pikiran kita. Untuk individu yang ingin
menikmati kesehatan kejiwaan, ia rasa, mereka harus membawa hasrat-hasrat itu ke pikiran
sadar. Freud percaya bahwa – mengesampingkan desakan tuntutan untuk menekan hasrat-
hasrat – yang ada di pikiran bawah sadar tetap menampilkan dirinya, terutama ketika pikiran
yang sadar melonggarkan cengkeramannya; dalam mimpi, mitos, corak kelakuan ganjil,
terpelesetnya lidah, ketidaksengajaan, dan seni. Dalam pencarian untuk mendapatkan akses
ke alam pikiran bawah sadar, para surealis menciptakan bentuk dan teknik baru seni yang
radikal.

III. MIMPI-MIMPI, MITOS-MITOS, DAN METAMORFOSIS


Mimpi, menurut Freud, adalah jalan terbaik untuk mempelajari alam bawah sadar, karena
dalam mimpilah pikiran bawah sadar kita, hasrat-hasrat utama menampilkan dirinya.
Ketidakberaturan dalam mimpi, Freud percaya, adalah hasil dari pergulatan memperebutkan
dominasi antara ego dan id. Dalam usaha untuk mengakses kinerja pikiran yang sebenarnya,
banyak surealis yang menggali untuk meraba kualitas mimpi yang tak masuk akal. Para
pemimpin dari seniman-seniman tersebut antara lain Salvador Dali dari Spanyol, dan Rene
Margrite serta Paul Delvaux dari Belgia.
Untuk mengungkap kualitas irasional dari alam mimpi – dan secara bersamaan, untuk
mengejutkan para penyimaknya – banyak pelukis surealis menggunakan representasi yang
realistis, tapi meletakkan secara berdampingan objek-objek dan gambarannya dengan cara
yang irasional. Dalam “Magritte’s Pleasure” (1927, Kunstsammlung Nordrhein-Westfalen,
Düsseldorf, Jerman), sebagai contohnya, seorang gadis kecil mencabik-cabik seekor burung
dengan giginya lalu menelannya hidup-hidup. Karya tersebut menggarisbawahi kejahatan
umat manusia, sambil mempermainkan ketidakcocokan antara judul dan gambarannya.
Dalam karya Dali, Apparition of Face and Fruit Dish on a Beach (1938, Wadsworth
Atheneum Museum of Art, Hartford, Connecticut), buah-buahan pelengkap hidangan tampak
menggentayang sebagai wajah, jembatan sebagai kalung kekang anjing, dan pantai sebagai
taplak meja, tergantung apa yang menjadi fokus penyimaknya.
Dali juga bereksperimen dengan film, yang menawarkan kemungkinan memotong,
menindih, mencampur, atau memanipulasi gambar untuk menciptakan penyejajaran gambar
sedemikian rupa yang mengguncang penyimaknya. Dalam film seperti Un chien Andalou
(An Adalusian Dog, 1929) dan L’age d’or (The Golden Age, 1930), dua-duanya adalah hasil
kolaborasi dengan sutradara Spanyol Luis Bunuel, perangkat-perangkat tersebut digunakan
sebagai tambahan untuk rangkaian dan pengembangan plot yang irasional.
Metamorfosis dari satu objek ke objek lainnya, yang populer digunakan oleh para pelukis
dan pembuat film surealis, adalah perangkat yang juga digunakan oleh para pemahat surealis.
Seniman Swiss Meret Oppenheim menghubungkan cangkir teh, piring cawan, dan sendok
dengan bulu binatang dalam karyanya Object (Breakfast in Fur) (1936, Museum of Modern
Art, New York City), membawa penyimaknya untuk membayangkan sensasi yang
membingungkan dengan meminum dari cangkir serupa itu.
Banyak surealis yang menjadi terpesona dengan mitos. Menurut Freud, mitos-mitos
mengungkap belenggu kejiwaan yang tersembunyi dalam setiap manusia. Psikolog Swiss
Karl Jung meneruskan dengan argumen bahwa mitos – mengesampingkan tempat asal dan
waktu terjadinya – menunjukkan persamaan yang patut diperhatikan. Ia menjelaskan
persamaan-persamaan tersebut melalui keberadaan apa yang ia sebut dengan “ketidaksadaran
kolektif”, lapisan kejiwaan yang entah bagaimana dimiliki oleh semua manusia. Seperti
halnya mimpi menampilkan gambaran-gambaran irasional yang mengungkap kejiwaan
pemimpinya, mitos mengungkap kejiwaan semua umat manusia.
Dalam lukisan Dali “Metamorphosis of Narcissus”(1934, Tate Gallery, London, England),
sang seniman merujuk pada tokoh mitos Yunani kuno, Narcissus, yang mana adalah seorang
anak muda yang jatuh cinta pada bayangannya sendiri dan dialih-bentukkan menjadi bunga
yang cantik. Mitos-mitos Yunani menarik para surealis karena metamorfosis (perubahan dari
satu bentuk ke bentuk lain) adalah tema yang paling sering mereka ulang. Secara serupa,
dalam lukisan Dali, apa yang pada pandangan pertama tampak seperti pantat manusia, dilihat
dengan cara lain, menjadi gambar tangan yang memegang telur.
Mitos-mitos juga menarik bagi surealis dikarenakan peran pentingnya bagi budaya-budaya
non-barat. Dalam pandangan para pengikut Freud, peradaban barat berada dalam bahaya
karena menceraikan kemanusiaan dari sifat alaminya. Secara luas dipercaya bahwa budaya-
budaya non-barat lebih selaras dengan sifat dan dorongan-dorongan alami – dorongan-
dorongan yang diekspresikan melalui mitos-mitos dan seni kebudayaan tersebut. Seorang
surealis yang meminjam dari kesenian Afrika untuk karyanya adalah pemahat Swiss Alberto
Giacometti. Dalam membuat “Spoon Woman” (1926, Museum of Modern Art, New York
City), yang mana di dalamnya sendok menyerupai juga bentuk badan wanita yang berlekuk,
Giacometti dipengaruhi oleh orang suku Dan di Liberia dan Cote d’Ivoire, yang mana
sendok-sendok dan centong-centongnya juga menyerupai bentuk manusia.
IV. TEKNIK-TEKNIK SUREALIS
Sebuah strategi yang digunakan para surealis untuk mengangkat gambaran-gambaran dari
alam bawah sadar disebut “Exquisite Corpse”. Dalam bentuk seni kolaborasi ini, sehelai
kertas dilipat menjadi empat bagian lipatan, dan empat seniman berbeda memberi kontribusi
berupa representasi gambarannya tanpa melihat kontribusi seniman-seniman lainnya. Yang
pertama menggambar kepala, melipat lagi kertasnya lalu menyerahkannya kepada seniman
lainnya, yang menggambar bagian atas tubuh; yang ketiga menggambar kedua kaki, dan yang
keempat, menggambar bagian bawah tubuh. Para seniman itu lalu membuka lipatan kertas
untuk mempelajari dan menginterpretasikan kombinasi gambar tersebut.
Max Ernst, surealis Jerman, menemukan teknik lain yang menggunakan kemungkinan dan
ketidaksengajaan: frottage (bahasa Perancis untuk “menggosok”). Dengan menempatkan
kepingan-kepingan kayu atau logam yang kasar di bawah kanvas dan selanjutnya melukis
atau menggambar dengan pensil di atasnya, sang seniman mentransfer motif kasar dari
permukaan tersebut ke dalam karya-jadi. Dalam “Laocoon, Father and Sons” (1926, Menil
Collection, Houston, Texas), Ernst meracik motif kasar kemungkinan dengan cara
menggosok, sambil merujuk juga pada tokoh mitos Yunani, Laocoon, seorang imam Troya
yang bergulat dengan piton-piton raksasa.
Barangkali teknik paling penting yang digunakan surealis untuk mengangkat alam bawah
sadar adalah “automatisme”. Dalam lukisan, automatisme dibuat dengan membiarkan tangan
menjelajahi permukaan kanvas tanpa campur tangan dari pikiran sadar. Tanda-tanda yang
dihasilkan, mereka pikir, tidak akan menjadi acak atau tak berarti, tapi akan dibimbing pada
setiap titiknya dengan memfungsikan pikiran bawah sadar sang seniman, dan bukan oleh
pikiran rasional atau pelatihan keartistikan. Dalam “The Kill” (1944, Museum of Modern Art,
New York City), pelukis Perancis Andre Mason menerapkan teknik ini, tapi kemudian ia
menggunakan tanda-tanda yang telah diimprovisasi sebagai dasar untuk penguraiannya.
Betapapun mengada-adanya penyerupaannya dengan objek nyata (dalam hal ini, wajah atau
bagian tubuh), ia memperbaikinya untuk membuat hubungannya tampak lebih jelas. Karena
Masson tidak menentukan sebelumnya hal yang menjadi subjek dari lukisannya, para surealis
mengklaim bahwa uraian-uraiannya selanjutnya dimotivasi secara murni oleh keadaan
emosionalnya selama pembuatannya.
Seniman lainnya yang menggunakan teknik automatisme adalah pelukis Spanyol Joan
Miro. Dalam “Birth of the World” (1925, Museum of Modern Art, New York City),
contohnya, ia menuangkan zat warna secara acak ke atas kanvas dan membiarkan lukisannya
melaju melintasi permukaannya mengikuti gravitasi, menciptakan serentetan hasil yang tak
bisa ia prediksi ke depannya. Sejalan dengan Masson, langkah dalam karya lukisan seniman
lainnya malah dibuat lebih secara disengaja dan diperhitungkan. Sang seniman mungkin telah
merenungkan warna yang akan dituangkan ke atas kanvas untuk beberapa lama, lalu,
terinspirasi oleh bentuk-bentuk dan makna-makna yang mereka anjurkan, menambahkan
beberapa lekukan, bentuk-bentuk abstrak yang memunculkan wujud-wujud hidup. Judul
“Birth of the World” menyiratkan bahwa dunia diciptakan dari tiada, tapi juga
merepresentasikan lahirnya kesadaran melalui penciptaan lukisan.
Beberapa surealis, diantaranya Ernst, Yves Tanguy dari Perancis, dan Roberto Matta dari
Chili, menggunakan kombinasi teknik-teknik tersebut untuk menyiratkan keadaan alam
mimpi atau untuk menghasilkan perbendaharaan abstrak dari bentuk-bentuk. Mereka
sesudahnya kesulitan untuk menyimpannya ke dalam sebuah kategori. Dalam karya Matta
“The Unknowing” (1951, Museum of Modern Art, Vienna, Austria) contohnya, sang seniman
telah membuat ruang dan objek-objek tiga dimensi yang kelihatan solid. Objek-objek
tersebut, bagaimanapun juga, sangat ambigu sehingga penyimaknya bisa melihatnya dengan
berbagai cara dan menyimpulkan interpretasi mereka sendiri-sendiri terhadap lukisan
tersebut.
V. SASTRA SUREALIS
Meskipun surealisme paling banyak memberikan pengaruh dalam seni visual, gerakan
tersebut pada awalnya dimulai sebagai gerakan kesusastraan. Menurut Andre Breton, karya
surealis yang pertama adalah “Les champs magnétiques” (1920; The Magnetic Fields, 1985),
kumpulan tulisan automatisme yang ia tulis berkolaborasi dengan penulis Perancis Philippe
Soupault. Penulis-penulis surealis penting lainnya antara lain para penulis Perancis Louis
Aragon, Jean Cocteau (yang juga membuat film-film surealis), dan Paul Éluard. Beberapa
penulis surealis membuat catatan-catatan dari mimpi, dan, seperti pelukis surealis, beralih
pada teknik automatisme untuk mengakses alam bawah sadar. Dalam penulisan automatis
para surealis membiarkan pikirannya mengalir dengan bebas ke dalam halaman kertas tanpa
mencoba untuk menyunting atau mengaturnya. Hasil aliran kata-kata tersebut seringkali
susah dimengerti. Seperti pelukis surealis, para penulis tersebut kemudian memodifikasi
automatisme murni dari percobaan awal mereka dengan menyuntingnya, seringkali dengan
penegasan yang seksama terhadap gambaran-gambaran simbolis.
Para penulis surealis menggali kembali ketertarikan dalam dua orang penyair Perancis
yang karyanya sepertinya telah mengandung benih-benih surealis: Arthur Rimbaud dan
Isidore Ducasse, yang nama penanya adalah Le Comte de Lautréamont. Breton mengadopsi
ungkapan dari Lautreamont “cantik seperti kesempatan yang bertemu di meja mesin jahit
yang terpotong dan sebuah payung,” sebagai contoh yang mengejutkan, ketidakberaturan
kecantikan yang diharapkan para surealis untuk diungkapkan.

VI. PENGARUH SUREALISME


Surealisme dinilai sebagai salah satu dari gerakan-gerakan seni yang paling penting dan
berpengaruh di Eropa pada paruh pertama abad 20. Banyak surealis, termasuk Breton,
Masson, Ernst, and Matta, menghabiskan waktu di Amerika Serikat selama Perang Dunia II
(1939-1945). Kehadiran mereka terbukti penting bagi perkembangan para pelukis abstrak-
ekspresionis, terutama bagi karya Arshile Gorky, Robert Motherwell, dan Jackson Pollock.
Surrealism juga meninggalkan pengaruh kekal pada seni Amerika Latin, dalam karya
seniman-seniman seperti Frida Kahlo dari Meksiko dan Wifredo Lam dari Kuba.
Lampiran :

The Temptation of St. Anthony (1946)

Ballerina in a Death's Head (1939)


Galatea of the Spheres (1952)
Daftar Pustaka :

http://artkimianto.blogspot.com/2011/12/seni-lukis-surrealisme.html
http://www.amazine.co/22458/biografi-salvador-dali-kisah-hidup-pelukis-besar-surealisme/
http://id.wikipedia.org/wiki/Salvador_Dal%C3%AD

Anda mungkin juga menyukai