Anda di halaman 1dari 2

KURANGNYA KONSENTRASI DAN MINAT SISWA DALAM PROSES

PEMBELAJARAN

Latar Belakang :

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kekuatan rata-rata manusia untuk bisa
terus konsentrasi dan fokus dalam situasi yang monoton hanyalah 15 menit, selebihnya
pikiran akan beralih pada hal-hal lain yang mungkin sangat jauh dari tempat di mana ia
duduk mengikuti pembelajaran.
Ketika pikiran tidak bisa terfokus lagi, maka dibutuhkan upaya pemusatan perhatian
kembali. Upaya klasik yang dilakukan guru konvensional adalah dg cara mengeraskan suara
atau, menggebrak meja atau mengancam para siswa yg pd akhirnya membuat para siswa
tertekan
Ketika kondisi psikologis siswa tertekan, maka akan memunculkan rasa tidak senang
bahkan takut, sehingga secara alami akan segera “melarikan diiri” keluar dari keterlibatannya
mengikuti pelajaran meskipun secara fisik dia masih berada di tempat duduk semula.
Hal ini sesuai dg teori yang disampaikan MacLean, bahwa ketika otak berada pada
situasi tertekan, maka otak akan berada pada mode “bertempur” atau “kabur” dan beroperasi
pada tingkat bertahan untuk hidup. Artinya siswa akan bersikap menentang dg menunjukkan
sikap kontra produktif seperti ngobrol, pukul-pukul meja, corat-coret dsb.
Menurut teori Gestalt yang dikutip Nasution (1982) menyatakan bahwa belajar tidak
mungkin tanpa kemauan untuk belajar, maka kesukaan siswa terhadap sikap yang dilahirkan
guru jelas akan memberikan motivasi tersendiri dalam belajar.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan guru untuk membangkitkan motivasi siswa
dalam belajar dan membuat suasana belajar menjadi lebih asyik dan menyenangkan adalah
dengan melakukan ice breaking dalam proses pembelajaran.
Banyak jenis ice breakeryang bisa digunakan oleh guru dalam rangka
mengoptimalkan proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Adapun beberapa jenis ice breaker tersebut antara lain: yel-yel, tepuk tangan, gerak
badan, games, humor, lagu, cerita / dongeng, sulap, audio visual.
Manfaat dari Ice Breaking :

a. Melatih berpikir secara kreatif dan luas siswa.


b. Mengembangkan dan mengoptimalkan otak dan kreativitas siswa.
c. Melatih siswa berinteraksi dalam kelompok dan bekerja sama dalam satu tim.
d. Melatih berpikir sistimatis dan kreatif untuk memecahkan masalah.
e. Meningkatkan rasa percaya diri.
f. Melatih menentukan strategi secara matang.
g. Melatih kreativitas dengan bahan yang terbatas.
h. Melatih konsentrasi, berani bertindak dan tidak takut salah.
i. Merkatkan hubungan interpersonal yang renggang.
j. Melatih untuk menghargai orang lain.
k. Memantapkan konsep diri.
l. Melatih jiwa kepemimpinan.
m. Melatih bersikap ilmiah.

Rancangan Kegiatan :

Guru memberikan kegiatan ice breaking pada proses pembelajaran untuk meningkatkan
konsentrasi dan minat siswa ketika pembelajaran berlangsung.

Kesimpulan :

Guru harus kreatif dan berani melakukan inovasi pembelajaran dengan melakukan
sentuhan aktivitas di luar rutinitas proses pembelajaran. Guru perlu melakukan aktivitas ice
breaking dalam proses pembelajaran sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa, untuk
memecahkan kebekuan suasana belajar di kelas maupun di luar kelas, sehingga proses
interaksi interpersonal, antar personal dan kelompok antara guru dan siswa bisa lebih baik,
sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung lebih baik. Optimalisasi otak dan kreativitas
siswa sangat dibutuhkan melalui kegiatan - kegiatan non pelajaran (aktivitas ice breaking),
dan perlu dilaksanakan dalam proses pembelajaran.

Referensi :

Fanani, Ahmad. 2010. Ice Breaking Dalam Proses Belajar Mengajar. Jurnal PGSD.6(11): 1-
4.
Kamal, Rahmad. 2014. Ice Breaking Sebagai Salah Satu Kompetensi Pedagogik Guru
Profesional. (Online).
https://www.academia.edu/7472516/ICE_BREAKING_KOMPETENSI_PEDAGOGI
K_GURU_PROFESIONAL?auto=download. (Diakses Pada Tanggal 14 Januari).
Video ice breaking toleh tinggi rendah super gokil semua siswa gembira. (
youtube.com/watch?v=xRpFpMPR3RY)

Anda mungkin juga menyukai