Anda di halaman 1dari 6

CO2 dan O2 Sebagai Bahan

Respirasi pada Manusia


Rafael Bimo W
102016132
Rafaelbimo79@yahoo.com
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Abstrak

Manusia pada umumnya baik masa kanak-kanak, masa muda, sampai masa dewasa, pasti
akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Seperti yang kita tahu pertumbuhan
merupakan pertambahan ukuran, volume, jumlah sel, yang semuanya itu bersifat
irreversible (tidak dapat kembali ke asal), dan perkembangan merupakan perubahan atau
diferensiasi sel menuju keadaan yang lebih dewasa. Manusia sebagai makluk hidup ciptaan
Tuhan juga memiliki ciri umum makluk hidup itu sendiri, seperti bergerak, bernafas, makan dan
minum. Pada pernafasan manusia tidak serta merta hanya menghirup dan mengluarkan udara
saja, melainkan ada bahan-bahanya berupa CO2, O2, dan masih ada lagi. Terdapatnya mekanisme
pernapasan dalam tubuh manusai dapat membantu proses respirasi itu sendiri, dengan di bantu
alat berupa paru-paru. Ada pula faktor yang memperngaruhi respirasi pada manuisa ini seperti
tingkat keasaman dalam tubuh manusia.

Kata Kunci: Respirasi, CO2, O2

Abstract

Humans in general both childhood, youth, until adulthood, will definitely experience
growth and development. As we know growth is an increase in size, volume, number of cells, all
of which are irreversible, and development is a change or differentiation of cells into a more
mature state. Humans as creatures of God's creation also have a common cirri of living beings
themselves, such as moving, breathing, eating and drinking. In human respiration does not
necessarily just inhale and air only, but there are substances in the form of CO2, O2, and there
is more. The presence of respiratory mechanism in the human body can help the respiration
process itself, with the help of a tool in the form of lungs. There are also factors that affect the
respiration of this manuisa as the level of acidity in the human body.

Keywords: Respiration, CO2, O2

Pendahuluan

Di dalam tubuh kita, terdapat suatu proses dimana proses tersebut mengatur keseimbangan
kadar asam maupun basa. Keseimbangan ini diatur sedemikian rupa sehingga tidak memiliki
perbedaan yang terlalu jauh dari titik normalnya. Apabila keadaan tersebut menjauhi titik
normal, maka di dalam tubuh kita akan berusaha untuk mengembalikannya ke posisi semula.
Semua itu diatur oleh kerja buffer atau sistem penyangga pH.Jika penyimpangan pH tersebut
berkelanjutan, maka akan muncul kelainan-kelainan sebagai efek samping dari kompensasi
tubuh terhadap keadaan tersebut.1

Pada makalah ini, akan dibahas mengenai keseimbangan asam basa di dalam tubuh, sistem
penyangga / buffer, perhitungan pH tubuh, sistematis pengaturan pH dan kelainan-kelainan yang
dapat terjadi pada tubuh yang disebabkan perubahan pH yang signifikan. Penulis berharap apa
yang dipaparkan pada makalah ini dapat berguna untuk pembaca dan dapat dipahami pula oleh
pembaca.

Transport gas O2

Hemohlobin adalah molekul utama yang bertanggung jawab bagi transport oksigen dan
karbondioksida dalam darah. Hemoglobin yang terkandung dalam eritrosit dapat menerangkan
semua kadar oksigen ekstra dalam darah dan sebagian dari karbondioksida ekstra yang penting.2
Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah berkaitan dengan
hemoglobin, 3% sisanya larut dalam plasma. Setiap molekul dalam keempat molekul Fe dalam
hemoglobin berkaitan dengan satu molekul oksigen yang membentuk oksihemogobin (HbO2)
berwarna merah tua. Ikatan ini tidak kuat dan revesibel. Hemoglobin tereduksi (HHb) berwarna
kebiruan. Kapasitas oksigen adalah volume maksimum oksigen yang dapat berkaitan dengan
sejumlah hemoglobin dalam darah. Setiap sel darah merah mengandung 280juta molekul
hemoglobin. Setiap gram hemoglobin dapat mengikat 1,34 ml oksigen 100m darah rata-rata
mengandung 15 gram hemoglobin untuk maksumum 10 ml O2 per 100 m darah ( 15 x 1,34).
Konsentrasi hemoglobin ini biasanya dinyatakan sebagai presentase volume dan merupakan
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh .3

Transport gas CO2

Dalam keadaan istirahat, sekitar 4 mililiter karbon dioksida diangkut dari jaringan ke
paru dalam setiap 100 mililiter darah. Sekitar 70 % karbon dioksida diangkut dalam bentuk ion
bikarbonat, 23 % dalam ikatan dengan hemoglobin dan protein plasma serta 7% dalam cairan
darah.
Kelarutan karbondioksida dalam darah sekitar 20 kali dari pada oksigen. Karena adanya
karbonat anhidrase, karbondioksida yang berdifusi ke dalam sel darah merah akan segera
dihidrasi menjadi H2CO3. H2CO3tersebut nantinya akan dipecah menjadi H+ dan HCO3– .
H+ akan bereaksi dengan hemoglobin sementara ion bikarbonat akan berdifusi ke plasma.3
Karbon dioksida bereaksi secara langsung dengan berbagai radikal amin pada molekul
hemoglobin dan protein plasma untuk membentuk senyawa karbaminohemoglobin (CO2Hb).
Kombinasi karbon dioksida dan hemoglobin ini adalah suatu reaksi reversibel yang membentuk
ikatan longgar sehingga karbon dioksida mudah dilepaskan ke dalam alveolus yang PCO2nya
lebih rendah daripada di kapiler jaringan.
Jumlah karbon dioksida yang dapat ditransportasikan di dalam darah dipengaruhi oleh
persentase saturasi hemoglobin dengan oksigen. Semakin sedikit jumlah oksihemoglobin,
semakin tinggi kapasitas darah dalam membawa CO2. Hubungan itulah yang disebut efek
Haldane. Selain lebih mampu mengikat oksigen daripada bentuk oksihemoglobin,
deoksihemoglobin juga mengikat lebih banyak H+ sehingga H+ pada larutan dikurangi dan terjadi
promosi konversi CO2 menjadi HCO3–Konsekuensinya, darah vena membawa banyak CO2
daripada darah arteri. Pengambilan CO2 dibantu oleh jaringan sementara pelepasannya dibantu
oleh paru-paru.4
Sisanya, sekitar 0,3 mL karbon dioksida tiap 100 mL darah (atau sekitar 7%) semua
karbon dioksida yang diangkut akan dibawa dalam bentuk karbon dioksida terlarut.

Mekanisme pertukaran gas O2 dan CO2

Pertukaran gas antara oksigen dan karbon dioksida terjadi di alveolus dan di sel jaringan
tubuh melalui proses difusi. Oksigen akan berdifusi masuk ke darah dalam kapiler darah yang
menyelubungi alveolus. Kemudian, oksigen akan diikat oleh hemoglobin. Hemoglobin adalah
zat warna merah pada sel darah merah.5

Kemudian oksigen diangkut oleh plasma darah dan hemoglobin (Hb). Oksigen yang
diangkut hemoglobin dalam bentuk oksihemoglobin dan oksimioglobin. Makin tinggi tekanan
parsial oksigen di alveolus, maka semakin banyak oksigen yang terikat oleh hemoglobin.
Sementara hanya 2-3% oksigen yang larut ke dalam plasma darah. Karbon dioksida berdifusi ke
aliran darah karena perbedaan tekanan darah.

Hemoglobin akan mengangkut oksigen ke jaringan tubuh yang kemudian akan berdifusi
masuk ke sel-sel tubuh untuk digunakan dalam proses respirasi. Proses difusi ini terjadi karena
tekanan parsial oksigen pada kapiler tidak sama dengan tekanan parsial oksigen di sel-sel tubuh.
Di dalam sel-sel tubuh, oksigen digunakan untuk proses respirasi di dalam mitokondria. Hasil
dari respirasi menghasilkan karbon dioksida dan dibawa ke dalam kapiler vena melalui difusi.

Tekanan karbon dioksida dalam jaringan 60 mmHg, dalam vena 47 mmHg, dalam arteri
41 mmHg, dan di dalam alveolus 35 mmHg. Dalam keadaan biasa, tubuh kita menghasilkan 200
ml karbon dioksida per hari. Karbon dioksida diangkut oleh tiga cara, yaitu: Karbon dioksida
larut dalam plasma, dan membentuk asam karbonat dengan enzim anhidrase (7% dari seluruh
karbon dioksida); Karbon dioksida terikat pada hemoglobin dalam bentuk karbomino
hemoglobin (23% dari seluruh karbon dioksida); Karbon dioksida terikat dalam gugus ion
bikarbonat melalui proses berantai pertukaran klorida (70% dari seluruh karbon dioksida).6

Sistem buffer

Buffer merupakan larutan yang terbentuk dari hasil pencampuran asam lemah atau basa lemah
dengan garamnya.mKapasitas buffer menyatakan kemampuan maksimum sistem buffer untuk
mempertahankan pH. Fungsi sistem buffer merupakan bagian dari mekanisme homeostastis
tubuh untuk menjaga pH.5
Ada 4 sistem dapar yaitu :
1. Dapar bikarbonat merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk perubahan
yang disebabkan oleh non-bikarbonat
2. Dapar protein merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel
3. Dapar hemoglobin merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam
karbonat
4. Dapar fosfat merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.
Sistem dapar kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika dengan
dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan
dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan kadar ion H dalam
darah akinat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian mempertahankan
kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi
ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan ion H dan menambahkan
bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan amonia.

Kesimpulan

Jadi jika seseorang melalkuan aktifitas berat seperti berolahraga, maka dapat menganggu
metabolisme serta transport O2 maupun transport CO2. Di mana saat tubuh melakukan aktifitas
berat dapat merubah tingkat kasaman tubuh. Meningkatkan tekanan dalam tubuh, serta
meningkatkan suhu badan, sehingga tubuh dapat bersifat asidosis maupun alkalosis.
Daftar Pustaka

1. swaminathan R. Handbook of clinical biochemistry. New Delhi: Oxford University Press;


2005
2. Muliawan M. Biokimia ( review of physiological chemistry).penerbut buku kedoktern
EGC:Jakarta;1990
3. Sasrawan H. Mekanisme pertukaran gas oksigen dengan karbon. 2014, 19 agustus. Di
unduh dari: hedisasrawan.co.id/2014/01/mekanisme-pertukaran-oksigen-dan-karbon.html
4. Muliawan M. Biokimia ( review of physiological chemistry).penerbut buku kedoktern
EGC:Jakarta;1990
5. Kennelly PJ,Rodwell VW. Biokimia harper. Jakarta: EGC; 2006
6. Budianto S. Biokimia Respirasi. 2011, juni 22. Di unduh dari:
http://www.medicinesia.com/kedokteran-dasar/respirasi/biokimia-respirasi/

Anda mungkin juga menyukai