Abstrak
Pernapasan (respirasi) yang terjadi pada makhluk hidup terkhususnya manusia merupakan suatu
proses yang dapat menyebabkan pergerakan antara oksigen yang dihirup dan karbordioksida
yang dikeluarkan. Adapun tujuan dari bernafas yaitu untuk mendapatkan energi agar dapat
melakukan aktivitas sehari-hari. Pernapasan juga memiliki struktur baik dilihat secara
makroskopis maupun mikroskopis Jika dalam proses respirasi banyak mengandung asam, maka
itu dapat mengakibatkan gangguan sehingga dalam bernafas pula berhubungan dengan
keseimbangan asam basa, selain itu ada mekanisme kerja paru dimana manusia bernafas
memerlukan kerja dari paru untuk membantu proses dari nafas dan juga pola pengaturan yang
diatur oleh paru untuk bernafas..
Kata kunci : keseimbangan asam basa, mekanisme kerja faal paru, respirasi
Abstract
Breathing or respiration that occurs in living things, especially humans is a process that can
cause movement between oxygen inhaled and carbon dioxide released. The purpose of breathing
is to get energy in order to carry out daily activities. Respiration also has a structure that is seen
both macroscopically and microscopically. In the process of respiration contains a lot of acid, it
can cause interference so that breathing is also related to acid-base balance, in addition there is
a mechanism of lung activity where humans breathe need work from the lungs to help the
process of breath and also the regulation pattern that is set by the lungs to breathe ..
H + HCO3 H2CO3
Sisa CO2 berdifusi keluar dari darah dan melakukan reaksi
H2CO3 O2 + CO2
Enzim karbonat anhydrase yang ada dalam sel-sel darah merah dapat
mempercepat reaksi. Ketika reaksi berlangsung, hemoglobin melepaskan ion
hidrogen yang telah diangkut HHb menjadi Hb. Hemoglobil (Hb) merupajan
jenis protein dalam sel darah merah, kemudian hb akan mengikat O 2 dan
menjadi oksihemoglobin (HbO2). Pada CO2 tidak semua diangkut darah
melalui paru dibebaskan ke udara bebas. Darah yang lewat paru hanya
membesakan 10% CO2. Sisanya yang berjumlah 90% akan tetap bertahan
didalam darah dalam bentuk ion bikarbonat. Ion bikarbonat ini sebagai buffer
atau penyangga dikarenakan mempunyai peran penting dalam menjaga
stabilitas pH darah. Apabila ada terjadi gangguang dalam proses
pengangkutan ini dalam darah, kadar asam karbonat akan meningkat dan
menyebabkan turunnya kadar alkali darah yang berperan sebagai larutan
buffer.5
2. Proses Keseimbangan Asam Basa
Asam
Asam merupakan suatu senyawa yang jika dilarutkan dalam air
melepaskan ion H+. salah satu contoh asam adalah asam hidroklorida (HCL),
yang mana berionisasi didalam air yang membentuk ion-ion hidrogen (H+) dan
ion klorida (CL-), selain itu juga ada asam karbonat (H 2CO3), dimana
berionisasi didalam air yang akan membentuk ion H+ dan ion bikarbonat
(HCO3-). Asam terdiri dari asam kuat yaitu asam yang berdiosisai dengan
cepat dan yang terutama melepaskan sejumlah besar ion H+ didalam larutan,
contohnya HCL. Dan ada asam lemah yaitu mempunyai lebih sedikit
kecenderungan untuk mendisosiasikan ion-ionnya dan dikarenakan kurang
kuat sehingga melepaskan H+, contohnya H2CO3.6
Basa
Basa merupakan suatu senyawa yang jika dilarutkan didalam air dapat
melepaskan ion hidroksida (OH-). Protein-protein didalam tubuh juga
memiliki fungsi sebagai basa karena beberapa asam amino yang ada dapat
membangun protein dengan muatan akhir negatif yang siap menerima ion-ion
hidrogen. Basa terdiri dari basa kuat yaitu basa yang bereaksi dengan cepat
dan kuat H+ dan basa lemah yang khas HCO 3- karena berikatan dengan H+
secara jauh lebih lemah daripada OH-.6
Keseimbangan Asam Basa
Keseimbangan asam basa merupakan suatu keadaan yang mana
konsentrasi ion hidrogen yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion
hidrogen yang dikeluarkan.7 Derajat keasaman atau pH yang dimiliki didalam
darah manusia normalnya berkisar antara 7,35-7,45. Tubuh manusia mampu
untuk mempertahankan keseimbangan asam basa agar proses metabolisme
dan fungsi dari organ dapat berjalan dengan baik. Keseimbangan asam basa
didalam tubuh manusia diatur oleh 2 sistem organ yaitu paru dan ginjal.
Dimana paru berperan dalam pelepasan eksresi CO2 dan ginjal berperan dalam
pelepasan asam.6
Rasio dari asam basa yang normal adalah 1:20, dimana menunjukkan 1
bagian CO2 (potensial dari H2CO3) terhadap 20 bagian HCO3-. Apabila
keseimbangan ini berubah, maka akan terjadi gangguan. Jika terdapat pH <
7,40, maka akan terjadi asidosis yaitu terjadi peningkatan jumlah komponen
asam atau berkurangnya jumlah komponen basa. Jika terdapat pH > 7,40,
maka akan terjadi alkalosis yaitu terjadi peningkatan jumlah komponen basa
atau berkurangnya jumlah komponen asam. Asidosis dan alkalosis dapat
dikelompokkan menjadi metabolik dan respiratorik, dimana akan tergantung
kepada penyebab utamanya. Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik dapat
disebabkan karena ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan
asam atau basa oleh ginjal. Sedangkan asidosis respiratorik atau alkalosis
respiratorik disebabkan oleh penyakit paru atau kelainan pernapasan.6
3. Struktur Makroskopis dan Mikroskopis Saluran Nafas
Makroskopis
Secara garis besar saluran pernapasan terdiri dari bagian konduksi yaitu
hidung, cavum nasi, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan bronkiolus
terminal. Dan bagian respirasi (tempat terjadi pertukaran gas) yaitu bronkiolus
respiratorius, duktus alveolar dan alveoli. Berdasarkan klasifikasi saluran
nafas terbagi menjadi atas dan bawah, saluran nafas atas hingga faring
sedangkan saluran nafas bawah dimulai dari laring, trakea, bronkus, dan
terakhir di paru.8
Hidung adalah bagian dari wajah yang terdiri dari kartilago tulang, otot
dan kulit yang gunanya untuk melindungi bagian depan dari cavum nasi.
Cavum nasi merupakan bangunan yang menyerupai silinder dengan rongga
yang kosong dan dibatasi tulang serta dilapisi mukosa hidung. Fungsinya
untuk melembabkan, menghangatkan dan juga menyaring udara yang masuk
melalui hidung sebelum diteruskan ke paru.8
Setelah dari cavum nasi, udara selanjutnya akan diteruskan ke faring.
Faring juga disebut sebagai tenggorokan yakni suatu silinder berongga dengan
dinding yang terdiri dari otot. Faring merupakan bagian yang akan
menghubungkan bagian ujung dari cavum nasi dengan bagian atas dari
esophagus dan laring. Dapat dibagi menjadi tiga bagian nasofaring, orofaring,
dan laringofaring. Nasofaring merupakan bagian atas dari faring dan letaknya
dibelakang cavum nasi. Udara dari cavum nasi tadi akan melalui nasofaring
dan turun melewato orofaring yang terletak dibagian belakang dari cavum
oris. Selanjutnya udara akan masuk laringofaring yang didalamnya terdapat
epiglotis yang berfungsi untuk mengatur aliran udara dari faring ke laring.8
Laring terletak diantara faring dan trakea. Organ ini berongga dengan
memiliki panjang 42 mm dan diameternya 40 mm. Lapisan pada laring
merupakan epitel bertingkat silia dan epiglotts memiliki epitel selapis gepeng
namun tidak terdapat kalenjar. Fungsi laring adalah membentuk suara, juga
menutup trakea pada saat menelan (epiglotts). Pada faring terdapat 2 lipatan
mukosa yakni pita suara palsu (lipat vestibular) dan pita suara (lipat suara).
Pita suara terletak disebelah dalam laring, yang berjalan dari tulang rawan
tiroid disebelah depan dikedua tulang rawan aritenoid. Pita suara palsu
terdapat mukosa dan lamina propria. Pita suara terdapat jaringan elastis padat,
otot suara, Diantara pita suara terdapat celah yang disebut rima glotis.8
Selanjutnya pada trakea (batang tenggorokan) yang tersusun atas 16-20
cincin tulang rawan. Celah diantaranya terlapisi oleh jaringan ikat fibro
elastis. Trakea memiliki struktur yaitu tulang rawan, mukosa, epitel bersilia,
jaringan limfoid dan kalenjar. Trakea berjalan dari laring hingga kira-kira
ketinggian vertebra thorakalis kelima dan ditempat ini bercabang menjadi dua
bronkus. Tulang rawan yang terdapat pada trakea berfungsi untuk
mempertahankan trakea agar tetap terbuka, oleh sebab itu dibelakangnya tidak
tersambung, yakni tempat trakea menempel pada oesofagus (terletak dibagian
belakang trakea), yang akan memisahkannya dari tulang belakang.8
Bronkus atau cabang batang tenggorokan akan terbagi menjadi bronkus
kanan dan kiri. Bronkus kanan (primer) akan bercabang menjadi tiga bronkus
lobar, segmental dan subsegmental, dan yang kiri bercabang menjadi dua
bronkiolus. Struktur lapisan mukosa bronkus memilki kesamaan dengan
trakea, yang berbeda hanya tulang rawan pada bronkus bentuknya tidak
teratur dan dibagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya
melingkari lumen dengan sempurna. Kemudian bronkus bercabang-cabang
menjadi bronkiolus. Pada bronkiolus tidak mengandung lempeng tulang
rawan dan tidak mengandung kalenjar submukosa. Otot polos akan bercampur
dengan jaringan ikat longgar dan epitel kuboid bersilia dan sel sel bronkiolar
tanpa silia (sel clara). Kemudian akan ke bronchiolus respiratorius yang
merupakan peralihan bagian konduksi ke bagian respirasi paru, lapisannya
epitel kuboid rendah tanpa silia dan mengandung kantong tipis (alveoli).
Lanjutan dari bronkiolus adalah duktus alveolar yang mana mengandung
banyak alveoli dan merupakan tempat bermuara dari alveoli. Alveolis adalah
kantong yang berdinding tipis pada bronkiolus terminal. Disini tempat
terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida antara darah dan udara
yang dihirup. Jumlahnya berkisar 200-500 juta berbentuk bulat poligonal.8
Paru-paru terletak didalam rongga dada, dibagian samping dibatasi oleh
otot dan rusuk dan dibagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat.
Paru terbagi dari dua bagian paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri dari 3
lobus dan paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri dari 2 lobus. Paru dibungkus
oleh dua selaput yang tipis yang dikenal dengan pleura. Selaput bagian dalam
yang menyelaputi paru (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi
rongga dan yang bersebelahan dengan tulang rusuk (pleura parietalis). Paru
tersusun oleh bronkiolus, alveolus jaringan elastin dan pembuluh darah. Setiap
bronkiolus terminal bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi, lalu
menjadi duktus alveolar. Dan pada dinding dari duktus alveolar mengandung
gelembung-gelembung yang disebut alveolus.8
Mikroskopis
Struktur mikroskopis pada saluran nafas dimulai dari hidung terdapat epitel
bertingkat torak bersilia bersel goblet, pada lamina propria terdapat glandula
nasalis-kalenjar campur. Lalu nasofaring terdapat epitel bertingkat torak
bersilia bersel goblet, sekeliling terdapat banyak kelompok jaringan limfoid-
tonsila tuba. Orofaring terdapat epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk,
ada tonsil palatine. Laringofaring terdapat epitel yang bervariasi, sebagian
epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Kemudian laring terdapat tulang
rawan hialin dan tulang rawan elastin. Epiglotis terdapat tulang rawan hialin,
epitel berlapis tak bertanduk, bertingkat torak bersilia bersel goblet, kalenjar
campur. Trakea terdapat lapisan mukosa, sub mukosa, dan adventitia. Bronkus
terdapat epitel bertingkat torak bersilia-epitel selapis torak bersilia bersel
goblet. Bronkiolus terminalis terdapat epitel selapis torak bersilia bersel goblet
dan tidak terdapat tulang rawan. Lalu bronkiolus respiratorius terdapat lamina
propia yang tidak memiliki kalenjar jaringan ikat longgar, dan tidak terdapat
tulang rawan. Terakhir alveolus terdapat pneumosit tipe I tipis, tipe II besar
dan memiliki dinding tipis.8
4. Kerja Faal Paru
Faal paru berarti kerja atau fungsi dari paru.9 Keadaan faal paru dapat dikatakan
normal apabila hasil kerja dari ventilasi, distribusi, perfusi, dan hubungan antara
ventilasi dan perfusi pada individu dalam keadaan tenang (keadaan ketika jantung dan
paru tanpa beban yang berat) yang akan menghasilkan tekanan parsial gas darah arteri
(PO2 dan PCO2) yang dalam keadaan normal. Tekanan parsial gas darah arteri yang
normal berkisar 96 mmHg dan PCO2 berkisar 40 mmHg. Tekanan parsial
dipertahankan tanpa memandang kebutuhan oksigen yang berbeda, yaitu disaat tidur
kebutuhan oksigen 100 ml/menit dibandingkan saat terdapat beban kerja 2000-3000
ml/menit. Mekanisme ventilasi yang efektif dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni
kondisi jalan nafas, kemampuan compliance dan recoil paru, konsentrasi oksigen
atmosfer dan pengaruh pernapasan. Kondisi jalan nafas akan dimulai dengan udara
yang keluar masuk tubuh melalui organ respirasi, jalan nafas yang tidak baik dapat
menyebabkan mekanisme ventilasi menjadi tidak efektif. Kemampuan compliance
(kemampuan paru mengembang) dan recoil (kembalinya paru ke posisi awal setelah
compliance), kemampuan ini dapat tidak berjalan sempurna akibat kerusakan jaringan
paru seperti edema, tumor, parase/paralise serta kifosis. Banyak atau sedikitnya
oksigen yang masuk keluar dari paru-paru juga dapat dipengaruhi oleh irama,
kedalaman dan juga frekuensi karena sangat bergantung pada pengaturan nafas yang
terdapat pada medulla dan pons. Pusat pernapasan inilah yang mengatur kerja paru. 10
Terdapat tiga pusat pernapasan yaitu :
a. Pusat respirasi
Terletak pada formation retikularis medulla oblongata sebelah kaudal.
b. Pusat apneustik
Terletak pada pons bagian bawah. Mempunyai pengaruh tonik pada pusat
inspirasi
c. Pusat pneumotaksis
Terletak di pons bagian atas. Bekerja sama dengan n.vagus menghambat
pusat apneustik secara periodik.
Dari proses ventilasi dapat diketahui volume dan kapasitas paru dalam menerima
dan mengeluarkan udara nafas. Ada sebuah alat yang dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan yang akan menghasilkan volume dan kapasitas paru yang
disebut spirometer.11
a. Volume Paru
1. Volume tidal (VT)
Volume udara yang masuk atau keluar setiap kali bernapas normal.
Jumlahnya berkisar 500 ml.
2. Volume cadangan inspirasi (VCI)
Volume udara ekstra yang dapat diinspirasi diatas volume tidal.
Jumlahnya berkisar 3000 ml.
3. Volume cadangan ekspirasi (VCE)
Volume udara ekstra yang masih dapat dikeluarkan dengan ekspirasi
kuat setelah akhir ekspresi yang normal. Jumlahnya berkisar 1000 ml.
4. Volume sisa (VS)
Volume udara yang masih tetap berada dalam paru setelah ekspirasi
maksimal. Jumlahnya berkisar 1200 ml. pada volume sisa tidak dapat
dilangsung diukur dengan spirometer karena volume udara ini tidak masuk
dan keluar pau.
b. Kapasitas Paru
1. Kapasitas inspirasi ( VT + VCI)
Jumlah udara yang dapat diinspirasi setelah ekspirasi biasa. Jumlahnya
berkisar 3500 ml.
2. Kapasitas vital (VT + VCI + VCE)
Volume udara maksimum yang dapat dikeluarkan dengan ekspirasi
maksimal setelah inspirasi maksimal. Jumlahnya berkisar 4500 ml.
3. Kapasitas residu fungsional (VCE + VR)
Jumlah udara yang tersisa didalam paru pada akhir ekspirasi normal.
Jumlahnya berkisar 2200 ml.
4. Kapasitas paru total (KV + VR)
Volume udara total yang ada didalam paru setelah inspirasi maksimal.
Jumlahnya berkisar 5700 ml.
C. KESIMPULAN
Pernapasan (respirasi) yang terjadi dalam tubuh manusia merupakan sebuah proses
dari pertukaran gas oksigen (O2) dari udara yang dihirup oleh manusia yang akan
digunakan sebagai serangkaian metabolism yang akan menghasilkan karbondioksida
(CO2) kemudian dikeluarkan. Alat pernapasan yang ada pada manusia berbeda dengan
makhluk hidup lainnya. Jika semua proses yang terjadi pada manusia dapat berfungsi
dengan baik maka tidak akan terjadi gangguan begitu juga sebaliknya jika terjadi
gangguan disalah satu satu saluran pernapasan, maka proses dari penapasan tidak dapat
berlangsung dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Saminan. Efek obstruksi pada saluran pernapasan terhadap daya kembang paru. Jurnal
Kedokteran Syiah Kuala.April 2016.16(1);34
2. Hall JE, Guyton AC. Respiration. In: Guyton and hall textbook of medical physiology.
12th ed. Philadelphia:Saunders Elsevier;2011.h.465-515
3. Cameron John R, Grant Roderick M, Skofronick James G. Fisika tubuh manusia. Edisi
ke-2. Jakarta: CV. Sagung Seto.2005.157-9, 171-4, 187-9
4. Yahya. Perbedaan tingkat laju osmosis antara umbi solonum tuberosum dan doucus
carota. Jurnal Pendidikan Biologi.April 2015.4(1);197-198
5. Garret RH, Grisham CM. Water: Medium of Life. In: Biochemistry. 4thed. Boston:
Brooks /Cole Engage Learning;2010.h.43-4
6. Viswanatha PA, Putra KAH. Keseimbangan asam basa. 2017.p 2-4
7. Abramowitz M. Acid base balance and physical function. Journal Clinical of The
American Society of Nephrology.2014.9(120;2030-2032
8. Fernandez GJ, Saturti TIA. Sistem pernapasan.2017.p 3-10
9. Bakhtiar A, Tantri RIE. Faal paru dinamis. Jurnal Respirasi. September.3(3);83-84
10. Djojodibroto RD. Respirologi. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.2009.p 21
11. Bakhtiar A, Amran WS. Faal paru statis. Jurnal Respirasi. September.2(3);2-4