Anda di halaman 1dari 67

IMUNISASI

Departemen Ilmu Kesehatan Anak


FK UKRIDA
2018
DEFINISI
• Suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit
dengan cara memasukkan kuman atau bibit kuman yang telah
dilemahkan atau dimatikan (antigen) ke dalam tubuh.
• Dengan masuknya antigen tersebut agar tubuh memiliki kekebalan
spesifik terhadap penyakit tertentu yang berbahaya dan mengancam
jiwa
TUJUAN
• Menurunkan kesakitan & kematian akibat Penyakit-penyakit yang
Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
JENIS-JENIS VAKSIN
CARA PEMBERIAN VAKSIN
KLASIFIKASI VAKSIN
JADWAL IMUNISASI
PROGRAM IMUNISASI
• Imunisasi Rutin:
• Bayi (0 – 11 bulan)
• Anak Batita (15 – 36 bulan)
• Anak usia sekolah dasar (BIAS)
• Wanita usia subur (WUS): usia 15 – 39 tahun termasuk ibu hamil dan calon
pengantin
• Imunisasi Tambahan:
• Bayi dan anak: BLF (BackLog Fighting), kampanye, SubPIN, PIN
BCG (Bacilus Calmette-Guerin)
• Mencegah penyakit TB yang berat
• Jenis: vaksin hidup
• Dosis & lokasi: 0,05 ml secara intrakutan di daerah lengan kanan atas
pada insersio m.deltoideus
• Indikasi:
• Bayi < 3 bulan yang belum mendapat imunisasi BCG, dengan usia optimal 2
bulan
• Bayi dengan hasil tes tuberculin (Mantoux) negative
• Bayi yang memiliki kontak erat dengan penderita TB
• Indikasi kontra:
• Hasil tes Mantoux > 5 mm
• Penderita HIV, pengguna obat steroid dan imunosupresif, mendapatkan kemoterapi/radiasi,
keganasan darah dan limfe, gizi buruk
• Demam tinggi
• Infeksi kulit luas
• Riwayat infeksi TB
• Hamil
• KIPI (kejadian ikutan pasca imunisasi)
• Bisul: muncul 3 minggu setelah vaksin dan sembuh dalam 2-3 bulan meninggalkan luka parut
dengan diameter 4-8mm
• Bila penyuntikan terlalu dalam, luka parut tertarik ke dalam, tidak perlu diulang penyuntikan
• Bisul di ketiak atau leher biasanya sembuh sendiri
• Imunisasi kejar:
• Bila diberikan >3 bulan perlu tes Mantoux
HEPATITIS B
• Mencegah penyakit hepatitis B yang dapat menyebabkan kerusakan hati
• Jenis: vaksin mati
• Dosis & lokasi: 0,5 ml secara intramuscular di deltoid dan paha
• Indikasi:
• Semua bayi baru lahir
• Belum pernah mendapat vaksin Hepatitis B
• Hemodialisis
• Kelompok berisiko: pengguna narkoba jarum suntik, LGBT
• KIPI:
• Nyeri/bengkak/kemerahan di lokasi penyuntikan, rewel, alergi berat, lumpuh layu
• Imunisasi Kejar:
• Bila sampai usia 5 tahun belum mendapatkan Hepatitis B, maka dapat diberikan
sebanyak 3 dosis
• Pemberian vaksinasi Hepatitis B saat bayi lahir tergantung status HbsAg
ibu:
• Didahului oleh pemberian Vitamin K 30 menit sebelumnya di paha yang berbeda
• Bayi lahir dari ibu HbsAg tidak diketahui: HepB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam
setelah lahir
• Apabila status HbsAg tidak diketahui dan selanjutnya diketahui menjadi positif maka
ditambahkan HBIg 0,5 ml sebelum bayi berusia 7 hari
• Bayi lahir dari ibu HbsAg (+): HepB-1 harus segera diberikan dengan kombinasi HBIg
DTP (Difteri, Tetanus, Pertusis)
• Sediaan: DTwP, DTaP, DT atau Td
• Mencegah infeksi difteri yang menyebabkan penyumbatan jalan
napas, infeksi pertussis yang menyebabkan batuk rejan (batuk 100
hari), dan infeksi tetanus yang menyebabkan kaku dan kejang otot
• Jenis: vaksin mati
• Dosis & lokasi: 0,5 ml secara intramuscular
• Indikasi:
• Semua anak yang belum diberikan DTP minimal usia 6 minggu
• Terpapar dengan individu terinfeksi difteri dan pertussis
• Terdapat luka terbuka yang kotor
• Indikasi kontra:
• Riwayat alergi berat pada pemberian vaksin DTP
• Penurunan kesadaran/kejang sesudah pemberian vaksin pertussis
sebelumnya
• Perhatian khusus:
• Demam tinggi
• Kejang demam dalam 3 hari setelah imunisasi
• Kondisi lemas-lunglai dalam 48 jam setelah imunisasi
• Anak menangis terus-menerus selama 3 jam setelah imunisasi
• Imunisasi kejar:
• Belum pernah
• < 12 bulan: imunisasi diberikan sesuai imunisasi dasar baik dosis atau interval
• > 7 tahun:
• Td ke-1 dan 2 diberikan dengan jarak 1-2 bulan
• Td ke-3 diberikan dengan jarak 6-12 bulan
• Terlambat imunisasi
• Jika DTP ke-4 diberikan saat usia < 4 tahun, DTP ke-5 diberikan dengan jarak 6 bulan
• Jika DTP ke-4 diberikan saat usia > 4 tahun, tidak perlu diberikan DTP ke-5
• Vaksin palsu
• Usia < 1 tahun: imunisasi diberikan 3x dengan interval 1 bulan
• Usia 1-7 tahun: DTP
• Dosis I: hari penyuntikan
• Dosis II: 2 bulan setelah dosis I
• Dosis III: 6 bulan setelah dosis II
• Usia > 7 tahun: Td, Tdap
• Dosis I: hari penyuntikan
• Dosis II: 2 bulan setelah dosis I
• Dosis III: 6 bulan setelah dosis II
• Dosis IV dan V diberikan dengan interval 12 bulan dari pemberian terakhir
• KIPI:
• Nyeri/bengkak/kemerahan tempat penyuntikan
• Demam
• Gelisah
• Vaksin yang mengandung vaksin pertussis: lemas lunglai, penurunan
kesadaran, kejang, alergi berat
• Pemberian DTP kombinasi
• Vaksin DTP dapat diberikan secara kombinasi dengan vaksin lain sebagai
vaksin tetravalent yaitu DTwP/HepB, DTaP/Hib, DTwP/Hib, DTaP/IPV, atau
vaksin pentavalen DTP/HepB/Hib, DTaP/Hib/IPV atau vaksin hexavalent
DTaP/HepB/Hib/IPV sesuai jadwal
POLIO
• Sediaan 2 kemasan yang berisi virus polio-1, 2, dan 3
• OPV (Oral polio vaccine (BOPV)), virus hidup dilemahkan, tetes, oral
• IPV (Inactivated polio vaccine), virus inaktif, suntikan
• Dosis:
• BOPV diberikan 2 tetes per-oral
• IPV 0,5 ml secara intramuscular, dapat diberikan tersendiri atau dalam
kemasan kombinasi
• Indikasi:
• Anak yang belum pernah mendapat imunisasi polio
• Indikasi kontra:
• Kondisi dengan gangguan imunitas (HIV, pengguna obat steroid jangka
panjang dan imunosupresif, kemoterapi/radiasi, keganasan darah dan limfe)
• Kontak atau serumah dengan penderita gangguan imunitas
• IPV: riwayat reaksi alergi berat terhadap neomisin, streptomisin, polimiksin B
• Imunisasi kejar: dapat diberikan sesuai jadwal
• KIPI:
• Penyakit polio yang timbul akibat vaksin OPV
• Alergi berat
• Sebaiknya paling sedikit mendapat 1 dosis IPV, yaitu bersamaan
dengan pemberian OPV 3
HAEMOPHILLUS INFLUENZA TIPE b (Hib)
• Mencegah infeksi Hib menyebabkan meningitis dan pneumonia
• Jenis: vaksin mati, konjugat berisi PRP-T (capsular polysaccharide
polyribosyl ribitol phosphate-konjugasi dengan protein tetanus)
• Indikasi:
• Semua anak yang belum diberikan imunisasi Hib
• Indikasi kontra:
• Riwayat alergi berat pada pemberian sebelumnya
• Jadwal imunisasi:
• Diberikan pada usia 2, 4, dan 6 bulan
• Dapat diberikan dalam bentuk vaksin kombinasi
• Dalam Permenkes no. 42 tahun 2013, Hib diberikan pada usia 2, 3,4,18 bulan
kombinasi dengan DTP-HepB
• Dosis: 0,5 ml secara intramuscular
• Tersedia vaksin kombinasi DTwP/Hib, DTaP/Hib, DTaP/Hib/IPV/,
DTaP/Hib/HepB/IPV dalam kemasan prefilled syringe 0,5 ml
• Program imunisasi nasional menggunakan DTwP/HepB/Hib
• Imunisasi kejar:
• Apabila vaksin pertama diberikan saat usia 7-11 bulan, maka dosis kedua diberikan 4
minggu setelahnya (12-14 bulan), dan dosis ketiga diberikan 8 minggu setelahnya
• Apabila vaksin pertama diberikan saat usia 12-14 bulan, maka dosis kedua (terakhir)
dapat diberikan 8 minggu setelahnya
• Apabila vaksin diberikan saat usia 15 bulan/lebih pada anak yang belum tervaksinasi
maka dapat diberikan sebanyak 1 dosis saja
• KIPI:
• Nyeri/bengkak/kemerahan di lokasi penyuntikan
• Rewel
• demam
CAMPAK
• Mencegah penyakit campak yang dapat mengakibatkan komplikasi
radang paru, radang otak dan kebutaan
• Jenis: vaksin hidup
• Dosis & lokasi: 0,5 ml secara subkutan di daerah trisep atau paha
• Indikasi:
• Semua anak yang belum mendapat imunisasi campak dengan usia minimal 6
bulan
• Terpapar dengan penderita campak dalam 72 jam dan belum pernah
mendapat imunisasi campak
• Indikasi kontra:
• Riwayat alergi berat pada pemberian imunisasi campak
• Sedang sakit berat
• Kondisi dengan gangguan imunitas
• Alergi terhadap obat neomisin atau obat yang mengandung gelatin
• Imunisasi kejar:
• Pada usia sekolah dan remaja, berikan 2 kali dengan jarak pemberian minimal 4 minggu
• KIPI:
• Nyeri/bengkak/kemerahan tempat penyuntikan, demam, alergi, penurunan kesadaran,
kejang
• Vaksin campak ke-2 tidak perlu diberikan pada usia 18 bulan bila MMR/MR sudah
diberikan pada usia 15 bulan
• Vaksin campak ke-3 tidak perlu diberikan bila MMR/MR kedua sudah diberikan
ROTAVIRUS
• 2 Sediaan:
• Rotarix (Monovalen, berisi antigen virus G1P(8))
• Rotateq (Pentavalen, berisi antigen virus G1, G2, G3, G4, G5, P1A(8))
• Mencegah diare akibat rotavirus
• Jenis: vaksin hidup
• Indikasi:
• Semua bayi berusia 2-8 bulan yang belum diberikan imunisasi rotavirus
• Indikasi kontra:
• Riwayat alergi berat pada pemberian imunisasi rotavirus sebelumnya
• Jadwal:
• Rotarix (diberikan 2 dosis):
• Dosis I: usia 6 – 14 minggu (dosis I sudah tidak bias diberikan bila sudah berusia 15 minggu)
• Dosis II: diberikan dengan interval 4 minggu sejak penyuntikan dosis I dan dosis kedua
dilengkapi sebelum usia 24 minggu
• Rotateq (diberikan 3 dosis):
• Dosis I: usia 6 – 14 minggu
• Dosis II: antara 4 – 10 minggu
• Dosis III: dilengkapi sebelum usia 32 minggu (interval minimal 4 minggu)
• KIPI:
• Demam
• BAB berdarah, muntah, diare, nyeri perut
• Jika sudah berusia > 8 bulan tidak perlu diberikan
PCV (PNEUMOKOKUS)
• Mencegah penyakit pneumonia (radang/infeksi paru)
• Jenis: vaksin mati
• Pneumokokus polisakarida berisi 23 serotipe murni (PPV 23)
• Pneumokokus polisakarida konjugasi berisi 7 serotipe (PCV 7) dan 10 serotipe
(PCV 10). Sejak tahun 2011, PCV 7 di Indonesia digantikan dengan PCV 13
• Perbedaan PPV dan PCV
PPV PCV
• T cell independent • T cell dependent (memory cell)

• Tidak imunogenik pd usia < 2 thn • Imunogenik pada usia < 2 thn

• Indikasi: usia > 2thn, utk risiko tinggi • Indikasi: anak sehat & anak risiko tinggi, usia 2 bln – 5
thn
• Imunitas jangka panjang • Imunitas jangka pendeka

• Nama: Pneumo-23@ (Sanofi Pasteur) • Nama: Prevenar @(Pfizer), Synflorix@(GSK)


• Indikasi:
• Semua anak yang belum diberikan imunisasi PCV
• Kelompok berisiko: bayi tidak mendapat ASI, tinggal bersama perokok aktif,
memiliki saudara yang dititipkan di TPA, tinggal di negara 4 musim
• Memiliki kondisi gangguan imunitas, menderita penyakit jantung dan paru
kronik, gagal ginjal kronik, gangguan hati, dan pasien transplantasi organ
• Indikasi kontra:
• Riwayat alergi berat pada pemberian imunisasi PCV sebelumnya
• Jadwal dan dosis vaksin PCV
• Vaksin PCV diberikan sejak usia 2 bulan sampai 9 tahun
Dosis pertam (bulan) Imunisasi dasar Imunisasi ulangan*
2–6 3 dosis, interval 6-8 mgg 1 dosis, 12-15 bulan
7 – 11 2 dosis, interval 6-8 mgg 1 dosis, 12-15 bulan
12 – 23 2 dosis, interval 6-8 mgg
≥ 24 1 dosis
*Imunisasi ulangan minimal 6-8mgg setelah dosis terakhir imunisasi dasar. Dikutip dengan modifikasi dari AAP, Committee on Infectious Diseases 2006.
• Cara pemberian
• Vaksin PCV dikemas dalam prefilled syringe 5 ml disuntikkan secara
intramuscular.
• Dosis pertama tidak diberikan sebelum usia 6 minggu
• Untuk bayi BBLR (≤1500 gram) vaksin diberikan setelah usia kronologik 6-8
minggu, tanpa memperhatikan usia kehamilan
• Dapat diberikan Bersama vaksin lain misalnya DTwP, DTaP, TT, Hib, HepB, IPV,
MMR, atau varisela, dengan mempergunakan syringe terpisah, disuntikkan
pada sisi badan yang berbeda
• Kelompok risiko tinggi
• Untuk anak risiko tinggi berusia 24-59 bulan, vaksin PCV diberikan Bersama
vaksin PPV23
• Kelompok risiko tinggi adalah:
• Penyakit kronik: sickle cell, asplenia kongenital/didapat, disfungsi limpa, HIV, defisiensi
imun kongenital, penyakit jantung bawaan dan gagal jantung, penyakit paru kronik
termasuk asma yang diobati dengan steroid oral dosis tinggi, cerebrospinal fluid leaks,
insufisiensi ginjal kronik termasuk sindrom nefrotik, penyakit yang berhubungan dengan
pengobatan imunosupresif atau radiasi termasuk penyakit keganasan dan transplantasi
organ solid, dan diabetes melitus.
• Jadwal dan dosis vaksin PCV & PPV23 untuk kelompok risiko tinggi
usia 24-59 bulan
Dosis sebelumnya Dosis PCV dan PPV23 lanjutan

4 dosis PCV Usia 24 bulan: 1 dosis PPV23, minimal 6-8 mgg setelah PCV
dosis terakhir. Ulangan PPV23: 1 dosis PPV23, 3-5thn setelah
PPV23 dosis pertama
1-3 dosis PCV 1 dosis vaksin PCV
1 dosis vaksin PPV23, 6-8mgg setelah PCV dosis terakhir.
Ulangan PPV23: 1 dosis PPV23, 3-5thn setelah PPV23 dosis
pertama
1 dosis PPV23 2 dosis vaksin PCV, interval 6-8mgg, mulai minimal 6-8mgg
setelah PPV23 dosis terakhir. Ulangan PPV23: 1 dosis PPV23,
3-5thn setelah PPV23 dosis pertama
Belum pernah 2 dosis vaksin PCV interval 6-8mgg
1 dosis vaksin PPV23, 6-8mgg setelah vaksin PCV dosis terakhir
Ulangan PPV23: 1 dosis PPV23, 3-5thn setelah PPV23 dosis
pertama
• KIPI:
• Nyeri/bengkak/kemerehan di lokasi penyuntikan
• Rewel
• Diare
• Demam
• Gatal-gatal
INFLUENZA
• Mencegah sakit berat akibat influenza
• Jenis: vaksin mati
• Indikasi:
• Semua anak yang belum diberikan imunisasi influenza usia >6 bulan
• Penyakit jantung kronik, saluran napas kronik seperti asma, diabetes, penyakit ginjal
kronis, gangguan imunitas (HIV atau pengguna steroid jangka panjang)
• Anak yang tinggal di asrama
• Indikasi kontra:
• Riwayat alergi berat pada pemberian imunisasi influenza sebelumnya
• Hati-hati pada individu yang alergi terhadap telur
• Riwayat sakit lumpuh layu akut (GBS)
• Demam akut yang berat
• Jadwal pemberian
• Diberikan pada usia 6-23 bulan, baik sehat maupun dengan risiko
• Diberika setiap tahun, mengingat tiap tahun terjadi pergantian jenis galur
virus yang beredar di dunia
• Vaksin tahun sebelumnya tidak boleh diberikan untuk tahun sekarang
• Dosis dan cara pemberian:
• Dosis tergantung usia anak
• Usia 6-35 bulan: 0.25 ml
• Usia ≥3thn: 0.5 ml
• Usia ≤8thn: dosis pertama diperlukan 2 dosis dengan interval minimal 4mgg atau lebih,
pada tahun berikutnya hanya diberikan 1 dosis
• Vaksin diberikan secara intramuscular pada paha anterolateral atau deltoid
MMR
• Vaksin mengandung mumps, measles dan rubella
• Mencegah penyakit gondongan, campak jerman, radang testis pada lelaki
• Jenis: vaksin hidup
• Indikasi:
• Semua anak yang belum mendapat imunisasi MMR dengan usia minimal 12 bulan.
Umumnya diberikan pada usia 15-18 bulan. Minimal interval 6 bulan antara imunisasi
campak (usia 9 bulan) dan MMR.
• Anak dengan penyakit kronis seperti kistik fibrosis, kelainan jantung bawaan,
kelainan ginjal bawaan, gagal tumbuh, dan sindrom down
• Anak berusia > 1 tahun yang berada di tempat penitipan anak atau sudah mengikuti
kelompok bermain
• Anak yang tinggal di lembaga cacat mental
• Indikasi kontra:
• Riwayat alergi berat pada pemberian imunisasi MMR
• Sedang sakit berat
• Kondisi dengan gangguan imunitas
• Alergi terhadap obat neomisin atau obat yang mengandung gelatin
• Dosis dan cara pemberian:
• 0.5 ml secara subkutan
• diberikan minimal 1 bulan sebelum atau setelah penyuntikan imunisasi lain
• Apabila anak telah mendapat imunisasi MMR pada usia 12-18 bulan dan 6 tahun, imunisasi
campak (monovalent) tambahan padaa usia 5-6 tahun tidak perlu diberikan
• Ulangan imunisasi MMR diberikan pada usia 6 tahun
• Pada daerah endemis dapat diberikan usia 9 bulan
• KIPI:
• Nyeri/bengkak/kemerehan tempat penyuntikan, demam, lemas, dan alergi
TIFOID
• Mencegah penyakit tifoid
• Jenis: vaksin mati
• Indikasi:
• Semua anak yang belum mendapat imunisasi tifoid dengan usia minimal 24
bulan
• Indikasi kontra:
• Demam
• Penyakit akut dan kronik progresif
• Riwayat alergi pada pemberian imunisasi tifoid sebelumnya
• Dosis dan cara pemberian:
• Vaksin capsular Vi polysaccharide
• Diberikan pada usia minimal 24 bulan, diulang setiap 3 tahun
• Kemasan dalam prefilled syringe 0.5 ml secara intramuscular
• KIPI:
• Demam
• Nyeri kepala, pusing
• Nyeri sendi, nyeri otot
• Mual, nyeri perut
• Alergi
HEPATITIS A
• Mencegah infeksi hepatitis A
• Jenis: vaksin mati
• Indikasi:
• Semua anak yang belum mendapat imunisasi hepatitis A atau yang tinggal di
daerah endemis dengan usia minimal 2 tahun
• Penderita penyakit hati kronis
• Pasca paparan dengan penderita hepatitis A
• Indikasi kontra:
• Riwayat alergi berat pada pemberian imunisasi hepatitis A
• Alergi terhadap obat neomisin atau obat yang mengandung gelatin
• Jadwal imunisasi:
• Diberikan pada usia minimal 2 tahun
• Vaksin kombinasi HepB/HepA tidak diberikan pada bayi < 12 bulan
• Dosis dan cara pemberian:
• Kemasan liquid 1 dosis / vial prefilled syringe 0.5 ml
• Dosis pediatrik 720 ELISA units diberikan 2x dengan interval 6-12 bulan,
intramuscular di daerah deltoid
• Kombinasi HepB/HepA (berisi HepB 10 µgr dan HepA 720 ELISA units) dalam
kemasan prefilled syringe 0.5 ml intramuscular
• Dosis HepA untuk dewasa (≥ 19 tahun) 1440 ELISA units, dosis 1 ml, 2 dosis,
interval 6-12 bulan
• KIPI:
• Nyeri/bengkak/kemerahan tempat penyuntikan
• Demam
• Imunoglobulin diberikan pada:
• Anak < 2 tahun
• Pencegahan setelah terpapar: tidak > dari 2 minggu, jika paparan > 2mgg
berikan vaksin
VARISELA
• Mencegah penyakit cacar
• Jenis: vaksin hidup
• Indikasi:
• Semua anak yang belum mendapat imunisasi varisela dengan usia minimal 1
tahun, terbaik pada usia sebelum masuk sekolah dasar
• Terpapar dengan penderita cacar dalam 72 jam dan belum pernah mendapat
imunisasi cacar
• Penderita keganasan/kanker
• Indikasi kontra:
• Riwayat alergi berat pada pemberian imunisasi varisela
• Demam tinggi
• Sedang sakit berat
• Kondisi dengan gangguan imunitas
• Alergi terhadap obat neomisin atau obat yang mengandung gelatin
• Dosis dan cara pemberian:
• 0.5 ml secara subkutan, satu kali
• Untuk usia > 13 tahun / dewasa, diberikan 2 kali dengan jarak 4-8mgg
• KIPI:
• Nyeri/bengkak/kemerahan tempat penyuntikan, demam, alergi
HUMAN PAPILLOMA VIRUS
• Mencegah terjadinya penyakit kulit kelamin, kanker leher Rahim, anus
dan kelamin
• Jenis: vaksin mati
• Indikasi:
• Semua anak yang belum mendapat imunisasi HPV mulai usia 10 tahun dan
belum/tidak terinfeksi HPV
• Indikasi kontra:
• Riwayat alergi berat pada pemberian imunisasi HPV
• Perhatian khusus: ibu hamil
• Terdiri dari 2 jenis:
• Bivalen: HPV serotype 16 dan 18 (buat perempuan)
• Quadrivalen: HPV serotype 6, 11, 16 dan 18 (buat perempuan dan laki-laki)
• Dosis dan cara pemberian:
• Diberikan pada usia 10-25 tahun dan 26-45 tahun
• Vaksin bivalen: dosis diberikan pada 0-1-6 bulan
• Vaksin quadrivalen: diberikan pada 0-2-6 bulan
• Diberikan secara intramuscular
JAPANESSE ENSEFALITIS
• Mencegah penyakit radang/infeksi jaringan otak (ensefalitis) yang
ditularkan oleh nyamuk culex
• Jenis: vaksin hidup
• Indikasi:
• Semua anak yang belum mendapat imunisasi JE dengan usia minimal 12 bulan
yang tinggal atau berpergian ke daerah endemis > 1 bulan
• Indikasi kontra:
• Riwayat alergi berat pada pemberian imunisasi JE sebelumnya
• Sedang sakit berat
• Kondisi dengan gangguan imunitas
• Jadwal pemberian:
• Vaksin diberikan kapan saja dengan usia minimal 12 bulan
• Diberikan pada anak yang tinggal atau berpergian ke daerah endemis
(Kalimantan barat, NTB, Bali)
• Booster dapat diberikan 1-2 tahun berikutnya
• KIPI:
• Nyeri/bengkak/kemerahan tempat penyuntikan
DENGUE
• Mencegah penyakit demam berdarah akibat nyamuk Aedes aegypti
• Jenis: vaksin hidup
• Indikasi:
• Semua anak yang belum mendapat imunisasi dengue yang tinggal di daerah
endemis
• Indikasi kontra:
• Riwayat alergi berat pada pemberian imunisasi dengue
• Kondisi dengan gangguan imunitas
• Perhatian khusus: ibu hamil
• Jadwal pemberian:
• Dengvaxia®(CYD-TDV), produksi Sanofi Pasteur, merupakan vaksin dengue
pertama yang diakui di dunia
• Pertama digunakan di Mexico pada bulan Desember 2015
• Diberikan pada usia 9-45 tahun yang tinggal di daerah endemis
• CYD-TDV merupakan vaksin dengue tetravalent rekombinan hidup, yang
diberikan sebanyak 3 dosis dengan interval 0-6-12 bulan
• KIPI:
• Nyeri/bengkak/kemerahan tempat penyuntikan
• Demam, nyeri otot, nyeri kepala
• Alergi
TABEL JADWAL IMUNISASI
Baru lahir Hepatitis B-1, OPV-0
1 bulan BCG
2 bulan Hepatitis B-2, OPV-1, DTP-1, HiB-1, PCV-1, Rotavirus-1
3 bulan Hepatitis B-3, OPV-2, DTP-2, HiB-2
4 bulan Hepatitis B-4, OPV-3, IPV, DTP-3, HiB-3, PCV-2,
Rotavirus-2
6 bulan PCV-3, Rotavirus-3, Influenza
9 bulan Campak-1
12 bulan PCV-4, Varisela, Japanesse ensefalitis-1
15 bulan MMR-1
18 bulan Campak-2, OPV-4,DTP-4, HiB-4
24 bulan Hepatitis A-1, Tifoid-1, Japanesse ensefalitis-2
30 bulan Hepatitis A-2
TABEL JADWAL IMUNISASI (LANJUTAN)
5 tahun DTP-5, MMR-2, Tifoid-2
6 tahun Campak-3
8 tahun Tifoid-3
9 tahun Dengue-1
9.5 tahun Dengue-2
10 tahun Dengue-3, HPV-1, DTP-6
10.5 tahun HPV-2
11 tahun Tifoid-4
14 tahun Tifoid-5
17 tahun Tifoid-6

Anda mungkin juga menyukai