Anda di halaman 1dari 9

Penggunaan Spirometer Pada Pasien Sesak Nafas

Ahmad Try Tjahyadi Novanto


102019132
Kelompok A1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510
Email: ahmad.102019132@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk
pertukaran gas. Paru-paru manusia terletak pada rongga dada, bentuk dari paruparu adalah
berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada
diafragma. Paru terbagi menjadi dua yaitu bagian yaitu, paru kanan dan paru kiri. Pada kasus
ini seorang pasien datang ke dokter dengan keluhan sesak nafas. Pada skenario ini akan
terbagi beberapa bagian mulai dari makroskopik paru,mikroskopik paru, fungsi paru,
compliance paru, elastisitas paru, HbO2, kurva disosiasi oksigen dan pemeriksaan fungsi
paru.
Kata Kunci: makroskopis paru, mikroskopis paru, sistem pernafasan

Abstract
The respiratory system or respiratory system is the organ system used for gas exchange.
Human lungs are located in the thoracic cavity, the shape of the lungs is cone-shaped whose
tip is above the first rib and the base is in the diaphragm. Lung is divided into two parts,
namely, the right lung and left lung. In this case a patient came to the doctor with complaints
of shortness of breath. In this scenario several parts will be divided from macroscopic lung,
lung microscopic, pulmonary function, pulmonary compliance, pulmonary elasticity, HbO2,
oxygen dissociation curve and pulmonary function examination.
Keywords: pulmonary macroscopic, pulmonary microscopic, respiratory system
Pendahuluan

- Latar Belakang

Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk


pertuka-ran gas. Paru-paru manusia terletak pada rongga dada, bentuk dari paruparu adalah
berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada
diafragma. Paru terbagi menjadi dua yaitu bagian yaitu, paru kanan dan paru kiri. Paru-paru
kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus. Setiap
paruparu terbagi lagi menjadi beberapa sub-bagian, terdapat sekitar sepuluh unit terkecil yang
disebut bronchopulmonary segments. Paru-paru bagian kanan dan bagian kiri dipisahkan oleh
sebuah ruang yang disebut mediastinum.

- Skenario 1

Seorang pasien datang ke dokter dengan keluhan sesak, oleh dokter kemudian dilakukan
pemeriksaan fisik dan fungsi paru, salah satunya menggunakan spirometer.

- Identifikasi Istilah

Spirometer: suatu mesin yang mengukur seberapa baik fungsi paru Anda, mencatat
hasilnya, dan menampilkannya dalam bentuk grafik.

- Rumusan Masalah

Pasien dengan keluhan sesak nafas

- Sasaran Belajar:

 Mahasiswa memahami makroskopik paru


 Mahasiswa memahami mikroskopik paru
 Mahasiswa memahami fungsi paru
 Mahasiswa memahami compliance paru
 Mahasiswa memahami elastisitas paru
 Mahasiswa memahami HbO2
 Mahasiswa memahami kurva disosiasi oksigen
 Mahasiswa memahami pemeriksaan fungsi paru

- Hipotesis:

Pasien mengalami masalah pada Parunya

- Pembahasan:

1. Makroskopik Paru
- Hidung

Merupakan jalan masuknya udara kedalam paru-paru dalam proses pernafasan. Bentuk
luar hidung bervariasi dalam bentuk dan ukuran karena adanya perbedaan dengan tulang-
tulang rawan hidung.1 Punggung hidung mulai dari akar pada wajah sampai ujung hidung.
Pada permukaan inferior terdapat lubang yang disebut nares anterior yang dipisahkan oleh
septum nasi yang berupa tulang dan tulang rawan.1 Septum nasi membagi cavum nasi
menjadi bagian kiri dan kanan.1 Septum nasi terdiri dari Lamina perpendicularis ossis
ethmoidalis,Vomer,Cartilago septinasi.1

- Faring

Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang besar di
bagian atas dan sempit di bagian bawah serta terletak pada bagian anterior kolum vertebra).2
Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esophagus setinggi vertebra
servikal ke-6.2 Ke atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke depan
berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring, sedangkan dengan laring di
bawah berhubungan melalui aditus laring dan ke bawah berhubungan dengan esophagus.2
Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang.2 Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam
keluar) selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia
bukofaringeal.2 Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring).2
a. Nasofaring
Batas nasofaring di bagian atas adalah dasar tengkorak, di bagian bawah adalah palatum
mole, ke depan adalah rongga hidung sedangkan ke belakang adalah vertebra servikal.2
Nasofaring yang relatif kecil, mengandung serta berhubungan erat dengan beberapa struktur
penting, seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan resesus faring
yang disebut fosa Rosenmuller, kantong Rathke, yang merupakan invaginasi struktur
embrional hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring di atas penonjolan
kartilago tuba Eustachius, koana, foramen jugulare, yang dilalui oleh n. glosofaring, n. vagus
dan n.asesorius spinal saraf cranial dan v.jugularis interna, bagian petrosus os temporalis dan
foramen laserum dan muara tuba Eustachius.2
b. Orofaring
Orofaring disebut juga mesofaring dengan batas atasnya adalah palatum mole, batas
bawah adalah tepi atas epiglottis, ke depan adalah rongga mulut, sedangkan ke belakang
adalah vertebra sevikal.2 Struktur yang terdapat di rongga orofaring adalah dinding posterior
faring, tonsil palatine, fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil
lingual dan foramen sekum.2
c. LaringoFaring
Batas laringofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batas anterior ialah
laring, batas inferior ialah esofagus, serta batas posterior ialah vertebra servikal.2 Struktur
pertama yang tampak di bawah lidah ialah valekula.2 Bagian ini merupakan dua cengkungan
yang dibentuk oleh ligamentum glosoepiglotika medial dan ligamentum glosoepiglotika
lateral pada tiap sisi.2 Valekula disebut juga “kantong pil” (pill pockets) sebab pada beberapa
orang, kadang – kadang bila menelan pil akan tersangkut di situ.2 Di bawah valekula terdapat
epiglotis.2 Pada bayi epiglotis ini berbentuk omega dan pada perkembangannya akan lebih
melebar, meskipun kadang – kadang bentuk infantile (bentuk omega) ini tetap sampai
dewasa.2 Dalam perkembangannya, epiglotis ini dapat menjadi demikian lebar dan tipisnya.2
Epiglotis berfungsi juga untuk melindungi glotis ketika menelan minuman atau bolus
makanan, pada saat bolus tersebut menuju ke sinus piriformis dan ke esophagus.2

- Laring
Laring merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara yang terletak di
depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk kedalam trakea
dibawahnya.3 Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang
disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita
menelan makanan manutupi laring.3

- Trakea

Trakea adalah saluran pernafasan berbentuk pipa yang terdiri dari tulang rawan dan otot
serta dilapisi oleh pseudostratified columnar cilliated epithelium (epitel PCC).1,5-9 Sepertiga
bagian trakea terletak di leher, dan selebihnya terletak di mediastinum.4 Trakea terletak di
tengah-tengah leher dan makin ke distal bergeser ke sebelah kanan, masuk ke rongga
mediastinum di belakang manubrium sterni.4

- Bronkus

Trakea terbagi dua di setinggi vertebra torakal 4 atau pada karina menjadi bronkus primer
atau dikenal sebagai bronkus utama kanan dan kiri.4 Karena terletak lebih ke kiri dari garis
tengah tubuh, sehingga lumen bronkus utama kanan lebih luas dari bronkus kiri.4 Bronkus
utama dan cabang-cabangnya membentuk gambaran seperti pohon yang disebut bronchial
tree.4 Bronkus utama kanan dan kiri disebut juga sebagai bronkus ekstrapulmoner.4 Bronkus
utama kanan lebih luas, pendek, dan lebih vertikal dibanding bronkus utama kiri.4 Panjangnya
pada orang dewasa 2.5 cm dan mempunyai 6 - 8 cincin tulang.4

- Bronkiolus

Bronkiolus adalah jalan nafas intralobular bergaris tengah 5 mm atau kurang, tidak
memiliki tulang rawan maupun kelenjar dalam mukosanya.5 Bronkiolus merupakan cabang
kecil yang membawa udara dari bronkus ke alveoli paru-paru.5 Bronkiolus didefinisikan
sebagai melakukan saluran udara berdiameter kurang dari 1 mm yang tidak memiliki tulang
rawan di dindingnya.5

- Alveolus

Alveolus adalah benjolan (evaginasi) dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan
sakus alveolaris yang berbentuk menyerupai kantung, bergaris tegah kurang dari 200 µm.5
Alveoli merupakan bagian terminal dari percabangan bronkus, alveolilah yang memberikan
spons pada paru.5 Struktur dinding alveolus dikhususkan untuk memudahkan dan
memperlancar difusi antara 16 lingkungan luar dan dalam.5 Umumnya setiap dinding terletak
diantara 2 alveolus yang bersebelahan sehingga disebut sebagai septum atau dinding
interalveolus.5

2. Mikroskopik Paru

- Bronkus Intrapulmonal

Pada bronkus intrapulmonal, cincin tulang rawan berbentuk C diganti dengan lempeng-
lempeng tulang rawan yang mengelilingi bronki.6 Otot polos menyebar dan mengelilingi
lumen bronki.6 Epitel bronkus intrapulmonal adalah epitel bertingkat semu silindris bersilia
dengan sel goblet.6 Sisa dindingnya terdiri dari lamina propria tipis, selapis tipis otot polos,
submukosa dengan kelenjar bronkia, lempeng tulang rawan hialin, dan adventitia.6
- Bronkiolus

Bronkiolus mempunyai epitel lebih rendah, yaitu epitel bertingkat semu silindris bersilia
kadang-kadang dengan sel goblet.6 Mukosanya berlipat dan otot polos yang mengelilingi
lumennya relatif banyak.6 Tidak ada tulang rawan dan kelenjar lagi serta dikelilingi
adventitia.6

- Bronkiolus Terminalis

Menampakkan mukosa yang berombak dengan epitel silindris bersilia, tidak ada sel
goblet.6 Lamina propria tipis, selapis otot polos dan masih ada adventitia.6

- Bronkiolus Respitorius

Bronkiolus respiratorius langsung berhubungan dengan duktus alveolarisdan alveoli.6


Epitelnya adalah selapis silindris rendah atau kuboid dan dapat bersilia di bagian proximal
saluran ini.6 Sedikit jaringan ikat yang menunjang lapisan otot polos, serat elastin lamina
propria dan pembuluh darah yang menyertainya.6 Setiap alveolus terdapat pada dinding
bronkiolus respiratorius, berupa kantong kecil.6 Jumlah alveolus semakiszn ke distal semakin
banyak.6

- Dinding Alveolus

Dalam setiap paru terdapat sekitar 300 juta alveolus dengan luas permukaan seluas
lapangan tenis.6 Terdapat dua tipe lapisan sel alveolus: pneumosit tipe I, merupakan lapisan
tipis yang menyebar dan menutupi lebih dari 90% daerah permukaan, dan pneumosit tipe II
yang bertanggungjawab terhadap sekresi surfaktan.6 Surfaktan merupakan zat lipoprotein
yang dapat mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi resistensi terhadap
pengembangan pada waktu inspirasi, dan mencegah kolaps alveolus pada waktu ekspirasi.6
Alveolus dilapisi epitel selapis gepeng.6 Alveolus yang berdekatan memiliki septum inter
alveoler bersama.6 Di dalam septum ini terdapat pleksus kapiler yang ditunjang serat jaringan
ikat halus, fibroblas dan sel lain.6
3. Fungsi Paru
Istilah faal mempunyai arti kerja atau fungsi. Faal paru berarti kerja atau fungsi paru dan
uji faal paru mempunyai arti menguji apakah fungsi paru seseorang berada dalam keadaan
normal atau abnormal.7 Pada kehidupan suatu individu, paru mulai berfungsi saat individu
lahir, yaitu saat tangis pertama yang menunjukkan adanya proses mekanika inspirasi pertama
disusul dengan ekspirasi pertama.7 Begitulah seterusnya proses pernapasan itu terdiri atas
inspirasi dan ekspirasi berlangsung dimulai sejak lahir sampai napas berhenti pada akhir
hayat seseorang individu.7
Sistem respirasi secara fundamental merupakan sarana untuk menghirup udara,
memfasilitasi pertukaran gas dalam udara dengan suatu cairan (darah) dan akhirnya
mengembuskan keluar udara dengan komposisi yang berbeda.7 Sebagaimana dijelaskan lewat
hukum gas ideal dan hokum Boyle, udara dan gas yang menjadi komponennya ditandai oleh
kuantitas, volume dan tekanannya.7 Demikian pula fisiologi pernapasan dapat dijelaskan
sebagai suatu rangkaian perubahan yang digerakkan oleh tekanan dalam volume gas di dalam
paru-paru.7 Rangkaian perubahan ini memungkinkan regulasi O2, CO2, dan pH di dalam
darah.7
Fungsi paru atau fungsi sistem pernapasan yang utama adalah melaksanakan pertukaran
gas antara O2 dan CO2 di membran respirasi (pada pernapasan eksterna) dan pada
pernapasan interna meliputi pengangkutan O2 dan CO2 dalam peredaran darah serta utilisasi
O2 di jaringan-jaringan dan pembebasan sisa metabolisme CO2 untuk dibuang keluar tubuh
oleh membran respirasi.7
4. Compliance Paru
Daya kembang adalah suatu ukuran distensibilitas paru-paru dan dinyatakan dengan
perubahan volume paru yang terjadi karena tekanan antara pleura dan alveoli (tekanan
transpulmonal), dimana setiap kali tekanan transpulmonal meningkat 1 cm H2O maka terjadi
pengembangan paru sebanyak 200 ml.8
Daya kembang ditentukan oleh daya elastis paru.8 Daya elastis ini dapat dibagi menjadi
dua bagian, yaitu daya elastis dari jaringan paru itu sendiri dan daya yang disebabkan oleh
tegangan permukaan cairan yang membatasi dinding dalam alveoli dan ruang udara paru
lainnya yang dinamakan surfaktan.8 Daya kembang paru juga bergantung pada ukuran paru,
dimana makin besar paru-paru, maka makin besar daya kembang.8
Beberapa keadaan yang merusak jaringan paru, menyebabkan terjadinya fibrotik atau
edema, penyumbatan bronkiol atau cara lain apapun yang menghalangi pengembangan dan
pengempisan paru menyebabkan compliance paru berkurang.8
5. Elastisitas Paru
Elastisitas paru berkaitan dengan dua konsep, yaitu compliance paru dan elastic recoil.9
Compliance paru adalah luasnya pengembangan paru untuk setiap peningkatan tekanan
transpulmonal atau seberapa besar upaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan atau
meregangkan paru, dianalogikan sebagai seberapa keras kerja yang dibutuhkan untuk meniup
sebuah balon.9
Secara spesifik, compliance paru adalah ukuran seberapa banyak perubahan dalam volume
paru yang terjadi akibat perubahan tertentu dari gradien tekanan antara alveoli dan intrapleura
yang membuat dinding paru-paru meregang mengisi dinding thoraks, atau disebut gradien
tekanan transmural/transpulmonal.9 Hal ini berarti, semakin rendah compliance paru maka
semakin besar gradien tekanan transmural yang harus diciptakan selama inspirasi agar
menghasilkan ekspansi paru normal.9 Istilah elastic recoil merupakan seberapa mudah paru-
paru kembali ke bentuknya semula setelah diregangkan.9 Hal ini berperan mengembalikan
paru-paru kembali ke volume sebelum inspirasi ketika otot-otot pernapasan relaksasi di akhir
inspirasi.9
Sifat elastic recoil paru dipengaruhi oleh kandungan tinggi serat elastin pada jaringan paru,
dan yang lebih penting lagi yaitu tegangan permukaan alveolus yang bekerja di pertemuan
udara – air pada alveolus.9
6. HbO2
Dinamika reaksi pengikatan O2 oleh hemoglobin menjadikannya sebagai pembawa O2
yang sangat serasi.9 Hemoglobin adalah protein yang dibentuk dari empat sub unit, masing-
masing mengandung gugus heme yang melekat pada sebuah rantai polipeptida.9 Pada seorang
dewasa normal, sebagian besar hemoglobin mengandung dua rantai α dan dua rantai β. Heme
adalah kompleks yang dibentuk dari suatu porfirin dan satu atom besi fero.9 Masing-masing
dari keempat atom besi dapat mengikat satu molekul O2 secara reversibel.9 Atom besi tetap
berada dalam bentuk fero, sehingga reaksi pengikatan O2 merupakan suatu reaksi oksigenasi,
bukan reaksi oksidasi.9 Reaksi pengikatan hemoglobin dengan O2 lazim ditulis sebagai Hb +
O2 ↔ HbO2.9 Karena setiap molekul hemoglobin mengandung empat unit Hb, maka dapat
dinyatakan sebagai Hb4, dan pada kenyataannya bereaksi dengan empat molekul O2
membentuk Hb4O8.9
Hb4 + O2↔ Hb4O2
Hb4O2 + O2↔ Hb4O4
Hb4O4 + O2↔ Hb4O6
Hb4O6 + O2↔ Hb4O8
Reaksi ini berlangsung cepat, membutuhkan waktu kurang dari 0,01 detik.9 Deoksigenasi
(reduksi) Hb4O8 juga berlangsung sangat cepat.9
7. Kurva Disosiasi Oksigen
Kurva disosiasi hemoglobin-oksigen adalah ilustrasi kepada hubungan antara kadar
saturasi hemoglobin (percent saturation of hemoglobin) dengan tekanan parsial oksigen.10
Tekanan parsial oksigen merupakan faktor penting dalam menentukan kuantitas oksigen yang
berikatan dengan hemoglobin.10 Semakin tinggi tekanan parsial oksigen maka semakin
banyak oksigen yang berikatan dengan hemoglobin.10 Apabila hemoglobin yang tereduksi
(reduced hemoglobin) ditukar sepenuhnya kepada oxyhemoglobin, maka hemoglobin
dikatakan sebagai tersaturasi penuh.10
Kadar saturasi hemoglobin adalah saturasi rata-rata hemoglobin yang berikatan dengan
oksigen.10 Sebagai contoh, jika dua molekul oksigen yang berikatan dengan satu molekul
hemoglobin, maka disebut kadar saturasi oksigen adalah 50%, karena satu molekul
hemoglobin bisa mengikat 4 molekul oksigen.10
Pada kondisi normal, darah arteri memasuki jaringan-jaringan tubuh dengan tekanan
parsial oksigen 95 mmHg dan saturasi hemoglobin yang melebihi 97%.10 Aliran balik vena
daripada jaringan pula mempunyai tekanan oksigen sebesar 40 mmHg dengan saturasi
hemoglobin 75-80%.10
Walaupun tekanan parsial oksigen merupakan faktor yang penting dalam menentukan
kadar saturasi hemoglobin, terdapat beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi afinitas
hemoglobin terhadap oksigen.10 Faktor-faktor ini akan memberikan dampak terhadap kurva
disosiasi hemoglobin-oksigen secara keseluruhan dengan menyebabkan kurvanya bergeser ke
arah kiri (afinitas meningkat) atau ke arah kanan (afinitas berkurang).10 Faktor-faktor tersebut
Universitas Sumatera Utara adalah keasaman (pH), tekanan parsial karbon dioksida dan zat
2,3-diphosphoglycerat (2,3- DPG).10
Saat pH darah menurun, kurva disosiasi hemoglobin-oksigen akan bergeser ke kanan,
menunjukkan bahawa hemoglobin kurang tersaturasi walaupun berada di tekanan parsial
oksigen tinggi.10 Perubahan ini dinamakan sebagai Borh effect, dimana hemoglobin bertindak
sebagai buffer.10 Borh effect berkerja dengan kedua-dua cara yaitu; peningkatan ion H+
dalam darah akan menyebabkan oksigen terlepas dari hemoglobin, dan oksigen yang
berikatan dengan hemoglobin akan menyebabkan ion H+ terlepas dari hemoglobin.10 Apabila
produksi asam metabolit (asam laktat dan asam karbonat) dan CO2 Karbon dioksida memiliki
sifat asam.10 Maka, apabila ia berikatan hemoglobin, akan terjadi dampak yang sama pada
kurva disiosiasi (kurva begeser ke kanan).10 Pada kondisi tekanan parsial karbon dioksida
jaringan meningkat, keasaman darah akan meningkat lalu terjadinya asidosis yang
menyebakan kurva disosiasi bergeser ke kanan.10 Maka, afinitas hemoglobin terhadap
oksigen melemah, menyebabkan oksigen senang terlepas daripada hemoglobin dan masuk ke
jaringan.10
8. Pemeriksaan Fungsi Paru
Pemeriksaan spirometri adalah pemeriksaan untuk mengukur volume paru statik dan dinamik
seseorang dengan alat spirometer.11 Spirometri sederhana biasanya memberikan informasi
yang cukup.11 Sejumlah spirometer elektronik yang murah dapat mengukur dengan tepat
parameter-parameter tertentu seperti kapasitas vital, volume ekspirasi paksa dalam detik
pertama (FEV1) dan peak expiratory flow.11
Spirometer tidak dapat membuat diagnosis spesifik namun dapat menentukan adanya
gangguan obstruktif dan restriktif serta dapat memberi perkiraan derajat kelainan.11
Pemeriksaan spirometri dapat menilai faal paru statik dan faal paru dinamik.11 Faal paru statik
yaitu pada keadaan statis yang tidak terkait dengan dimesi waktu, terdiri atas: Pemeriksaan
spirometri dapat menilai faal paru statik dan faal paru dinamik.11 Faal paru statik yaitu
volume udara pada keadaan statis yang tidak terkait dengan dimesi waktu, terdiri atas: Tidal
volume (TV), Inspiratory reserve volume/volume cadangan inspirasi (IRV/VCI), Expiratory
reserve volume/ volume cadangan ekspirasi (ERV/VCE), Residual volume (RV), Inspiratory
capacity/ kapasitas inspirasi (IC/KI), Functional residual capacity/ kapasitas residu fungsional
(FRC/KRF), Vital capacity/ kapasitas vital (VC/KV), Forced vital kapasity/ kapasitas vital
paksa (FVC/KVP), Total lung capacity/ kapasitas paru total (TLC/KPT). Sedangkan faal paru
dinamik terdiri atas: Forced expiratory volume (FEVT), Forced expiratory flow200-1200
/FEF 200-1200, Forced expiratory flow25%-75%/ FEF25%-75%, Peak expiratory flow
rate/PEFR, Maksimal voluntary ventilation/ MVV/ MBC.11 Dalam tinjauan kepustakaan ini
akan membahas tentang faal paru dinamis.11
Ada beberapa indikasi dilakukan spirometri, antara lain:

- Menilai status faal paru yaitu menentukan apakah seseorang mempunyai faal paru
normal, hiperinflasi, obstruksi, restriksi atau bentuk campuran.11
- Menilai manfaat pengobatan yaitu menentukan apakah suatu pengobatan memberikan
perubahan terhadap nilai faal paru.11
- Evaluasi penyakit yaitu menilai laju perkembangan penyakit terdapat perbaikan atau
perubahan nilai faal paru.11
- Menentukan prognosis yaitu meramalkan kondisi penderita selanjutnya dengan
melihat nilai faal paru yang ada.11
- Menentukan toleransi tindakan bedah.11
- Menentukan apakah seseorang mempunyai risiko ringan, sedang atau berat pada
tindakan bedah.11
- Menentukan apakah dapat dilakukan tindakan reseksi paru.11

- Daftar Pustaka
1
1. Bms TIMB, Tjahajawati S, Mariam MS. TUTOR GUIDE BASIC MEDICAL
SCIENCE 1 ( BMS1 ) KASUS 2 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. J
Respir Syst. 2016;1:5.
2. Anonim, Universitas Sumatra. Anatomi Faring. J Anat. 2011;1(1):5-15.
3. Utara US. Analisis struktur kovarian pada indeks yang berhubungan dengan kesehatan
pada lansia di rumah dengan fokus pada kesehatan subjektif. Icassp. 1997;21(3):295-
316.
4. Fitriah H, Juniati SH, Kepala B. Peran Traktus Trakeo-Bronkial Dalam Proteksi Paru.
J THT-KL. 2010;3(gambar 2):143-160.
5. Lee S, Hahn C, Rhee M, et al. Mikoskopik dan Makroskopik Paru. J Chem Inf Model.
2012;53(9):1689-1699. doi:10.1017/CBO9781107415324.004
6. Tarigan PB. Anatomi Organ Paru. J Chem Inf Model. 2013;53(9):1689-1699.
doi:10.1017/CBO9781107415324.004
7. Bakhtiar A, Amran WS. Faal Paru Statis. J Respirasi. 2019;2(3):91.
doi:10.20473/jr.v2-i.3.2016.91-98
8. Makasudede Y. Bab 2 tinjauan pustaka. Sist Pernafasan. 2010;1:8-45.
9. Putra KAHP. Fisiologi Ventilasi Dan Pertukaran Gas. J Chem Inf Model.
2016;1(1):18-30.
10. Utara US. (2,3-DPG) yang mencukupi dan untuk menghasilkan. Mek Sist Pernafasan.
2006;12(17-18):35.
11. Bakhtiar A, Tantri RIE. Faal Paru Dinamis. J Respirasi. 2019;3(3):89.
doi:10.20473/jr.v3-i.3.2017.89-96
23456378991011

Anda mungkin juga menyukai