Anda di halaman 1dari 14

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Masalah

Ketidakefektifan Jalan Nafas dan Fisioterapi Dada


Dosen Pembimbing: Ana Zakiyah., S.Kep.Ns.M.Kep

Tim Penyusun:
Kelompok 2
1. Devia Ayu Ramadhana (202301051)
2. Kemala Pratama Deviana (202301052)
3. Sevie Surya Anneta (202301053)
4. Poppy Nur Septiani (202301094)

S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah suatu
keadaan ketika individu mengalami suatu ancaman yang nyata
atau potensial pada status pernafasan jika tidak ditangani dengan
baik, karena jalan nafas yang tidak efektif akan menyebabkan
terganggunya proses ventilasi. Apabila proses ventilasi
terganggu, maka O2 yang masuk ke paru paru berkurang. Hal
ini jika tidak cepat ditangani akan menimbulkan kurangnya O2
dalam tubuh dan bisa mengakibatkan kerusakan sel ataupun
kematian.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas juga menjadi
faktor penyebab penyakit saluran nafas yang banyak dijumpai di
masyarakat. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas muncul
karena adanya spasme jalan nafas, hipersekresi jalan nafas,
sekresi yang tertahan, proses infeksi, respon alergi, benda asing
dalam jalan nafas, dan adanya jalan nafas buatan. Merokok
aktif, merokok pasif, dan terpajan polutan merupakan faktor
situasional dari ketidakefektifan bersihan jalan nafas. (Tsamsuri,
2008)

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah ketidakefektifan jalan
nafas dan fisioterapi dada?

1.3 Tujuan Makalah


1.3.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
masalah ketidakefektifan jalan nafas dan fisioterapi dada.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.) Melakukan pengkajian pada klien dengan ketidakefektifan
jalan nafas dan fisioterapi dada.
2.) Menentukan diagnosis keperawatan pada klien dengan
ketidakefektifan jalan nafas dan fisioterapi dada
3.) Menyusun perencanaan keperawatan pada klien dengan
ketidakefektifan jalan nafas dan fisioterapi dada.

1.4 Manfaat Makalah


1.4.1 Manfaat Praktis

1. Bagi Ilmu Keperawatan


Guna meningkatkan mutu pelayanan pada klien dengan masalah
ketidakefektfan jalan nafas dan fisioterapi dada dan menambah
refrensi dalam melakukan asuhan keperawatan.
2. Bagi Penelitian Lain
Memperoleh pengalaman dan menambah pengetahuan dalam
melakukan pemberian asuhan keperawatan dengan masalah
ketidakefektifan jalan nafas dan fisioterapi dada.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan


2.2 Jalan nafas atas
2.2.1 Hidung
Hidung atau nasal merupakan saluran udara yang
pertama, mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh
sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu
yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang
masuk ke dalam lubang hidung.

2.2.2 Faring/tenggorokan
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan
antara jalan pernapasan dan jalan makanan, terdapat di bawah
dasar tengkorak, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah
depan ruas tulang leher.
Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah ke atas
berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang
yang bernama koana, ke depan berhubungan dengan rongga
mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium, ke bawah
terdapat 2 lubang (ke depan lubang laring dan ke belakang
lubang esofagus).

2.2.3 Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran
udara dan bertindak sebagai pembentukan suara, terletak di
depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikal dan
masuk ke dalam trakhea di bawahnya. Pangkal tenggorokan itu
dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorokan yang biasanya
disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang
berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring.
2.3 Jalan nafas bawah
2.3.1 Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari
laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari
tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C)
sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar
yang disebut sel bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang
trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang terdiri dari jarigan ikat
yang dilapisi oleh otot polos. (Anas Tamsia, 2008)

2.3.2 Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan
dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra
torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa dengan trakea
dan dilapisi oleh jenis set yang sama.
Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah
tampuk paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar
dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3
cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang
kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus
bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus
(bronkioli). Pada bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada
ujung bronkioli terdapat gelembung paru atau gelembung hawa
atau alveoli. (Anas Tamsia, 2008)

2.3.3 Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian
besar terdiri dari gelembung (gelembung hawa atau alveoli).
Gelembug alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Paru-
paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan dan kiri. Paru-paru kanan
terdiri dari 3 lobus (belahan paru), lobus pulmo dekstra superior,
lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh
lobulus. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah
segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus
medialis, dan 3 buah segmen pada lobus inferior.
Paru-paru kiri, terdiri dari lobus superior dan lobus inferior.
Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang kecil bernama segmen.
Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada
lobus superior, dan 5 buah segmen pada inferior. (Anas Tamsia,
2008)

1. Fisiologi pernafasan
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan.
Manusia sangat membutukan oksigen dalam hidupnya, kalau
tidak mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan
kerusakan pada otak yang tidak dapat diperbaiki lagi dan bisa
menimbulkan kematian. Kalau penyediaan oksigen berkurang
akan menimbulkan kacau pikiran.

Pernafasan Paru
Pernapasan paru adalah pertukaran oksigen dan
karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Pernapasan melalui
paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen diambil melalui
mulut dan hidung pada waktu bernapas menyebabkan oksigen
masuk melalui trakea sampai ke alveoli yang berhubungan
dengan darah dalam kapiler pulmonar. Alveoli memisahkan
okigen dari darah, oksigen menembus membran, diambil oleh
sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan
ke seluruh tubuh. Dalam alveoli, oksigen bergerak menuju
kapiler pulmonalis sebagai gas terlarut, bergerak menurunknan
gradien konsentrasi. Oksigen diangkut dalam darah baik yang
terlarut maupun berikatan dengan hemoglobin. Sekitar 98%
hingga 99% oksigen diangkut dalam darah yang berikatan
dengan hemoglobin sebagai oksihemoglobin sehingga
mempengaruhi saturasi oksigen (Porth &Marfin, 2009).
Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi
ketika konsentrasi dalam darah mempengaruhi dan merangsang
pusat pernapasan terdapat dalam otak untuk memperbesar
kecepatan dalam pernapasan, sehingga terjadi pengambilan O2
dan pengeluaran CO2 lebih banyak. Darah merah (hemoglobin)
yang banyak mengandunng oksigen dari seluruh tubuh masuk ke
dalam jaringan, mengambil karbondioksida untuk dibawa ke
paru-paru dan di paru-paru terjadi pernapasan eksternal.

Diaphragma
Diafragma merupakan otot penting yang memisahkan
rongga dada (berisi organ-organ penting) dengan rongga perut.
Biasanya ketika kita berbicara mengenai diafragma, maka yang
terpikirkan adalah diafragma thoraks (Diafragma Dada). Fungsi
utama diaphragma dada adalah sebagai bagian dalam proses
pernapasan, yaitu mengatur masuk dan keluarnya udara dari
dalam dan keluar tubuh melalui kontraksi dan relaksasinya.
Diaphragma mempunyai fungsi non-pernapasan, yaitu untuk
membantu mengeluarkan muntah yang membutuhkan
peningkatan tekanan bagian rongga perut.
Diafragma merupakan sekat otot berserat yang berbentuk
seperti kubah. Permukaan atas diafragma berbentuk cembung
(pada rongga dada), berbentuk cekung pada permukaan bawah
rongga perut, dan terdiri dari jaringan otot, maka diafragma
dapat melakukan kontraksi dan relaksasi. Diaphragma disusun
oleh otot lurik (otot rangka) sehingga pergerakannya dapat kita
sadari. Syaraf yang mengatur pergerakan diafragma adalah saraf
frenikus. Diafragma mempunyai beberapa lubang yang
berfungsi sebagai tempat lewatnya organ penting dari bagian
dada ke bagian perut. Tiga lubang utama yang terdapat pada
diafragma adalah sebagai berikut:
1. Lubang Aortic, merupakan lubang yang dilewati oleh Aorta.
2. Lubang Esophageal, merupakan lubang yang dilewati oleh
esofagus.
3. Lubang Caval, merupakan lubang yang dilewati oleh vena
kava inferior.
Latihan otot-otot pernapasan yang manakala penderita
telah mempelajari pernapasan diafragmatik, suatu program
pelatihan otot-otot pernapasan mungkin diresapkan untuk
membantu menguatkan otot- otot yang digunakan dalam
bernapas yang dapat disebut juga dengan Diaphragma Breathing
Exercise.

2. Konsep tentang tahapan dalam proses oksigenasi


Oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital
dalam proses metabolisme. (Kadri, 2012)
Oksigenasi merupakan menghirup udara dari luar yang
mengandung Oksigen (O2) kedalam tubuh serta
menghembuskan karbondioksida (CO2) sebagai hasil sisa
oksidasi (Andarmoyo, 2014).

3. Proses Oksigenasi
Proses oksigenasi yang terjadi pada tubuh manusia meliputi tiga
langkah yaitu:
a. Ventilasi
Ventilasi yaitu proses mekanis untuk memindahkan udara
masuk atau keluar dari paru paru.
b. Difusi
Difusi yaitu pergerakan acak molekul dari tempat yang
konsentrasinya tinggi ke tempat konsentrasinya rendah.
Konsentrasi O2 di paru lebih besar daripada konsentrasi CO2
dalam paru. Sehingga O2 bergerak dari paru ke darah lalu CO2
bergerak dari darah ke paru.
c. Perfusi
Perfusi adalah distribusi darah yang telah teroksidasi didalam
paru untuk dialirkan ke seluruh tubuh.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN JALAN
NAFAS DAN FISIOTERAPI DADA

1. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan untuk pemenuhan kebutuhan
oksigen meliputi riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan diagnostik yang relevan. Riwayat keperawatan atau
kesehatan difokuskan pada masalah fungsional dan fisik yang
dialami oleh klien dan pengaruhnya terhadap kehidupan dan
gaya hidup lain. Alasan klien untuk mencari bantuan perawatan
kesehatan berhubungan dengan salah satu dari gejala berikut
yaitu: sesak nafas (dispnea), nyeri dada atau nyeri saat bernafas,
adanya akumulasi mukus dan batuk, adanya mengi, batuk darah
(hemoptisis), edema kaki atau tangan, dan keletihan atau
kelemahan umum.
Pada saat pengkajian, perlu digali informasi tentang masalah
pernapasan atau kardiovaskular yang sedang atau pernah terjadi.
Berbagai gejala atau manifestasi klinis yang mungkin dijumpai
antara lain :
1. Gaya hidup
Perokok aktif, perokok pasif, dan terpajan polutan. (Anas
Tamsia, 2008)
2. Batuk
Batuk merupakan gejala umum pada pasien dengan
gangguan sistem pernafasan. Tanyakan juga bagaimana hal
tersebut timbul dengan waktu yang spesifik (misal: pada malam
hari, ketika bangun tidur) atau hubungannya dengan aktivitas
fisik. Tentukan batuk tersebut apakah produktif atau non
produktif dan berdahak atau kering. (Anas Tamsia, 2008)

3. Sputum
Sputum merupakan suatu substansi yang keluar bersama dengan
batuk atau bersihan tenggorokan. Percabangan trakheobronkhial
secara normal memproduksi sekitar 3 ons mukus setiap hari
sebagai bagian dari mekanisme pembersihan normal (‘normal
cleansing mechanism’). Namun produksi sputum akibat batuk
adalah tidak normal. Tanyakan dan catat warna, konsistensi,
bau, dan jumlah dari sputum karena hal hal tersebut dapat
menunjukkan keadaan dari proses patologik. Jika terjadi infeksi,
sputum dapat berwarna kuning atau hijau, putih atau kelabu, dan
jernih. Pada keadaan edema paru paru, sputum akan berwarna
merah muda karena mengandung darah dengan jumlah yang
banyak.
4. Dispnea
Dispnea merupakan suatu persepsi kesulitan bernapas/napas
pendek dan merupakan perasaan subjektif pasien. Perawat
mengkaji tentang kemampuan pasien saat melakukan aktivitas.
Sebagai contoh, ketika berjalan apakah pasien mengalami
dispnea? Perlu dikatakan juga kemungkinan timbulnya
paroxysmal nocturnal dispnea dan orthopnea, yang berhubungan
dengan penyakit paru-paru kronis dan gagal jantung kiri.
5. Hemoptisis
Hemoptisis adalah darah yang keluar dari mulut saat
batuk. Perawat mengkaji apakah darah tersebut berasal dari
paru-paru, perdarahan hidung, atau perut. Darah yang berasal
dari paru-paru biasanya berwarna merah terang karena darah
dalam paru-paru distimulasi segera oleh refleks batuk. Penyakit
yang menyebabkan hemoptisis antara lain bronkhitis kronik,
bronkhiektasis, tuberkulosis (TB) paru- paru, cystic fibrosis,
upper airway necrotizing granuloma, emboli paru- -paru,
pneumonia, kanker paru-paru, dan abses paru-paru.
6. Chest pain
Nyeri dada (chest pain) dapat berhubungan dengan
masalah jantung dan paru-paru. Gambaran yang lengkap dari
nyeri dada dapat menolong perawat untuk membedakan nyeri
pada pleura, muskuloskeletal, kardiak, dan gastrointestinal.
Paru-paru tidak mempunyai saraf yang sensitif terhadap nyeri.
Namun saraf tersebut dimiliki oleh iga, otot, pleura parietal, dan
percabangan trakheobronkhial. Oleh karena perasaan nyeri
murni bersifat subjektif, maka perawat harus menganalisis nyeri
yang ditimbulkan dan berhubungan dengan masalah

7. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi menurut (Irman
Somantri) diantaranya adalah:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan kondisi di mana
individu tidak mampu untuk batuk untuk secara efektif.
2. Kerusakan Pertukaran Gas merupakan kondisi terjadinya
penurunan intake gas antara alveoli dan sistem vaskuler.
3. Pola napas tidak efektif merupakan suatu kondisi tidak
adekuatnya ventilasi yang disebabkan perubahan pola napas.

a. Tanda dan Gejala


Pada Mayor
(SDKI, 2016)
Subjektif
1. Dipsnea

Objektif
1. Penggunaan otot bantu pernapasan
2. Fase ekspirasi memanjang
3. Pola napas abnormal (mis. Takipnea, bradipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-stokes)

Pada Minor
(SDKI, 2016)
Subjektif
1. Ortopnea

Objektif
1. Pernapasan pursed/lip
2. Pernapasan cuping hidung
3. Diameter thoraks anterior/posterior meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah

8. INTERVENSI KEPERAWATAN

INTERVENSI
DIAGNOSA TUJUAN DAN
KEPERAWATAN
NO KEPERAWATAN KRITERIA RASIONAL
(SIKI)
INDONESIA HASIL (SLKI)
1. Pola Napas Tidak Pola Napas Manajemen Jalan Batuk tidak
Efektif (L.01004) Napas (1.010011) terkontrol akan
melelahkan
Definisi: Definisi: Definisi: klien.
Inspirasi atau Inspirasi atau Mengidentifikasi
ekspirasi yang tidak ekspirasi yang dan mengelola Mengencerkan
memberikan tidak jalan nafas mucus saluran
ventilasi adekuat. memberikan nafas
ventilasi Tindakan
Penyebab: adekuat Observasi: Meningkatkan
1. Depresi pusat 1. Monitor pola rasa nyaman
pernapasan. Kriteria hasil: napas
2. Hambatan Setelah Membantu
upaya napas (mis. dilakukan pengeluaran
nyeri saat bernapas, tindakan secret dari area
kelemahan otot keperawatan paru bagian
pernapasan. selama 3x24 bawah
masalah pola
napas tidak
efektif pada
pasien membaik
dengan
indikator:

1. Dipsnea
menurun
3. Deformitas 2. Penggunaan 2. Monitor
dinding dada. otot bantu bunyi napas
4. Deformitas napas menurun 3. Monitor
tulang dada. 3. Pemanjangan sputum
5. Gangguan fase ekspirasi Teraputik:
neuromuskular. menurun 1. Pertahanan
6. Gangguan 4.Frekuensi kepatenan jalan
neurologis (mis. napas membaik. napas dengan head
EEG positif, cedera 5. Kedalaman tilt dan chin lift
kepala gangguan napas membaik 2. Posisikan
kejang). Semi Fowler atau
7. Penurunan Fowlo
energi. 3. Berikan
8. Obesitas. Minum Hangat
9. Kecemasan. 4. Lakukan
Fisioterapi Dada
5. Lakukan
penghisapan lendir
kurang dari 15
detik.

9. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Rencana yang dapat dilakukan untuk mempertahankan
respirasi normal yang diadopsi dari bebrapa sumber adalah
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
adanya sekresi mukus yang kental, hemoptisis, kelemahan,
upaya batuk buruk, edema trakheal/faringeal. (Arif Muttaqin,
2008, p.95)
10. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainya. Bersihan jalan
nafas kembali efektif, ditandai dengan tidak ada penumpukan
sekret. Pasien tidak sesak nafas lagi. Ditandai dengan pernafasan
normal (16-20) kali /menit tanpa menggunaan alat bantu. Tidak
terdapat bunyi nafas tambahan: wheezing, ronchi. Ditandai
dengan tidak ada bunyi nafas wheezing dan ronchi.

BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan


bahwa masalah keperawatan yang menjadi prioritas adalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Hal ini dikarenakan jalan
nafas merupakan tempat masuknya oksigen. Apabila jalan nafas
terganggu maka oksigen yang masuk ke tubuh juga akan
terganggu.

Anda mungkin juga menyukai