DISUSUN OLEH :
NIM : 2019012413
UNIVERSITAS AN NUUR
TA 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP KEBUTUHAN OKSIGENASI
Tenggorokan merupakan struktur dari leher yang terdiri dari faring dan laring.
Tenggorokan mempunyai sebuah selaput otot yang disebut juga epiglotis yang memiliki
peran sebagai pemisah esofagus dari trakea dan mencegah makanan dan minuman untuk
masuk ke saluran pernapasan.
Tenggorokan dan saluran napas dilengkapi saraf yang merasakan jika terdapat
bahan atau zat yang menggangggu. Kondisi ini menstimulasi saraf
untuk mengirim sinyal pada otak, yang selanjutnya direspons otak dengan mengirim
kembali sinyal untuk mengeluarkan zat tersebut dengan batuk.
Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar dimana energi dapat
dihemat sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal
(Smeltzer, 2001).
B. Fungsi Fisiologis
Anatomi Tenggorokan
Epiglotis
Struktur tenggorokan yang berbentuk lipatan otot ini akan menyelimuti laring
saat proses menelan, sehingga makanan tidak bisa memasuki laring dan paru-paru.
Jika makanan atau partikel lain tersangkut pada laring, maka akan mengakibatkan
penyakit aspirasi pneumonia
Faring
Struktur tenggorokan yang menghubungkan antara mulut dengan rongga
hidung pada esofagus dan laring, melewati tabung berotot. memiliki fungsi sebagai
jalan bagi makanan dan udara guna mencapai lambung dan paru-paru. Faring terbagi
menjadi 3 bagian, yaitu nasofaring (bagian atas, tersusun atas langit-langit mulut
lunak dan keras), orofaring (bagian tengah, tersusun atas uvula dan amandel), dan
laringofaring (bagian bawah, tersusun atas epiglotis dan saluran menuju esofagus atau
laring).
Laring
Tabung yang berbentuk vertikal berotot yang menyimpan pita suara ini, atau
yang lebih dikenal dengan kotak suara. Laring dapat memicu manusia bisa
menghasilkan suara. Sebelum mencapai trakea, udara yang terhirup akan melalui
laring.
Trakea
Esofagusu
Struktur tenggorokan yang berbentuk tabung vertikal berotot ini terpisah dari
faring dan kemudian membawa makanan dan minuman ke dalam lambung. Saat tidak
melakukan aktivitas, ukuran esofagus mencapai 9-10 inchi dan lebar 2 cm,
membentuk bagian saluran gastrointestinal dan letaknya di dekat trakea dalam
wilayah toraks dan leher.
Fungsi Tenggorokan
1. Tacypnea
Pernapasan yang memiliki frekuensi lebih dari 24 kali perawatan yang terjadi karena
paru dalam keadaan atelektasis atau terjadi kembali.
2. Biadypnea
Merupakan pola pernapasan lamban dan kurang dari 10 kali per menit, ditemukan
dalam peningkatan tekanan intra kiantal.
3. Hiperventilasi
Cara tubuh untuk berkompensasi peningkatan jumlah oksigen dalam paru agar
pernapasan labih cepat dan dalam, ditandai dengan peningkatan denyut nadi, nafas
pendek adanya nyeri dada dan menurunnya konsentrasi CO2.
4. Kusmaul
Merupakan pola pernafasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada orang
dalam keadaan desidosis metabolik.
5. Hipoventilasi
Upaya tubuh untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup yang dilakukan pada saat
ventilasi alveolar serta tidak cukupnya penggunaan oksigenasi yang ditandai dengan
adanya nyeri kepala, dapat terjadi akibat atelaktasi.
6. Orthopnea
Kesulitan bernapas kecuali dengan posisi duduk atau berdiri dan pola ini sering yang
mengalami kongesti paru.
Tanda gejala
Tanda gejala yang mungkin muncul karena gangguan oksigenasi menurut Perry Potter
2001 yakni :
1. Sesak nafas
2. Nyeri dada
3. Parestesia
4. Dis orientasi
5. Kejang
6. Sakit kepala
7. Kelelahan
8. Cemas
9. Penurunan tingkat kesadaran
Penyebab utama gangguan oksigenasi adalah penyumbatan misalnya inflamasi jalan nafas.
Penyempitan rongga nafas dan kerusakan jalan nafas yang disebabkan oleh:
1. Bakteri
2. Virus
3. Alergi
4. Kemasukan benda asing
D. Penatalaksanaan
a. Medis
Untuk mengetahui gangguan pada organ paru maka dilakukan foto rontgen,
laboratorium sputum dan lain-lain. Untuk analisa jika ditemukan abnormal
digunakan terapi obat bronkodilator, pemasangan oksigenasi.
b. Keperawatan
Salah satu yang menyebabkan gangguan masalah oksigenasi adalah adanya
gangguan sumbatan pada jalan nafas untuk itu dilakukan tindakan
keperawatan, seperti melatih nafas dalam, batuk yang efektif, menganjurkan
klien minum air hangat, posisi pasien duduk semi fowler.
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung jawab. Berisi nama, umur,
alamat, pekerjaan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : keluhan yang paling dirasakan pasien pada saat dilakukan
pengkajian secara subjektif.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang: keluhan yang dirasakan oleh pasien sesuai dengan
gejala-gejala yang ada.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu: riwayat yang pernah dialami pasien dahulu.
d. Riwayat kesehatan Keluarga: Informasi tentang kesehatan keluarga, termasuk
penyakit kronik (menahun/terus-menerus), seperti diabetes millitus dan jatung,
infeksi seperti tuberkulosis dan hepatitis.
e. Pengkajian Pola Fungsional : menggunakan konsep Virginia Henderson
f. Pemeriksaan fisik : meliputi pemeriksaan TTV, pemeriksaan Antropometri dan
pemeriksaan head to toe
g. Data Penunjang : meliputi pemeriksaan Laboratorium, terapi dan pengobatan, dan
pemeriksaan diagnostik.
B. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan d.d batuk tidak efektif,
spuntum berlebih dan gelisah (D.0001)
b. Gangguan pola tidur b.d. hambatan lingkungan d.d. mengeluh sulit
tidur. (D.0055)
C. Perencanaan / Intervensi
a. SLKI
1) Definisi
Kemampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan
nafas tetep paten.
2) Ekspektasi
Meningkat
3) Kriteria Hasil
b. SIKI
1) Definisi
Melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif untuk membersihkan
larin trakea dan bronkiolus dari secret atau benda asing dijalan napas.
2) TindakanObservasi
Trapeutik
Atur posisi semi-Fowler atau fowler
Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
Buang secret pada tempat sputum
Edukasi
Kolaborasi
a. SLKI
1) Definisi
2) Ekspektasi
Membaik
3) Kriteria Hasil
b. SIKI
2) Tindakan
Observasi
Terapeutik
Modifikasi lingkungan (mis. pencahayaan, kebisingan, suhu, matras dan tempat tidur)
Batasi waktu tidur siang, jika perlu
Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
Tetapkan jadwal tidur rutin
Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. pijat, pengaturan posisi,
terapi akupresure)
Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untu menujang siklus tidur-
terjaga
Edukasi
D. Evaluasi Keperawatan
Evaluas yang diharapkan setelah dilakukan implementasi sesuai dengan batas waktu
dan kriteria pasien menurut Aziz Allimul H. Tahun 2009, yaitu:
2. Pola Tidur
DAFTAR PUSTAKA
Somantri, Irman. 2008. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan Pada Pasien
dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul. 2010. Kebutuhan Dasar. Jakarta : EGC
Nanda International (2013). Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2015. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.