Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai makhluk hidup kita masih hidup sampai saat ini karena setiap saat
kita selalu bernafas menghirup udara. Makhluk hidup, di dunia ini, baik itu
hewan maupun manusia akan mati (wafat) jika sudah tidak dapat bernafas
lagi. Sistem pernapasan secara garis besarnya terdiri dari paru-paru dan
susunan saluran yang menghubungkan paru-paru dengan yang lainnya, yaitu
hidung, tekak, pangkal tenggorok, tenggorok, cabang tenggorok.
Metabolisme normal dalam sel-sel makhluk hidup memerlukan oksigen dan
karbon dioksida sebagai sisa metabolisme yang harus dikeluarkan dari tubuh.
Pertukaran gas O2 dan CO2 dalam tubuh makhluk hidup di sebut pernapasan
atau respirasi. O2 dapat keluar masuk jaringan dengan cara difusi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja anatomi fisiologi sistem pernapasan


2. Apa saja salurna pernapasan atas dan bawah
3. Bagaimana proses mekanisme pernapasan
4. Bagaimana Proses pernafasan
5. Apa saja gangguan pernapasan
6. Apa saja pemeriksaan fisik pada sistem pernapasan
7. Bagaiman kontrol pernapasan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Pernapasan

Sistem respirasi berhubungan dengan kegiatan memasukan dan mengeluarkan


udara ke dalam paru-paru. Ketika tubuh kekurangan oksigen, maka oksigen
yang berada di luar tubuh akan dihirup (inspirasi) melalui organ pernapasan
(Kirnantoro). Pada keadaan tertentu tubuh kelebihan karbon dioksida (CO2),
maka tubuh berusaha untuk mengeluarkan kelebihan tersebut dengan
menghembuskan napas (Ekspirasi) sehingga terjadi suatu keseimbangan
antara O2 dan CO2 di dalam tubuh (Syaifuddin, 2011)
Sistem pernapasan juga memiliki funhsi esensial:
a. Mengeluarkan karbon dioksida CO2, suatu produk sampah metabolime
yang ditransportasikan dari jaringan ke paru
b. Menyari dan melembapkan udara yang masuk ke paru
c. Menangkap partikel dalam mukus jalan napas dan mengeluarkan
melalui mulut untuk dibuang dengan cara batuk atau ditelan
d. Mencegah masuknya patogen secara inhalasi dengan mengaktifkan
sistem imun (Joice M. Black, 2014)

2.2 Struktur pernapasan


a. Saluran pernapasan atas
1. Rongga hidung
Hidung (Nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai
alat pernapasan (respirasi) dan indra penciuman (pembau). Bentuk dan
struktur hidung menyerupai piramid atau kerucut dengan alasnya pada
prosesus palatinus osis palatum. Dalam keadaan normal, udara masuk
dalam sistem pernapasan, melalui rongga hidung. Vestibulum rongga
hidung berisi serabut-serabut halus. Epitel vestibulum berisi rambut-
rambut halus yang mencegah masuknya benda-benda asing yang
mengganggu proses pernapasan (syaifuddin, 2011)
Bagian-bagian dari hidung adalah:
a) Batang hidung
b) Cuping hidung
c) Septum nasal
d) Dinding lateral rongga hidung (kavum nasal)
Pada dinding hidung terdapat alat-alat kecil yang berfungsi
untuk menggerakkan hidung dan menghirup udara. Dinding
hidung meliputi:
e) Piramida nasal
f) Levator labii superior alaguensi
g) Dilatator nares anterior
h) Kompresor nasal
i) Kompresosr natrium minor
j) M. Kompresor alaris nasal
(Kirnanantoro)

2. Faring
Faring terbagi menjadi 3 yaitu:
a) Nasofaring terletak di bawah dasar tengkorak, belakang dan atas
palatum molle. Pada bagian ini terdapat dua struktur penting yaitu
adanya saluran yang menghubungkan dengan tuba eustachius dan
tuba auditory. Tuba eustachius bermuara pada nasofaring dan
berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi
membran timpani. Apabila tidak sama, telinga terasa sakit. Untuk
membuka tuba ini, orang harus menelan. Tuba auditory yang
menghubungkan nasifaring dengan telinga bagian tengah.
b) Orofaring. Merupakan bagian tengah faring antaa palatum lunak
dan tulang hiodi. Pada bagian ini traktus respiratory dan traktus
digestif menyilang dimana orofaring merupakan bagian dari kedua
saluran ini. Orofaring terletak di belakang rongga mulut dan
permukaan belakang lidah. Refleks menelan datangnya dari
orofaring menimbulkan dua perubahan makanan terdorong masuk
ke saluran cerna (esofagus).
c) Laringofaring. Terletak di belakang laring. Laringofaring
merupakan posis terendah dari farings. Pada bagian bawah
laringofaring sistem respirasi menjadi terpisaj dari sistem digestif.
Udara melalui bagian anterior ke dalam laring dan makanan lewat
posterior ke dalam esofagus melalui epiglotis yang fleksibel. (Koes
Irianto, 2014)

3. Laring
Laring atau pangkal tengkorak merupakan jalinan tulang rawan
yang dilengkapi dengna otot, membran, jaringan ikat, dan
ligamentum. (Syaifudin, 2011)
Laring adalah suatu katup yang rumit pada persimpangan
antara lintasan makanan dan lintasan udara. Laring terletak dibawah
lidah saat menelan dan karenanya mencegah makanan masuk ke
saluran napas lainnya. Fungsi utama pada laring adalah untuk
melinguni jalan napas atau jalan udara dari faring ke saluran napas
lainnya. (Koes Irianto, 2014)
Gambar: Sistem pernapasan atas
b. Saluran pernapasan bawah
1. Trakea
Trakea atau batang tenggorok adalah tabung berbentuk pipa seperti
huruf C yang dibentuk oleh tulang rawan yang disempurnakan oleh
selaput terletak di are avertebratae servikalis VI sampai tepi bawah
kartilago krikoidea vertebrata torakalis V. Panjangnya sekitar 13 cm
dan diameter 2,5 cm, dilapisi oleh otot polos, mempunyai dinding
fibrioelastis yang tertanam dalam balok-balok hialin yang
mempertahankan trakea tetap terbuka. (Joice M. Black, 2014)

Dinding trakea terdiri dari:


1. Mukosa, bagian terdalam trakea
2. Submukosa, merupakan lapisan jaringan ikat areolar yang
melindungi mukosa
3. Tulang rawan hialin, 16-20 cincin tulang rawan hialin berbentuk C
membungkus submukosa tersebut.
4. Adventitia , lapisan terluar trakea. Lapisan ini tersusun atas
jaringan ikat areolar (longga) (Kirnanantoro)

Hubungan trakea dengan alat di sekitarnya :


1. Sebelah kanan terdapat N.vagus dekstra, A.anonima, dan
V.azigos
2. Sebelah kiri terdapat aorta dan nervus rekuren sinistra
3. Bagian depan menyilang V.anonima sinistra, dan fleksus
kardiakus profundus.
4. Bagiaan belakang terdapat esofagus, pada sisi trakea berjalan
cabang-cabang N.vagus dan trunkus simpatikus ke arah pleksus
kardiakus. (Joice, M. Black, 2014)

Fungsi Trakea. Trakea memiliki bagian ang mampu berubah


menjadi elastis ketika terjadi proses menelan, sehingga akan membuka
jalan makanan, sehingga makanana akan masuk ke dalam lambung.
Rangsangan saraf simpatis akan memperlebar diameter trakea.
(Kirnantoro)

2. Bronkus dan bronkiolus


Bronkus merupakan percabangan trakea yakni setiap percabangan
bronkus primer bercabang 9-12 kali untuk membentuk bronki
sekunder dan tersier dengan diameter yang semakin kecil. (Setiadi,
2007)
Di dalam paru-paru, masing-masing bronkus utama bercabang
dengan diameter yang lebih kecil, membentuk bronkus sekunder,
bronkus tersier (segmental) (Joice M. Black, 2014), bronkiolus
terminal (0,5 mm diameter) dan bronkiolus pernapasan mikroskopis
(respiratorik) (Kirnantoro)
Bronkus terbagi menjadi 2 bagian yaitu:
1) Bronkus prinsipalis dekstra
Bronkus utama kanan lebih pendek dan lebih luas, berjalan lebih
vertical ke bawah di bandingkan bronkus utama kiri. (Joice M.
Black, 2014). Bronkus ini pada saat masuk ke hilus bercabang
menjadi tiga, yaitu bronkus lobaris medius, bronkus loaris
inferior, dan bronkus lobaris superior
2) Bronkus Prinsipalis sinistra
Bronkus ini lebih kecil, lebih sempit, serta lebih panjang dari
bronkus prinsipalis dekstra. (Kirnantoro)

3. Paru-paru
Paru adalah organ sistem pernapasan yang berada dalam kantong
bentukan pleura parietalis dan pleura viseralis. Pleura parietalis yakni
lapisan yang langsung berhubungan dengan paru dan memisahkan
lobus dengan paru-paru, sedangkan pleura viseralis yakni pleura yang
berhubungan dengan fasia endotorasika.
Paru-paru terletak di kedua sisi jantung dalam rongga dada dan
dilindungi secara melingkar oleh rongga yang dibentuk oleh rongga
rangka iga. Dasar masing-masing paru terletak pada diafragma
dibawahnya; apeks (ujung atas) terletak setingkat klavikula,.
(Elizabeth, 2009)
Paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus, yaitu:
1. Lobus superior
2. Lobus medius
3. Lobus inferios
Paru-paru kiri terdiri dari 2 lobus, yaitu:
1. Lobus superior
2. Lobus Inferior
Ada empat volume paru bila semua dijumlahkan sam dengan
volume maksimal paru yang mengembang, masing-masing volume itu
adalah
1) Volume tidal : merupakan volume udara yang diinspirasikan dan di
ekspirasikan di setiap pernapasan normal, jumlahnya kira-kira 500ml
2) Volume cadangan inspirasi : merupakan volume tambahan udara yang
dapat di inspirasikan di atas volume tidal normal biasanya 3.000 ml
3) Volume cadangan ekspirasi : merupakan jumlah udara yang masih
dapat dikeluarkan dengan ekspirasi tidal yang normal, jumlahnya
lebih kurang 1.100 ml
4) Volume sisa : volume udara yang masih tersisadi dalam par usetelah
kebanyakan ekspirasi kuat, volume ini rata-rata 1.200 ml.

4. Alveoli
Unit fungsional paru-paru adalah suuatu kantung udara yang
disebut alveoli. Suatu sel pipih alveolar tipe 1 yang menyusun dinding
alveoli adalah selapis epitel gepeng. Dalam ruang di antara sebaran
alveoli terdapat jaringan ikat elastic, yang penting untuk ekshalasi.
Ada juta-juta alveoli dalam masing-masing alveolus dikeliling oleh
suatu janinan kapiler pulmonal. (Elizabeth, 2009)

5. Alveoulus
Unit fungsional paru adalah alveoli (jamak, alveoli). Ada lebih dari
seribu alveoli pada masing-masing paru. Alveoli adalah kantong kecil
yang berisi udara, tempat oksigen dan karbon dioksida dan gas-gas
lain yang berdifusi. Jumlah alveoli pada masing-masing paru sangat
banyak untuk menjamintersedia area yang cukup untuk difusi gas.
(Elizabeth, 2009)
Gambar: Sistem Pernapasan Bawah

2.3 Mekanisme Pernapasan


1. INSPIRASI
Urutan saluran pernapasan berawal dari rongga hidung > faring >
laring > trakea > bronkus > paru (bronkiolus dan paru). Proses
pernapasan pada manusia diawali dari hidung, dengan masuknya udara
ketika menarik nafas (Inspirasi) melalui hidung kiri dan kanan selain
melalui mulut. Pada sat udara masuk, udara disaring oleh bulu hidung
yang terdapat di bagian dalam lubang hidung.
Pada saat proses penarikan napas, otot diagfragma akan
berontraksi. Kedudukan awal diagfragma adalah melengkung keatas,
ketika proses ini terjadi akan menjadi lurus, sehingga rongga dada
menjadi mengembang. Hal ini disebut pernapasan perut. Sedangkan
pernapasan dada terjadi saat otot diagfragma dan otot tulang rusuk
berkontraksi, sehingga rongga dada mengembang.
Setelah melewati rongga hidung, udara masuk ke kerongkongan
bagian atas lalumasuk ke laring. Setelah itu udara masuk ke trakea, lantas
diteruskan ke bronkus, yang akhirnya sampai berhubungan dengan paru-
paru.
Dalam paru, udara yang diserap melalui alveoli akan masuk ke kapiler
darah yang terdapat pada setiap alveoli yang selanjutnya dialirkan ke
vena pulmonalis. (Kinantoro)
Pada proses inspirasi otot pernafasan dibutuhkan untuk membantu proses
pernafasan, menurut kegunaannya, otot-otot pernafasan dibedakan
menjadi otot untuk inspirasi utama dan tambahan
1) Otot inspirasi utama :
a. Musculus intercostalis externa,
b. Musculus intercartilaginus parasternal
c. Otot diagfragma
2) Otot inspirasi tambahan (Accessory respiratory muscle) :
a. Musculus sternocleidomastoideus
b. Musculus scalenus anterior
c. Musculus scanlenus medius
d. Musculus scalenus posterior
(Djojodibroto, 2009)

2. EKSPIRASI
Selanjutnya, udara yang mengandung gas karbon dioksida akan
dikeluarkan melalui hidung. Ekspirasi terjadi ketika otot diafragma dan
interkostal eksternal rileks, dan berkontraksinya otot perut. Diafragma
melengkung ke atas, tulang-tulang rusuk turun ke bawah dan bergerak ke
arah dalam, akibatnya rongga dada mengecil sehingga tekanan dalam
rongga dada naik, sehingga udara dari dalam paru-paru keluar melalui
saluran pernapasan. (Kirnantoro)
Saat pernafasan biasa, untuk ekspirasi tidak diperlukan kegiatan
otot, cukup dengan daya elastis paru saja udara di dalam paruakan kecual
saat ekspirasi berlangsung. Namun, ketika sesorang mengalami serangan
asma, seringkali diperlukan acrive breathing , dimana dalam keadaan ini
untuk ekspirasi dibutuhkan kontribusi kerja otot seperti:
b. Musculus intercostalis interna
c. Musculus intercatilagius parasternal
d. Musculus rectus abdominis
e. Musculus abliquw abdominu exernus

2.4 Proses pernapasan


1) Ventilasi Paru, merupakan proses pernapasan inspirasi atau menghirup
udara dan ekspirasi menghembusakan udara. Inspirasi terjadi ketika
diagragma dan otot interkostalis eksternal berkontraksi diagfragma
menyebabkan peningkatan ukuran rongga dada sedangkan kontraksi otot
intrerkostalis eksternal mengankat tulang rusuk dan tulang dada dengan
demikian otot menyebabkan paru-paru untuk memperluas dan
meningkatkan volume saluran udara internal. Sebagai tanggapan tekanan
udara menurun dibawah udara luar tubuh karena gas begerak dari
tekanan tinggi ke tekanan rendah udara masuk ke paru-paru
Ekspirasi terjadi ketika otot diagfragma dan intercostal eksternal
rileks. Sebagai tanggapan serat elastis pada jaringan paru-paru
menyebabkan untuk menahan diri untuk volume aslinya. Tekanan udara
di dalam paru kemudian meningkat diatas tekanan udara luar tubuh dan
udara keluar. Selama tingginya tingkat ventilasi berakhirnya di fasilitasi
oleh kontraksi dari otot-otot ekspirasi.

2) Difusi, dalam respirasi yaitu salah satu proses pertukaran gas, antara
darah pada kapiler paru dengan alveoli. Proses difusi ini terjadi karena
adanya perbedaan tekanan gas berdifusi dari tekanan tinggi ke tekanan
rendah, salah satu ukuran difusi adalah tekanan parsial.
Difusi sendiri terjadi melalui membran respirasi yang merupakan dinding
alveolus yang sangat tipis sekali dengan ketebalan rata-rata 0,5 mikron.
Didalamnya terdapat jalinan kapiler yang sangat banyak dengan diameter
8 anstrom. Dalam paru-paru terdapat sekitar 300 juta alveoli dan bila
dibentangkan dindingnya makan luasnya mencapai 70m2 pada orang
dewada muda. Saat difusi terjadi pertukaran gas antara oksigen dan
karbon dioksida secara simultan. Saat inspirasi maka oksigen akan masuk
ke dalam kapiler paru dan saat ekspirasi karbon dioksida akan dilepaskan
kapiler paru ke alveoli untuk dibuang ke atmosfer. Proses pertukaran gas
tersebut terjadi karena perbedaan tekanan parsial oksigen dan karbon
dioksida antara alveoli dan kapiler paru.

3) Transportasi Gas, ini dilakkan oleh sistem kardiovaskular. Transportasi


gas merupakan proses mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh dan
mengumpulkan karbon dioksida untuk dikembalikan ke paru-paru.
Kemampuan hemoglobin dalam mengikat O2 diperngaruhi oleh tekanan
pasial oksigen. Semakin besar tekanan parsial oksigen, lebih mudah
mengikat oksigen.

Pertukaran gas terjadi antara udara dan darah dimembran respirasi.


Pada atmosder bumi, udara mengandung 20,84% oksigen, 78,62%
nitrogen, 0,04% CO2 dan 0,50% uap air, setiap gas memiliki suatu tekanan
(parsial) sebagaimana jika hanya terdapat gas tersebut. Jumlah dari
tekanan parsial adalah tekanan barometrok. PO2 di dalam alveoli sekitar
104 mmHg dan PCO2 sekitar 40 mmHg. Darah vena memiliki PO2 40
mmHg dan PCO2 sekitar 45 mmHg. Perbedaan konsentrasi ini
menyebabkan gerakan oksigen ke aliran darah kpiler paru dan CO2 keluar
dari anyaman kappiler paru di alveoli.
Perbedaan PO2 yang tinggi antara udara alveolar dan darah penting
karena oksigen kuran larut jika dibandingkan CO2.

1) Transpor oksigen
Setelah berdifusi ke kapiler pulmonal, oksigen masuk ke pembuluh
darah, darah yang mengandung hemoglobin mengikat oksigen
menjadi oksihemoglobin. Kemudian jaringan mengambil oksigen
dengan kecepatan yang bervariasi,
2) Transpor karbon dioksida
CO2., sampah metabolisme jaringan dibawah darah dalam beberapa
bentuk seperti terikat dalam air membenuk asam karbonat (70%),
berikatan dengan hemoglobin (23%), terlarut dalam plasma (7%).
CO2. Menjadi ion hidrogen dan ion bikarbonat secara cepat. Jika
darah vena memasuki paru untuk pertukaran fas, reaksi ini terbalik,
membentuk CO2.yang kemudian dihembuskan. (Joyce M. Black,
2014)

2.5 Gangguan Sistem Pernapasan


1. Hipoksia (Anoksia), Adalah defisiensi oksigen karena berkurangnya
kadar oksigen dibandingkan kadar normalnya secara fisiologis dalam
jaringan dan organ. Hipoksia dapat terjadi akibat kekurangan oksigen
dalam atmosfer, anemia, gangguan sirkulasi darah, panyakit paru
adanya zat toksik
2. Hiperkapnia
Peningkatan kadar CO2 dalam tubuh dan sering disertai dengan
hipoksia jika CO2 berlebih akan meningkatkan respirasi dan
konsentrasi ion hidrogen, yang akan mengakibatkan asidosis (kadar
asam berlebih)
3. Hipokapnia
Penurunan CO2 dalam darah, biasanya terjadi akibat hipeventilasi atau
pernapasan cepat dan pengembusan CO2 menyebabkan terjadinya
alkalosis (jumlah bikarbonat berlebih).
4. Asfisia (Sufokasi)
Suatu kondisi dan hiperkapnia akibat ketidakcukupan ventilasi
pulmonal
5. Dipsnea
Kesukaran bernapas dan berhentinya napas selama 3 menit sudah
bisa menimbulkan kematian. (Setiadi, 2009)

2.6 Pemeriksaan Fisik


1 Inspeksi
a. Hidung
Hidung tegak, tanpa napas cuping hidung atau sekret,
nares/lubang hidung paten, mukosa merah jambu dan lembab,
septum digaris tengah, tanpa masa atau perforasi.
b. Sinus
Transiluminasi (berpendar pada pemeriksaan transiluminasi)
c. Toraks
Warna normal, kontur normal, teratur, pernafasan tenang, tidak
membutuhkan usaha pada pernafasan dalam tidak terdapat
retraksi, masa, penonjolan, dan penggunaan otot-otot
pernafasan, rasio diameter, transfersar anteroposterior
d. Jari-jari
Tidak terdapat jari tabuh, dasar kuku merah jambu, pengisian
kapiler segera setelah penekanan

2 Palpasih
a. Hidung
Tidak ada nyeri tekan, tanpa masa dan lesi,
b. Sinus
Tidak nyeri, tanpa pembengkakakn dan berair
c. Trakea
Terletak digaris tengah, dan digerakan tanpa krepitus
d. Toraks
Dinding dada simetris, lembut, tanpa benjolan, masa, nyeri
atau krepitus, pengembangan dada simetris, fremitus taktil
teraba.
3 Perkusih
a. Sinus
Tidak nyeri
b. Toraks dan Paru
Resonansi diseluruh lapangan paru parifer, pekak jantung,
pengembangan diagfragma, berkisar dari 3-6cm untuk setiap
hemidiagfragma, dengan sisi kanan sedikit lebih tinggi dari kiri

4 Auskultasi
a. Toraks dan paru
Suara vesikular diseluruh lapangan paru parifer, suara
bronchovesikular daerah percabangan trakea, anterior dan
posterior, suara bronchial, dianterior trakea, suara tambahan
tidak adaa resonansi suara tidak ada.

2.8 Kontrol Pernapasan

1. Pengendalian Pernapasan Oleh Sistem Persarafan

Pengaturan pernapasan oleh persarafan dilakukan oleh korteks


cerebri, medulla oblongata, dan pons.

a. Korteks Cerebri
Berperan dalam pengaturan pernapasan yang bersifat
volunter sehingga memungkinkan kita dapat mengatur napas dan
menahan napas. Misalnya pada saat bicara atau makan.
b. Medulla oblongata
Terletak pada batang otak, berperan dalam pernapasan
automatik atau spontan. Pada kedua oblongata terdapat dua
kelompok neuron yaitu Dorsal Respiratory Group (DRG) yang
terletak pada bagian dorsal medulla dan Ventral Respiratory
Group (VRG) yang terletak pada ventral lateral medula. Kedua
kelompok neuron ini berperan dalam pengaturan irama
pernapasan.
DRG terdiri dari neuron yang mengatur serabut lower
motor neuron yang mensyarafi otot-otot inspirasi seperti otot
intercosta interna dan diafragma untuk gerakan inspirasi dan
sebagian kecil neuron akan berjalan ke kelompok ventral. Pada
saat pernapasan kuat, terjadi peningkatan aktivitas neuron di DRG
yang kemudian menstimulasi untuk mengaktifkan otot-otot
asesoris inspirasi, setelah inspirasi selesai secara otomatis terjadi
ekspirasi dengan menstimulasi otot-otot asesoris.
Kelompol ventral (VRG) terdiri dari neuron inspirasi dan
neuron ekspirasi. Pada saat pernafasan tenang atau normal
kelompok ventral tidak aktif, tetapi jika kebutuhan ventilasi
meningkat, neuron inspirasi pada kelompok ventral diaktifkan
melalui rangsangan kelompok dorsal. Impuls dari neuron inspirasi
kelompok ventral akan merangsang motor neuron yang
mensyarafi otot inspirasi tambahan melalui N IX dan N X. Impuls
dari neuron ekspirasi kelompok ventral akan menyebabkan
kontraksi otot-otot ekspirasi untuk ekspirasi aktif.

c. Pons
Pada pons terdapat 2 pusat pernapasan yaitu pusat apneutik
dan pusat pnumotaksis. Pusat apneutik terletak di formasio
retikularis pons bagian bawah. Fungsi pusat apneutik adalah
untuk mengkoordinasi transisi antara inspirasi dan ekspirasi
dengan cara mengirimkan rangsangan impuls pada area
inspirasi dan menghambat ekspirasi. Sedangkan pusat
pneumotaksis terletak di pons bagian atas. Impuls dari pusat
pneumotaksis adalah membatasi durasi inspirasi, tetapi
meningkatkan frekuensi respirasi sehingga irama respirasi
menjadi halus dan teratur, proses inspirasi dan ekspirasi
berjalan secara teratur pula.

2. Kendali Kimia

Banyak faktor yang mempengaruhi laju dan kedalaman pernapasan


yang sudah diset oleh pusat pernapasan, yaitu adanya perubahan kadar
oksigen, karbon dioksida dan ion hidrogen dalam darah arteri.
Perubahan tersebut menimbulkan perubahan kimia dan menimbulkan
respon dari sensor yang disebut kemoreseptor. Ada 2 jenis
kemoreseptor, yaitu kemoreseptor pusat yang berada di medulla dan
kemoreseptor perifer yang berada di badan aorta dan karotid pada
sistem arteri.

a. Kemoreseptor pusat, dirangsang oleh peningkatan kadar karbon


dioksida dalam darah arteri, cairan serebrospinal peningkatan ion
hidrogen dengan merespon peningkatan frekuensi dan kedalaman
pernapasan.
b. Kemoreseptor perifer, reseptor kimia ini peka terhadap
perubahan konsentrasi oksigen, karbon dioksida dan ion hidrogen.
Misalnya adanya penurunan oksigen, peningkatan karbon
dioksida dan peningkatan ion hidrogen maka pernapasan menjadi
meningkat.

3. Pengaturan Oleh Mekanisme Non Kimiawi

Beberapa faktor non kimiawi yang mempengaruhi pengatuan


pernapasan di antaranya : pengaruh baroreseptor, peningkatan suhu
tubuh, hormon epineprin, refleks hering-breuer.

a. Baroreseptor, berada pada sinus kortikus, arkus aorta atrium,


ventrikel dan pembuluh darah besar. Baroreseptor berespon
terhadap perubahan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah
arteri akan menghambat respirasi, menurunnya tekanan darah
arteri dibawah tekanan arteri rata-rata akan menstimulasi
pernapasan.
b. Peningkatan suhu tubuh, misalnya karena demam atau olahraga
maka secara otomatis tubuh akan mengeluarkan kelebihan panas
tubuh dengan cara meningkatkan ventilasi.
c. Hormon epinephrin, peningkatan hormon epinephrin akan
meningkatkan rangsangan simpatis yang juga akan merangsang
pusat respirasi untuk meningkatkan ventilasi.
d. Refleks hering-breuer, yaitu refleks hambatan inspirasi dan
ekspirasi. Pada saat inspirasi mencapai batas tertentu terjadi
stimulasi pada reseptor regangan dalam otot polos paru untuk
menghambat aktifitas neuron inspirasi. Dengan demikian refleks
ini mencegah terjadinya overinflasi paru-paru saat aktifitas
berat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi kesimpulan dari system pernapasan ini bahwa semua mahluk
hidup pasti terjadipernafasan,dimana pernafasan meliputi proses pengambilan
O2 dan pengeluaran CO2 serta uapair.yang secara garis besar pernafasan
merupakan pemecahan glukosa dengan bantuan enzim-enzim untuk
menghasilkan energi.Pernapasan pada manusia menggunakan paru-paru.
Difusi O2 dan CO2 pada paru-paruterjadi di bagian alveolus.Pernapasan
melibatkan dua proses,yaitu menarik napas (inspirasi) danmengeluarkan nafas
(ekspirasi).Berdasarkan organ-organ yang terlibat,pernafasan dibagi duayaitu
pernapasan dada dan pernapasan perut.

Anda mungkin juga menyukai