Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KASUS

PADA PASIEN ASMA

Disusun guna memenuhi tugas

Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Pengampu :

Ns. Maretha Dea Rosaline.,S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh :

Widhi Nurfadillah 1810711094

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

S1 KEPERAWATAN

2021
A. KONSEP DASAR
1. Anatomi Fisiologi
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung (oksigen)
serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari
oksidasi keluar dari tubuh. Pengisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan
disebut ekspirasi.
a. Organ pernafasan
Sumber: http://tonang.staff.uns.ac.id/files/2011/06/kuliah-sistem-respirasi.pdf

a) Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai
dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung. (septumnasi). Didalamnya
terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran yang
masuk kedalam lubang hidung. Bagian luar dinding terdiri dari kulit. Lapisan tengah
terdiri otot otot dan tulang rawan. Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang
berlipat-lipat yang dinamakan karang hidung (konka nasalis), yang berjumlah 3
buah, Konka nasalis inferior (karang hidung bagianbawah). Konka nasalis media
(karang hidung bagian tengah). Konka nasalis superior (karang hidung bagian atas).
b) Faring
Tekak atau Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan
jalan makanan, terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan
mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain :
keatas berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantara lobang yang
bernama koana. Kedepan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan
ini bernama istmus fausium, kebawah terdapat dua lubang kedepan lubang laring,
kebelakang lubang esophagus. Dibawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga
dibeberapa tempat terdapat folikel getah bening. Perkumpulan getah bening ini
dinamakan adenoid.
Rongga tekak dibagi 3 yaitu :
1. Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana disebut nasofaring.
2. Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut orofaring.
3. Bagian bawah sekali dinamakan laringofaring
c) Laring
Laring atau pengkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentuk udara, terletak dibagian depan faring sampai ketinggian vertebra
servikalis dan masuk kedalam trakea dibawahnya .
d) Trakea
Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh
16 sampai 20 cincin yang terdiiri dari tulang tulang rawan yang berbentuk seperti
kuku kuda (huruf c). sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar
yang disebut sel bersilia, hanya bergerak kearah luar. panjang trakea 9-11 cm dan
dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos Selsel bersilia
gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama
dengan udara pernafasan. yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan
kanan disebut karina.
e) Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang
terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa
dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus itu berjalan kebawah
dan kesamping kearah tampuk paru-paru. bronkus kanan lebih pendek dan lebih
besar daripada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunuyai 3 cabang. bronkus
kiri lebih panjang dan lebih dari yang kanan, trdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2
cabang. Bronkus bercabang cabang, yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli).
Pada ujung bronkioli tak terdapat cincin lagi dan ujung bronkioli terdapat alveoli.
f) Paru-paru

Sumber:http://tonang.staff.uns.ac.id/
Paru- paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung (gelembung hawa, alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel
epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaanya lebih kurang dari 90 m2.
Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara, o2 masuk kedalam darah dan CO2
dikeluarkan dari darah. banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih
700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan). Paru-paru dibagi dua paru-paru
kanan, terdiri dari pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap
lobus tersusun oleh lobules. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus
superior dan lobus inferior. tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil
bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada
lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada lobus
inferior. Tiap tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan belahan yang
bernama lobulus. Kapasitas paru-paru yaitu jumlah udara yang dapat mengisi
paruparu pada inspirasi sedalam dalamnya. Dalam hal ini angka yang kita dapat
tergantung pada beberapa hal:kondisi paru-paru, umur, sikap, dan bentuk
seseorang yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi maksimal.

2. Proses terjadinya pernafasan


Terdiri dari 2 bagian yaitu inspirasi dan ekspirasi, bernafas berarti melakukan inspirasi dan
ekspirasi secara bergantian, teratur dan berirama dan terus menerus. Pernafasan dada pada
waktu seseorang bernafas/rangka dada terbesar bergerak, pernafasan ini dinamakan
pernafasan dada. Hal ini terdapat pada rangka dada yang lunak, yaitu pada orang orang muda
dan perempuan.Pernafasan perut. Jika pada waktu bernafas, diafragma turun naik, maka ini
dinamakan pernafasan perut. Kebanyakan pada orang tua, karena tulang rawannya tidak
begitu lembek dan bingkas lagi yang disebabkan oleh banyak zat kapur mengendap
didalamnya dan ini banyak ditemukan pada pria.

3. Fisiologi pernafasan
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat membutuhkan oksigen
dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan
kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bisa menimbulkan kematian. Kalau
penyediaan okssigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis,
misalnya orang berkerja pada ruangan yang sempit, tertutup, ruangan kapal, ketel, uap, dan
lain lain. Bila oksigen tidak mencukupi maka warna darah merahnya hilang berganti kebiru
biruan misalnya yang terjadi pada bibir, telinga, lengan, dan kaki (disebut sinosis). Pernafasan
paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Oksigen
diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas yang oksigen masuk melalui trakea
sampai alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonary. Alveoli memisahkan
oksigen dari darah, oksigen menembus membrane, diambil oleh sel darah merah dibawa
kejantung dan jantung dipompakan keseluruh tubuh. Didalam paru-paru karbondioksida
merupakan hasil buangan yang menembus membrane alveoli. Dari kapiler darah dikeluarkan
melalui pipa bronkus, berakhir sampai pada mulut dan hidung.
Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner.
a. Ventilasi pulmoner, gerakan pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara
luar.
b. Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk keseluruh tubuh,
karbon dioksida dari seluruh tubuh masuk keparu-paru.
c. Distribusi arus udara dan darah sedemikian rupa dengan jumlah yang tepat yang bisa
dicapai semua bagian.
d. Difusi gas yang menembus membrane alveoli dan kapiler karbondioksida lebih mudah
berdifusi daripada oksigen (Syaifuddin, 2006)

4. Pengertian asma
Asma adalah penyakit imflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi
hipperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-lymphocytes terhadap
stimulus tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, whizzing, dan batuk akibat obstruksi
jalan napas yang bersifat reversibel dan terjadi secara episodik berulang (Brunner &
Suddarth, 2015).
Penyakit asma merupakan proses imflamasi kronik saluran pernafasan yang melibatkan
banyak sel dan elemennya (GINA, 2017). Asma merupakan suatu penyakit dengan adanya
penyempitan saluran pernapasan yang berhubungan dengan tanggap reaksi yang meningkat
dari trakea dan bronkus berupa hiperaktivitas otot polos dan inflamasi, hipersekresi mukus,
edema dinding saluran pernapasan dan inflamasi yang disebabkan berbagai macam
rangsangan (Alsagaff, 2017).

5. Etiologi asma
Menurut Smeltzer & Bare (2016), Ada beberapa yang merupakan faktor presdiposisi dan
presipitasi timbulnya serangan asma yaitu :
a. Faktor Presdisposisi
Berupa Genetik dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga yang menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat penyakit ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma jika terpapar
dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitifitas saluran pernapasan juga bisa
diturunkan.
b. Faktor Presipitasi
Fakor Pertama Alergen dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
a) Inhalan yaitu yang masuk melalui saluran pernapasan misalnya debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi
b) Ingesti yaitu yang masuk melalui mulut misalnya makananminuman dan obat-
obatan
c) Kontaktan yaitu yang masuk melalui kontak dengan kulit misalnya perhiasan,
logam dan jam tangan (Mansjoer, 2014).

Faktor Kedua Perubahan Cuaca, cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin
sering mempengaruhi asam. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu
terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim,
seperti musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah
angin serbuk bunga dan debu (Rachmawati, 2013).

Faktor Ketiga Stress, stress atau gangguan emosi menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang alami stres perlu diberi
nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya, jika stresnya belum diatasi maka
gejala asma belum bisa diobati (Smeltzer & Bare, 2016)

Faktor Keempat Lingkungan, lingkungan sekitar misalnya rumah, apakah rumahnya


dekat dengan pabrik, jalan raya, atau dekat dengan pembuangan limbah itu juga dapat
menimbulkan polusi, sehingga lingkungan juga merupakan pencetus penyebab
penyakit asma dapat kambuh. Lingkungan yang bersih, tidak kumuh, pencahayaan yang
cukup, ventilasi yang memadahi dapat memperlancar untuk pertukaran oksigen
sehingga penderita asma dapat menghirup udara yang bersih (Mansjoer, 2014). Faktor
Kelima Olah raga atau aktivitas yang berat, sebagian besar penderita asma akan
mendapat serangan asma jika melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang berat.
Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas
biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

Menurut NANDA (2013) etiologi asma adalah dari :

a) Lingkungan, yaitu berupa debu, asap kendaraan, asap pabrik dan asap rokok
b) Jalan napas, yaitu berupa spasme inhalasi asap, perokok aktif, perokok pasif,
sekresi yang tertahan, dan sekresi di bronkus
c) Fisiologi, yaitu berupa inhalasi dan penyakit paru obstruksi kronik

6. Klasifikasi asma
Menurut GINA, tahun 2017 Klasifikasi asma berdasarkan tingkat keparahannya dibagi
menjadi empat yaitu :
a. Step 1 (Intermitten)
Gejala perhari ≤ 2X dalam seminggu. Nilai PEF normal dalam kondisi serangan asma.
Exacerbasi: Bisa berjalan ketika bernapas, bisa mengucapkan kalimat penuh.
Respiratory Rate (RR) meningkat. Biasanya tidak ada gejala retraksi dinding dada
ketika bernapas. Gejala malam ≤ 2X dalam sebulan. Fungsi paru PEF atau PEV 1
Variabel PEF ≥ 80% atau < 20%
b. Step 2 (Mild Intermitten)
Gejala perhari ≥ 2X dalam seminggu, tapi tidak 1X sehari. Serangan asma diakibatkan
oleh aktivitas. Exaserbasi: membaik ketika duduk, bisa mengucapkan kalimat frase, RR
meningkat, kadang-kadang menggunakan retraksi dinding dada ketika bernapas.
Gejala malam ≥ 2X dalam sebulan. Fungsi paru PEF tau PEV1 Variabel PEF ≥ 80% ATAU
20%-30%
c. Step 3 (Moderate Persistent)
Gejala perhari bisa setiap hari, serangan asma diakibatkan oleh aktivitas. Exaserbasi:
Duduk tegak ketika bernapas, hanya dapat mengucapkan kata per kata, RR 30x/menit,
biasanya menggunakan retraksi dinding dada ketika bernapas. Gejala malam ≥ 1X
dalam seminggu. Fungsi paru PEF atau PEV1 Variabel PEF 60%-80% atau > 30%
d. Step 4 (Severe Persistent)
Gejala perhari, sering dan aktivitas fisik terbatas. Eksacerbasi: Abnormal pergerakan
thoracoabdominal. Gejala malam sering muncul. Fungsi paru PEF atau PEV1 Variabel
PEF ≤60% atau >30%

Menurut Francis (2008), asma akut dapat diklarifikasikan kedalam tiga kelompok sebagai
berikut:
1) Ringan sampai sedang: mengi atau batuk tanpa distress berat, dapat berbicara atau
mengobrol secara normal, nilai aliran pendek lebih dari 50% nilai terbaik.
2) Sedang sampai berat: mengi atau batuk dengan distress, berbicara dalam kalimat atau
frasa pendek, nilai aliran puncak kurang dari 50% dan beberapa derajat saturasi
oksigen jika diukur dengan oksimetri nadi. Didapatkan nilai saturasi 90% - 95% jika
diukur dengan oksimetri nadi perifer.
3) Berat, mengancam nyawa: Distress pernapasan berat, kesulitan berbicara, sianosis,
lelah dan bingung, usaha respirasi buruk, sedikit mengi (silent chest) dan suara napas
lemah, takipnea, bradikardi, hipotensi, aliran puncak kurang dari 30% angka prediksi
atau angka terbaik, saturasi oksigen kurang dari 90%. Jika diukur dengan oksimetri
perifer.
7. Tipe asma
Menurut Somantri (2007), tipe asma berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi alergi,
idiopatik, dan nonalergik atau campuran (mixed) :
a. Asma Alergik atau ekstrinsik Merupakan suatu bentuk asma dengan alergen seperti
bulu binatang, debu, tepung sari, makanan, amarah dan jamur. Alergen terbanyak
adalah airbone dan musiman (seasonal). Pasien dengan asma alergik biasanya
mempunyai riwayat keluarga yang alergik dan riwayat masa lalu ekzema atau rhinitis
alergik, pejanan terhadap alergen pencetus asma.
b. Idiopatik atau nonalergik asma atau intrinsik Asma idiopatik atau nonalergik tidak
ada hubungan dengan alergen spesifik faktor-faktor, seperti common cold, infeksi
traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan yang dapat
mencetuskan rangsangan. Agen farmokologis seperti aspirin dan alergen anti
inflamasi non steroid lainnya, pewarna rambut dan agen sulfit (pengawet makanan
juga menjadi faktor). Serangan asma idiopatik atau nonalergik menjadi lebih berat
dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dapat berkembang menjadi bronkitis
kronis dan empizema.
c. Asma Campuran (Mixxed Asma) Merupakan bentuk asma yang paling sering.
Dikarakteristikkan dengan bentuk kedua jenis asma alergi dan idiopatik atau
nonalergi.

8. Patofisiologi asma
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain alergen, virus,
dan iritan yang dapat menginduksi respon inflamasi akut. Asma dapat terjadi dalam 2 jalur,
yaitu jalur imunologis dan saraf otonom. Jalur imunologis didominasi oleh antibodi IgE,
merupakan reaksi hipersensitivitas tipe 1 (tipe alergi), terdiri dari fase cepat dan fase
lambat. Reaksi alergi timbul pada orang dengan kecenderungan untuk membentuk
sejumlah antibodi IgE abnormal dalam jumlah besar, golongan ini disebut atopi. Pada asma
alergi, antibodi IgE terutama melekat pada permukaan sel mast pada intestitial paru, yang
berhubungan erat dengan bronkiolus dan bronkus kecil. Bila seseorang menghirup
allergen, terjadi fase sensitisasi, antibodi IgE yang melekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini berdegenerasi mengeluarkan berbagai macam mediator. Beberapa
mediator yang dikeluarkan adalah histamin, leukotrein, faktor kemotaktik eosinofil dan
bradikinin. Hal itu akan menimbulkan efek edema lokal pada dinding bronkiolus kecil,
sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkiolus, sehingga menyebabkan inflamasi
saluran napas. Pada alergi fase cepat, obstruksi saluran napas terjadi segera yaitu 10-15
menit setelah pajanan alergen. Spasme bronkus yang terjadi merupakan respon terhadap
mediator sel mast terutama histamin yang bekerja merupakan respon terhadap mediator
sel mast terutama histamin yang bekerja langsung pada otot polos bronkus. Pada fase
lambat, reaksi terjadi setelah 6-8 jam pajanan alergen dan bertahan selama 16-24 jam,
bahkan kadang-kadang sampai beberapa minggu. Sel-sel eosinofil, sel T, sel mast dan
Antigen Presenting Cell (APC) merupakan sel-sel kunci dalam patogenesis asma. Pada jalur
saraf otonom, inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast dan makrofag alveolar, nervus
vagus dan mungkin juga epitel saluran napas. Peregangan vagal menyebabkan reflek
bronkus, sedangkan mediator inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast dan makrofag akan
membuat epitel jalan napas lebih permeabel dan memudahkan alergen masuk ke dalam
submukosa, sehingga meningkatkan reaksi asma dapat terjadi tanpa melibatkan sel mast
misalnya pada hiperventilasi, inhalasi udara dingin, asap, kabut dan SO2. Pada keadaan
tersebut reaksi asma terjadi melalui reflek saraf. Ujung saraf eferen vagal mukosa yang
terangsang menyebabkan dilepasnya neuropeptid sensorik senyawa P, neuropeptida A dan
Calcitomin Gene-Related Peptide (CGRP). Neuropeptida itulah yang dapat menyebabkan
terjadinya bronkokontriksi, edema bronkus, eksudasi plasma, hipersekresi lendir, dan
aktivitas sel-sel inflamasi. Hiperaktivitas bronkus merupakan ciri khas asma, besarnya
hiperaktivitas bronkus tersebut dapat diukur secara tidak langsung, yang merupakan
parameter objektif beratnya hiperaktivitas bronkus. Berbagai cara digunakan untuk
mengukur hiperaktivitas bronkus tersebut, antara lain dengan uji provokasi beban kerja,
inhalasi udara dingin, maupun inhalasi zat non spesifik (Rengganis, 2008)

9. Pathway asma
10. Manifestasi klinik
Gejala asma sering timbul pada waktu malam dan pagi hari. Gejala yang ditimbulkan
berupa batuk-batuk pada pagi hari, siang hari, dan malam hari, sesak napas, saat bernapas
(whezzing atau mengi) rasa tertekan di dada, dan gangguan tidur karena batuk atau sesak
napas atau susah bernapas. Gejala ini terjadi secara reversibel dan episodik berulang
(Brunner & Suddarth, 2015). Gejala asma dapat diperburuk oleh keadaan lingkungan,
seperti berhadapan dengan bulu binatang, uap kimia, perubahan temperature, debu, obat
(aspirin, beta-blocker), olahraga berat, serbuk, infeksi sistem respirasi, asap rokok dan
stress.
Gejala asma dapat menjadi lebih buruk dengan terjadinya komplikasi terhadap asma dapat
menjadi lebih buruk dengan terjadinya komplikasi terhadap asma tersebut sehingga
bertambahnya gejala terhadap distress pernapasan yang biasa dikenal dengan Stautus
Asmaticus. Status Asmatikus yang dialami penderita asma dapat berupa pernapasan
whezzing, ronchi ketika bernapas (adanya suara bising ketika bernapas), kemudian bisa
berlangsung menjadi pernapasan labored (perpanjangan ekshalasi), perbesaran vena leher,
hipoksemia, respirasi alkalosis, respirasi sianosis; dispnea dan kemudian berakhir dengan
tachpnea. Namun makin besarnya obstruksi di bronkus maka suara whezzing dapat hilang
dan biasanya menjadi pertanda bahaya gagal pernapasan. Begitu bahayanya gejala asma.
Gejala asma dapat mengantarkan penderitanya kepada kematian seketika, sehingga sangat
penting sekali penyakit ini dikontrol dan di kendalikan untuk kepentingan keselamatan jiwa
penderitanya (Brunner & Suddarth, 2015).

11. Komplikasi
 Pneumothorax
 Pneumomediastinum
 Emfisema subkutis
 Ateleltaksis
 Aspergilosis
 Gagal nafas
 Bronchitis

12. Penatalaksanaan medis


a. Oksigen 4-6 liter/menit
b. Pemenuhan hidrasi via infus
c. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secra subkutan
d. Bronkodilator/antibronkospasme dengan cara :
1) Nebulizer (via inhalasi) dengan golongan terbutaline 0,25 mg (bricasma),
fenoterol HBr 0,1% solution (berotec), orciprenaline sulfur 0,75 mg (allupent)
2) Intravena dengan golongan theophylline ethylenediamine (aminophillin) bolus IV
5-6 mg/kg BB
3) Peroral dengan aminofillin 3x150 mg tablet, agonis B2 (salbutamol 5
mg/feneterol 2,5 mg/terbutaline 10 mg)
4) Antiedema mukosa dan dindang bronkus dengan golongan kortikosteroid
deksamethasone 4 mg IV setiap 8 jam
5) Mukolitik dan ekspektoran :
a. Bronhexime HCL 8 mg peroral 3x1
b. Nebulizer (via inhalasi) dengan golongan bronhesime HCL 8 mg dicampur
dengan aquades steril. (Nugroho, T. 2016)
NAMA MAHASISWA : Widhi Nurfadillah
NIM : 1810711094

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Tanggal Pengkajian : 22 juli 2021


Diagnosa Medis : Asma

A. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : An. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 25
Status Perkawinan :Belum menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : S1
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pekerjaan : Belum bekerja
Alamat : Jl. Bumi Bahagia VIII No. 60
Sumber biaya : Pribadi dan orang tua
Sumber informasi : Pasien

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan utama : Sesak nafas suka kambuh, terlebih
ketika malam hari, batuk, kelelahan
b. Kronologis keluhan : Sesak nafas suka kambuh pada malam
hari jika pada pagi/siang hari memakan faktor pencetus yaitu micin, dan ac yang
terlalu dingin. Jika sudah kambuh terkadang susah untuk tidur dan lelah
 Faktor pencetus : Makanan mengandung micin, ac terlalu
dingin, debu
 Timbulnya keluhan : Mendadak
 Lamanya : 3 – 4 jam
 Upaya mengatasi : Menghirup udara luar dan meminum
obat salbutamol

2. Riwayat Kesehatan Masa lalu


a. Riwayat alergi ( obat, makanan, binatang, lingkungan )
Makanan yang mengandung micin, debu
b. Riwayat Kecelakaan :
Tidak ada
c. Riwayat di rawat di RS ( kapan, alasan,, dan berapa lama ) :
Tipes 2 minggu, saat SD
d. Riwayat penggunaan obat-obatan :
Sanmol, panadol, salbutamol, paracetamol
3. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram dan keterangan)

4. Penyakit yang pernah di derita oleh anggota keluarga ( faktor resiko )


Asma, hipertensi, asam urat

5. Riwayat Psikososial dan Spiritual


a. Adakah orang terdekat dengan pasien :
Keluarga
b. Interaksi dalam keluarga
 Pola komunikasi : Baik
 Pembuatan keputusan : Orang tua
 Kegiatan kemasyarakatan : Karang taruna

c. Dampak penyakit pasien terhadap keluarga :


Tidak ada

d. Masalah yang mempengaruhi pasien :


Tidak ada

e. Mekanisme koping terhadap stress


Makan, tidur, mendengarkan musik

f. Persepsi pasien terhadap penyakitnya :


 Hal yang sangat di pikirkan saat ini :
Ingin ketika kambuh tidak harus selalu minum obat
 Harapan setelah menjalani perawatan :
Dapat mengatasi kekambuhan tanpa minum obat
 Perubahan yang di rasakan setelah jatuh sakit :
Lemah
g. Sistem nilai kepercayaan :
 Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan :
Tidak ada
 Aktivitas Agama / Kepercayaan yang di lakukan :
Sholat
6. Kondisi Lingkungan Rumah
( Lingkungan rumah yang mempengaruhi kesehatan saat ini ) :
Terkadang masih ada yang membakar sampah
7. Pola Kebiasaan sehari-hari
Pola Kebiasaan Sebelum Sakit Sesudah Sakit ( dirumah )
Nutrisi
a.
 Frekuen 3x sehari 3x sehari
si / hari Baik Tidak ada penurunan
 Nafsu Tidak ada Tidak ada
makan
 Ganggu
an makanan
( mual, muntah, 1 porsi pagi, siang, sore 1 porsi pagi, siang, sore
sariawan, dsb) Padat dan cair Padat dan cair
 Porsi Cumi, kangkung, tempe, nasi Cumi, kangkung, tempe, nasi
makanan
 Jenis Ayam, mie Ayam, mie
makanan
 Makana Makanan yang mengandung micin Makanan yang mengandung
n yang di sukai micin
 Makana Tidak Tidak
n yang tidak di
sukai
 Makana
n pantangan
 Penggu 1 liter 1 liter
naan alat bantu
( NGT / OGT, mandiri, Air mineral Air mineral
dll ) Kopi, jus Kopi, jus
b.
 Kuantitas ( liter Minuman yang pait Minuman yang pait
/ hari )
 Jenis minuman Minuman yang mengandung gula Minuman yang mengandung
 Minuman yang biang gula biang
disukai
 Minuman yang
tidak di sukai
 Minuman
pantangan

Eliminasi
a.
 Frekuensi / hari 2x/hari 1x/ hari
 Waktu Pagi, siang Pagi
 Warna Coklat Coklat
 Konsistensi Padat Padat
 Keluhan Tidak ada Tidak ada
 Penggunaa Tidak Tidak
pencahar
b.
 Frekuensi / hari 5x/ hari 4x/hari
 Warna Kuning tidak terlalu pekat Kuning tidak terlalu pekat
 Keluhan Tidak ada Tidak ada
 Penggunaan Tidak Tidak
alat bantu
( kateter, dll )
Personal Hygiene
a.
 Frekuen 2x/hari 2x/hari
si / hari Asepso Asepso
 Penggu
naan sabun mandi Mandiri Mandiri
 Cara
( dibantu / mandiri Pagi dan sore Pagi dan sore
)
 Waktu 3x/hari 3x/hari
b. Pepsoden Pepsoden
 Frekuensi / hari
 Penggunaan Mandiri Mandiri
pasta gigi
 Cara ( dibantu / Pagi, sore, dan pas mau tidur Pagi, sore, dan pas mau tidur
mandiri )
 Waktu 1x/2 hari 1x/2 hari
c.
 Frekuensi / Pantene Pantene
hari, atau / minggu
 Penggunaan Mandiri Mandiri
sampo
 Cara ( dibantu /
mandiri ) 2x/ 2 bulan 2x/ 2 bulan
d.
 Frekuensi /
minggu, atau / Mandiri Mandiri
bulan
 Cara ( dibantu / Gunting kuku Gunting kuku
mandiri )
 Alat yang di
gunakan
( silet, gunting kuku,
dsb )
Istirahat dan tidur
a. Istirahat
 Kegiata Bermain hp, nonton tv Bermain hp, nonton tv
n saat istirahat
( baca buku, nonton tv,
dsb )
 Waktu Ketika tidak ada kerjaan Istirahat total
istirahat Keluarga, teman Keluarga, teman
 Orang
yang menemani
waktu istirahat
b. Tidur 3 jam/hari 2 jam/hari
 Lama tidur
siang ( jam / hari ) 8 Jam/hari 5 Jam/hari
 Lama tidur
malam ( jam / hari Mendengarkan musik dan gosok Mendengarkan musik dan gosok
) gigi gigi
 Kebiasaan Tidak ada Tidak ada
sebelum tidur
 Gangguan tidur
Aktivitas dan latihan
 Waktu bekerja - -
(pagi/siang/malam
)
 Lama bekerja - -
( jam / hari )
 Aktif Olahraga Ya Tidak
 Jenis Olahraga Baadminton
 Frekuensi 1x/minggu
Olahrag / minggu
 Keluhan ketika Mudah lelah Mudah lelah
beraktifitas
Kegiatan yang
mempengaruhi
kesehatan
a. Merokok
 Ya / Tidak Tidak
tidak
 Jumlah
( batang/hari )
 Lama
pemakaian ( ...
tahun / bulan /
minggu / hari yang
lalu )
b. Minuman keras Tidak Tidak
/ NAFZA
 Ya /
tidak
 Jenis
 Frekuen
si ( / hari, atau /
minggu )
 Lama
pemakaian ( ...
tahun / bulan /
minggu / hari yang
lalu )
C. PENGKAJIAN FISIK
1. Pemeriksaan Fisik Umum
a. Berat
: 70 kg
badan Sebelum sakit : 73kg
b. Tinggi
: 170 cm
badan
c. Tekanan
: 110/76darah
mmHg
d. Nadi
: 104 x/menit
e. Frekuensi
: 27 x/menit
nafas
f. Suhu
: 36,5°
tubuh
C
g. Keadaan
: Sakit Ringan
umum
h. Pembesaran
: Tidak kelenjar
betah bening

2. Sistem Penglihatan
a. P Simetris
osisi mata
b. K Normal
elopak mata
c. P Normal
ergerakan bola mata
d. K Merah muda
onjunctiva
e. K Normal
ornea
f. S Ikterik
klera
g. P Isokor
upil
h. O Tidak ada kelainan
tot – otot mata
i. F Baik
ungsi penglihatan
j. T : Tidak
anda – tanda radang
k. P : Tidak
emakaian kaca mata
l. P :Tidak
emakaian kontak lensa
m. R : Menyipitkan mata
eaksi terhadap cahaya

3. Sistem Pendengaran
a. Normal
b. Warna : Kuning Konsistensi : cair
Bau : Khas
c. Normal
d. Tidak
e. Tidak
f. Tidak
g. Normal
h. Tidak
i. Tidak

4. Sistem Wicara
Normal
5. Sistem Pernafasan
a. : Ada sumbatan; sekret
b. : Sesak
c. : Ya
d. : 27x/menit
e. : Teratur
f. : Biot
g. : Dangkal
h. : Ya
Produktif
i. : Ya, Putih
j. : Kental
k. : Tidak
l. : simetris
m. :
n. : Ronkhi
o. : Tidak
p. : Tidak
nafas
6. Sistem Cardiovaskuler
a. Sirkulasi perifer
 : 104 x / menit
Irama : Teratur
Denyut : kuat
 : 110/76mmHg
 :
Kanan : Ya
Kiri : Tidak
 : Hangat
 : Kemerahan
 : 2 detik

 : Tidak

b. Sirkulasi jantung
 : 90 x / menit
 : Teratur
 : Tidak ada
 : Tidak
Timbulnya : Tidak

Karakteristik : Tidak

Skala nyeri : Tidak ada


7. Sistem Hematologi
Gangguan Hematologi
 : Tidak
 : Tidak

8. Sistem saraf pusat


 : Tidak
 : Compos mentis
 : E : ............................. V : ............................
( GCS ) M : ............................
 : Tidak ada
TIK
 : Tidak ada
Persarafan

Reflek fisiologis : Normal
Reflekpatologis : Ya

9. Sistem Pencernaan
a. Keadaan mulut
 : Tidak
 : Tidak
 : Tidak
 : Tidak
 : Tidak
 Normal

b. Muntah
Tidak
 Isi :

 Warna :

 Frekuensi :
 Jumlah :

c. Nyeri daerah perut

Tidak
d. Skala nyeri : Tidak ada
e. Lokasi & karakter nyeri
Tidak
f. Bising usus : 15 x / menit
g. Diare
Tidak
Lamanya :tidak ada
Frekuensi : x / hari

h. Warna Feses
 Coklat

i. Konsistensi Feses
Tidak ada kelainan
j. Konstipasi
Tidak

k. Hepar
 Teraba

l. Abdomen
Tidak ada pembesaran abnormal
10. Sistem endokrin
 Pembesaran kelenjar tiroid : tidak
 Nafas bau keton : Tidak
 Luka Gangren : Tidak

11. Sistem Urogenital


a. Balance Cairan
Intake : 1000 ml Output : 850 ml

b. Perubahan pola kemih


 Normal

c. B.A.K
Warna
 Kuning jernih

d. Distensi kandung kemih


Tidak

e. Sakit pinggang
Tidak

f. Skala nyeri : Tidak ada

12. Sistem Integumen


 Turgor kulit : Baik
 Temperatur kulit : 36,5 ° C
 Warna Kulit : Kemerahan
 Keadaan kulit : Baik

 Kelainan kulit
Tidak
 Kondisi kulit daerah pemasangan infus : Tidak ada pemasangan infus
 Keadaan rambut
Tekstur : Baik
Kebersihan : Bersih

 Keadaan kuku
Normal
13. Sistem Muskuloskeletal
 Kesulitan dalam pergerakan : Tidak
 Sakit pada tulang, sendi, kulit : Tidak
 Fraktur : Tidak
 Kelainan bentuk tulang sendi : Tidak
 Kelainan struktur tulang belakang : Tidak
 Keadaan tonus otot
Baik
Kekuatan otot

D. DATA PENUNJANG ( Laboratorium, radiologi, endoskopi, EKG, dsb )


Tidak ada
E. PENATALAKSANAAN ( Terapi / tindakan pengobatan, termasuk diet )
Salbutamol
F. RESUME
Pada tanggal 22 Juli perawat melakukan pengkajian terhadap klien dirumahnya, yang
kebetulan klien sedang kambuh asmanya, klien pun bersedia untuk dikaji dan didapatkan data
seperti diatas
G. DATA TAMBAHAN (PENGKAJIAN PEMAHAMAN TENTANG
PENYAKIT)

Kasus
An. A 25 tahun mengeluh sering sesak nafas pada malam hari, dikarenakan siang hari ia
memakan makanan bermicin, jika ac ruangan terlalu dingin klien mengeluh sering sesak
nafas, klien mengeluh jika beraktifitas sering merasa lelah, jika batuk keluar dahak. Riwayat
keluarga klien mengidap asma, setelah dilakukan pengkajian, didapatkan data : BB sekarang :
70 kg sebelum sakit : 73kg, tinggi badan : 170 cm, TD : 110/76 mmHg, nadi : 104
x/menit, frekuensi nafas : 27 x/menit, suhu tubuh : 36,5° C, terdengar ronkhi, penggunaan
otot bantu nafas

DATA FOKUS
Nama klien / Umur : An. A 25 thn

No Data Subjektif Data Objektif


1.  Klien mengeluh sering sesak nafas  Riwayat keluarga klien mengidap
pada malam hari, dikarenakan asma,
siang hari ia memakan makanan  BB sekarang : 70 kg
bermicin,  BB sebelum sakit : 73kg
 Klien mengeluh jika ruangan  TB: 170 cm
terlalu dingin nafasnya sesak  TD : 110/76 mmHg
 Klien mengeluh jika beraktifitas  Nadi : 104 x/menit
sering merasa Lelah  Frekuensi nafas : 27 x/menit
 Klien mengatakan jika batuk  Suhu tubuh : 36,5° C
keluar dahak  Terdengar ronkhi
 Penggunaan otot bantu nafas

ANALISA DATA
Nama klien / Umur : An.A 25 thn

No Data Masalah Etiologi


1. Ds : Bersihan jalan nafas Bronkospasme:
 Klien mengeluh sering sesak tidak efektif (SDKI peningkatan produksi
nafas pada malam hari, D.0149, Hal. 18) sekret
dikarenakan siang hari ia
memakan makanan
bermicin,
 Klien mengeluh jika ruangan
terlalu dingin nafasnya sesak
 Klien mengeluh jika
beraktifitas sering merasa
Lelah
 Klien mengatakan jika batuk
mengeluarkan dahak

Do :
 Riwayat keluarga klien
mengidap asma
 Frekuensi nafas : 27 x/menit
 Nadi : 104 x/menit
 Terdengar ronkhi
 Penggunaan otot bantu
nafas

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama klien / Umur : An. A 25 thn

No Diagnosa Keperawatan
( P&E)
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Bronkospasme: peningkatan produksi sekret

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Nama klien / Umur : An. A 25 thn

Tujuan & Rencana tindakan Paraf &


No.
Tanggal Criteria hasil nama
diagnosa
jelas
22 Juli 1 Setelah dilakukan 1. Monitor TTV (NIC
2021 tindakan keperawatan 6680, Hal. 237)
selama 1x24 jam  Monitor TD,
diharapkan masalah nadi, suhu, dan
bersihan jalan nafas status
tidak efektif teratasi pernafasan
dengan kriteria hasil :  Monitor
1. Status pernafasan keberadaan dan
(NOC 0415, Hal. kualitas nadi
556)  Monitor pola
 Frekuensi pernafasan
pernafasan abnormal
dipertahankan  Monitor tanda
pada 27x/menit dan gejala
ditingkatkan ke hipotermi dan
20x/menit hipertermi
 Suara auskultasi 2. Manajemen jalan
pernafasan nafas (NIC 3140.
dipertahankan Hal, 186)
pada ronkhi  Posisikan
ditingkatkan ke pasien untuk
tidak ada memaksimalka
 Penggunaan n ventilasi
otot bantu nafas  Lakukan
dipertahankan fisioterapi dada
pada 2 (berat)  Intruksikan
ditingkatkan ke untuk
5 (tidak ada) melakukan
2. Respon batuk efektif
alergi:sistemik  Auskultasi
(NOC 0706, Hal. suara nafas
514)  Kolaborasi
 Sesak napas saat pemberian obat
istirahat antibiotic
dipertahankan
pada 2 (cukup 3. Manajemen alergi
berat) (NIC 6410, Hal.
ditingkatkan ke 149)
5 (tidak ada)  Identifikasi
 Takikardi alergi yang
dipertahankan diketahui
pada 4 (ringan)  Siapkan obat-
ditingkatkan ke obatan untuk
5 (tidak ada) mengurangi
 Sekresi mucus atau
dipertahankan meminimalkan
pada 2 (cukup respon alergi
berat)  Instruksikan
ditingkatkan ke pada pasien
5 (tidak ada) untuk
3. Kontrol gejala (NOC menghindari
1609, Hal. 243) bahan yang
 Melakukan menyebabkan
tindakan alergi
pencegahan  Instruksikan
gejala pada pasien
dipertahankan untuk
pada 2 (jarang mencegah
menunjukan) bahan yang
ditingkatkan ke menyebabkan
5 (secara alergi
konsisten  Diskusikan
menunjukan) metode untuk
 Melakukan mengontrol
tindakan untuk allergen dari
mengurangi lingkungan
gejala (debu)
dipertahankan
pada 2 (jarang
menunjukan)
ditingkatkan ke
5 (secara
konsisten
menunjukan)

PELAKSANAAN (CATATAN KEPERAWATAN)


Nama klien / Umur : An. A 25 thn

Hari / Diagnos Tindakan Yang Dilakukan


Jam Tindakan
tanggal a
 Memonitor TD, nadi, suhu, dan
status pernafasan
 Memonitor keberadaan dan
kualitas nadi
08.00 – 09.00
 Memonitor pola pernafasan
abnormal
 Memonitor tanda dan gejala
hipotermi dan hipertermi
 Memposisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
 Melakukan fisioterapi dada
 Menginstruksikan untuk
09.00 – 11.00
melakukan batuk efektif
 Mengauskultasi suara nafas
22 Juli 2021 1  Mengkolaborasi pemberian obat
antibiotic
 Mengidentifikasi alergi yang
diketahui
 Menyiapkan obat-obatan untuk
mengurangi atau meminimalkan
respon alergi
 Menginstruksikan pada pasien
untuk menghindari bahan yang
11.00 – 12.00
menyebabkan alergi
 Menginstruksikan pada pasien
untuk mencegah bahan yang
menyebabkan alergi
 Mendiskusikan metode untuk
mengontrol allergen dari
lingkungan (debu)
 Memonitor TD, nadi, suhu dan
status pernafasan
23 Juli 2021 1 10.00 – 10.30  Memonitor pola pernafasan
abnormal


Melakukan ulang fisioterapi
dada
10.30 – 12.00  Menginstruksikan klien batuk
efektif
 Mengauskultasi suara nafas
EVALUASI (CATATAN PERKEMBANGAN)
Nama klien / Umur : Ny. A 25 thn

No. Hari / tanggal Evaluasi hasil


Diagnos Jam (SOAP)
a
1 22 Juli 2021 S : Klien mengatakan sesak yang dialami berkurang
O : Suara nafas abnormal klien berkurang, frekuensi nafas :
25x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
 Memonitor TD, nadi, suhu, dan status pernafasan
 Monitor pola pernafasan abnormal
 Lakukan fisioterapi dada
 Intruksikan untuk melakukan batuk efektif
 Auskultasi suara nafas

1 23 Juli 2021 S : Klien mengatakan sudah mengerti cara melakukan


batuk efektif serta sudah tida sesak nafas lagi
O : Suara nafas klien normal, frekuensi nafas : 20x/menit,
TD : 118/80, Suhu : 36,5⁰C
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2.
Jakarta EGC
Rengganis, Iris. 2008. Diagnosis Dan Tatalaksana Asma Bronkhial. Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo Jakarta.
Somantri I. Keperawatan medikal bedah : Asuhan Keperawatan pada pasien gangguan
sistem pernafasan. Jakarta: Salemba Medika; 2007.
Francis, Caia.2008:Perawatan Respirasi. Jakarta:Erlangga.
Nugroho, T & Putri T.B (Eds). 2016. Teori Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta :
Nuha Medika.
GINA. 2017. Global Strategy for Asthma Management and Prevention.
Mansjoer, Arif. 2014. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3 Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapcus
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC.
Alsagaff, Hood. 2017. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Cetakan kesepuluh, Airlangga
University Press. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai