NIM : 102016171
jawab: Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan (lemak lesitin/sfingomielin)
yang cukup dan aliran darah ke paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan,
dan jumlahnya meningkat sampai paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi
surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk
menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.
Jelaskan yang terjadi pada paru bayi yang lahirnya belum pada
waktunya?
jawab: - Jumlah surfaktan rendah. Zat ini zat yang berada di paru-paru ini membantu
menjaga kantung udara kecil (alveolus) tetap terbuka.
jawab: • Pneumothorax
Istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan kondisi paru-paru yang kolaps
(mengempis). Terjadi saat udara memasuki ruangan antara paru-paru dan lapisan pleura yang
menyelimuti organ tersebut. Paru-paru kolaps karena perubahan tekanan udara pada paru-
paru (menekan paru-paru).
• Emfisema paru
Suatu keadaan abnormal pada anatomi paru dengan adanya penyempitan pada saluran
napas yang disebabkan oleh elastisitas paru yang berkurang dikarenakan terjadinya proses
peradangan.
Jelaskan yang terjadi pada keadaan:
jawab: • Batuk
Batuk adalah gerakan refleks tubuh yang disebabkan oleh iritasi yang terjadi di dalam
tenggorokan atau saluran pernafasan. Iritasi ini diakibatkan adanya partikel asing, bakteri,
virus, atau kotoran yang masuk. Saat iritasi terjadi, saraf di otak menstimulasi pergerakan otot
dada dan perut untuk menekan udara ke bagian saluran napas sehingga dapat mendorong
partikel tersebut keluar dari dalam tubuh.
• Bersin
Bentuk refleks yang dikeluarkan tubuh dalam merespon benda-benda asing yang
mencoba masuk ke saluran nafas. Benda-benda tersebut selanjutnya terdeteksi oleh mukosa
di bagian pangkal hidung, sehingga reflek bersin terjadi untuk memompa benda asing
tersebut keluar dari hidung.
jawab: aklimatisai merupakan suatu upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi dari suatu
organisme terhadap suatu lingkungan baru yang akan dimasukinya. Hal ini didasarkan pada
kemampuan organisme untuk dapat mengatur morfologi, perilaku, dan jalur metabolisme
biokimiawi di dalam tubuh nya untuk menyesuaikan nya dengan lingkungan.
jawab: Tekanan atmosfer secara progresif berkurang seiring dengan peningkatan ketinggian.
Ketika berada di ketinggian di atas 3.000 meter, PO2 (tekanan parsial oksigen) arteri turun di
bawah rentang aman. Karena proporsi gas oksigen dan nitrogen dalam udara tidak berubah,
PO2 udara inspirasi di ketinggian tersebut adalah 21% dari 380 mmHg (dari ukuran
normalnya) dengan PO2 alveolus lebih rendah, maka seseorang akan kesulitan bernapas
ketika berada di dataran tinggi.
jawab: Saat meyelam, tubuh akan beradaptasi dengan tekanan yang ada di sekitarnya. Maka,
semakin semakin dalam seseorang menyelam maka volume (kadar) gas akan semakin
menipis karena tekanan udara begitu tinggi sehingga membuat volume udara di dalam paru-
paru semakin sedikit. Bila hal ini sering terjadi, paru-paru akan kekurangan udara dan dapat
menyebabkan jaringan pada paru-paru mati. Masalah yang lebih besar akan terjadi ketika
penyelam tersebut kembali ke permukaan. Saat naik ke permukaan, tekanan udara akan
menurun dan volume udara di dalam paru meningkat. Bila penyelam terlalu terburu-buru saat
naik ke permukaan atau menahan napas ketika masih di dalam air, maka udara yang ada di
paru-paru akan semakin banyak dan mengembang. Kondisi ini yang kemudian membuat
kantung udara paru-paru pecah akibat kebanyakan gas. Ketika itu, penyelam akan merasakan
sakit pada bagian dada bahkan hingga mengalami batuk berdarah
- Pain receptor (reseptor rasa sakit), nyeri berfungsi sebagai mekanisme proteksi,
defensif, dan penunjang diagnostik. Persepsi nyeri terjadi akibat adanya
mekanisme yang dimulai dari, transduksi, transmisi, modulasi dan akhirnya
terjadi persepsi nyeri, tubuh merespon dengan melepaskan hormon-hormon
katabolik yang secara umum disebut sebagai respon stres. Kondisi tersebut dapat
menimbulkan berbagai efek terhadap berbagai sistem organ, diantaranya
kardiovaskular dan respirasi. Nyeri dapat berdampak terhadap kedua organ
tersebut. Misalnya, dapat menimbulkan takikardia, hipertensi dan kesulitan
bernapas hingga membuat penderita mudah mengalami hipoksemia serta
gangguan kardiovaskular serta respirasi lainnya.