Anda di halaman 1dari 27

Silma Yuniarty Rammang

102014037, A7

Mahasiswi Semester 2 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat Korespondensi: Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510

silma.2014fk037@civitas.ukrida.ac.id

Abstract
Breathing is one of the most important elements in the life of all living beings including humans.
Respiratory system in humans has the structure and working mechanism of mutual support. The structure
consists of a respiratory airway at the start of the nose ( nasal cavity ), pharynx, larynx, trachea,
bronchus, into the lungs, the bronchioles and the air exchange membranes alveous. The main function of
the respiratory system is to supply the blood with oxygen that the blood can deliver oxygen to all parts of
the body. The structure is divided into channels that only the air channel and the channel that serves as a
surface exchange of O2 and CO2. The mechanism itself in the form of respiratory regulation governing
the role of respiratory muscle work and response to changes in pressure PO2 or PCO2 and acidity of the
body; and the exchange of O2 and CO2 in the alveoli .

Keywords : Respiration, Structure, Mechanism

Abstrak
Pernapasan merupakan salah satu unsur paling utama dalam kehidupan semua makhluk hidup
termasuk juga pada manusia. Sistem respirasi pada manusia memiliki stuktur dan mekanisme kerja
yang saling menunjang. Struktur pernafasan tersebut terdiri dari jalan nafas yang di mulai dari hidung
(kavum nasal), faring, laring, trakea, bronkus, masuk ke paru, bronkiolus dan udara tersebut bertukar pada
membran alveous. Fungsi utama dari sistem pernapasan adalah untuk menyediakan darah dengan
oksigen agar darah dapat memberikan oksigen ke seluruh bagian tubuh. Struktur tersebut terbagi
menjadi saluran yang hanya menyalurkan udara dan saluran yang permukaanya berfungsi sebagai
pertukaran O2 dan CO2. Mekanismenya sendiri berupa pengaturan pernapasan yang mengatur kerja otot
pernapasan yang berperan dan respon terhadap perubahan tekanan PO2 atau PCO2 dan keasaman tubuh;
dan pertukaran O2 dan CO2 dalam alveolus.

Kata kunci : Respirasi , Struktur , Mekanisme


Pendahuluan

Respirasi ( pernapasan ) melibatkan keseluruhan proses yang menyebabkan pergerakan


pasif O2 dari atmosfer ke jaringan untuk menunjang metabolisme sel, serta pergerakan pasif CO2
selanjutnya yang merupakan produk sisa metabolisme dari jaringan ke atmosfer. Tubuh manusia
adalah mesin yang sangat luar biasa. Mesin pada manusia ini terdiri dari jutaan komponen kecil
sel-sel hidup dari tubuh. Setiap komponen harus didukung oleh bahan bakar, O2 dan metode
pengeluaran sisa produksi. Darah dan saluran-salurannya menjadi sistem pengirim untuk
komponen-komponen ini. Paru-paru (sistem pulmonary) menjadi penyedia O2 dan pembuang
sisa produksi – CO2. Darah mengangkut O2 dan CO2 antara system pernapasan dan jaringan.
System ini melibatkan kinerja dari organ – organ tertentu yang saling beranastomosis agar proses
respirasi dapat berjalan dengan baik. Apabila terdapat kerusakan pada organ- organ tersebut,
maka kinerja dan hasil dari pada respirasi sendiri akan terganggu. Mekanisme pernapasan kita
juga menyediakan aliran udara terkontrol untuk bercakap-cakap, batuk, bersin, bernafas dalam
tersedu-sedu, tertawa, mengendus dan menguap.1
Melihat keluhan seperti batuk, serak, dan proses menelan, semua berkaitan dengan
saluran pernapasan. Dalam saluran pernapasan, dapat dilihat struktur-struktur yang terkait, baik
mikroskopis maupun makroskopis. Selain itu, mekanisme pernapasan juga melewati saluran
pernapasan. Pengaturan pernapasan, tekanan, transport O2 dan CO2, keseimbangan asam dan
basa, serta volume dan kapasitas paru merupakan bagian dari mekanisme pernapasan.

Saluran Pernapasan Atas

Sistem pernapasan terdiri atas dua paru dan banyak saluran udara dengan berbagai ukuran yang
keluar masuk paru. Saluran napas terdiri atas bagian konduksi dan bagian respirasi. Bagian
konduksi adalah saluran napas solid baik di luar maupun di dalam paru yang menghantar udara
ke dalam paru untuk respirasi. Bagian respirasi adalah saluran napas di dalam paru tempat
berlangsungnya respirasi atau pertukaran gas.1
Bagian konduksi sistem pernapasan terdiri atas rongga hidung, farings, laring, trakea,
bronki ekstrapulmonal, dan sederetan bronki dan bronkioli intrapulmonal dengan diameter yang
makin kecil dan berakhir pada bronkioli terminalis. Untuk menjamin agar saluran napas yang
lebih besar selalu terbuka, maka saluran ini ditunjang oleh tulang rawan hialin. Trakea dilingkari
oleh cincin-cincin tulang rawan hialin berbentuk C. Setelah bercabang menjadi bronki yang
kemudian memasuki paru, cincin hialin diganti oleh lempeng-lempeng tulang rawan hialin.
Makin kecil bronkus, makin sedikit dan kecil lempeng tulang rawan ini. Saat diameter
bronkiolus mengecil sampai + 1 mm, semua lempeng hialin ini menghilang dari saluran udara
bagian konduksi. Jadi bagian konduksi saluran napas yang terkecil adalah bronkiolus terminalis
dengan diameter antara 0.5 – 1.0 mm.1

Hidung Bagian Luar


Penyangga hidung terdiri atas tulang dan tulang-tulang rawan hialin. Rangka bagian
tulang terdiri atas os nasale, processus frontalis maxillae dan bagian nasal ossis frontalis. Rangka
tulang rawannya terdiri atas cartilago septi nasi, cartilago nasi lateralis dan cartilago ala nasi
major dan minor, yang bersama-sama dengan tulang di dekatnya saling berhubungan.
Keterbukaan bagian atas hidung dipertahankan oleh os nasale dan processus frontalis maxillae
dan di bagian bawah oleh tulang-tulang rawannya.2

Gambar 1. Rangka hidung.2


Otot yang melapisi hidung merupakan bagian dari otot wajah. Otot hidung tersusun dari
m. nasalis dan m. depressor septi nasi.2
Pharynx
Pharynx adalah sebuah pipa musculomembranosa, panjang 12-14cm, membentang dari
basis cranii sampai setinggi vertebra cervical 6 atau tepi bawah cartilago cricoidea. Paling lebar
di bagian superior, berukuran 3.5 cm. Di sebelah caudal dilanjutkan dengan oesophagus
(kerongkongan).2
Gambar 2. Penampang sagital pharynx dan larynx.2
Pharynx memiliki lapisan otot. Lapisan ini terdiri atas: tiga otot lingkar / sirkular, yakni:
m. constrictor pharyngis inferior, m. constrictor pharyngis medius, dan m. constrictor pharyngis
superior; serta tiga otot yang masing-masing turun dari processus styloideus, torus tubarius
cartilaginis tubae auditivae, dan palatum molle, yakni: m. stylopharyngeus, m.
salpingopharyngeus, dan m. palatopharyngeus.2
M. constrictor pharyngis inferior keluar dari kartilago tiroid dan krikoid. 4 Otot ini
merupakan otot yang paling tebal dari antara ketiga otot lingar pharynx yang terdiri atas dua
bagian otot kecil, yakni m. cricopharyngeus dan m. thyreopharyngeus. M. cricopharyngeus
berfungsi sphincter dan m. threopharyngeus sebagai pendorong. Kegagalan relaksasi m.
cricopharyngeus menyebabkan mukosa dinding posterior, antara kedua bagian otot tersebut,
mengalami herniasi.2
M. constrictor pharyngis medius terdiri atas dua bagian otot kecil, yang ke sebelah
anterior melekat pada cornu minus ossis hyodei dan bagian bawah lig. stylohyoideum sebagai m.
chondropharyngeus; dan melekat pada tepi atas cornu majus ossis hyoidei sebagai m.
ceratopharyngeus. Serabut-serabut inferior m. constrictor pharyngis medius turun di sebelah
dalam m. constrictor pharyngis inferior sampai ujung bawah pharynx; serabut-serabut superior
naik dan menutupi bagian bawah m. constrictor pharyngis superior.2
M. constrictor pharyngis superior merupakan lembaran otot yang lebih tipis. Di sebelah
anterior otot ini melekat pada hamulus pterygoideus, raphe pterygomandibularis, ujung dorsal
linea mylohyoidea ossis mandibulae dan sisi radix linguae. Tempat-tempat perlekatan ini
membagi m. constrictor pharyngis superior menjadi otot-otot yang lebih kecil, yakni: m.
pterygopharyngeus, m. buccopharyngeus, m. mylopharyngeus, dan m. glossopharyngeus.2
M. stylopharyngeus berpangkal di sisi medial basis processus styloideus, turun sepanjang
sisi pharynx dan melintas antara mm. constrictores pharyngis superior dan medius. Serabutnya
bergabung dengan mm. constrictores pharyngis, plica glosso-epiglotica lateralis dan m.
palatopharyngeus, di tepi posterior cartilago thyreoidea. Fungsinya adalah elevasi pharynx
sewaktu menelan dan berbicara.2
M. salpingopharyngeus berpangkal pada bagian inferior torus tubarius cartilaginis tuba
auditivae, melintas ke bawah dan bercampur dengan m. palatopharyngeus. Fungsinya adalah
elevasi bagian lateral atas dinding pharynx.2
M. palatopharyngeus berada di dalam lipatan mukosa arcus palatopharyngeus, di sisi
sebelah dalam m. constrictor pharyngis superior; melintas ke arah lateral dan caudal di sebelah
dorsal tonsila palatina. M. palatopharyngeus ini melekat pada bagian belakang palatum durum
dan aspek superior aponeurosis palatinus. Fungsinya adalah menarik pharynx ke atas, depan, dan
medial, yakni memperpendek pharynx sewaktu menelan; juga mendekatkan kedua arcus
palatopharyngeus.2
Pharynx dibagi menjadi tiga bagian yaitu nasopharynx, oropharynx, dan
laryngopharynx.2
Nasopharynx berada di sebelah dorsal hidung dan sebelah cranial palatum molle. Ke arah
ventral nasopharynx berhubungan dengan rongga hidung melalui choanae, yang masing-masing
terpisah oleh septum nasi. Nasopharynx dan oropharynx berhubungan melalui isthmus
pharyngeum. Sewaktu proses menelan dan berbicara isthmus pharyngeum ini tertutup oleh
elevasi palatum molle dan pembentukan lipatan Passavant di dinding dorsal pharynx. Tonsila
pharyngea (adenoid) merupakan jaringan limfoid pada submukosa recessus pharyngeus di sekitar
bursa pharyngea. Mulai tampak sewaktu bulan-bulan akhir masa janin. Berkembang baik pada
anak-anak, ukurannya meningkat sampai usia 6 atau 7 tahun dan selanjutnya, mulai mengecil.
Pada anak usia 1,5 tahun tonsilla ini merupakan tonjolan berbentuk pyramid yang arahnya ke
muka, puncak pyramid mendekati septum nasi. Peradangan tonsilla ini menimbulkan hipertrofi
(pembesaran); akibatnya mungkin menyumbat / menghambat aliran udara melalui hidung dan
penderita bernafas melalui mulut, menampilkan wajah adenoid.2
Oropharynx terbentang mulai dari palatum molle sampai tepi atas epiglottis atau setinggi
corpus vertebra cervival 2 dan 3 bagian atas. Di sebelah ventral berhubungan dengan cavum oris
melalui isthmus oropharygeum dan berhadapan dengan aspek pharyngeal lidah. Tonsilla palatina
merupakan masa jaringan limfoid pada kedua dinding lateral oropharynx, masing-masing
terletak pada sinus tonsillaris. Sewaktu masa kanak-kanak dengan nyata permukaan medial
berproyeksi ke dalam pharynx, tetapi luas proyeksi ini tidak menunjukkan besar tonsil.
Kelompok-kelompok tonsil pada pharynx ini tersusun dalam lingkaran jaringan limfoid (cincin
dari waldeyer). Bagian antero-inferior cincin ini dibentuk oleh tonsilla lingualis; bagian
lateralnya adalah tonsilla palatina dan tonsilla tubalis; bagian posterosuperiornya adalah tonsilla
pharyngea.2
Laryngopharynx membentang di tepi cranial epiglottis sampai tepi inferior cartilago
cricoidea atau mulai setinggi bagian bawah corpus vertebra cervical 3 sampai bagian atas
vertebra cervical 6. Ke arah caudal laryngopharynx dilanjutkan sebagai oesophagus. Di dinding
anteriornya yang tidak sempurna, terdapat pintu masuk ke dalam larynx (aditus laryngis) dan di
bawah aditus laryngis ini terdapat permukaan posterior cartilago arytaenoidea dan cartilago
cricoidea. Pada masing-masing sisi ventro-caudo-lateral aditus laryngis ini terdapat fossa /
recessus piriformis yang dibatasi di sebelah medial oleh plica aryepiglottica dan di sebelah
lateral oleh cartilago thyreoidea dan membrana thyreohyoidea.2

Larynx
Larynx merupakan saluran udara yang bersifat sphincter dan juga organ pembentuk
suara, membentang antara lidah sampai trachea atau pada laki-laki dewasa setinggi vertebra
cervical 3 sampai 6, tetapi sedikit lebih tinggi pada anak dan perempuan dewasa. Larynx laki-
laki dewasa berukuran lebih besar, oleh karena pertumbuhan yang pesat menjelang pubertas;
cartilago thyreoideanya berproyeksi lebih nyata ke arah anterior di garis tengah.2
Tulang-tulang rawan larynx terdiri atas cartilago thyreoidea, cartilago cricoidea, dan
cartilago epiglottis yang masing-masing sebuah serta cartilago arytaenoidea, cartilago
cuneiforme, dan cartilago corniculatum yang masing-masing sepasang.2
Cartilago thyreoidea merupakan tulang rawan larynx terbesar, terdiri atas dua lamina
persegi empat yang tepi anteriornya menyatu ke arah inferior, membentuk sebuah sudut yang
menonjol, yang dikenal sebagai prominentia laryngea (adam’s apple). Proyeksi ini sangat jelas
pada ujung superior dan nyata pada laki-laki, tetapi tidak nyata pada perempuan.2
Cartilago cricoidea, berbentuk semu cincin stempel, membentuk bagian inferior dinding
larynx. Tepi inferior cartilago cricoidea bergabung dengan cincin pertama tulang rawan trachea
melalui lig. cricotracheale. Pada sisi ventral dan lateral tepi superiornya, melekat membrana
cricothyreoidea dan m. cricoarytaenoideus lateralis. Di sebelah posterior, tepi superior lamina
bersendi dengan basis cartilago arytaenoidea.2
Cartilago arytaenoidea, letak di bagian belakang larynx, sebelah superolateral lamina cartilago
cricoidea. Permukaan posterior tertutup m. arytaenoideus transversus. Permukaan medialis
cartlago ini membatasi sisi lateral bagian intercartilaginea rima glottidis. Basis yang konkaf
bersendi dengan tepi atas lamina cartilago cricoidea. Ujung sudut anteriornya (processus vocalis)
yang berproyeksi horizontal ke depan, melekat lig. vocale. Apex bersendi dengan cartilago
corniculatum. 2
Cartilago corniculatum letak di sebelah posterior, dalam plica aryepiglottica. Bersandar
pada apex cartilago arytaenoidea.2
Cartilago cuneiforme; masing-masing berada dalam plica aryepiglottica, di sebelah
anterior terhadap cartilago corniculatum.2

Gambar 3. Otot-otot intrinsik larynx pandangan dorsal.2


Gambar 4. Otot-otot intrinsik larynx pandangan lateral.2
Otot larynx dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni: kelompok ekstrinsik dan
kelompok intrinsik. Otot-otot ekstrinsik menghubungkan larynx dengan struktur-struktur sekitar;
termasuk otot-otot tersebut adalah: 2
- M. sternothyreoideus, menarik larynx ke bawah
- M. thyreohyoideus, menarik larynx ke atas
- M. constrictor pharyngis inferior
Otot-otot intrinsik mempunyai tempat lekat yang terbatas pada larynx. Fungsi otot-otot intrinsik
larynx dapat dibagi dalam tiga kelompok, yakni: 2
1. Otot yang mengubah glottis:
a. Membuka glottis: m. cricoarytaenoideus posterior
b. Menutup glottis: m. cricoarytaenoideus lateralis, m. arytaenoideus obliquus, m.
arytaenoideus transversus, m. thyreoarytaenoideus, m. cricothyreoideus
2. Otot-otot yang mengatur ketegangan lig. vocale:
a. Menegangkan lig. vocale: m. cricothyreoideus, m. cricoarytaenoideus posterior
b. Mengendurkan lig. vocale: m. thyreoarytaenoideus, m. vocalis, m. cricoarytaenoideus
lateralis
3. Otot-otot yang mengubah aditus laryngis:
a. Menutup aditus laryngis: m. arytaenoideus obliquus, m. aryepiglotticus, m.
thyreoarytaenoideus
b. Membuka aditus laryngis: m. thyreoepiglotticus
Larynx merupakan sumber utama pembentukan suara. Proses bicara juga melibatkan pharynx,
rongga-rongga mulut, dan hidung, yang secara bersama-sama membentuk “saluran udara”. 2 (3)
Untuk meningkatkan nada suara, ketegangan plica vocalis ditingkatkan; plica vocalis
mungkin memanjang sampai 50% pada nada yang lebih tinggi. Pada berbisik, glottis bagian
intermembranosa tertutup, tetapi bagian cartilaginea tetap terbuka lebar. 2

Saluran Pernapasan Bawah


Trakea
Trakea merupakan pipa silinder dengan panjang kurang lebih 11cm, berbentuk ¾ cincin
tulang rawan seperti huruf C. Bagian belakang dihubungkan oleh membran fibroelastik yang
menempel pada bagian depan oesofagus. Trakea berjalan dari cartilago cricoidea ke bawah pada
bagian depan leher dan di belakang manubrium sterni, berakhir pada setinggi angulus sternalis
(taut manubrium dengan corpus sterni) tempatnya berakhir, membagi menjadi bronkus kiri dan
kanan. Di dalam leher, trakea disilang di bagian depan oleh isthmus glandula thyroidhea dan
beberapa vena. Trakea terdiri dari 16-20 cartilago berbentuk C yang dihubungkan oleh jaringan
fibrosa. Konstruksi trakea sedemikian rupa sehingga tetap terbuka pada semua posisi kepala dan
leher.3,4
Trakea diperdarahi oleh arteri thyreodea inferior sedangkan ujung thoracalnya didarahi
oleh cabang arteri bronchiales. Persarafan trakea berasal dari cabang tracheal nervus vagus,
nervus recurrens dan truncus symphaticus.5

Bronkus dan bronkiolus


Trakea bercabang menjadi 2 bronkus primer dan memasuki paru. Setelah memasuki paru
maka akan berjalan dan mempercabangkan 2 bronkus pada paru kiri dan 3 pada paru kanan dan
masing- masing membuat lobus baru , yang kemudian bercabang menjadi lebih kecil lagi yaitu
bronkiolus. Setiap bronkious baru memasuki lobulus baru , dan bercabang-cabang 5-7 menjadi
bronkiolus terminalis.4,6
Pada bronkus, Tulang rawannya tidak teratur dari pada tulang trakea ; pada bagian
bronkus yang lebih besar , cincin tulang rawan mengelilingi seluruh lumen. Dengan mengecilnya
garis tengah bronkus, cincin tulang rawan mengelilingi seluruh lumen. Memperlihatkan epitel
respirasi dengan sel goblet dan sel-sel silindris bersilia. Jaringan ikat lamina propria mengandung
kelenjar serosa dan otot polos.4,6
Bronkiolus merupakan jalan napas intralobular , tidak memiliki tulang rawan maupun
kelenjar mukosa. Memiliki lapisan epitel selapis silindris bersilia. Epitel pada bronkiolus
terminalis juga mengandung sel clara yang berfungsi untuk mengsekresikan protein untuk
melindungi lapisan bronkiolus. Lamina propia bronkiolus sebagian besar terdiri atas otot polos
dan serat elastin. Berada di bawah kendali nervus vagus dan simpatis, dimana stimulasi vagus
mengurangi diameter bronkiolus sedangkan simpatis melakukan yang sebaliknya.4,6
Bronkiolus Respiratory adalah percabangan dari tiap bronkiolus terminalis, yang berfungsi
sebagai daerah peralihan antara konduksi dan bagian respirasi. Mukosanya mirip dengan
bronkiolus tereminalis akan tetapi dindingnya berbeda karena di sini sudah ada banyak alveolus
tempat terjadinya pertukaran gas dan dilapisi oleh epitel kubus bersilia dan sel clara. Pada bagian
distal dari pada bronkiolus respiratory ini terdapat duktus alveolaris.4,6

Alveolus
Alveoolus merupakan penonjolan (evaginasi) mirip kantung di bronkiolus respiratorius ,
duktus alveolaris , dan sakus alveolaris. Alveoli bertanggung jawab untuk struktur berongga
dalam paru. Disini berlangsung pertukaran CO2 dan O2 antara udara dalam paru dan
darah.struktur dinding yang sangat tipis di antara tiap alveolus di namakan dinding intraalveolar
yang memudahkan difusi di alveolus. Kumpulan dari alveolus disebut sakus alveolaris.Tersusun
atas lapisan endotel kapiler yang bersifat kontinu dan tidak bertingkap. Terdapat dua jenis sel
yaitu sel tipe 1 yang melapisi permukaan dari pada alveolus dan sel tipe 2 yang terdapat badan
lamela yang menghasilkan surfaktan pada paru untuk menurunkan tegangan permukaan alveolus
agar tidak mengalami kolaps.4,6

Pleura
Masing – masing pleura mempunyai dua bagian : (1) lapisan parietal , yang membatasi
dinding thorax , meliputi permukaan thoracal diaphragma dan permukaan lateral mediastinum,
dan meluas sampai ke pangkal leher untuk membatasi permukaan bawah membrana suprapleura
pada apertura thoracis superior, dan (2) lapisan viceral , yang meliputi seluruh permukaan luar
paru-paru dan meluas ke dalam fissura interlobaris.7
Kedua lapisan ini satu sama lain saling bersambungan pada manset pleura yang
mengelilingi struktur – struktur yang masuk dan keluar paru- paru pada hillus paru-paru. Agar
hillus paru-paru dapat bergerak waktu bernapas, manset pleura tergantung sebagai lipatan
longgar yang dinamakan ligamentum pulmonale.7
Lapisan parietal dan viceral pleura dipisahkan satu sama lain oleh suatu ruangan sempit,
cavitas pleuralis. Rongga ini normal mengandung mengandung sedikit cairan jaringan, cairan
pleura, yang meliputi permukaan pleura sebagai lapisan tipis dan memungkinkan kedua lapisan
pleura bergesekan minimal waktu bergerak. Pleura parietal diperfarafi oleh n. intercostalis pada
pleura costalis, n. phrenicus untuk pleura bagian mediastenalis, dan n. phrenicus mempersarafi
kubah dari pada pleura diafragmatika dan pada bagian pinggirnya oleh 5 n. intercostalis bagian
bawah. Pleura viceralis yang meliputi paru – paru dipersarafi oleh sistem otonom, tetapi tidak
peka terhadap sensasi umum nyeri dan raba.7

Paru-paru
Paru-paru bersifat lunak dan berongga. Paru- paru sangat elastis dan bila rongga thorax
dibuka, paru-paru segera volumenya mengecil sampai 1/3 nya atau kurang. Paru terletak
sedemikian rupa sehingga setiap paru –paru terletak di samping mediastinum. Bagian paru kanan
dan kiri dipisahkan oleh jantung, pembuluh darah dan struktur lain yang berada pada
mediastinum. Paru dilapisi oleh pleura viceralis. Masing-masing paru mempunyai apex yang
tumpul, yang menjorok ke atas, masuk ke leher sekitar 2,5 cm di atas clavicula, facies costalis
yang konveks, yang berhubungan dengan dinding dada, dan facies mediastinalis yang konkaf,
yang membentuk cetakan pada pericardium dan struktur–struktur mediastinum lain. Sekitar
pertengahan permukaan kiri, terdapat hillus pulmonis, suatu lekukan di mana bronchus,
pembuluh darah dan saraf masuk ke paru-paru untuk membentuk radix pulmonis. Pinggir
anterior paru adalah tipis dapat di temui incisura cardiaca, dan tebal pada bagian posterior .7
Pada bagian paru kanan terdiri atas 3 lobus : superior, medius dan inferior , serta terdapat
2 fisura : fisura horizontal dan fisura oblique. Sedangkan paru kiri hanya terdiri atas 2 lobus dan
1 fisura yaitu lobus superior dan inferior yang dibatasi oleh fisura oblique. Radiks pulmonis
dibentuk oleh struktur-struktur yang masuk atau meninggalkan paru-paru. Struktur tersebut
terdiri atas bronkus, av. Pulmonis, pembuluh limfe, av. Bronchialis, dan saraf-saraf. struktur ini
membentuk fillus pulmonalis.7
Pendarahan Pembuluh Paru
Bronchus, jaringan ikat paru-paru, dan pleura visceralis menerima darah dari aa.
Bronchialis, yang bercabang dari aorta decendens. Vv. Bronchiales ( yang berhubungan dengan
v. pulmonalis) memasukan darah ke vena azygos dan vena hemiazygos. Alveoli menerima darah
terdeoksigenasi dari cabang – cabang terminal a. pulmonalis. Darah teroksigenasi meninggalkan
kapiler-kapiler alveoli masuk ke cabang-cabang v. pulmonalis, yang mengikuti jaringan ikat
septum intersegmentalis ke radix pulmonalis. Dua vena pulmonalis meninggalkan setiap radiks
pulmonalis. 7
Persarafan paru pada paru di kendalikan oleh plexus pulmonalis anterior dan posteior
yang terbentuk dari cabang- cabang traktus symphaticus vertebra torakal 1-3 dan parasymphatis
dari nervus vagus.7

Struktur Mikroskopik Saluran Pernapasan Atas dan Bawah

Saluran napas terdiri atas bagian konduksi dan bagian respirasi. Bagian konduksi adalah
saluran napas yang solid baik diluar maupun didalam paru yang menghantarkan udara ke dalam
paru untuk respirasi. Bagian respirasi adalah saluran napas di dalam paru tempat berlangsungnya
respirasi atau pertukaran gas.8

Diameter saluran napas dalam paru secara progresif mengecil. Begitu juga tinggi epitel
pelapis yang makin memendek, jumlah silia dan sel goblet yang semakin berkurang.8

Bagian superior atau atap rongga hidung memiliki epitel yang sangat khusus untuk
mendeteksi dan meneruskan bebauan. Epitel ini adalah epitel olfaktorius yang terdiri dari tiga
jenis sel yaitu sel penyokong (sustentakular), sel basal dan sel olfaktoris. Sel olfaktoris adalah
neuron bipolar sensoris. Sel ini berakhiran pada permukaan epitel olfaktoris sebagai bulbus
olfaktoris kecil. Di bawah epitel olfaktoris terdapat N. olfaktorius dan kelenjar olfaktorius.8
Gambar ---- Epitel Olfactorius8

Bagian konduksi sistem pernapasan terdiri atas rongga hidung, faring, laring, trakea,
bronki ekstrapulmonal dan intrapulmonal dengan diameter yang makin kecil dan berakhir pada
bronkioli terminalis. Untuk menjamin agar saluran napas selalu terbuka, maka saluran ini
ditunjang oleh tulang rawan hialin. Trakea dilingkari oleh cincin-cincin tulang rawan
bialinberbentuk C. setelah bercabang menjadi bronki yang kemudian memasuki paru, cincin
hialin diganti oleh lempeng-lempeng tulang rawan hialin. Makin kecil bronkus, makin sedikit
lempeng tulang rawan hialin. Saat diameter bronkiolus mengecil samapi kurang lebih 1
mm,semua lempeng hialin menjadi hilang dari saluran udara bagian konduksi. Jadi bagian
konduksi saluran napas yang terkecil adalah bronkiolus terminalis dengan diameter antara 0,5-
1,0 mm. tinggi epitelnya berubah bersamaan dengan mengecilnya diameter saluran itu.8

Bagian repirasi adalah lanjutan distal bagian konduksi dan terdiri atas saluran napas
tempat berlangsung pertukaran gas atau respirasi yang sebenarnya. Bronkiolus terminalis
bercabang menjadi bronkiolus respiratorius yang ditandai dengan muali adanya kantong udara
(alveoli) berdinding tipis. Bronkiolus respiratorius adalah zona peralihan antara bagian konduksi
dan bagian respirasi. Respirasi hanya dapat berlangsung di dalam alveoli karena sawar antara
udara yang masuk ke dalam alveoli dan darah vena dalam kapiler sangat tipis. Struktur
intrapulmonal lain tempat berlangsung repirasi adalah duktus alveolaris, sakus alveolaris dan
alveoli. Jadi unit fungsional paru adalah alveoli.8

Epitel repirasi pada rongga hidung adalah epitel bertingkat semu silindris bersilia dan
bersel goblet. Epitel olfaktorius dikhususkan untuk menerima rangsang baud an karenanya
berbeda dengan epitel respiratorius (epitel bertingkat semu silindris tinggii tanpa sel goblet).
Epitel olfaktorius terdapat diatap rongga hidung. Pada kedua sisi septum dan dalam konka nasal
superior.8

Pada epitel olfaktoris terdapat tiga jenis sel yaitu sel olfaktorius, sel penyokong dan sel
basal. Sel olfaktorius pada permukaan apical sel olfaktorius mengandung mikrovili langsing
yang terjulur kedalam permukaan mucus. Sel olfaktorius memiliki inti bulat atau lonjong yang
menempati daerah epitel kira-kira diantara inti sel penyokong dan basal. Apeks sel olfaktorius
langsing dan mencapai permukaan epitel.8

Sel penyokong memiliki sel silindris yang tinggi dengan bagian apex lebar dan bagian
basal menyempit. Sel penyokong memiliki inti yang lonjong ditengah dan pada permukaannya
terdapat mikrovili.8

Sel basal mereupakan suatu sel yang berada pada bagian basal dan berbentuk segitiga. Sel
ini nantinya akan berubah menjadi sel olfaktorius.8

Agar dapat mendeteksi bau, substansi bau harus dilarutkan terlebih dahulu. Molekul
pembau yang terlarut bergabung dengan protein reseptor pada silia olfaktoria dan merangsang sel
reseptor di dalam epitel olfaktoris. Oleh sebab itu, epitel olfaktoris perlu dibasahi oleh selapis
tipis sekret berair yang dihasilkan kelenjar olfaktoris tubolosinar (bowman) yang terdapat pada
bawah epitel pada lamina propia. Sekret dari kelenjar ini dicurahkan ke epitel olfaktoris melalui
saluran. Sekret ini secara tetap membilas permukaan epitel olfaktoris sehingga memungkinkan
sel-sel reseptor selalu mendeteksi dan berespon terhadap bau-bauan.8

Epiglotis adalah bagian superior laring, terjulur ke atas dari dinding anterior laring berupa
lembaran pipih. Tulang yang membentuk kerangka epiglottis adalah sepotong tulang rawan
elastin epiglotis sentral.8

Permukaan anterior atau lingual pada epiglottis dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa
lapisan tanduk. Lamina propia dibawahnya menyatu dengan perikondrium tulang waran
epiglottis. Mukosa lingualnya menutupi bagian apex epiglottis dan lebih dari separuh permukaan
posterior atau laryngeal. Namun epitel berlapis gepengnya lebih rendah. Papilla jaringan ikat
hilang dan terjadi peralihan menjadi epitel respiratorius, yaitu epitel bertingkat semu silindris
bersilia bersel goblet.8

Pada potongan vertical melalui laring menampakkan kedua pita suara, tulang rawan
penyokong dan otot. Pita suara superior atau pita suara palsu, laring dibentuk oleh mukosa dan
diteruskan sebagai permukaan posterior epiglottis. Epitel pelapisnya adalah epitel bertingkat
semu silindris bersilia bersel goblet. Dibawah epitel yaitu di lamina propia terdapat kelenjar
campur yang terutama terdiri dari mukosa.8

Mukosa pita suara sejati terdiri atas epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk dan
lamina propria padat dan tipis tanpa kelenjar, jaringan limfoid, maupun pembuluh darah. Pada
apeks pita suara sejati, terdapat ligamentum vocal yang terdiri atas serat elastin padat yang
tersebar ke lamina propria dan otot rangka vokal didekatnya.8

Dinding trakea terdiri atas mukosa, submukosa, tulang rawan hialin dan adventisia.
Tulang rawan pada trakea adalah sederetan cincin berbentuk C dan diantara kedua cincin itu
terdapat M.trakealis.8

Mukosa terdiri atas epitel bertingkat semu silindris bersilia dengan sel goblet. Lamina
propria mengandung serat jaringan ikat halus, jaringan limfatik difus dan kadang-kadang
limfonodus solitaries. Di lamina propria bagian dalam serat-serat elastin membentuk sebuah
membrane elastic memanjang. Di jaringan ikat longgar submukosa terdapat kelenjar tubuloasinar
campur yang duktusnya melalui lamina propria untuk memasuki lumen trakea.8

Bronkus intrapulmonal biasanya dikenal dengan adanya beberapa lempeng tulang rawan
yang letaknya berdekatan. Epitelnya adalah epitel bertingkat semu silindris bersilia bersel goblet.
Sisa dindingnya terdiri atas lamina propria tipis, selapis tipis otot polos, submukosa dan kelenjar
bronchial, lempeng tulang rawan hialin dan adventisia.8

Setelah bronkiolus intrapulmonalis bercabang menjadi bronkiolus yang lebih kecil,


ketebalan epitelnya dan jumlah tulang rawannya berkurang sampai hanya ditemukan lempeng-
lempeng kecil tulang rawan. Bronki dengan diameter kurang dari 1 mm tidak memiliki tulang
rawan lagi.8
Bronkiolus memiliki epitel yang rendah, yaitu epitel bertingkat semu silindris bersilia
tanpa sel goblet. Mukosanya berlipat dan otot polos yang mengelilingi lumennya relative banyak.
Tidak ada tulang rawan dan kelenjar lagi, dan adventisia mengelilingi struktur ini.8

Bronkiolus terminalis menampakkan mukosanya yang berombak dengan epitel silindris


bersilia dan tidak ditemukannya sel goblet pada bronkiolus terminalis. Lamina proprianya tipis,
selapis otot polos dan masih ada adventisia pada bronkiolus terminalis.8

Bronkiolus respiratorius langsung berhubungan dengan duktus alveolaris dan alveoli.


Epitel pada bronkiolus ini adalah selapis silindris rendah atau kuboid dan dapat bersilia di bagian
proksimal saluran ini. Sedikit jaringan ikat yang menunjang lapisan otot polos, serat elastin
lamina propria dan pembuluh darah yang menyertainya. Setiap alveolus terdapat pada dinding
bronkiolus respiratorius berupa kantong-kantong kecil. Jumlah alveolinya makin bertambah
kearah distal. Epitel dan otot polos pada bronkiolus respiratorius distal tampak seperti daerah
yang terputus-putus dan kecil diantara muara alveoli.8

Bagian terminal dari setiap bronkus respiratorius bercabang menjadi beberapa duktus
alveolaris. Sekelompok alveoli yang bermuara ke dalam sebuah duktus alveolaris disebut sakus
alveolaris.8

Alveoli membentuk parenkim paru dan memperlihatkan gambaran renda halus. Area
pulmonalis bercabang berulang kali menyertai percabangan pohon brankial. Cabang vena
pulmonalis besar juga menyertai bronki dan bronkioli, banyak cabang halus vena tampak pada
trabekula paru. Arteri pulmonalis mendarahi dindingg berbagai bronki dan daerah lain paru.8

Mekanisme Pernapasan
Proses respirasi atau pernafasan, secara harfiah berarti pergerakan oksigen (O2) dari
atmosfer menuju ke sel, dan keluarnya karbon dioksida (CO2) dari sel ke udara bebas.Frekuensi
bernapas bervariasi , 16-20 x / menit dalam keadaan istirahat , biasanya pada anak-anak lebih
cepat dan pada orang tua lebih lambat. Dikenal sebagai Ventilasi Paru-paru (Pulmonary
ventilation).7, 9-11
Ventilasi paru-paru merupakan peristiwa masuk dan keluarnya udara pernapasan antara
atmosfer dan paru-paru. adalah proses pernafasan dimana gas mengalir/bergerak antara atmosfer
(udara luar) dan paru. Pergerakan udara ini di sebabkan oleh perubahan tekanan udara dalam
paru. Perbedaan tekanan yang disebabkan oleh perubahan kapasitas paru akan memaksa udara
masuk ketika inpirasi dan keluar ketika ekspirasi. Dua Proses penting dalam Ventilasi paru-paru :
7,9-12

a. Inspirasi
Proses pergerakan udara masuk ke paru (menghirup).
Agar udara masuk ke dalam paru, tekanan di alveoli harus lebih rendah daripada tekanan
di atmosfer. Maka dari itu rongga thoraks (dada) mengembang untuk meningkatkan
kapasitas paru dan merendahkan tekanan udara di rongga dada. Apabila kapasitas rongga
toraks meningkat, kapasitas paru juga meningkat dan tekanan alveolarpun menurun.
Perubahan tekanan ini menyebabkan udara bergerak dari luar ke dalam paru.
b. Ekspirasi
Proses pergerakan udara keluar paru ( menghembuskan).
Disebabkan oleh perubahan tekanan, tekanan di dalam paru lebih tinggi daripada tekanan
di atmosfer. Ekspirasi adalah hasil daripada “elastic recoil” yang berlaku pada dinding
thorax dan paru, yaitu hal yang secara alami terjadi setelah rongga dada mengembang.
Apabila otot external intercostal relaks, tulang rusuk akan menurun. Oleh karena itu
tekanan dalam paru akan meningkat. Maka udara akan bergerak keluar dari tekanan
tinggi ke daerah tekanan rendah.

Otot – otot Pernapasan


Selain sebagai pembentuk dinding dada, otot skelet juga berfungsi sebagai otot
pernapasan. Menurut kegunaanya, otot – otot pernapasan dibedakan menjadi otot untuk inspirasi,
mencakup otot inspirasi utama dan tambahan, serta otot untuk ekspirasi tambahan.
Otot inspirasi utama ( principal ) , yaitu : 10
 Muskulus interkostalis eksterna ,
 Muskulus interkartilaginus parasternal dan
 Otot diafragma

Otot inspirasi tambahan ( accessory respiratory muscle ) yang sering juga disebut sebagai otot
bantu napas , yaitu : 10
Muskulus sternocleidomastoideus
 Muskulus skalenus anterior
 Muskulus skalenus medius
 Muskulus skalenus posterior
Saat bernapas biasa , untuk ekspirasi tidak diperlukan kegiatan otot, cukup daya elastis paru saja
udara di dalam paru akan keluar saat ekspirasi. Namun , ketika ada serangan asma , sering
diperlukan active beathing : dalam keadaan ini , untuk ekpirasi diperlukan konstribusi kerja otot-
otot berikut :10
 Muskulus interkostalis interna
 Muskulus interkartilaginus parasternal
 Muskulus rektus abdominis
 Muskulus oblikus abdominis eksternus
Otot – otot untuk ekspirasi juga berperan untuk mengatur pernapasan saat berbicara ,
menyanti , batuk , bersin.

Diafragma
Diafragma adalah suatu septum berupa jaringan muskulotendineus yang memisahkan
rongga toraks dengan rongga abdomen. Dengan demikian , diafragma menjadi dasar dari rongga
toraks. Ada tiga apertura pada diafragma , yaitu :10
 Hiatus aortikus yang dilalui oleh aorta desendens , vena azygos dan duktus torasikus ;
 Hiatur esofageus yang dilalui esoefagus
 Apertura yang satu lagi di lewati oleh vena kava inferior.

Efek Kontraksi Otot Pernapasan terhadap Perubahan Tekanan Pada Paru

Udara mengalir masuk dan keluar paru selama tindakan bernapas karena perpindah
mengikuti gradient tekanan antara alveolus dan atmosfer yang berbalik arah secara bergantian
dan ditimbulkan oleh aktivitas siklik otot pernapasan. Terdapat tiga tekanan yang berperan
penting dalam ventilasi, yaitu :13
1. Tekanan atmosfer ( Barometrik )
Tekanan yang timbulkan oleh berat udara di atmosfer pada benda di permukaan bumi.
Pada ketinggian permukaan laut tekanan ini sama dengan 760 mmHg. Tekanan atmosfer
berkurang seiring dengan penambahan ketinggian di atas permukaan laut karena lapisan-
lapisan udara di atas permukaan bumi semakin menipis . Pada setiap ketinggian terjadi
perubahan minor tekanan atmosfer karena perubahab kondisi cuaca ( yaitu , tekanan
barometrik naik atau turun).
2. Tekanan intra-alveolus ( tekanan intraparu )
Merupakan tekanan yang ada di dalam alveolus. Karena alveolus berhubungan dengan
atmosfer melalui saluran napas pengahantar , udara sepat mengalir menuruni gradient
tekanannya setiap tekanan intra-alveolus berbeda dari tekanan atmosfer; udara terus
mengalir sampai kedua tekanan seimbang ( ekuilibrium ).
3. Tekanan Intrapleura
Merupakan tekanan di dalam kantung pleura. Tekanan ini , yang juga dikenal sebagai
tekanan intrathoraks, adalah tekanan yang ditimbulkan di luar paru di dalam rongga
thoraks. Tekanan intrapleura biasanya lebih rendah daripada tekanan atmosfer , rerata
756 mmHg saat istirahat. Seperti tekanan darah yang dicatat dengan menggunakan
tekanan atmosfer sebagai titik referensi ( yaitu, tekanan darah sistolik 120 mmHg adalah
120 mmHg lebih besar daripada tekanan atmosfer 760 mmHg atau , dalam kenyataan,
880 mmHg ), 756 mmHg kadang- kadang disebut sebagai tekanan -4 mmHg menjadi
negative karena di bandingkan dengan tekanan atmosfer normal sebesar 760 mmHg.
Untuk menghindari kebingungan , kita akan menggunakan nilai positif absolute
sepanjang pembahasan kita mengenai pernapasan. Tekanan intrapleura tidak
menyeimbangkan diri dengan tekanan atmosfer atau intra-alveolus karena tidak ada
komunikasi langsung antara rongga pleura dan atmosfer atau paru. Karena kantung pleura
adalah suatu kantung tertutup tanpa lubang , maka udara tidak dapat masuk atau keluar
meskipun mungkin terdapat gradient tekanan antara kantung pleura dan sekitarnya.
Pusat pernapasan terdiri atas beberapa kelompok neuron yang terletak bilateral di medula
oblongata dan pons pada batang otak. Daerah ini terbagi atas tiga kelompok neuron
utama:14
a. Kelompok pernapasan dorsal, terletak di bagian dorsal medula, terutama menyebabkan
inspirasi.
b. Kelompok pernapasan ventral, terletak di ventrolteral medula, terutama menyebabkan
ekspirasi.
c. Pusat pneumotaksik, terletak di sebelah dorsal bagian superior pons, terutama mengatur
kecepatan dan kedalaman napas.

Mekanisme Pengaturan Pernapasan


Lepas muatan listrik berirama dari neuron di medulla oblongata dan pons menghasilkan
pernapasan spontan, pemotongan batang otak di bawah medulla oblongata menyebabkan
pernapasan spontan berhenti, sedangkan pemotongan di bagian atas pons tetap menghasilkan
pernapasan otomatis normal. Terdapat dua jenis neuron pernapasan di batang otak: neuron yang
melepaskan impuls selama inspirasi (neuron I) dan neuron yang melepaskan impuls selama
ekspirasi (neuron E). Kebanyakan neuron I akan melepaskan impuls dengan frekuensi lebih
tinggi selama inspirasi, demikian pula neuron E pada saat ekspirasi. Beberapa neuron lain
melepaskan impuls dengan frekuensi yang lebih rendah, dan sebagian lagi melepaskan impuls
dengan frekuensi tetap selama inspirasi atau ekspirasi. Namun, selama pernapasan tenang, proses
ekspirasi merupakan proses pasif, dan neuron E umumnya tidak melepaskan impuls: neuron ini
hanya akan menjadi aktif apabila ventilasi ditingkatkan.15
Daerah medulla oblongata yang berhubungan dengan pernapasan secara umum dikenal
dengan sebutan pusat respirasi, tetapi sebenarnya terdapat dua kelompok neuron respirasi.
Neuron pada kelompok dorsal terletak di dalam dan di dekat nukleus traktus solitarius.
Kelompok ventral merupakan kolom neuron panjang yang membentang melalui nukleus
ambigus dan nukleus retroambigus di bagian ventrolateral medulla oblongata. Kelompok dorsal
terdiri terutama dari neuron I, beberapa neuron diproyeksikan secara monosinaptik menuju
neuron motorik nervus phrenikus. Kelompok ini kemungkinan menerima serat aferen dari
saluran pernapasan serta glomus caroticum dan aorticum, yang berakhir pada nukleus traktus
solitarius. Kelompok ventral mengandung neuron E pada ujung caudalnya, neuron I pada bagian
tengah, serta neuron E pada ujung cranialnya. Sejumlah neuron ini diproyeksikan ke neuron
motorik otot pernapasan. Neuron di ujung cranial kelompok ventral nampaknya menghambat
neuron I selama ekspirasi.15

Keseimbangan Asam- Basa


Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan pengaturan konsentrasi ion H bebas
dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4. pH darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35.
Jika pH darah < 7,35 dikatakan asidosis, dan jika pH darah > 7,45 dikatakan alkalosis. Ion H
terutama diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh.13,16,17
Bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion H seperti
nilai semula dengan cara:17
1. mengaktifkan sistem dapar kimia
2. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernapasan
3. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan
Ada 4 sistem dapar kimia, yaitu:17
1. Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel teutama untuk perubahan
yang disebabkan oleh non-bikarbonat.
2. Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel.
3. Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam
karbonat.
4. Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel. Sistem
dapar kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementera. Jika dengan
dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan
dilanjutkan oleh paru-paru yang berespons secara cepat terhadap perubahan kadar ion H
dalam darah akibat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernapasan, kemudian
mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut.
Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan mensekresikan
ion H dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat
dan ammonia.

Jumlah total H2CO3 dalam darah dapat menurun/meningkat oleh pernapasan, ginjal
mengatur kadar HCO3- darah dan ekskresi H+ melalui mekanisme reabsorbi bikarbonat di tubuli
distal.3,12 Asidosis dan alkalosis respiratorik terjadi karena sejak awal terjadi perubahan [H2CO3],
sedangkan asidosis dan alkalosis metabolic terjadi karena sejak awal terjadi perubahan [HCO3-].
Paru dan ginjal memainkan peran penting dalam mempertahankan pH darah dalam batas normal,
bila ada asidosis/alkalosis respiratorik maka tubuh akan mengkompensasi melalui ginjal supaya
pH darah kembali normal.17
Bila ada asidosis/alkalosis metabolik, maka tubuh akan mengkompensasi melalui
pernapasan/paru supaya pH kembali normal melalui Hipoventilasi/Hiperventilasi.3 Kompensasi
oleh ginjal adalah mekanisme pengasaman urine: (1) Pembentukkan ammonia dari asam amino
glutamine dengan enzim glutaminase menngikat H+ menjadi NH4+ dan (2) Penyimpanan kation
dalam tubuh melalui pertukaran dengan H+.17

Tabel 1. Asidosis/Alkalosis, Respiratorik/Metabolik.13, 16, 17


No Asidosis Repiratorik Asidosis Metabolik Alkalosis Alkalosis
Respiratorik Metabolik
1 Keadaan [H2CO3] Keadaan [HCO3-] Keadaan [H2CO3] Keadaan [HCO3-]
meningkat menurun, sehingga menurun sehingga meningkat
mengakibatkan rasio rasio menjadi <20 rasio menjadi >20 sehingga rasio
menjadi <20 menjadi >20
2 Kompensasi dengan Kompensasi Kompensasi dengan Kompensasi
cara meningkatan dengan cara menurunan dengan cara
reabsorbsi bikarbonat menurunkan asam reabsorbsi meningkatkan
di ginjal Karbonat dengan bikarbonat di tubuli asam Karbonat
cara hiperventilasi ginjal dengan cara
hipoventilasi
3 CO2 content nantinya CO2 content nanti CO2 content CO2 content akan
akan meningkat akan menurun nantinya akan meningkat
sehingga urine karena menurun/kurang sehingga urine
menjadi asam hiperventilasi sehingga urine akan akan alkalis kecuali
tersebut sehingga menjadi alkalis pada keadaan
urine menjadi asam hipokalemia.
4 Dapat terjadi pada: Dapat terjadi pada: Dapat terjadi pada: Dapat terjadi pada:
- Setiap gangguan - DM tidak - Histeris - Stenosis
fungsi paru terkontrol (Hiperventilasi) pylorus,
(pneumonia, - Ketoasidosis - Stimulasi pusat muntah berat
emfisema, - Payah/gagal pernapasan - Hiperemesis
bronchitis, edema ginjal (fungsi (keracunan gravidarum
paru, asma) ginjal adalah salisilat) (alkalosis
- Depresi pusat mengasamkan - Pendaki hipokloremik)
pernapasan urine) gunung, koma - Konsumsi
(keracunan - Diare Berat hepaticum antasida >>
morfin) - Sindrome
Chusing

Tranportasi Oksigen

Oksigen dibawa dengan dua cara:14

 Terikat hemoglobin
Mekanisme ini merupakan mekanisme utama transportasi oksigen (98,5%)
 Terlarut dalam plasma
Hanya 1,5% dari oksigen dilakukan dalam bentuk terlarut hal ini karena oksigen tidak
mudah larut dalam solusi.

Tranportasi Karbon Dioksida

Bentuk yang CO2 diangkut dalam darah : 14

 Terlarut dalam plasma


Ini merupakan jumlah paling minimum yang melibatkan hanya 7 - 10 % karena CO2
dalam larutan ini mudah diambil oleh RBC
 Terikat pada hemoglobin di sel darah merah dan membentuk Carbaminohemoglobin. 20
- 30% dari CO2 diangkut dengan cara ini. Tidak bersaing dengan transportasi oksigen
karena tidak terikat dengan heme dan hanya terikat pada globin.
 Sebagai ion bikarbonat dalam plasma dimana sebagian besar CO2 diubah menjadi ion
bikarbonat (HCO3-) yang melibatkan 60-70 % dan dikenali dengan reaksi lambat. CO2
juga dapat berdifusi ke RBC mana enzimatis diubah menjadi asam karbonat ( H2CO3 )
yaitu enzim karbonat anhydrase. Ia merupakan reaksi cepat tetapi tidak stabil. Asam
karbonat juga cepat berdisosiasi untuk membentuk ion bikarbonat ( HCO3 - ) dan H +.
H + memicu efek Bohr yang akan memfasilitasi pelepasan oksigen. Ion bikarbonat juga
cepat berdifusi keluar dari RBC ke dalam plasma dan dibawa ke paru-paru yang
menyebabkan kehilangan negatif ion bikarbonat yang diimbangi oleh pergeseran Cl-
dengan masuknya ion klorida. Terdapat juga proses dibalik di paru-paru dimana
Bikarbonat ion masukkan ulang RBC dan dikonversi kembali dan CO2 dilepaskan dari
paru-paru ke dalam darah seterusnya CO2 berdifusi dari darah ke alveoli.14

Pengangkutan Oksigen dan Karbon Dioksida

Oksigen berdifusi ke dalam darah kapiler paru karena tekanan parsial oksigen (PO2)
dalam alveoli lebih besar dari PO2 dalam darah kapiler paru. Dalam jaringan tubuh lainnya, PO2
yang lebih tinggi dalam darah kapiler daripada dalam jaringan menyebabkan oksigen berdifusi
ke dalam sel-sel di sekitarnya. 14

Sebaliknya, bila oksigen dimetabolisme dalam sel untuk membentuk karbok dioksida,
tekanan karbon dioksida (PCO2) intrasel meningkat ke nilai yang tinggi, sehingga menyebabkan
karbon dioksida berdifusi ke dalam kapiler jaringan. Setelah darah mengalir ke paru, karbon
dioksida berdifusi keluar dari darah masuk ke dalam kapiler jaringan. Setelah darah mengalir ke
paru, karbon dioksida berdifusi keluar dari darah masuk ke dalam alveoli karena PCO2 dalam
darah kapiler paru lebih besar daripada dalam alveoli. Sehingga pengangkutan oksigen dan
karbon dioksida oleh darah bergantung baik kepada difusi maupun aliran darah.14

Volume Pernapasan

Volume tidal (TV) adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap kali
bernapas normal; besarmya kira-kira 500 ml pada laki-laki dewasa. Volume cadangan inspirasi
(IRC) adalah volume udara ekstra ytang dapat diinspirasi setelah dan di atas volume tidal normal
bila dilakukan inspirasi kuatl biasnya mencapai 3000 ml. Volume cadangan ekspirasi (ERC)
adalah volume udara ekstra maksimal yang dapat diekspirasi melalui espirasi kuat pada akhir
ekspirasi tidal normal; jumlah normalnya adalah sekitar 1100 ml. Volume residu (RV) yaitu
volume udara yang masih tetap berada dalam paru setelah ekspirasi paling kuatl volume ini
vesarnya kira-kira 1200 ml.14
Kapasitas inspirasi (IC) = TV+IRV. Ini dalah jumlah udara (kira-kira 3500 ml) yang
dapat dihirup oleh seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru
sampai jumlah maksimum. Kapasitas residu fungsional (FRC) = ERV+RV. Ini adalah jumlah
udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi normal (kira-kira 2300 ml). Kapasitas vital
(VC) = TV+IRV+ERV. Ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang
dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan
sebanyak-banyaknya (kira-kira 4600 ml). Kapasitas paru total (TLC) = IC+FRC adalah volume
maksimum yang dapat mengembangkan paru sebesar mungkin dengan inspirasi sekuat mungkin
(kira-kira 5800 ml).14

Gambar 6. Diagram Peristiwa Pernapasan 14

Kesimpulan
Berdasarkan skenario 1 yang telah dibahas, maka wanita 37 tahun tersebut memiliki
gangguan pada sistem pernapasan yaitu sesak napas. Hal tersebut terjadi karena terjadi gangguan
kontraksi otot-otot pernapasan dan keseimbangan asam-basa. Keadaan turunnya pH darah yang
disebabkan oleh proses abnormal paru. Keadaan ini dapat digolongkan menjadi asidosis akut dan
kronik. Jika pengeluaran CO2 dari paru ke atmosfer menurun, PCO2 akan meningkat akan terjadi
asidosis respiratorik akut atau kronik. Pada asidosis respiratorik akut, peningkatan konsentrasi
HCO3- hanya sedikit, sedangkan pada yang kronik konsentrasi HCO3- meningkat lebih banyak.
Hal ini yang menyebabkan seseorang menderita asma, sesak napas, pneumonia, emfisema,
bronchitis, edema paru. Otot-otot perpanasan pun menjadi tidak bisa berkontraksi secara normal
karena rasa sesak atau tekanan yang dirasakan pada dada sipenderita tersebut.

Daftar Pustaka
1. Eroschenko VP. Atlas histologi di fiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke-9. Jakarta:
EGC; 2003.h.231-43
2. Gunardi S. Anatomi sistem pernapasan. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2009.
3. Woodburne RT. Essential of human anatomy. 6th ed. New York: Oxford Universty;
2007.h.181-200.
4. Junqueira CL. Carneiro J. Histologi dasar : teks dan atlas. Jakarta : EGC ; 2007 .h. 340-
52
5. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Gray’s anatomy for students. 1st ed. Philadelpia:
Elsevier Churchill Livingstone; 2005.h.102-52.
6. Singh I. Teks dan atlas histologi manusia. Jakarta: Binarupa Aksara; 2006.h.115-20.
7. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta : EGC ; 2006 . h. 90-9
8. Tabayong I. Atlas histology. Jakarta. Katalog Dalam Terbitan ; 2003.h.231-9
9. Sherwood L . Fisiologi manusia : dari sel ke system . Edisi 2. Jakarta : EGC ; 2001 . h.
410-1
10. Djojodibroto D. Respirologi. Jakarta : EGC ; 2009.h. 8-9
11. Asmadi .Teknik procedural keperawatan : konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien .
Jakarta : Salemba Medika ; 2008.h.14-6
12. Don W, Fawcett. Buku ajar histologi . EGC : Jakarta ; 2003 .h.629-37
13. Sherwood L. Fisiologi manusia : dari sel ke system . Edisi 6. Jakarta : EGC; 2011 .h.
499-529.
14. John E.Hall. Guyton and hall textbook of medical physiology. 12th ed. Canada : Elsevier
Saunders ; 2011. h. 499-599
15. Junqueira CL. Carneiro J. Histologi dasar : teks dan atlas. Jakarta : EGC ; 2007 .h. 340-
52
16. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta : PT Gramedia ; 2009.h. 221-
2
17. Kuntarti . Keseimbangan cairan, elektrolit , asam dan basa . FIK-UI . Published : 14 juni
2005, di unduh dari
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti/publication/fluidbalance.pdf , 20 Mei 2015.

Anda mungkin juga menyukai