Pengukuran Volume Udara pernafasan pada Sistem Respirasi
Stephani Gualagetzsa (10.2013.069)
Email : stephanigualagetzsa.sg@gmail.com Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Abstrak : Respirasi adalah proses pertukaran udara dialveoli dan mungkin terkena berbagai macam gangguan. Sistem respirasi pada manusia terdiri atas hidung, faring, laring, bronkus primer, bronkus kecil, bronkiolus, bronkiolus terminalis, bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris, dan alveolus. Pernafasan dibagi menjadi pernafasan external dan pernafasan internal. Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pernafasan. Mekanisme pernafasan dibagi menjadi beberapa aspek yaitu otot-otot pernafasan, pengaturan pusat pernafasan ,Perubahan Tekanan Terhadap Transport O 2 & CO 2 , keseimbangan asam basa. Oleh karena itu diperlukan juga pengukuran untuk mengukur volume udara yang dihirup dan dihembuskan dengan alat spirometer. Kata kunci : Sistem respirasi, Makroskopis dan mikroskopis organ pernafasan dan Spirometer Abstrac: Respiration is the process of air exchange dialveoli and may be exposed to a variety of disorders. Human respiratory system consists of the nose, pharynx, larynx, bronchi primary, small bronchi, bronchioles, terminal bronchioles, respiratory bronchioles, alveolar ducts, alveolar sacs, and alveoli. Breathing is divided into external respiration and internal respiration. There are so many factors that affect the respiratory system. Respiratory mechanism is divided into several aspects of respiratory muscles, respiratory center setting, Pressure Changes Against Transport of O 2 & CO 2 , acid-base balance. Therefore, it is necessary also for measuring the volume of air inhaled and exhaled by means of a spirometer. Keywords: respiratory system, macroscopic and microscopic respiratory organs and spirometer. Pendahuluan Sistem pernapasan berfungsi sebagai pendistribusi udara dan penukar gas sehingga oksigen dapat disuplai ke dan karbondioksida dikeluarkan dari sel-sel tubuh karena sebagian besar dari jutaan sel tubuh kita letaknya terlalu jauh dari tempat terjadinya pertukaran gas, maka udara pertama-tama harus bertukaran dengan darah, dan harus bersikulasi, dan akhirnya darah dan sel-sel harus melakukan pertukaran gas.Peristiwa ini membutuhkan fungsi dari dua sistem, yaitu sistem pernapasan dan system sirkulasi. Semua bagian dari sistem pernapasan berfungsi sebagai pendistribusi udara. Hanya alveoli dan saluran kecil yang terbuka ke dalam alveoli berfungsi sebagai penukar gas.Selain sebagai pendistribusi dan pertukaran gas, sistem pernapasan secara efektif menyaring, menghangatkan, dan melembabkan udara yang kita hirup selama bernapas. Organ pernapasan juga mempengaruhi pembentukan suara, termasuk berbicara yang kita gunakan dalam komunikasi verbal. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi dalam sistem pernafasan dan ada juga alat yang mengukur volume udara yang dihirup dan dihembuskan agar dapat mengetahui volume udara yang terdapat didala paru.
Pembahasan Struktur Sistem Pernapasan Secara sistematis system pernapasan dibagi menjadi saluran pernapasan atas dansaluran pernapasan bawah. Organ saluran pernapasan atas terletak di luar toraks ataurongga dada, sementara saluran pernapasan bawah terletak hamper seluruhnya di dalam toraks.Saluran pernapasan terdiri atas hidung, nasofaring, orofaring, laring dan faring. Saluran pernapasan bawah atau biasa disebut divisi terdiri atas trachea, semua segmen dari percabangan bronkus, dan paru-paru. Berdasarkan fungsi, system pernapasan juga mencakup beberapa struktur aksesori, termasuk rongga mulut, sangkar iga, dan diafragma.
Saluran Nafas Bagian Atas Saluran nafas bagian atas ini berfungsi untuk menghangatkan, menyaring, dan melembabkan udara yang masuk ke dalam tubuh.Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal didalam cavum nasi yang disebut vestibulum yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. 1 Di dinding lateralnya terdapat 3 tonjolan tulang yaitu chonca nasalis superior (epitel khusus), choncha nasalis medius dan chonca nasalis inferior (epitel bertingkat thorak bersilia bersel goblet). Dimana chonca nasalis inferior terdapat banyak plexus venosus yang disebut sweet bodies, yang berfungsi untuk menghangatkan udara pernapasan melalui hidung. Disebelah posterior rongga hidung terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yang disebut choanae. Sedangkan yang berhubungan dengan lubang hidung anterior atau kearah wajah disebut nares. 2 Penyangga hidung terdiri dari tulang dan tulang rawan hialin. Rangka bagian tulang terdiri dari os nasale, processus frontalis os maxillaris dan bagian nasal osfrontalis. Rangka tulang rawan hialinnya terdiri dari cartilago septum nasi, cartilago lateralisnasi dan cartilago ala nasi major at minor. Otot yang melapisi hidung merupakan bagian dari otot wajah. Otot hidung tersusundari musculus nasalis dan musculus depressor septum nasi. 2 Perdarahan hidung bagian luar disuplai oleh cabang-cabang arteri facialis, arteridorsalis nasi cabang arteri opthalmika dan arteri infraorbitalis cabang arteri maxillaris interna.Pembuluh baliknya menuju vena facialis dan vena opthalmica. Sedangkan perdarahan untuk rongga hidung terdiri dari arteri ethmoidalis anterior dan posterior, arteri sphenopalatina cabang maxillaris interna, arteri palatina mayor dan arteri labialis superior. Dan vena-vena pada rongga hidung akan membentuk plexus cavernosus yang terdiri dari venasphenopalatina, vena facialis dan vena ethmoidalis anterior dan berakhir di vena opthalmica. 1 Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan nasofaring pada bagian depan dan saluran pencernaan orofaring pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring terdapat laring tempat terletaknya pita suara .Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan. Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga menyediakan ruang dengung untuk suara percakapan .
Nasofaring Nasofaring bersama orofaring, dan laringo faring merupakan bagian dari faring.Faring sendiri merupakan percabangan dua saluran yakni traktus digestivus dan traktus respiratorius. Faring berperan dalam proses menelan makanan.Rongga nasofaring ini tidak pernah tertutup, berbeda dari orofaring dan laringofaring. Nasofaring berhubungandengan rongga hidung melalui choanae. Sedangkan yang berhubungan dengan orofaring melalui isthimus pharingeum. Pada nasofaring ini terdapat pharyngeal tonsil dan tubaeustachius. Nasofaring ini tersusun atas epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. 1
Orofaring Orofaring merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring, disini terdapat pula pangkal lidah. Pada dinding lateralnya terdapat tonsilla palatina yang masing-masingnya terletak disinus tonsillaris. Berhubungan dengan rongga mulut melalui isthmusoropharingeum. Makanan dalam bentuk bolus dari rongga mulut didorong masuk keorofaring. Bolus menekan uvula sehingga menutup saluran menuju ke hidung. Halini menjaga supaya makanan yang masuk tidak keluar ke hidung. Proses dilanjutkandengan menurunnya epiglotis yang menutup glotis. Bolus melalui laringo faring dan masuk ke esophagus .3
Dibagian bawah epiglotis terdapat dua lipatan mukosa yang menonjol ke arah lumen laring. Pasangan lipatan mukosa bagian atas menutupi ligamentum ventriculare dan membentuk plica vestibularis, celah antara kedua plica ventricularis disebut rimavestibuli. Pasangan lipatan mukosa dibagian bawah menutupi ligamentum vocale dan membentuk plica vocalis yang berkaitan dengan pembentukan suara. Kedua plica vocalisini bersama permukaan medial kedua cartilago arytaenoid membentuk rima glotis.Dimana terdapat bagian yang sejajar dengan ligamnetum vocale terdapat otot skelet yangdisebut musculus vokalis yang berfungsi untuk mengatur ketengan pita suara danligamentum sehingga udara yang melalui pita suara dpat menimbulkan suara dengan nadayang berbeda-beda. 4
Otot pada laring terbagi menjadi dua kelompok yakni kelompok ekstrinsik dankelompok intrinsik. Otot-otot ekstrinsik menghubungkan laring dengan sekitarnya dan berperan dalam proses menelan termasuk otot-otot tersebut adalah musculussternothyreoideus, musculus thyreohyoid dan musculus constrictor pharingis inferior. Sedangkan musculus intrinsik laring berperan untuk fonasi. Otot yang termasuk dalam musculus intrinsik laring adalah musculus cricoarytaenoid posterior, musculuscricoarytaenoid lateral, musculus arytaenoid obliquus, musculus arytaenoid transversus,musculus thyreoarytaenoid, musculus aryepigloticcus dan sekitarnya.Perdarahan utama laring berasal dari cabang-cabang artery thyreodea superior danarteri thyroidea inferior. Persarafan berasal dari cabang-cabang internus dan externusnervus laringeus superior dan nervus reccuren dan saraf simpatis. 2
Saluran Nafas Bagian Bawah
Trakea Trakea merupakan pipa silinder dengan panjang kurang lebih 11cm, mempunyai cincin tulang rawan seperti huruf C. Bagian belakang dihubungkan oleh membranfibroelastik yang menempel pada bagian depan oesofagus. Trakea berjalan dari cartilagocricoidea ke bawah pada bagian depan leher dan di belakang manubrium sterni, berakhir pada setinggi angulus sternalis tempatnya berakhir, membagi menjadi bronkus kiri dan kanan. Di dalam leher, trakea disilang di bagian depan oleh isthmus glandula thyroidhea dan beberapa vena.Trakea terdiri dari16-20 cartilago berbentuk C yang dihubungkan oleh jaringan fibrosa. Konstruksi trakea sedemikian rupa sehingga tetap terbuka pada semua posisi kepala dan leher.Trakea diperdarahi oleh arteri thyreodea inferior sedangkan ujung thoracalnya didarahi oleh cabang arteri bronchiales. Persarafan trakea berasal dari cabang trachealnervus , nervus recurrens dan truncus symphaticus. 3
Bronkus Trakea yang berbifurkasio menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Bronkus kanan lebih lebar, pendek, dan lebih vertikal dari bronkus kiri.Setiap bronkus sekitar setengah dari diameter trakea dan terdiri dari kartilago yang sama, hanya dengan skala lebih kecil, yang dihubungkan dengan jaringan fibrosa. Dindingnya dilapisi hanya sedikit otot polos dan dilapisi epitel bersilia yangmengandung kelenjar mukus dan serosa. Struktur bronkus sama dengan trakea, hanya dindingnya lebih halus, kedudukan bronkus kiri lebih mendatar dibandingkan bronkus kanan sehingga bronkus kanan lebih mudah terserang penyakit.Kedua bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira vertebra torakalis kelima mempunyai struktur serupa dengan trakea dan di lapisi oleh jenis sel yang sama.Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping kearah tampak paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dari pada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang yang disebut bronkus pulmonaris. Trakea terbelah menjadi dua bronkus utama.Bronkus ini bercabang lagi sebelum masuk paru-paru, bronkus-bronkus pulmonaris bercabang dan beranting lagi banyak sekali.Saluran besar yang mempertahankan struktur serupa dengan yang dari trakea mempunyai dinding fibrosa berotot yang mengandung bahan tulang rawan dan dilapisi epitelium bersilia.Bronkus terminalis masuk ke dalam saluran yang agak lain yang disebut vestibula, dan disini membran pelapisnya mulai berubah sifatnya, lapisan epitelium bersilia diganti dengan sel epitelium yang pipih.Dari vestibula berjalan beberapa infundibula dan di dalam dindingnya dijumpai kantong-kantong udara itu.Kantong udara atau alveoli itu terdiri atas satu lapis tunggal sel epitelium pipih, dan disinilahdarah hampir langsung bersentuhan dengan udara suatu jaringan pembuluh darah kapiler mengitari alveoli dan pertukaran gas pun terjadi.
Bronkioulus Bronkiolus adalah percabangan dari bronkus. Saluran ini lebih halus dan dindingnya lebih tipis. Bronkiolus kiri berjumlah dua. Sedangkan bronkiolus kanan berjumlah tiga.Percabangan ini membentuk cabang yang lebih halus seperti pembuluh.Setelah melalui saluran hidung dan faring, tempat pernapasan dihangatkan dan dilembabkan dengan uap air, udara inspirasi berjalan menuruni trakea, melalui bronkiolus terminalis, bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris dan alveolus. 4 Paru-paru Paru terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga dada dan dikelilingi sertadijaga oleh sangkar iga. Bagian dasar paru terletak di atas diafragma bagian apeks paru (ujung superior) terletak setinggi klavikula.Paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus (superior, medial dan inferior). Paru-paru kiri terdiri dari dua lobus (superior dan inferior). Selaput pembungkus paru-paru disebut pleura.Pleura viseralis erat melapisi paru-paru, masuk ke dalam fisura, dan dengandemikian memisahkan lobus saru dari yang lain. Membran ini kemudian dilipat kembali di sebelah tampak paru-paru dan membentuk pleura parietalis, dan melapisi bagian dalam dinding dada. Pleura yang melapisi iga-iga ialah pleura kostalis, bagian yang menutupi diafragma ialah pleura diafragmatika, dan bagian yang terletak di leher ialah pleura servikalis. Pleura ini diperkuat oleh membran yang kuat bernama membran suprapleuralis (fasia sibson) dan di atas membran ini terletak arterisubclavia. Di antara kedua lapisan pleura itu terdapat sedikit eksudat untuk meminyaki permukaannya dan menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada yang sewaktu bernapas bergerak.Dalam keadaan sehat, kedua lapisan itu satu dengan yanglain erat bersentuhan. Ruang atau rongga pleura itu hanyalah ruang yang tidak nyata,tetapi dalam keadaan tidak normal udara atau cairan memisahkan kedua pleura itu dan ruang diantaranya menjadi jelas. Pleura disusun oleh jaringan ikat fibrosa dengan serat elastin dan kolagen dan sel fibroblas, dilapisi oleh sel mesotel. 4
Mikroskopis sistem pernafasan
Sistem pernapasan merupakan sistem yang berfungsi untuk mengabsorbsi oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dalam tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan homeostasis. Fungsi ini disebut sebagai respirasi. Sistem pernapasan dimulai dari rongga hidung/mulut hingga ke alveolus, di mana pada alveolus terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida dengan pembuluh darah.Sistem pernapasan biasanya dibagi menjadi 2 daerah utama yaitu .Bagian konduksi, meliputi rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan bronkiolus terminalis. Bagian respirasi, meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveolus.Saluran pernapasan, secara umum dibagi menjadi pars konduksi dan pars respirasi Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel respirasi, yaitu epitel bertingkat silindris bersilia dengan sel goblet. 5
Faring Nasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang berkontak dengan palatum mole, sedangkan orofaring dilapisi epitel tipe skuamosa atau gepeng.
Laring Laring merupakan bagian yang menghubungkan faring dengan trakea. Pada lamina propria laring terdapat tulang rawan hialin dan elastin yang berfungsi sebagai katup yang mencegah masuknya makanan dan sebagai alat penghasil suara pada fungsi fonasi. Epiglotis merupakan juluran dari tepian laring, meluas ke faring dan memiliki permukaan lingual dan laringeal. Bagian lingual dan apikal epiglotis ditutupi oleh epitel gepeng berlapis, sedangkan permukaan laringeal ditutupi oleh epitel respirasi bertingkat bersilindris bersilia. Di bawah epitel terdapat kelenjar campuran mukosa dan serosa.Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan yang meluas ke dalam lumen laring: pasangan lipatan atas membentuk pita suara palsu (plika vestibularis) yang terdiri dari epitel respirasi dan kelenjar serosa, serta di lipatan bawah membentuk pita suara sejati yang terdiri dari epitel berlapis gepeng, ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis (otot rangka). Otot muskulus vokalis akan membantu terbentuknya suara dengan frekuensi yang berbeda-beda.
Trakea Permukaan trakea dilapisi oleh epitel respirasi. Terdapat kelenjar serosa pada lamina propria dan tulang rawan hialin berbentuk C (tapal kuda), yang mana ujung bebasnya berada di bagian posterior trakea. Cairan mukosa yang dihasilkan oleh sel goblet dan sel kelenjar membentuk lapisan yang memungkinkan pergerakan silia untuk mendorong partikel asing. Sedangkan tulang rawan hialin berfungsi untuk menjaga lumen trakea tetap terbuka. Pada ujung terbuka (ujung bebas) tulang rawan hialin yang berbentuk tapal kuda tersebut terdapat ligamentum fibroelastis dan berkas otot polos yang memungkinkan pengaturan lumen dan mencegah distensi berlebihan. 5
Bronkus Mukosa bronkus secara tructural mirip dengan mukosa trakea, dengan lamina propria yang mengandung kelenjar serosa , serat elastin, limfosit dan sel otot polos. Tulang rawan pada bronkus lebih tidak teratur dibandingkan pada trakea; pada bagian bronkus yang lebih besar, cincin tulang rawan mengelilingi seluruh lumen, dan sejalan dengan mengecilnya garis tengah bronkus, cincin tulang rawan digantikan oleh pulau-pulau tulang rawan hialin.
Bronkiolus Bronkiolus tidak memiliki tulang rawan dan kelenjar pada mukosanya. Lamina propria mengandung otot polos dan serat elastin. Pada segmen awal hanya terdapat sebaran sel goblet dalam epitel. 1 Pada bronkiolus yang lebih besar, epitelnya adalah epitel bertingkat silindris bersilia, yang makin memendek dan makin sederhana sampai menjadi epitel selapis silindris bersilia atau selapis kuboid pada bronkiolus terminalis yang lebih kecil. Terdapat sel Clara pada epitel bronkiolus terminalis, yaitu sel tidak bersilia yang memiliki granul sekretori dan mensekresikan protein yang bersifat protektif. Terdapat juga badan neuroepitel yang kemungkinan berfungsi sebagai kemoreseptor. epitel bronkiolus terminalis, tidak ditemukan adanya tulang rawan dan kelenjar campur pada lamina propria.Bronkiolus respiratorius. Mukosa bronkiolus respiratorius secara struktural identik dengan mukosa bronkiolus terminalis, kecuali dindingnya yang diselingi dengan banyak alveolus. Bagian bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel kuboid bersilia dan sel Clara, tetapi pada tepi muara alveolus, epitel bronkiolus menyatu dengan sel alveolus tipe 1. Semakin ke distal alveolusnya semakin bertambah banyak dan silia semakin jarang/tidak dijumpai. Terdapat otot polos dan jaringan ikat elastis di bawah epitel bronkiolus respiratorius.Duktus alveolaris semakin ke distal dari bronkiolus respiratorius maka semakin banyak terdapat muara alveolus, hingga seluruhnya berupa muara alveolus yang disebut sebagai duktus alveolaris. Terdapat anyaman sel otot polos pada lamina proprianya, yang semakin sedikit pada segmen distal duktus alveolaris dan digantikan oleh serat elastin dan kolagen. Duktus alveolaris bermuara ke atrium yang berhubungan dengan sakus alveolaris. Adanya serat elastin dan retikulin yang mengelilingi muara atrium, sakus alveolaris dan alveoli memungkinkan alveolus mengembang sewaktu inspirasi, berkontraksi secara pasif pada waktu ekspirasi secara normal, mencegah terjadinya pengembangan secara berlebihan dan pengrusakan pada kapiler-kapiler halus dan septa alveolar yang tipis. 1
Alveolus Alveolus merupakan struktur berongga tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida antara udara dan darah. Septum interalveolar memisahkan dua alveolus yang berdekatan, septum tersebut terdiri atas 2 lapis epitel gepeng tipis dengan kapiler, fibroblas, serat elastin, retikulin, matriks dan sel jaringan ikat. Pleura Pleura merupakan lapisan yang memisahkan antara paru dan dinding toraks. Pleura terdiri atas dua lapisan yaitu pars parietal dan pars viseral. Kedua lapisan terdiri dari sel-sel mesotel yang berada di atas serat kolagen dan elastin
Otot-otot Pernafasan
Gerakan diafragma menyebabkan perubahan volume intratorakal sebesar 75 %selama inpirasi tenang. Otot diafragma melekat di sekeliling bagian dasar rongga toraks,membentuk kubah di atas hepar dan bergerak ke bawah seperti piston pada saat berkontrkasi Diafragma terdiri atas 3 bagian : bagian kostal, dibentuk oleh serat otot yang bermula dari iga iga sekeliling bagian dasar rongga toraks, bagian krural, dibentuk olehserat otot yang bermula dari ligamentum sepanjang tulang belakang, dan tendon sentral,tempat bergabungnnya serat serat kostal dan krural. Serat serat krural melintasi kedua sisi esophagus. Tendon sentral juga mencakup bagian inferior pericardium. Bagian kostal dan krural diafragma dipersarafi oleh bagian lain dari nervus prenicus dan dapat berkontrkasi secara terpisah. Sebagai contoh, pada waktu muntah dan bersendawa,tekanan intra abdominal meningkat akibat kontraksi serat kostal diafragma, sedangkan serat serat krural tetap lemas, sehingga memungkinan bergeraknya berbagai bahan darilambung ke dalam esophagus .4
Otot inspirasi penting lainya adalah muskulus interkostalis eksternus yang berjalandari iga ke iga secara miring kea rah bawah dan kedepan. Iga- iga berputar seolah olah bersendi di bagian punggung, sehingga ketika otot interkostalis eksternus berkontraksi,iga-iga dibawahnya akan terangkat. Gerakan ini akan mendorong sternum ke luar danmemperbesar diameter anteroposterior rongga dada. Diameter transversal boleh dikatakan tidak berubah. Masing masing otot interkostalis eksternus maupun diafragma dapat mempertahankan interkasi yang kuat pada keadaan istirahat. Potongan melintang medulla spinalis di atas segmen servikalis ketiga dapat berakibat fatal bila tidak diberikan pernapasan buatan, namun tidak demikiannya halnya bila dilakukan pemotongan di bawahsegmen servikalis ke lima, karena nerfus frenikus yang mempersarafi diafragma, nerfus frenikus yang memersarafi diafragma tetap utuh, nervus frenicus timbul dari medulla spinalis setinggi segmen servikal 3-5. Sebaliknya, pada penderita dengan paralisis bilateral nervus frenikus yang mempersarafi diafragma tetap utuh, pernapasan agak sukar tetapi cukup adekuat untuk mempertahankan hidup. Muskulus skalenus dan sternokleidomastoideus di leher merupakan otot otot inspirasi tambahan yang ikutmembantu mengangkat yang sukar dan dalam.Apabila otot ekspirasi berkontrakasi, terjadi penurunan volume intratorakal dan ekspirasi paksa. Kemampuan ini dimiliki oleh otot otot interkostalis internus karena ototini berjalan miring ke arah bawah dan belakang dari iga ke iga, sehingga pada waktu berkontrkasi akan menarik rongga dada ke bawah, kontrkasi otot dinding abdomenanterior juga ikut membantu proses ekspirasi dengan cara menarik iga iga ke bawah dan ke dalam serta dengan meningkatkan tekanan intra abdominal yang akan mendorong diafragma ke atas. 4
Mekanisme Pernafasan Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan antara paru-paru dan dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer. Paru-paru teregang dan berkembang pada waktu bayi baru lahir. Pada akhir ekspirasi tenang, cenderung terjadi recoil dinding dada yang diimbangi oleh kecenderungan dinding dada berkerut kearah yang berlawanan . Otot diafragma yang terletak di bagian dalam dan luar interkostalis kontraksinya bertambah dalam. Rongga toraks menutup dan mengeras ketika udara masuk ke dalam paru- paru, diluar muskulus interkostalis menekan tulang iga dan mengendalikan luas rongga toraks yang menyokong pada saat ekspirasi sehingga bagian luar interkostalis dari ekspirasi menekan bagian perut. Kekuatan diafragma kearah atas membantu mengembalikan volume rongga pleura Pada waktu menarik napas dalam, maka otot berkontraksi, tetapi pengeluaran pernapasan dalam proses yang pasif. Ketika diafragma menutup dalam, penarikan napas melalui isi rongga dada kembali memperbesar paru-paru dan dinding badan bergerak hingga diafragma dan tulang dada menutup ke posisi semula. Aktivitas bernapas merupakan dasar yang meliputi gerak tulang rusuk sewaktu bernapas dalam dan volume udara bertambah. 7
Pada saat inspirasi, pengaliran udara ke rongga pleura dan paru-paru berhenti sebentar ketika tekanan dalam paru-paru bersamaan bergerak mengelilingi atmosfer. Pada waktu penguapan, pernapasan volume sebuah paru-paru berkurang karena naiknya tekanan udara untuk memperoleh dorongan keluar pada sistem pernapasan .Selama pernapasan tenang, ekspirasi adalah pasif, dalam arti bahwa tidak ada otot- otot yang menurunkan volume unuk toraks berkontraksi. Pada permulaan ekspirasi, kontraksi ini menimbulkan kerja yang menahan kekuatan recoil dan melambatkan ekspirasi. Insiprasi yang kuat berusaha mengurangi tekanan intrapleura sampai 30mmHg sehingga menimbulkan pengembangan paru-paru dengan derajat yang lebih besar. Bila ventilasi meningkat seluas deflasi maka paru- paru meningkat dengan kontraksi otot-otot pernapasan yang menurunkan volume intratoraks.
Pengaturan Pusat Pernafasan Pusat kontrol pernapasan yang terdapat di batang otak menghasilkan pola napas yang berirama. Pusat control pernapasan primer, pusat respirasi medulla, terdiri dari beberapa agregat badan saraf ke otot otot pernapasan. Selain itu, dua pusat pernapasan lain terletak lebih tinggi di batang otak di pons pusat pneumostatik dan pusat apneustik.Kedua pusat di pons ini mempengaruhi sinyal keluar dari pusat pernapasan di medulla. Neuron Inspirasi dan ekspirasi terdapat di pusat medula.Kita menghirup dan menghembuskan napas secara ritmis karena kontraksi dan relaksasi bergantian otot otot inspirasi yaitu diafragma dan otot interkostal eksternal,yang masing-masing disarafi oleh saraf frenikus dan saraf interkostal. Badan- badan sel dari serat -serat saraf yang membentuk saraf ini terletak di medulla spinalis. Impuls yang berasal dari pusat di medulla berakhir di badan-badan sel neuron motorik ini. Ketika neuron motorik diaktifkan maka neuron tersebut sebaliknya mengaktifkan otot- otot pernapasan, menyebabkan inspirasi; ketika neuron-neuron ini tidak menghasilkan impuls maka otot inspirasi melemas dan berlangsunglah ekspirasi. 4
Inspirasi dan Ekspirasi Paru-paru dan dinding dada adalah struktur elastic. Pada keadaan normal, hanyaditemukan selapis tipis cairan diantara paru paru dan dinding dada. Paru paru dengan mudah dapat bergeser sepanjang dinding dada, tetapi sukar untuk dipisahkan dari dinding dada seperti halnya 2 lempengan kaca yang direkatkan dengan air dapat digeser tetapi tidak dapat dipisahkan. Tekanan di dalam ruang antara paru paru dan dinding kaca tekanan intrapleura bersifat subatmosferik. Pada saat kelahiran jaringan parudikembangkan sehingga teregang, dan pada akhir ekspirasi tenang, kecenderungan daya recoil jaringan paru untuk menjauhi dinding dada diimbangi oleh daya recoil dinding dada kearah yang berlawanan. Apabila dinding dada dibuka, paru paru akan kolaps dan apabila paru paru kehilangan elastisitasnya, dada akan mengembang menyerupai bentuk gentong. Proses ekspirasi tenang merupakan proses pasif yang akan menyertai diafragmamenjadi relaks dan mengembang, volume paru mengecil, beda tekanan negative dan udara keluar. 6 Inspirasi merupakan proses aktif. Kontrakasi otot-otot inspirasi akan meningkatkan volume intrakolateral. Tekanan intrapleura di bagian basis paru akan turun dari nilai normal sekitar - 2.5 mmHg pada awal inspirasi, menjadi 6 mmHg. Jaringan paru semakin teregang. Tekanan di dalam saluran udara menjadi sedikit lebih negative,udara mengalir ke dalam paru. Pada akhir inspirasi, daya recoil paru mulai menarik dinding dada kembali ke kedudukan ekspirasi, sampai tercapai keseimbangan kembaliantara daya recoil jaringan paru dan dinding dada. Tekanan di dalam saluran udaramenjadi sedikit lebih positif dan udara mengalir meninggalkan paru paru. Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan proses pasif yang tidak memerlukan kontraksiotot untuk menurunkan volume intratorakal. Namun pada awal ekspirasi, masih terdapatkontrakasi ringan otot inspirasi. Kontraksi ini berfungsi sebagai peredam daya recoil paru dan memperlambat ekspirasi.Pada inspirasi kuat, tekanan intrapleura turun mencapai 30 mmHg, menimbulkan pengembangan jaringan paru yang lebih besar. Apabila ventilasi meningkat, derajat pengempisan jaringan paru juga ditingkatkan melalui kontraksi aktif otot-otot ekspirasi yang menurunkan volume intrakolateral .6
PO 2 dan PCO 2 Alveolus Komposisi udara alveolus tidak sama dengan komposisi udara atmosfer karena dua alasan. Pertama, segere setelah udara atmosfer masuk ke saluran napas, pajanan ke saluran napas yang lembab menyebabkan udara tersebut jenuh dengan H 2 O. Seperti gas lainnya, uap air menimbulkan tekanan parsial. Pada suhu tubuh, tekanan parsial H 2 O adalah 47 mmHg. Humidifikasi udara yang dihirup ini pada hakekatnya mengencerkan tekanan parsial gas gas inspirasi sebesar 47 mmHg. Karena jumlah tekanan tekanan parsial harus sama dengan 760 mmHg. Dalam udara lembab, PH 2 O = 47 mmHg, PN 2 = 53 mmHg dan PO 2 = 150 mmHg. 7
Kedua PO 2 alveolus juga lebih rendah daripada PO 2 atmosfer karena udara segar yang masuk bercampur dengan sejumlah besar udara lama yang tersisa dalam paru dan dalam ruang rugi pada akhir ekspirasi sebelumnya. Pada akhir inspirasi, kurang dari 15% udara di alveolus adalah udara segar. Akibatnya pelembapan dan logis jika kita berpikir bahwa PO 2 akan meningkat selama inspirasi karena datangnya udara segarb dan menurun selama ekspirasi. Namun fluktuasi yang terjadi kecil saja karena dua sebab. Pertama, hanya sebagian kecil dari udara alveolus total yang dipertukarkan setiap kali bernapas. Volume udara inpirasi kaya O 2 yang relative lebih kecil cepat bercampur dengan volume udara alveolus yang tersisa dengan jumlah yang jauh lebih banyak. Karena itu, O 2 udara inspirasi hanya sedikit meningkatkan kadar PO 2 alveolus total. Bahkan peningkatan PO 2 yang kecil ini berkurang oleh sebab lain. Oksigen secara terus menerus berpindah melalui difusi pasif menuruni gradien tekanan parsialnya dari alveolus ke dalam darah. Difusi melalui membran dalam satu menit dengan perbedaan tekanan satu mmHg. Disosiasi oksi hb ditentukan oleh PO 2 disekeliling hemoglonin. Kalo disosiasi oksi hb meningkat maka PH menurun, PCO 2 tinggi, suhu meninggi, konsentrasi 2,3 BPG meninggi dalam sl darah merah dan PO 2 menurun. O 2 yang tiba di alveolus dalam udara yang baru diinpirasikan hanya mengganti O 2 yang berdifusi keluar alveolus masuk ke kapiler paru. Karena itu, PO 2 alveolus relative konstan pada setiap 100 mmHg sepanjang siklus pernapasan. Karena PO 2 darah paru seimbang dengan PO 2 alveolus, maka PO 2 darah yang meninggalkan paru juga cukup konstan pada nilai yang sama ini. Karena itu, jumlah O 2
dalam darah yang tersedia ke jaringan hanya bervariasi sedikit selama siklus pernapasan. 7 Situasi serupa namun terbalik terjadi pada CO 2 . Karbon dioksida yang secara tetap ditambahkan ke darah di tingkat kapiler sistemik. Di kapiler paru, CO 2 berdifusi menuruni gradient tekanan parsialnya dari darah ke dalam alveolus dan kemudian dikeluarkan dari tubuh sewaktu ekspirasi. Seperti O 2, PCO 2 alveolus relative tetap konstan sepanjang siklus pernapasan tetapi dengan nilai yang lebih rendah yaitu 40 mmHg. Bentuk pengangkutan PCO 2 sebagai CO 2 yang larut dalam palsma , asam karbonat H 2 CO 3, ikatan karbamino dan ion bikarbonat dalam plasma.
Mekanisme pengendalian pernafasan
Mekanisme pernafasan diatur dan di kendalikan dua faktor utama yaitu pengendalian oleh saraf dan Kimiawi. Beberapa faktor tertentu merangsang pusat pernafasan yang terletak didalam mendula oblongata, dan kalau dirangsang, pusat itu mengeluarkan impuls yang disalurkan saraf spinalis ke otot pernafasan yaitu otot diafragma dan otot interkostalis. Pengendalaian oleh saraf Pusat pernafasan ialah suatu pusat otomatik di dalam medula oblongata yang mengeluarkan impuls eferen ke otot pernapasan. Melalui beberapa radiks saraf servikalis impuls ini di antarrkanke diafragma oleh saraf frenikus dibagian yang lebih rendah dari pada sumsum tulang belakang, impulsnya berjalan dari daerah toraks melalui saraf interkostalis untuk merangsang otot iner kostalis , impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada oto diafragma dan interkostal yang berkecapatan lima belas setiap menit. Impuls aferen yang dirangsang pemekaran gelembung udara diantarkan saraf vagus ke pusat pernapasan di dalam medula. 6
Pengendalian secara kimiawi Banyak faktor yang mempengaruhi laju dan kedalaman pernapasan yang sudah diset oleh pusat pernapasan, yaitu adanya perubahan kadar oksigen, karbon dioksida dan ion hidrogen dalam darah arteri. Perubahan tersebut menimbulkan perubahan kimia dan menimbulkan respon dari sensor yang disebut kemoreseptor. Ada 2 jenis kemoreseptor, yaitu kemoreseptor pusat yang berada di medulla dan kemoreseptor perifer yang berada di badan aorta dan karotid pada sistem arteri. Kemoreseptor pusat, dirangsang oleh peningkatan kadar karbon dioksida dalam darah arteri, cairan serebrospinal peningkatan ion hidrogen dengan merespon peningkatan frekuensi dan kedalaman pernapasan. Kemoreseptor perifer, reseptor kimia ini peka terhadap perubahan konsentrasi oksigen, karbon dioksida dan ion hidrogen. Misalnya adanya penurunan oksigen, peningkatan karbon dioksida dan peningkatan ion hidrogen maka pernapasan menjadi meningkat. Pengaturan Oleh Mekanisme Non Kimiawi Beberapa faktor non kimiawi yang mempengaruhi pengatuan pernapasan di antaranya yaitu pengaruh baroreseptor, peningkatan suhu tubuh, hormon epineprin, refleks hering- breuer. Baroreseptor, berada pada sinus kortikus, arkus aorta atrium, ventrikel dan pembuluh darah besar. Baroreseptor berespon terhadap perubahan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah arteri akan menghambat respirasi, menurunnya tekanan darah arteri dibawah tekanan arteri rata-rata akan menstimulasi pernapasan. Peningkatan suhu tubuh, misalnya karena demam atau olahraga maka secara otomatis tubuh akan mengeluarkan kelebihan panas tubuh dengan cara meningkatkan ventilasi.Hormon epinephrin, peningkatan hormon epinephrin akan meningkatkan rangsangan simpatis yang juga akan merangsang pusat respirasi untuk meningkatkan ventilasi. Keseimbangan Asam dan Basa
Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen dalam tubuh. Kadar normal ion hidrogen (H) arteri adalah: 4x10-8 atau pH = 7,4 (7,35 7,45). Asidosis = asidemia kadar pH darah <7,35 Alkalemia = alkalosis kadar pH darah >7,45dan Kadar pH darah <6,8 atau >7,8 tidak dapat diatasi oleh tubuh.
Sistem Buffer Tubuh Terdapat sistem buffer ECF asam karbonat-bikarbonat (NaHCO3 dan H2CO3) ,Sistem buffer ICF fosfat monosodium-disodium (Na2HPO4 dan NaH2PO4),Sistem buffer ICF eritrosit oksihemoglobin-hemoglobin (HbO2- dan HHb) dan Sistem buffer ICF dan ECF protein (Pr- dan HPr)
Asidosis Metabolik Ciri-cirinya [HCO 3 - ] menurun <22mEq/L dan pH <7,35 yaitu kompensasi dengan hiperventilasi PaCO 2 menurun, kompensasi akhir ginjal yaitu ekskresi H+, sebagai NH4+ atau H3PO4 .Penyebabnya adalah Penambahan asam terfiksasi: ketoasidosis diabetik, asidosis laktat ,overdosis aspirin Gagal ginjal mengekskresi beban asam Hilangnya HCO3- basa akhirnya menyebabkan diare . Penatalaksanaan Asidosis Metabolik tujuannya adalah untuk meningkatkan pH darah hingga ke kadar aman (7,20 hingga 7,25) dan mengobati penyakit dasar NaHCO3 dapat digunakan bila pH <7,2 atau [HCO 3 - ] <15mEq/L .Resiko NaHCO3 yang berlebihan maka penekanan pusat nafas, alkalosis respiratorik, hipoksia jaringan, alkalosis metabolik, hipokalsemia, kejang, tetani Alkalosis Metabolik Ciri: [HCO 3 - ] meingkat >26mEq/L dan pH >;7,45 untuk kompensasi dengan hipoventilasi PaCO 2
meningkatkan , kompensasi akhir oleh ginjal untuk ekskresi [HCO 3 - ] yang berlebihan. Penyebabnya yaitu hilangnya H+ (muntah, diuretik, perpindahan H + dari ECF ke ICF pada hipokalemia) dan retensi [HCO 3 - ] . 8
Alkalosis Metabolik Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat.Penyebabnya oleh alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung,Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat), Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung,dan kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan kortikosteroid).
Asidosis Respiratorik Ciri-cirinya PaCO2 meningkat >45mmHg dan pH <7,35 kompensasi ginjal retensi dan peningkatan [HCO 3 ] .Penyebab: hipoventilasi (retensi CO 2 ), inhibisi pusat nafas (overdosis sedatif, henti jantung), penyakit dinding dada dan otot nafas (fraktur costae, miastemia gravis), gangguan pertukaran gas obstruksi jalan nafas atas .Gejala Asidosis Respiratorik Tidak spesifik Hipoksemia asidosis respiratorik akut akibat obstruksi nafas Somnolen progresif, koma asidosis respiratorik kronis vasodilatasi serebral meningkatkan ICV papiledema dan pusing .Penatalaksanaan Asidosis Respiratorik Pemulihan ventilasi yang efektif sesegera mungkin pemberian O2 dan mengobati penyebab penyakit dasar PaO2 harus ditingkatkan >60mmHg dan pH >7,2
Alkalosis Respiratorik Ciri-cirinya yaitu terjadi penurunan PaCO2 <35mmHg dan peningkatan pH serum >7,45 terjadi kompensasi ginjal meningkatkan ekskresi HCO3- .Penyebabnya terjadi hiperventilasi (tersering psikogenik karena stress dan kecemasan), hipoksemia (pneumonia, gagal jantung kongestif, hipermetabolik (demam), stroke, stadium dini keracunan aspirin, septikemia. Gejala Alkalosis Respiratorik yaitu terjadinya hiperventilasi (kadar gas, frekuensi nafas),menguap, mendesak, merasa sulit bernafas, kecemasan,Parastesia, otot berkedut, tetanidan vasokontriksi serebal hipoksia cerebral kepala dingin dan sulit konsentrasi. Kecemasan dapat dihilangkan dengan pernafasan kantong kertas yang dipegang erat disekitar hidung dan mulut dapat memulihkan serangan akut. Hiperventilasi mekanik diatasi dengan menurangi ventilasi dalam satu menit, menambah ruang hampa udara atau menghirup 3% CO2 dalam waktu singkat. 8
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja pernafasan
Proses inspirasi dan ekskresi berlangsung sebanyak 15 sampai dengan 18 kali setiap menit, tetapi frekuensi ini pada setiap orang berbeda-beda, karena dipengaruhi oleh faktor- faktor seperti umur anak-anak lebih banyak frekuensi pernafasannya daripada orang dewasa. Hal ini disebabkan anak-anak masih dalam usia pertumbuhan sehingga banyak memerlukan energi. Oleh sebab itu, kebutuhannya akan oksigen juga lebih banyak dibandingkan orang tua,lalu jenis kelamin laki-laki lebih banyak frekuensi pernafasannya daripada perempuan. semakin banyak energi yang dibutuhkan, berarti semakin banyak pula O2 yang diambil dari udara. Hal ini terjadi karena laki-laki umumnya beraktivitas lebih banyak daripada perempuan. Suhu tubuh Jika dihubungkan dengan kebutuhan energi, ada hubungan antara pernapasan dengan suhu tubuh, yaitu bahwa antara kebutuhan energi dengan suhu tubuh berbanding lurus. Artinya semakin tinggi suhu tubuh, maka kebutuhan energi semakin banyak pula sehingga kebutuhan O2 juga semakin banyak. Posisi tubuh Posisi tubuh seseorang akan berpengaruh terhadap kebutuhan energinya.orang yang berdiri lebih banyak frekuensi pengambilan O 2 karena otot yang berkotraksi lebih banyak sehingga memerlukan energi dan juga dipengaruhi dengan kegiatan yang dilakukan okleh tubuh. 4
Prinsip Kerja Spirometer Spirometer adalah alat yang mengukur volume udara yang dihirup dan dihembuskan . alat ini terdiri dari sebuah drum yang berisi udara yang mengapung dalam wadah berisi air. Sewaktu subjek menghirup dan menghembuskan udara dari drum melalui selang penguhubung , drum bergerak naik dan turun dan gerakan ini direkam sebagai suatu spirogram yang dikalibrasikan terhadap besar perubahan volume. 7
Spirometer menggunakan prinsip salah satu hukum dalam fisika yaitu hukum Archimedes. Hal ini tercermin pada saat spirometer ditiup, ketika itu tabung yang berisi udara akan naik turun karena adanya gaya dorong ke atas akibat adanya tekanan dari udara yang masuk ke spirometer. Spirometer juga menggunakan hukum newton yang diterapkan dalam sebuah katrol . Katrol ini dihubungkan kepada sebuah bandul yang dapat bergerak naik turun. Bandul ini kemudian dihubungkan lagi dengan alat pencatat yang bergerak diatas silinder berputar. Sebenarnya cara kerja spirometer cukup mudah yaitu sesorang disuruh bernafas (menarik nafas dan menghembuskan nafas) di mana hidung orang itu ditutup. Tabung yang berisi udara akan bergerak naik turun, sementara itu drum pencatat bergerak putar (sesuai jarum jam) sehingga pencatat akan mencatat sesuai dengan gerak tabung yang berisi udara. Pada waktu istirahat, spirogram menunjukkan volume udara paru-paru 500 ml. Keadaan ini disebut tidal volume. Pada permulaan dan akhir pernafasan terdapat keadaan reserve; akhir darisuatu inspirasi dengan suatu usaha agar mengisi paru-paru dengan udara, udara tambahan ini disebut inspiratory reserve volume, jumlahnya sebanyak 3.000 ml. Demikian pula akhir dari suatu respirasi, usaha dengan tenaga untuk mengeluarkan udara dari paru-paru, udara ini disebut dengan expiratory reserve volume yang jumlahnya kira-kira 1.100 ml. Udara yang tertinggal setelah ekspirasi secara normal disebut fungtional residual capacity (FRC). Seorang yang bernapas dalam keadaan baik inspirasi maupun ekspirasi, kedua keadaan yang ekstrim ini disebut vital capacity. Dalam keadaan normal, vital capacity sebanyak 4.500 ml. Dalam keadaan apapun paru-paru tetap mengandung udara, udara ini disebut residual volume (kira-kira 1.000 ml) untuk orang dewasa. Untuk membuktikan adanya residual volume, penderita disuruh bernafas dengan mencampuri udara dengan helium, kemudian dilakukan pengukuran fraksi helium pada waktu ekspirasi. Di klinik biasanya dipergunakan spirometer. Penderita disuruh bernafas dalam satu menit yang disebut respiratory minute volume. Maksimum volume udara yang dapat dihirup selama 15 menit disebut maximum voluntary ventilation. Maksimum ekspirasi setelah maksimum inspirasi sangat berguna untuk mengetes penderita emphysema dan penyakit obstruksi jalan pernafasan. Penderita normal dapat mengeluarkan udara kira-kira 70% dari vital capacity dalam 0.5 detik 85% dalam satu detik 94% dalam 2 detik 97% dalam 3 detik. Normal peak flow rate 350-500 liter/menit. Manfaat Spirometer Untuk Pengukuran Laju metabolisme. Dalam penetapan laju metabolisme, konsumsi Oksigen umumnya diukur dengan menggunakan spirometer yang diisi dengan O 2 dan suatu sistem yang mengabsorpsi CO 2 . Bandul Spirometer dihubungkan dengan alat pencatat yuang bergerak diatas suatu silinder yang berputar, sementara bandul bergerak naik turun.Dengan menarik garis sepanjang grafik yang dibuat,akan diperoleh suatu kemiringan tertentu yang sebanding dengan besarnya konsumsi O 2 .Jumlah O 2 yang dipakai persatuan waktu dikoreksi pada suhu dan tekanan standar,kemudian dikonversikan menjadi energi yaitu dengan dikalikan 4,82 kcal/L O yang dipakai. Laju metabolisme dipengaruhi banyak faktor.Yang terpenting adalah kerja otot.Konsumsi O 2 meningkat tidak hanya pada kerja otot,tetapi juga setelahnya sepanjang diperlukan untuk O 2 debt. Pemberian makanan juga akan meningkatkan laju metabolisme,karena adanya spesific dynamic action (SDA). SDA suatu makanan adalah besarnya energi yang diperliukan untuk proses asiimilasi makanan tersebut dalam tubuh. Faktor lain yang merangsang metabolisme adalah suhu lingkungan.Bila suhu lingkungan lebih rendah dari suhu tubuh,mekanisme untuk mempertahankan suhu tubuh akan digiatkan,misalnya dengan menggigil,dan laju metabolisme akan meningkat.Bila suhu lingkungan cukup tinggi hingga mengakibatkan meningkatnya suhu tubuh,terjadi peningkatan proses metabolisme secara keseluruhan,dan laju metabolisme juga meningkat. Penutup Suatu sistem pernafasan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keseimbangan asam basa, transpor 0 2 dan CO 2 , pengendalian pernafasan itu sangat mempengaruhi sekali, dan juga otot-otot karena konsumsi O 2 sehingga sangat mempengaruhi sekali lajunya metabolisme.faktor-faktor dari lingkungan sangat mempengaruhi kapasitas volume udara yang dihasilkan oleh paru-paru.
Daftar Pustaka
1. Singh I. Teks dan atlas histologi manusia. Jakarta: Binarupa Aksara; 2006.h. 115-20. 2.Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Grays anatomy for students. 1sted. Philadelpia:Elsevier Churchill Livingstone; 2005; 102-52 3. Woodburne RT. Essential of human anatomy. 6thed. New York: Oxford Universty;2007; 181-200. 4. Sloane E. Anatomi dan fisiologi. Jakarta: Penerbit EGC; 2004.h. 266-8. 5. Junqueira C.Luiz, Carneiro Jose. Histologi Dasar.Edisi ke-10.Jakarta:EGC;2007.h. 151- 134.200-181. 6. Gibson J. Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat. Jakarta: Penerbit EGC; 2003. 7. Sherwood L. Fisiologi manusia. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2011. h. 543-497 8. Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi. Edisi ke-3.Jakarta: Penerbit EGC;2009