Anda di halaman 1dari 25

Struktur dan Mekanisme Pernafasan Manusia

Dartalina Sidauruk (102013394)


Email : dartalina.sidauruk@yahoo.com
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp. (021) 56942061
Abstrak : Sistem pernapasan melibatkan rongga hidung, nasofaring, orofaring dan bagian
atas laryngofaring, laring, trachea, bronkus, bronkiolus, paru, dan alveolus. Pernapasan
manusia dibedakan atas pernapasan dada dan pernapasan perut. Otot-otot inspirasi seperti
Otot-otot diafragma dan Otot Interkostal Eksternus dan otot-otot ekspirasi antara lain otototot abdomen dan otot Interkostal Internis. Pemeriksaan test fungsi paru dilakukan dengan
test spirometri. Pemeriksaan spirometri digunakan untuk mengetahui adanya gangguan di
paru-paru dan saluran pernapasan. Alat ini sekaligus digunakan untuk mengukur fungsi paru.
Kata kunci : Nasofaring,orofaring,Interkostal,Diafragma,Spirometri
Abstract : Respiratory system involving the nasal cavity, nasopharynx, oropharynx and upper
laryngofaring, larynx, trachea, bronchi, bronchioles, lungs, and alveoli. Differentiated
human respiratory and upper chest breathing belly breathing. Inspiratory muscles such as
the muscles of the diaphragm and the external intercostal muscles and the expiratory muscles
such as the muscles of the abdominal and intercostal muscles Internists. Examination of lung
function tests performed with spirometry test. Spirometry screening is used to detect
disturbances in the lungs and respiratory tract. It can also be used to measure lung function.
Key word : Nasofaring, orofaring, Interkostal, Aperture, Spirometri.

I.

Pendahuluan
Manusia dapat hidup karna adanya kerjasama dari suatu system dalam tubuhnya
yang membuat manusia dapat bernafas. System tersebut adalah system pernafasan/
respirasi. Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O) yang dibutuhkan tubuh
untuk metabolisme sel dan karbondioksida (CO) yang merupakan hasil dari metabolisme
tersebut yang kemudian dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru. Dalam proses respirasi
ini berperan berbagai macam organ yang berfungsi untuk mengangkut udara dan sebagai
alat pertukaran udara.
Selain sebagai pendistribusi dan pertukaran gas, system pernapasan secara efektif
menyaring, menghangatkan, dan melembabkan udara yang kita hirup selama bernapas.
Organ pernapasan juga mempengaruhi pembentukan suara, termasuk saat kita
menggunakan komunikasi verbal. Jaringan epitel khusus dalam saluran pernapasan
1

memungkinkan berfungsinya indera penghidu (olfaktori). Sistem pernapasan juga


membantu dalam pengaturan atau homeostasis pH dalam tubuh. Jadi, sangat penting
untuk kita mengetahui lebih dalam lagi mengenai system pernafasan kita sendiri. Maka
dari itu dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai organ pernapasan manusia baik
secara makroskopis maupun secara mikroskopis, mekanisme pernapasan manusia serta
pemeriksaan pernafasan dengan mrnggunakan spiromerti. Dengan pembahasan tersebut,
semoga mahasiswa dapat mengerti serta mampu menjelaskan sistem pernafasan pada
manusia, organ yang terlibat serta mekanismenya.
II.

Organ Pernapasan Secara Makroskopis


Setiap manusia pasti bernafas. Manusia bernafas menggunakan organ pernapasan.
Secara sistematis sistem pernafasan dibagi menjadi dua, yaitu saluran pernafasan atas dan
saluran pernafasan bawah. Organ saluran pernafasan atas terletak di luar toraks, atau
rongga dada, sementara saluran pernafasan bawah terletak hampir seluruhnya di dalam
toraks.Saluran pernafasan atas terbagi atas bagian hidung, nasofaring, orofaring,
laringofaring, danlaring. Lalu, saluran pernafasan bagian bawah terbagi atas trakea,
semua segmen percabangan bronkus, dan paru-paru.
1. Saluran Pernafasan Atas
Saluran nafas bagian atas ini berfungsi untuk menghangatkan, menyaring, dan
melembabkan udara yang masuk ke dalam tubuh. Organ saluran nafas bagian atas
adalah sebagai berikut:
a. Rongga hidung (cavum nasalis)
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga
hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar
sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi
menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat
juga rambut pendek dan tebal didalam cavumnasi yang disebut vestibulum yang
berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Di dinding
lateralnya terdapat 3 tonjolan tulang yaitu chonca nasalis superior (epitelkhusus),
choncha nasalis medius dan chonca nasalis inferior (epitel bertingkat thorak
bersilia bersel goblet). Dimana chonca nasalis inferior terdapat banyak plexus
venosus yang disebut sweet bodies, yang berfungsi untuk menghangatkan udara
2

pernapasan melalui hidung. Disebelah posterior rongga hidung terhubung dengan


nasofaring

melalui

dua

lubang

yangdisebut

choanae.

Sedangkan

yang

berhubungan dengan lubang hidung anterior atau kearahwajah disebut nares.


Penyangga hidung terdiri dari tulang dan tulang rawan hialin. Rangka bagian
tulang terdiri dari os nasale, processus frontalis os maxillaris dan bagian nasal
osfrontalis. Rangka tulang rawan hialinnya terdiri dari cartilago septum nasi,
cartilago lateralisnasi dan cartilago ala nasi major at minor .

13

Otot yang melapisi hidung merupakan bagian dari otot wajah. Otot hidung
tersusundari musculus nasalis dan musculus depressor septum nasi. Perdarahan
hidung bagian luar disuplai oleh cabang-cabang arteri facialis, arteri dorsalis nasi
cabang arteri opthalmika dan arteri infraorbitalis cabang arteri maxillris interna.
Pembuluh baliknya menuju vena facialis dan vena opthalmica. Sedangkan
perdarahan untuk rongga hidung terdiri dari arteri ethmoidalis anterior dan
posterior, arteri sphenopalatina cabang maxillaris interna, arteri palatina mayor
dan arteri labialis superior. Dan vena-vena pada rongga hidung akan membentuk
plexus cavernosus yang terdiri dari venasphenopalatina, vena facialis dan vena
ethmoidalis anterior dan berakhir di vena opthalmica .

13

Persarafan otot-otot hidung oleh nervus facialis pada bagian motoriknya.


Kulit sisimedial punggung hidung sampai ujung hidung dipersarafi oleh cabangcabang infratrochlearisdan nasalis externus nervus opthalmicus/ N. V.1; kulit sisi
lateral hidung dipersarafi olehcabang infraorbitalis nervus maxillaris/ N. V. 2.
Sedangkan untuk rongga hidung dipersarafioleh nervus 1, nervus V, nervus
13

ethmoidalis anterior, nervus infraorbitalis dan nervus canalis pterygoidei .

Kemoreseptor penghidu terletak di epitel olfaktorius/ N. 1 yaitu suatu daerah


khususdari membran mukosa yang terdapat pada pertengahan kavum nasi dan
pada permukaanchonca nasalis superior. Epitel olfaktorius adalah epitel bertingkat
torak bersilia yang terdiriatas 3 jenis sel yaitu sel ofaktorius, sel penyokong dan
sel basal. Dari nervus olfaktorius iniakan membentuk bulbus olfaktorius dengan
bersinaps pada dendrit-dendrit sel mitralmembentuk glomerulus olfaktorius dan
akson sel mitral membentuk traktus olfaktorius. Dari traktus olfaktorius impuls
3

penghidu dihantarkan kepusat penghidu dikorteks serebri yaituuncus dan bagian


anterior gyrus hipokampus dan terakhir kehipotalamus dan sistem limbik.1-3
b. Nasofaring
Nasofaring bersama orofaring, dan laringofaring merupakan bagian dari
faring.Faring sendiri merupakan percabangan dua saluran yakni traktus digestivus
dan traktusrespiratorius. Faring berperan dalam proses menelan makanan. Rongga
nasofaring initidak pernah tertutup, berbeda dari orofaring dan laringofaring.
Nasofaring berhubungandengan rongga hidung melalui choanae. Sedangkan yang
berhubungan dengan orofaringmelalui isthimus pharingeum. Pada nasofaring ini
terdapat pharyngeal tonsil dan tubaeustachius. Nasofaring ini tersusun atas epitel
bertingkat torak bersilia bersel goblet.1,3
c. Orofaring
Orofaring merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring, disini terdapat
pula pangkal lidah. Pada dinding lateralnya terdapat tonsilla palatina yang masingmasingnyaterletak disinus tonsillaris. Berhubungan dengan rongga mulut melalui
isthmusoropharingeum. Makanan dalam bentuk bolus dari rongga mulut didorong
masuk keorofaring. Bolus menekan uvula (tekak) sehingga menutup saluran
menuju ke hidung. Halini menjaga supaya makanan yang masuk tidak keluar ke
hidung. Proses dilanjutkandengan menurunnya epiglotis yang menutup glotis.
Bolus melalui laringofaring danmasuk ke esophagus. Orofaring tersusun atas
epitel berlapis gepeng tidak bertanduk.1
d. Laringofaring
Pada laringofaring ini terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran
makanan.Laringofaring terdiri dari epitel bervariasi tetapi sebagian besar terdiri
dari epitel berlapisgepeng tidak bertanduk. Laringofaring akan berhubungan
dengan laring melalui adituslaringis.4
e. Faring
Pada faring terdapat tiga otot lingkar/sirkular yakni musculus contrictor
pharingisinferior, musculus contrictor pharingis medius dan musculus constrictor
pharingissuperior, serta tiga otot yang masing-masing turun dari processus
4

styloideus, torustubarius cartilaginis tubae auditiva dan palatum molle, yakni


musculus

stylopharingeus,musculus

salpingopharingeus

dan

musculus

palatopharingeus .

Perdarahan pada faring berasal dari arteri pharingea ascendens, arteri


palatinaascendens dan ramus ronsillaris cabang arteri facialis, arteri palatina major
dan artericanalis ptrygoidea cabang arteri maxillaris interna dan rami dorsales
linguae cabang arterilingualis. Pembulih balik membentuk sebuah plexus yang
keatas berhubungan dengan plexus pterygoidea dan kearah bawah bermuara
kedalam vena jugularis interna dan venafacialis. Persarafan pada faring berasal
dari plexus pharingeus yang terdiri dari nervus palatina minor dan nervus
glossopharing.2
f. Laring
Laring sering disebut kotak suara, nama yang menunjukan salah satu
fungsinya,yaitu berbicara adalah saluran pendek yang menghubungkan faring
dengan trakea. Laringmemungkinkan udara mengalir di dalam struktur ini, dan
mencegah benda padat agar tidak masuk ke dalam trakea. Laring merupakan suatu
saluran yang dikelilingi olehtulang rawan. Terdiri atas cartilago threoidea,
cartilago cricoidea dan cartilago arytaenoidyang merupakan tulang rawan hialin
dan cartilago epiglotis, cartilago cuneiformis dancartilago corniculata yang
12
merupakan tulang rawan elastis .

Laring berada diantara orofaring dan trakea, dianterior laringofaring.


Tersusun atasepitel bertingkat thorak bersilia bersel gepeng kecuali ujing plika
vokalis meerupakanepitel berlapis gepeng tidak bertanduk. Laring dapat ditutup
oleh katup pangkaltenggorok (epiglotis). Epiglotis atau kartilago epligotik adalah
kartilago yang paling atas, bentuknya seperti lidah dan keseluruhannya dilapisi
oleh membran mukosa. Selama menelan, laring bergerak ke atas dan epiglotis
tertekan ke bawah menutup glotis. Gerakan ini mencegah masuknya makanan atau
12
cairan ke dalam laring .

Otot pada laring terbagi menjadi dua kelompok yakni kelompok ekstrinsik
dankelompok intrinsik. Otot-otot ekstrinsik menghubungkan laring dengan
sekitarnya dan berperan dalam proses menelan; termasuk otot-otot tersebut adalah
musculussternothyreoideus, musculus thyreohyoid dan musculus constrictor
pharingis inferior.Sedangkan musculus intrinsik laring berperan untuk fonasi. Otot
yang termasuk dalammusculus intrinsik laring adalah musculus cricoarytaenoid
posterior, musculuscricoarytaenoid lateral, musculus arytaenoid obliquus,
musculus

arytaenoid

transversus,musculus

thyreoarytaenoid,

musculus

12
aryepigloticcus dan sekitarnya .

Perdarahan utama laring berasal dari cabang-cabang artery thyreodea


superior danarteri thyroidea inferior. Persarafan berasal dari cabang-cabang
internus dan externusnervus laringeus superior dan nervus reccuren dan saraf
simpatis.1-2
2. Saluran Pernafasan Bawah
a. Trakea
Trakea merupakan pipa silinder dengan panjang kurang lebih 11cm,
berbentuk cincin tulang rawan seperti huruf C. Bagian belakang dihubungkan
oleh membranfibroelastik yang menempel pada bagian depan oesofagus. Trakea
berjalan dari cartilagocricoidea ke bawah pada bagian depan leher dan di belakang
manubrium sterni, berakhir

pada setinggi angulus sternalis (taut manubrium

dengan corpus sterni) tempatnya berakhir, membagi menjadi bronkus kiri dan
kanan. Di dalam leher, trakea disilang di bagian depan oleh isthmus glandula
thyroidhea dan beberapa vena. Trakea terdiri dari16-20 cartilago berbentuk C yang
dihubungkan oleh jaringan fibrosa. Konstruksi trakeasedemikian rupa sehingga
tetap terbuka pada semua posisi kepala dan leher. Trakea diperdarahi oleh arteri
thyreodea inferior sedangkan ujung thoracalnyadidarahi oleh cabang arteri
bronchiales. Persarafan trakea berasal dari cabang trachealnervus vagi, nervus
recurrens dan truncus symphaticus.2,5

Gambar 1. Trakea
b. Bronkus
Trakea yang berbifurkasio menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan
bronkus kiri. Bronkus kanan lebih lebar, pendek, dan lebih vertikal dari bronkus
kiri.Setiap bronkus sekitar setengah dari diameter trakea dan terdiri dari kartilago
yangsama, hanya dengan skala lebih kecil, yang dihubungkan dengan jaringan
fibrosa. Dindingnya dilapisi hanya sedikit otot polos dan dilapisi epitel bersilia
yangmengandung kelenjar mukus dan serosa. Struktur bronkus sama dengan
trakea, hanya dindingnya lebih halus, kedudukan bronkus kiri lebih mendatar
dibandingkan bronkuskanan sehingga bronkus kanan lebih mudah terserang
1,5
penyakit. .

Kedua bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kirakira vertebra torakalis kelima mempunyai struktur serupa dengan trakea dan di
lapisioleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan ke
samping kearah tampak paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar
daripada yangkiri, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan mengeluarkan
sebuah cabang yangdisebut bronkus pulmonaris. Trakea terbelah menjadi dua
bronkus utama. Bronkus ini bercabang lagi sebelum masuk paru-paru, bronkusbronkus pulmonaris bercabang dan beranting lagi banyak sekali. Saluran besar
yang mempertahankan struktur serupadengan yang dari trakea mempunyai
dinding fibrosa berotot yahng mengandung bahantulang rawan dan dilapisi

epitelium bersilia. Makin kecil salurannya, makin berkurangtulang rawannya dan


1,5
akhirnya tinggal dinding fibrosa berotot dan lapisan silia .

Bronkus terminalis masuk ke dalam saluran yang agak lain yang disebut
vestibula, dan disini membran pelapisnya mulai berubah sifatnya, lapisan
epitelium bersilia diganti dengan sel epitelium yang pipih. Dari vestibula berjalan
beberapainfundibula dan di dalam dindingnya dijumpai kantong-kantong udara
itu. Kantong udara atau alveoli itu terdiri atas satu lapis tunggal sel epitelium
pipih, dan disinilahdarah hampir langsung bersentuhan dengan udara suatu
jaringan pembuluh darahkapiler mengitari alveoli dan pertukaran gas pun
terjadi.1,5

Gambar 2. 10 Segmen Bronchopulmonalis


c. Bronkiolus
Bronkiolus adalah percabangan dari bronkus. Saluran ini lebih halus
dandindingnya lebih tipis. Bronkiolus kiri berjumlah dua. Sedangkan bronkiolus
kanan berjumlah tiga.Percabangan ini membentuk cabang yang lebih halus seperti
pembuluh.
Setelah melalui saluran hidung dan faring, tempat pernapasan dihangatkan
dan dilembabkan dengan uap air, udara inspirasi berjalan menuruni trakea, melalui
bronkiolus terminalis, bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris
danalveolus. Antara trakea dan dan sakus alveolaris terdapat 23 kali percabangan
8

pertama saluran udara. 16 percabangan pertama saluran udara merupakan zona


konduksi yang menyalurkan udara kelingkungan luar. Bagian ini terdiri dari
bronkus, bronkiolus terminanalis. Tujuh percabangan berikutnya merupakan zona
peralihan dari zonarespirasi, tempat terjadinya pertukaran gas dan terdiri dari
bronkiolus respiratoriusmduktus alveolaris, sakus alveolaris dan alveoli.2
Dinding bronkus dan bronkiolus dipersarafi oleh susunan saraf otonom.
Ditemukan

banyak

reseptor

muskarinik

dan

perangsangan

kolinergik

mengakibatkan bronkokontriksi. Disel mast, otot polos dan epitel bronkus


didapatkan reseptor adregenik 1 dan 2. Banyak dari reseptor tersebut tidak
mempunyai persarafan.Sebagian reseptor terletak pada ganglia ujung saraf
2
kolinergik dan menghambat penglepasan asetilcolin .

d. Paru-paru
Paru terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga dada dan dikelilingi
sertadijaga oleh sangkar iga. Bagian dasar paru terletak di atas diafragma; bagian
apeks paru (ujung superior) terletak setinggi klavikula. Paru-paru kanan terdiri
dari tigalobus (superior, medial dan inferior). Paru-paru kiri terdiri dari dua lobus
(superior daninferior). Selaput pembungkus paru-paru disebut pleura.Pleura
viseralis erat melapisi paru-paru, masuk ke dalam fisura, dan dengandemikian
memisahkan lobus saru dari yang lain. Membran ini kemudian dilipatkembali di
sebelah tampak paru-paru dan membentuk pleura parietalis, dan melapisi bagian
1,5
dalam dinding dada .

Pleura yang melapisi iga-iga ialah pleura kostalis, bagianyang menutupi


diafragma ialah pleura diafragmatika, dan bagian yang terletak di leher ialah
pleura servikalis. Pleura ini diperkuat oleh membran yang kuat bernama membran
1

suprapleuralis (fasia sibson) dan di atas membran ini terletak arterisubklavia. .

Di antara kedua lapisan pleura itu terdapat sedikit eksudat untuk meminyaki
permukaannya dan menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada
yangsewaktu bernapas bergerak. Dalam keadaan sehat, kedua lapisan itu satu
dengan yanglain erat bersentuhan. Ruang atau rongga pleura itu hanyalah ruang
9

yang tidak nyata,tetapi dalam keadaan tidak normal udara atau cairan memisahkan
kedua pleura itu danruang diantaranya menjadi jelas. Pleura disusun oleh jaringan
ikat fibrosa dengan seratelastin dan kolagen dan sel fibroblas, dilapisi oleh sel
3
mesotel .

Gambar 3. Paru-paru

III.

Gambar 4. Pleura

Organ Pernafasan Secara Mikroskopis


1. Mukosa olfaktorius
Pada hidung manusia mukosa olfaktorius menempati daerah kecil. Meluas di
atas konka superior dan sedikit di luar septum nasi. Terdapat epitel olfaktorius dan
epitel respiratoris. Epitel olfaktoris adalah epitel bertingkat silindris tinggi, terdiri atas
3 jenis sel yang berbeda yaitu sel penyokong, sel basal dan sel neuroepitel. Sel
penyokong panjang dengan inti lonjongnya yang terletak lebih ke apikal atau
superfisial pada epitel. Sel olfaktoris merupakan neuron bipolar sensoris. Inti bulat
atau lonjongnya menempati daerah pada epitel yang terletak di antara sel penyokong
dan sel basal. Sel basal merupakan sel kecil pendek yang terletak di basis epitel dan di
antara basis sel sel penyokong dan sel olfaktoris. Di bawah epitel olfaktorius
terdapat lamina propria yang banyak mengandung kapiler pembulu limfe, arteriol dan
6
venul .

2. Epiglotis
Sebuah lempengan sentral dari tulang rawan elastis, tulang rawan epiglotis,
membentuk kerangka untuk epiglotis. Permukaan lingual atau anterioe diliputi epitel
10

jenis gepeng berlapis tanpa lapisan tanduk dan suatu lamina propria yang bersatu
dengan perikondrim. Pada manusia kelenjar umumnya tidak ada. Mukosa lingual
terus mencapai apeks epiglotis dan sering melebihi setengah bagian posterior atau
permukaan laringeal. Akan tetapi epitel berlapis gepeng menjadi lebih rendah, papil
jaringan ikat menghilang dan terjadi peralihan menjadi epitel bertingkat silindris
6
bersilia yang mempunyai sel goblet .

Gambar 5. Epiglotis
3. Laring
Laring yang di potong vertikal, menunjukan dua lipatan utama , tulang rawan
penunjang, dan otot otot. Yang atas atai pita suara palsu hanya dibentuk oleh
mukosa. Ini bersatu dengan permukaan posterior epiglotis. Epitel yang meliputi
6
adalah silindris bertingkat, bersilia, dan sel goblet .

4. Trakea
Seperti permukaan laringeal epiglotis, mukosa trakea dilapisi epitel bertingkat
torak bersilia dan ber sel goblet. Di dalam lamina propia juga terdapat kelenjar
campur. Tulang rawan yang menjadi kerangkanya adalah tulang rawan hialin yang
berbentuk huruf C. bagian trakea yang mengandung tulang rawan di sebut pars
kartilaginea. Celah pada huruf huruf c ini di tutup oleh jaringan ikat dengan kerangka
6
jaringan otot polos di tenganya, bagian ini di sebut pars membranase .

11

Gambar 6. Trakea
5. Paru paru
Bronkus intrapulmonal : mempunyai epitel bertingkat torak bersilia dengan sel
goblet. Mukosa biasanya tidak rata, berliku liku. Di dalam lamina propria terdapat
berkas otot polos yang berjalan melingkar. Di bawah berkas otot polos dapat dilihat
6
kelenjar campur dan penggalan penggalan tulang rawan .

6. Bronkiolus
Epitelnya bertingkat torak bersilia dan ber sel goblet. Di dalam lamina propia
tidak lagi terdapat kelenjar kelenjar dan penggalan tulang rawan. Berkas serat otot
6
masih ada walaupun tipis .

7. Bronkiolus terminalis
Bronkiolus bergaris tengah kecil, kurang lebih 1mm. lipatan mukosa menonjol.
Epitelnya silindris bertingkat rendah, bersilia dengan lebih sedikit sel goblet. Ini
kemudian menjadi silindris bersilia. pada bronkiolus terminalis tidak terdapat sel
goblet .

8. Bronkiolus respiratorius

12

Epitelnya selapis torak rendah atau kubis. Bersilia tanpa sel goblet. Epitelnya
sudah tidak bersilia lagi dan menjadi epitel selapis kubis. Pada bronkiolus ini sudah
6

terdapat alveolus apda dindingnya .


9. Duktus alveolaris

Saluran ini dindingnya terdiri dari alveoli. Pada pintu pintu masuk ke alveolus
terdapat epitel selapis gepeng .

10. Sakus alveolaris


Terdiri atas beberapa alveoli yang bermuara bersama membentuk suatu ruangan
yang di sebut atrium.6
IV.

Mekanisme Pernafasan
Respirasi dalam pengertian yang paling sempit, yaitu respirasi eksternal, adalah
pertukaran gas antara organisme dan lingkungan. Berbeda dengan organisme uniseluler,
yang jarak untuk difusi O2 dan CO2 antara sel dan lingkungan cukup pendek, organisme
manusia multiselular membutuhkan sistem transport konvektif yang khusus untuk
7
pertukaran gas, yaitu traktus respiratorius dan sistem sirkulasi .

Inspirasi merupakan proses aktif. Kontraksi otot inspirasi akan meningkatkan


volume dada, paru-paru berkembang, dan Ppul menurun sehingga udara mengalir ke dalam
paru-paru. Pada akhir inspirasi tenang, paru-paru dan ada rekoil ke posisi semula pada
permulaan inspirasi. Dengan demikian, ekspirasi tenang sebagian besar merupakan proses
7

pasif .

Otot respirasi. Diafragma berpengaruh secara langsung terhadap volume paru


dengan berkontraksi dan relaksasi. Diafragma menyebabkan 75% volume tersebut
berubah pada inspirasi tenang. Diafragma bergeser sebanyak 7 cm pada inspirasi dalam.
Lebih banyak pengaruh tidak langsung terhadap inspirasi yang terjadi pada saat toraks
membesar oleh kontraksi muskulus skaleneus dan musukulus interkostalis eksternus dan
otot tambahan lainnya. Diafragma atau muskulus interkostalis eksternus sendiri saja dapat
7

mempertahankan ventilasi yang adekuat saat istirahat .

13

Ekspirasi terutama terjadi oleh rekoil pasif. Ini dapat dibantu oleh kontraksi otot
abdominal, yang meningkatkan tekanan intra-abdominal, mendorong diafragma yang
7

relaksasi ke arah rongga dada, dan oleh kontraksi muskulus interkostalis internus .

Muskulus interkostalis eksternus mengarah ke bawah dan ke depan dari iga ke iga.
Perlekatan otot pada iga atas lebih dekat dengan titik putar daripada perlekatan pada iga
bawah ke persendiaannya; iga bawah memiliki lengan tuas yang lebih panjang. Oleh
karena itu, ketika muskulus interkostalis eksternus berkontraksi, mereka mengelevasi iga
bawah, yang berputar pada persendiannya di vertebra. Kerja ini mendorong sternum ke
arah luar dan meningkatkan diameter anteroposterior sangkar iga. Orientasi muskulus
interkostalis internus adalah sebaliknya dan kontaksinya menyebabkan iga berputar pada
arah berlawanan. Agar pergerakan toraks dan diafragma membantu ventilasi, paru-paru
harus mengikuti pergerakan ini, walaupun demikian, tanpa seluruhnya terfiksasi pada
toraks dan diafragma. Hal ini dimungkinkan dengan adanya lapisan tipis cairan antara
kedua lapisan, pleura, yang salah satunya menutupi paru-paru (pleura pulmonalis),
sedangkan yang lainnya menutupi organ sekelilingnya (pleura parietalis). Dalam posisi
alamianya, paru-paru cenderung untuk mengkerut karena elasitasnya dan tegangan
permukaan alveoli. Karena cairan dalam rongga pleural tidak dapat mengembang, maka
paru-paru tetap berhubungan dengan permukaan dalam toraks, yang menyebabkan
pengisapan, yaitu suatu tekanan negatif yang relatif terhadap sekelilingnya. Ketika toraks
berkembang selama inspirasi pengisapan menjadi lebih kuat, menurun lagi pada ekspirasi.
Hanya pada ekspirasi paksa, yang dibantuk oleh otot ekspirasi, Ppul dapat menjadi positif.7

V.

8
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pernafasa n

1. Usia
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya
berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang
pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari
depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada
orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi
perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.

14

2. Suhu
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga
darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari
permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan
oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi
kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan
menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.
3. Gaya hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan
denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan
tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.
4. Status kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada
sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke
sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai
efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler
yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa
oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas
tersebut ke dan dari sel.
5. Polusi udara
Dengan adanya polusi udara, kecepatan pernapasan kita terganggu. Bernapas
menjadi lebih menyesakkan sehingga kecepatan pernapasan menurun, jumlah oksigen
yang dihisap menurun, kita pun menjadi lemas.
VI.

Pusat Pengaturan Pernafasan


Pusat kontrol pernapasan yang terdapat di batang otak menghasilkan pola napas
yang berirama. Pusat control pernapasan primer, pusat respirasi medulla, terdiri dari
beberapa agregat badan saraf ke otot otot pernapasan. Selain itu, dua pusat pernapasan
lain terletak lebih tinggi di batang otak di pons pusat pneumostatik dan pusat apneustik.
Kedua pusat di pons ini mempengaruhi sinyal keluar dari pusat pernapasan di medulla. Di

15

sini dijelaskan bagaimana berbagai region ini berinterkasi untuk menghasilkan irama
9,10
pernapasan. Neuron Inspirasi dan ekspirasi terdapat di pusat medula .

Kita menghirup dan menghembuskan napas secara ritmis karena kontrakasi dan
relaksasi bergantian otot otot inspirasi yaitu diafragma dan otot interkostal eksternal,
yang masing masing disarafi oleh saraf frenikus dan saraf interkostal. Badan badansel
dari serat serat saraf yang membentuk saraf ini terletak di medulla spinalis. Impuls yang
berasal dari pusat di medulla berakhir di badan badan sel neuron motorik ini. Ketika
neuron motorik diaktifkan maka neuron tersebut sebaliknya mengaktifkan otot otot
pernapasan, menyebabkan inspirasi; ketika neuron-neuron ini tidak menghasilkan impuls
9,10

maka otot inspirasi melemas dan berlangsunglah ekspirasi .

Pengaruh dari Pusat Pneumostatik dan Apneustik


Pusat pernapasan di pons melakukan penyesuain halus terhadap pusat di medula
untuk membantu menghasilkan inspirasi dan ekspirasi yang lancer dan mulus. Pusat
pneumostatik mengirim impuls ke KRD yang membantu memadamkan neuron-neuron
inpiratorik sehingga durasi inspirasi dibatasi. Sebaliknya, pusat apneustik mencegah
neuron-neuron inspiratorik dipadamkan, sehingga dorongan inspirasi meningkat. Dengan
sistem check and balance ini, pusat pneumostatik mendominasi pusat upneustik,
membantu menghentikan inspirasi dan membiarkan ekspirasi terjadi secara normal. Tanpa
rem pneumostatik ini, pola bernapas akan berupa tarikan napas panjang yang terputus
mendadak dan singkat oleh ekspirasi. Pola bernapas yang abnormal ini dikenal sebagai
upnuapnustik. Apnusis, karena itu, pusat yang mendorong tipe bernapas ini disebut pusat
9,10

apnustik. Apnusis terjadi pada jenis tertentu kerusakan otak berat .

VII.

Transpor O2 dan CO2


Sistem pengangkutan O2 di tubuh terdiri atas paru-paru dan sistem kardiovaskular.
Pengangkutan O2 menuju jaringan tertentu bergantung pada jumlah O 2 yang masuk ke
dalam paru, adanya pertukaran gas di paru yang adekuat, aliran darah yang menuju
jaringan, dan kapasitas darah yang mengangkut O 2. Aliran darah bergantung pada derajat
konstriksi jalain vaskular di jaringan serta curah jantung. Jumlah O 2 yang larut dalam

16

darah ditentukan oleh jumlah O2 yang larut, jumlah hemoglobin dalam darah, dan afinitas
1114
hemoglobin terhadap O2. .

Dinamika reaksi hemoglobin dengan O2 menjadikannya sebagai pembawa O2


yang sangat tepat. Hemoglobin adalah protein yang dibentuk dari empat subunit, masingmasing mengandung gugus hem (heme) yang melekat pada sebuah rantai polipeptida.
Pada orang dewasa normal, sebagian besar molekul hemoglobin mengandung dua rantai
dan dua rantai . Hem adalah suatu kompleks yang dibentuk dari satu porifirin dan satu
atom besi fero. Masing-masing dari keempat atom besi dapat mengikat satu molekul O 2
secara reversibel. Atom besi tetap berada dalam bentuk fero sehingga pengikatan O 2
merupakan suatu reaksi oksigenasi, bukan reaksi oksidasi. Reaksi pengikatan hemoglobin
dengan O2 lazim ditulis sebagai Hb + O2

HbO2.

Karena

setiap

molekul

hemoglobin mengandung empat unit Hb, molekul ini dapat dinyatakan sebagai Hb 4, dan
1114

pada kenyataannya bereaksi dengan empat molekul O2 membentuk Hb4O8 .


Hb4 + O2

Hb4O2

Hb4O2 + O2

Hb4O4

Hb4O4 + O2

Hb4O6

Hb4O6 + O2

Hb4O8

Reaksi ini berlangsung cepat dan membutuhkan waktu kurang dari 0,01 detik.
Deoksigenasi (reduksi) Hb4O8 juga berlangsung sangat cepat.
Struktur kuartener hemoglobin menentukan afinitasnya terhadap O2. Pada
deoksihemoglobin, unit globin terikat erat dalam konfigurasi tense (T, tegang) yang
menutunkan afinitas molekul terhadap O2. Saat O2 pertama kali terikat, ikatan yang
menahan unit globin terlepas sehingga terbentuk konfigurasi realsed (R, rileks) yang
memaparkan lebih banyak tempat pengikatan O2. Hasil akhirnya adalah peningkatan
afinitas terhadap O2 sebesar 500 kali lipat. Di jaringan, reaksi-reaksi ini berbalik sehingga
terjadi pelepasan O2. Perlaihan dari suatu keadaan ke keadaan lainnya diperkirakan
1114

berlangsung sekitar 108 kali selama kehidupan sebuah sel darah merah .

17

Selain adanya transpor oksigen, dalam tubuh kita juga terjadi transpor karbon
dioksida (CO2). Hal ini berkaitan dengan proses pendaparan (buffering) dalam tubuh kita.
Kelarutan CO2 dalam darah kira-kira 20 kali lebih besar daripada kelarutan O 2; karena itu,
pada tekanan parsial yang sama didapatkan jauh lebih banyak CO2 dibandingkan O2
dalam larutan sederhana. CO2 yang cepat terdifusi ke dalam sel darah merah terhidrasi
dengan cepat menjadi H2CO3 karena adanya karbonat anhidrase. H2CO3 akan berdisosiasi
menjadi H+ dan HCO3- , dan H+ akan mengalami pendaparan, terutama oleh hemoglobin,
sementara HCO3- memasuki plasma. Sejumlah CO2 dalam sel darah merah akan bereaksi
dengan gugus amino hemoglobin dan protein lain (R), membentuk senyawa karbamino.
Karena hemoglobin terdeoksigenasi mengikat lebih banyak H+ daripada yang diikat oleh
oksihemoglobin dan lebih mudah membentuk senyawa karbamino, pengikatan O2 pada
hemoglobin akan menurunkan afinitasnya terhadap CO2 (efek Haldane). Akibatnya,
darah vena mengangkut lebih banyak CO2 daripada darah arteri, dan penyerapan CO2 di
jaringan dan pelepasan O2 di paru berlangsung lebih mudah. Sekitar 11% dari CO 2 yang
ditambahkan ke dalam darah pembuluh kapiler sistemik akan diangkut ke paru dalam
1114
bentuk karbamino-CO2 .

Dalam plasma, CO2 bereaksi dengan protein plasma membentuk sejumlah kecil
senyawa karbamino, dan sejumlah kecil CO2 mengalami hidrasi; namun karena
hidrasinya berlangsung lambat karena tidak terdapat karbonat anhidrase.
Saat darah melewati kapiler, terjadi peningkatan kandungan HCO 3- di dalam sel
darah merah yang jauh lebih besar dibandingkan di dalam plasma sehingga sekitar 70%
HCO3- yang dibentuk di sel darah merah akan memasuki plasma. Kelebihan HCO 3- yang
meninggalkan sel darah merahakan ditukar dengan Cl- . Proses ini diperantarai oleh Band
3, suatu protein membran utama. Pertukaran ini disebut pergeseran klorida (chloride
shift). Oleh sebab itu, terdapat perbedaan bermakna kandungan Cl - di dalam sel darah
merah vena, yang jauh lebih banyak dibandingkan darah arteri. Pergeseran klorida
11
berlangsung cepat dan selesai seluruhnya dalam waktu 1 detik .

Sel membutuhkan nutrisi, air, karbon dioksida, oksigen dan substansi lain untuk
kelangsungan hidupnya. Sel mempunyai kemampuan untuk mengabsorbsi bahan-bahan
yang dibutuhkan ini dari luar sel. Absorbsi atau pengangkutan molekul-molekul zat

18

melalui membran berlangsung secara difusi, osmosis, dan transpor aktif. Beberapa sel
mampu mencerna atau mendigesti makronutien yang mempunyai struktur kompleks
1114

menjadi molekul yang lebih sederhana. .

Tidak seperti jantung, paru tidak mempunyai irama spontan. Ventilasi bergantung
pada irama kerja pusat batang otak dan keutuhan jalan dari pusat tersebut ke otot
pernapasan. Ada 2 pusat pernapasan di medula oblongata, yaitu pusat yang merangsang
inspirasi dengan kontraksi diafragma (dengan kerja saraf phrenicus) dan pusat lain yang
1114
mempertsarafi mekanisme inspirasi dan ekspirasi interkostal serta otot aksesori. .

Diketahui bahwa saraf phrenicus dan interkostal keluar dari medula spinalis C 6,
sedangakan saraf mototrik yang menyuplai otot aksesoris keluar dan nomor saraf yang
lebih tinggi. Hal ini berimplikasi pada terjadinya kontrol pernapasan dan kepatenannya
pada orang yang mengalami cedera medula spinalis. Didalam pons terdapat 2 pusat yang
disebut pusat pneumotaksik dan pusat apneustik. Kedua pusat tersebut sangat
dipengaruhi oleh pengaturan korteks serebral, istem limbik, dan hipotalamus. Kontrol
volunter dan kontrol involunter dilakukan oleh serat desenden dari pusat otak lain.
Pengaturan kontrol tersebut mempermudah perubahan dalam mekanisme pernapasan
yang terlihat seperti pada saat menelan, batuk, berteriak, dan tindakan yang dikehendaki.
.1114
Neuron mempersarafi otot inspirasi dengan cara memberikan impuls ke otot ini
sehingga menimbulkan inspirasi. Selain itu, neuron juga merangsang pusat pneumotaksik.
Sebaliknya, pusat pneumotaksik menghambat impuls kembali ke neuron inspirasi,
1114
sehingga menyebabkan penghentian inspirasi. .

Ekspirasi terjadi secara pasif. Setelah ekspirasi, neuron inspirasi kembali


terangsang secara otomatis. Selama olahraga atau aktivitas lainnya, kadang-kang bila
ventilasi kuat terjadi, neuron ekspirasi medula oblongata secara teoretis akan
berpartisipasi dan menyebabkan terjadinya ekshalasi aktif.11-14
VIII.

Difusi O2 dan CO2

19

Setelah proses ventilasi, maka langkah selanjutnya dalam proses respirasi adalah
difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah dan difusi karbondioksida dari pembuluh
darah ke alveolus. Kecepatan difusi tersebut ditentukan oleh berberapa faktor
diantaranya:
1. Ketebalan membran
Semakin tebal membrane alveolus, maka proses difusi semakin sulit. Tebalnya
membrane alveolus misalnya oleh karena edema paru. Akibatnya gas-gas pernapasan
harus berdifusi tidak hanya melalui membrane alveolus, melainkan melalui cairan
15

tersebut .

2. Luas permukaan membrane alveolus


Penurunan luas permukaan paru-paru akan mengakibatkan kemampuan paruparu untuk berdifusi pun menurun. Hal tersebut berarti semakin luas permukaan
membrane alveolus maka akan semakin banyak gas-gas pernapasan yang berdifusi
dan begitu pula sebaliknya. Penurunan luas permukaan paru akan mengganggu
15
pertukaran gas pernapasan .

3. Perbedaan tekanan antara kedua sisi membrane


Perbedaan tekanan antara kedua sisi membrane merupakan perbedaan antara
tekanan parsial gas dalam alveolus dan tekanan gas dalam darah. Bila tekanan gas
dalam alveolus lebih besar dari tekanan gas dalam darah, maka terjadi difusi dari dari
alveolus ke dalam darah dan sebaliknya. Tekanan gas yang tinggi dalam alveolus
adalah tekanan oksigen sedangkan tekanan yang tinggi pada kapiler darah adalah
tekanan karbondioksida. Hal tersebut akan mengakibatkan oksigen berdifusi ke
15
kapiler darah dan karbondioksida berdifusi ke alveolus .

Apabila oksigen telah berdifusi dari alveolus ke dalam darah paru, maka oksigen
ditranspor dalam bentuk gabungan hemoglobin (HbO2) ke kapiler jaringan, di mana
oksigen dilepaskan untuk digunakan di sel. Dalam sel, oksigen bereaksi dengan
berbagai bahan makanan (reaksi metabolism) dan menghasilkan karbondioksida.

20

Karbondioksida selanjutnya masuk ke dalam kapiler jaringan dan ditranspor kembali


15
ke paru-paru. Selanjutnya dibuang melalui napas .

Dengan demikian, pengangkutan atau transport oksigen dilakukan oleh Hb di


mana 1 gr Hb dapat mengangkut 1,4 ml oksigen. Hal ini dikarenakan Hb mempunyai
daya afinitas terhadap oksigen. Daya afinitas Hb terhadap oksigen dapat meningkat
dan menurun yang dipengaruhi beberapa factor. Factor yang memengaruhi afinitas Hb
15
dengan oksigen tersebut, antara lain :

a. pH darah
Nilai pH darah menunjukkan tingkat keasaman darah dalam tubuh. Nilai
normal pH darah adalah 7,35-7,45. Nilai pH darah ini berkaitan erat dengan
keseimbangan asam basa dalam tubuh. Pada kondisi asidosis (pH darah menurun)
afinitas Hb terhadap oksigen berkurang. Pada kondisi alkalosis (pH darah
meningkat) afinitas Hb terhadap oksigen meningkat. Akibatnya uptake oksigen
dalam paru-paru meningkat, tetapi pelepasan oksigen ke jaringan-jaringan
15
terganggu sehingga tubuh tetap kekurangan oksigen .

b. Kadar CO2 darah


Erat kaitannya dengan keseimbangan asam basa. Kondisi keseimbangan
tersebut kemudia berhubungan dengan afinitas Hb terhadap oksigen sebagaimana
15
yang telah dijelaskan di atas .

c. Kadar 2,3 BPG


Merupakan zat yang hanya ditemukan di dalam sel eritrosit. Kadar 2,3 BPG
yang banyak dalam sel eritrosit menyebabkan afinitas Hb terhadap oksigen
menurun. Kondisi ini dapat terjadi pada seseorang yang menderita anemia. Pada
anemia, kadar 2,3 BPG meningkat sehingga oksigen yang diikat oleh Hb menjadi
berkurang. Sebaliknya, apabila kadar 2,3 BPG menurun mengakibatkan afinitas
15
Hb terhadap oksigen meningkat .

d. Temperatur tubuh
21

Peningkatakan temperature tubuh menyebabkan pelepasan oksigen karena


peningkatan kebutuhan oksigen untuk proses metabolism. Sebaliknya, penurunan
temperature tubuh (hipotermi) menyebabkan gangguan pelepasan oksigen dari
Hb. Namun, hal ini terkompensasi dengan penurunan kebutuhan oksigen pada
jaringan yang mengalami hipotermi serta peningkatan kelarutan oksigen plasma
darah.15
IX.

Keseimbangan Asam Basa


Aktivitas sel tubuh memerlukan keseimbangan asam basa, keseimbangan tersebut
dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, pH cairan tubuh 7,35 sampai
dengan 7,45. Keseimbangan asam basa dapat dipertahankan melalui proses metabolisme
dengan sistem buffer pada seluruh cairan tubuh dan melalui pernafasan dengan sistem
regulasi (pengaturan di ginjal). Tiga macam sistem larutan buffer cairan tubuh yaitu
larutan bikarbonat, larutan buffer fosfat, dan larutan buffer protein. Sistem buffer itu
sendiri atas natrium karbonat (NaHCO3), kalium bikarbonat (KHCO3), dan asam karbonat
16
(H2CO3) .

Pengaturan keseimbangan asam basa dilakukan oleh paru-paru hingga nilai pH


menjadi standar (normal) melalui pengangkutan kelebihan CO2 dan kelebihan H2CO3 dari
darah yang dapat meningkatkan pH. Ventilasi dianggap memadai apabila suplai O 2
seimbang dengan kebutuhan O2. Demikian juga pembuangan CO2 melalui paru-paru yang
harus seimbang dengan pembentukan CO2 agar ventilasi memadai. Ventilasi yang
16
memadai dapat mempertahankan kadar PCO2 sebesar 40 mmHg .

Jika pembentukan CO2 metabolik meningkat, konsentrasinya dalam cairan


ekstrasel juga meningkat. Sebaliknya, penurunan metabolisme memperkecil konsentrasi
CO2, jika kecepatan ventilasi paru-paru meningkat, kecepatan pengeluaran CO 2 juga
meningkat, dan ini menurunkan jumlah CO2 yang berkumpul dalam cairan ekstrasel.
Peningkatan dan penurunan ventilasi alveolus akan memengaruhi pH cairan ekstra sel.
Peningkatan PCO2 menurunkan pH, sebaliknya penurunan PCO2 meningkatkan pH darah.
Perubahan ventilasi alveolus juga akan mengubah konsentrasi ion H +. Sebaliknya,
konsentrasi ion H+ dapat memengaruhi kecepatan ventilasi alveolus. Kadar pH yang

22

rendah, konsentrasi ion H+ yang tinggi disebut asidosis. Sebaliknya pH yang tinggi,
konsentrasi ion H+ rendah, disebut alkalosis.16
X.

4,10

Pengukuran Volume Pernapasa n

Volume udara dalam paru-paru dan kecepatan pertukaran saat inspirasi dan
ekspirasi dapat diukur melalui spirometer. Nilai volume paru memperlihatkan suhu tubuh
standar dan tekanan ambien serta diukur dalam milimeter udara:

1.
Volume
a. Volume tidal (VT) adalah volume udara yang masuk dan keluar paru-paru selama
ventilasi normal biasa. VT pada dewasa muda sehat berkisar 500 ml untuk lakilaki dan 380 ml untuk pernafasan.
b. Volume cadangan inspirasi (VCI) adalah volume udara ekstra yang masuk ke
paru-paru dengan inspirasi maksimum di atas inspirasi tidal. CDI berkisar 3.100
ml pada laki-laki dan 1.900 ml pada perempuan.
c. Volume cadangan eksipasi (VCE) adalah volume ekstra udara yang dapat dengan
kuat dikeluarkan pada akhir ekpirasi tidal normal. VCE biasanya berkisar 1.200
ml pada laki-laki dan 800 ml pada perempuan.
d. Volume residual (VR) adalah volume udara sisa dalam paru-paru setelah
melakukan ekspirasi kuat. Volume residual penting untuk kelangsungan aerasi
dalam darah saat jeda pernafasan. Rata-rata volume ini pada laki-laki sekitar 1.200
ml dan pada perempuan 1.000 ml.
2.

Kapasitas

a. Kapasitas residual fungsional (KRF) adalah penambahan volume residual dan


volume cadangan eksiprasi (KRF= VR+ VCE). Kapsitas ini merupakan jumlah
udara sisa dalam sistem respiratorik setelah ekspirasi normal. Nilai rata-ratanya
2.200 ml.
b. Kapasitas inspirasi (KI) adalah penambahan volume tidal dan volume cadangan
inspirasi (KI = VT +VCI). Nilai rata-ratnya adalah 3500 ml.
c. Kapasitas vital (KV) adalah penambahan volume tidal, volume cadangan inspirasi
dan volume cadangan ekspirasi (KT =VT + VCI + VCE). Karena diukur dengan
spirometer, kapasitas vital merupakan jumlah udara maksimal yang dapat
dikeluarkan dengan kuat setelah inspirasi maksimum. Kapasitas vital dipengaruhi

23

oleh beberapa faktor seperti postur, ukuran rongga toraks dan komplians paru,
tetapi nilai rata-atanya sekitar 4.500 ml.
d. Kapasitas total paru (KTP) adalah jumlah total udara yang dapat ditampung dalam
paru-paru sama dengan kapasitas vital di tambah volume residual (KTP =KV
+VR). Nilai rata-ratanya adalah 5.700 ml.
3. Volume ekspirasi kuat dalam satu detik (VEK1) adalah volume udara yag dapat
dikeluarka dari paru yang terinflasi maksimal saat detik pertama ekhalasi maksimum.
Nilai VEK1 sekitar 80% KV.
4. Volume respirasi menit adalah volume tidak dikalikan jumlah pernafasan permenit.
XI.

Kesimpulan
Sistem pernapasan manusia melibatkan struktur rongga hidung sampai pada paruparu. Pertukaran antara gas oksigen dan karbondioksida terjadi di dalam Alveolus.
Pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida merupakan salah satu fungsi
pernapasan. Mekanisme pernapasan terjadi melalui pernapasan dada dan pernapasan
perut. Ada 2 proses dalam pernapasan yaitu proses inspirasi dan proses ekspirasi yang
terus berlangsung dalam tubuh kita yang terjadi secara otomatis. Pemeriksaan test fungsi
paru dilakukan dengan test spirometri. Pemeriksaan spirometri digunakan untuk
mengetahui adanya gangguan di paru-paru dan saluran pernapasan.
Daftar Pustaka
1. Singh I. Teks dan atlas histology manusia. Jakarta: Binarupa Aksara; 2006.p.115-20.
2. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Grays anatomy for students. 1 st ed. Philadelpia:
Elsevier Churchill Livingstone; 2005.p.102-52.
3. Woodburne RT. Essential of human anatomy. 6th ed. New York: Oxford University;
2007.p.181-200.
4. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.p. 266-8.
5. Gibson J. Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat. Jakarta: EGC; 2003.
6. Fiore MS. Atlas histologi manusia. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 1994.p.175-85.
7. Despopoulos A, Silbernagl S. Atlas berwarna dan teks fisiologi. Edisi ke-4. Jakarta:
FK UI; 2000.
8. Susilowarno RG, Hartono RS, Mulyadi, Umiyati, Murtiningsih TEM. Biologi.
Jakarta: Grasindo; 2007.
24

9. Ganong WF. Fisiologi kedokteran. Edisi ke-20. Jakarta: EGC; 2003.


10. Sherwood L. Fisiologi manusia. Edisi ke-16. Jakarta: EGC; 2011.
11. William G. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2008.p.672-93.
12. Veldman J. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.p.266-9.
13. Sumardjo D. Pengantar kimia: buku panduan kuliah mahasiswa kedokteran dan
program strata I fakultas bioeksata. Jakarta: EGC; 2006.
14. Muttaqin A. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan system
pernapasan. Jakarta: Salemba Medika; 2008.
15. Asmadi. Teknik prosedural keperawatan: konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien.
Jakarta: Salemba Medika; 2008.
16. Uliyah M, Hidayat AAA. Keterampilan dasar praktik klinik untuk kebidanan. Edisi

ke-2. Jakarta: Salemba Medika; 2007.p.52-3.

25

Anda mungkin juga menyukai