Anda di halaman 1dari 13

Pengaruh Batuk dan Pilek terhadap Timbulnya

Sesak Nafas pada Saluran Pernafasan Atas


Switha Martha Sinaga

102015177

Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat Korespondensi : Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510

Email : switha.2015fk177@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Sistem pernafasan manusia terdiri dari sistem pernafasan eksternal dan sistem pernafasan
internal, dimana pada sistem pernafasan terdapat saluran nafas atas dan saluran nafas bawah,
pada saluran nafas atas hanya terdapat saluran dan tidak terjadi proses pertukaran oksigen.
Secara makroskopik saluran nafas atas terdiri dari rongga hidung, faring dan laring dan
saluran nafas bawah terdiri dari trakea, bronkus primer, alveoul. dan pada mikroskopik
terdapat sel epitel bertingkat torak bersilia dan bersel goblet atau yang disebut epitel
respiratori. Dalam mekanisme pernafasan terdapat proses difusi, yaitu proses pertukaran O 2
dan CO2 antara alveol dan kapiler darah. Dimana dalam proses difusi terdapat transport O 2
dan CO2. Pada pernafasan normal, manusia inspirasi tenang dan ekspirasi tenang, apabila
mengalami ekspirasi kuat dan inspirasi kuat terjadi karena gangguan pada saluran pernafasan.
Gangguan pada saluran pernafasan akibat saat melakukan inspirasi, bulu hidung tidak
menyaring kotoran seluruhnya, akibatnya udara masuk bersama benda-benda asing yang
mengkibatkan infeksi. Gangguan saluran pernafasan seperti pilek yang disertai batuk
merupakan penimbunan lendir dalam saluran nafas atas sehingga merasa sesak.
Kata kunci : mikroskopik dan makroskopik, ekspirasi dan sinpirasi, mekanisme pernafasan,
difusi.

Abstract

Human respiratory system consists of the respiratory system of external and internal
respiratory system, where in the respiratory system are upper respiratory tract and lower
respiratory tract, the respiratory tract and the channels are not only a process of exchange of
oxygen. Macroscopic upper airway consists of the nasal cavity, paring and larynx and lower
respiratory tract consists of the trachea, primary bronchi, alveoul. and the microscopic
stratified epithelium contained piston celled ciliated and goblet or the so-called respiratory
epithelium. In the respiratory mechanisms are diffusion processes, namely the process of O 2

1
and CO2 exchange between alveol and blood capillaries. Where in the diffusion process are
O2 and CO2 transport. In normal breathing, human inspiration and expiration quiet calm,
when experiencing a strong and inspiring strong expiration due to a disruption in the
respiratory tract. Disorders of the respiratory tract due to the time of isnpirasi, nose hair is
not completely filter out impurities, as a result of air entered with foreign objects
mengkibatkan infection. Respiratory disorders such as colds with a cough is the
accumulation of mucus in the upper respiratory tract, so feel claustrophobic.

Keywords: microscopic and macroscopic, expiration and sinpirasi, breathing mechanism,


diffusion.

Pendahuluan

Sistem pernafasan manusia atau yang sering disebut sebagai sistem respirasi merupakan suatu
proses pertukaran antara O2 dan CO2 dalam paru-paru tepatnya pada alveolus. Dimana proses
ini sangat penting bagi kelanjutan hidup manusia. Dalam hal ini terdapat banyak kasus
mengenai gangguan respirasi. Salah satunya adalah sesak nafas, yang biasanya disertai
dengan batuk dan pilek dalam waktu lama. Pilek merupakan radang yang terjadi pada lapisan
hidung dan tenggorokan, sehingga menyebabkan produksi lendir. Biasanya sesak nafas
banyak terjadi pada anak-anak. Batuk-pilek yang disertai dengan sesak nafas ini menjadi
salah satu kasus yang banyak ditemui dan merupakan inspeksi saluran pernafasan atas
(ISPA)1

Tujuan dari makalah ini adalah untuk membahas tentang mekanisme pernafasan, baik
mikroskopik dan makroskopik pernafasan dan membahas tentang pengaruh batuk pilek
terhadap timbulnya sesak nafas.

Saluran Pernafasan Manusia

Struktur sistem pernafasan manusia bersifat unik sesuai dengan fungsi utamanya,
mengangkut gas-gas yang masuk dan keluar tubuh. Dimana fungsi sistem pernafasan manusia
yang utama adalah memperoleh O2 untuk digunakan olehs sel tubuh dan untuk mengeluarkan
CO2 yang diproduksi oleh sel tubuh. Dalam hal ini sistem pernafasan tubuh berjalan terus
menerus terpajan kelingkungan luar sehingga berpotensi mengalami infeksi dan cidera. Pada
sistem pernafasan melibatkan rongga hidung, pharynx, larynx, trachea,bronkus dan cabang-
cabang pulmonal broncii tersebut. saluran pernafasan manusia terdiri dari saluran nafas atas
dan saluran nafas bawah. Saluran nafas atas terdiri dari rongga hidung , pharynx dan larynx
sedangkan saluran nafas bawah terdiri dari trakhea, bronkus dan paru.2

2
Gambar 1. Saluran Nafas Manusia

Sumber : https://alilanthoq.wordpress.com/2010/02/24/sistem-pernafasan-pada-manusia/

Sistem pernafasan manusia atau respirasi mencangkup 2 proses yaitu proses respirasi internal
atau respirasi sel dan respirasi eksternal yang merujuk pada seluruh rangkaian kejadian dalam
pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Hukum boyle menyatakan
bahwa pada suhu konstan tekanan yang timbul oleh suatu gas berbanding terbalik dengan
volume gas yaitu sewaktu volume gas meningkat tekanan yang ditimbulkan oleh gas
berkurang secara proporsional dan sebaliknya perubahan volume paru dan karena tekanan
intra-alveolus, ditimbulkan secara tak langsung oleh aktivitas otot pernafasan.

Otot – otot pernafasan yang melakukan gerakan bernafas tidak bekerja langsung pada paru
untuk mengubah volumenya. Otot – otot ini mengubah volume rongga toraks, menyebabkan
perubahan serupa pada volume paru karena dinding toraks dan dinding paru berhubungan
melalui daya rekat cairan intrapleura dan gradien tekanan transmural. Pada sistem pernafasan
dikenal dengan siklus pernafasan dimana terdiri dari satu kali menghirup (inspirasi) dan satu
kali menghembuskan (ekspirasi).3

Makroskopik Saluran Pernafasan Atas

Seraca makroskopik saluran pernafasan atas terdiri dari hidung bagian luar, bentuknya seperti
piramid. Kebagian inferior terdapat nares yang dipisahkan oleh septum nasi. Rangka bagian
tulang terdiri atas os nasale , processus frontalis maxillae dan bagian nasal ossis frontalis .
Sedangkan rangka tulang rawannya terdiri atas cartilago septi nasi, cartilago nasi lateralis dan
cartilago ala major dan minor yang bersama-sama dengan tulang didekatnya saling
dihubungan. Otot yang melapisi hidung merupakan bagian dari otot wajah. Otot hidung

3
terdiri dari M.nasalis dan M. Depressor septi nasi. Pendarahan hidung bagian luar disuplai
dari cabang-cabang A. Facialis dan pembuluh baliknya menuju V. Facialis.

Bagian yang kedua adalah rongga hidung. Secara sagital rongga hidung dibagi oleh sekat
hidung. Masing-masing belahan rongga hidung mempunyai dasar, atap, dinding lateral dan
dinding medial (sekat hidung). Dalam rongga hidung tediri atas tiga regio, yaitu vestibulu,
penghidu, dan pernafasan. vestibulum mengandung bulu hidung yang berguna untuk
menahan aliran partikel yang terkandung didalam udara yang dihisap. Lalu ada regio
penghidu berada mulai dari atas rongga hidung daerah ini meluas sampai setinggi concha
nasalis superior dan bagian septum nasi dihadapan concha tersebut. lalu regio pernafasan
yang merupakn rongga hidung selebihnya. Pada dinding lateral hidung meperlihatkan tiga
elevasi yaitu : concha nasalis superior , medius dan inferior. Inferolateral terhadap masing-
masing concha nasalis ini terdapat meatus nasi yang sesuai seperti meatus nasi superior,
media, inferior. Dinding medial atau sepyum nasi dibentuk oleh lamina perpendikularis ossi
ethmoidalis , os vomer, dan cartilago septi nasi. Dan dari belakang ke arah depan atap cavum
nasi terdiri dari 3 daerah yang sesuai dengan tulang yang membentuk atap tersebut, yakni
regio spenoidalis , ethmoidalis dan frontonasal. Pendarahan dan persarafan rongga hidung
terdiri dari Aa. Ethmoidalis, A. Spenopalatina, A. Palatina mayor , A. Labialis superior. Dan
dari sini beberapa vena menuju V. Spenopalatina, V. Facialis, v. Ethmoidalis anterior yang
berarkhir di V. Opthalamica. Persarafan melalui N. Trigeminus (N.V) dan N. Olfactorius
(N.I).4

Gambar 2 : Rongga Hidung

Sumber : http://dipendidikan.blogspot.co.id/2013/05/fungsi-hidung-dan-bagian-bagian-
hidung.html

4
Pada bagian rongga hidung terdiri dari sinus frontlis, sinus ethmoidalis , sinus spenoidalis ,
dan sinus maxilaris. Fungsi sinus ini untuk menambah resonansi suara dan merubah ukuran.
Sinus frontalis terletak di dalam os frontal, dipendarahi oleh a. Supraorbitalis dan a.
Ethmoidalis anterior dan dipersarafi oleh n. Supraorbitalis. Sinus ethmoidalis disusun oleh
sel-sel ethmoidalis anterior,superior dan posterior, dimana sinus eithmoidalis dipendarahi
oleh Aa. Ethmoidalis Anterior dan posterior dan A. Sphenopalatina, dan dipersarafi oeh Nn
Ethmoidalis anterior dan posterior dan cabang orbital ganglion pterygopalatina. Sinus
sphenoidalis terletak didalam corpus ossis sphenoidalis, dipendarahi oleh A. Ethmoidalis
posterior dan cabang pharyngeal A. Maxillaris Interna. Sinus ini dipersarafi oleh N.
Ethmoidalis posterior. Sinus maxillaris merupakan sinus terbesar dan sering terinfeksi.
Dipendarahi oleh A. Facialis, A. Infra orbitalis , A. Palatina mayor dan Aa. Alveolaris
superior anterior dan posterior. Dan dipersarafi oleh N. Infra orbitalis.

Gambar 3 : Sinus Paranasal

Sumber : https://firzandinata.wordpress.com/2012/02/26/teknik-pemeriksaan-sinus-paranasal-
spn-pada-pasien-suspect-sinusitis-pada-sinus-maxilaris/

Bagian saluran pernafasan selanjutnya adalah pharynx . pharynx adalah sebuah pipa
musculomembranosa, panjang 12-14 cm, membentang dari basis cranii sampai setinggi
vertebra cervical 6 atau tepi bawah cartilago cricoidea. Kelateral berhubungan dengn cavum
tympani. Pharynx terdiri dari nasopharynx ,oropharynx dan laryngopharynx. Pada
nasopharynx terdapat kelenjar limfoid yaitu tonsila paryngel dan tonsila tubaria.
Nasopharynx dikuasai oleh N. Trigeminus. Di oropharynx terdiri dari tonsila palatina dan
tonsila lingualis dan dikuasai oleh N . IX. Lalu di laryngopharynx dikuasai oleh N. Vagus.

5
Otot –otot pada pharynx terdiri dari M. constrictor pharyngis ,M. Stylopharyngeus, M.
Salpingopharyngeus dan M. Palatobpharyngeus. Semua dilalui oleh N. Vagus. Pendarahan
pharynx berasal dari A. Pharyngea Ascendens , A. Palatina Acendens , A. Facialis, A.
Palatina Mayor, A. Maxillaris, A. Lingualis. Persarafannya melalui N. IX dan N. XI untuk
yang motorik sedangkan yang sensorik berasal dari N. IX dan N.X

Gambar 4 : Pharynx

Sumber : http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/pharynx

Bagian saluran nafas atas yang terakhir adalah larynx dimana saluran ini bersifat sphinter dan
pembentuk suara. Larynx laki-laki dewasa berukuran lebih besar oleh karena itu pertumbuhan
lebih pesat saaat dewasa. Ikat dans selaput larynx terdiri dari 2 yaitu ekstrinsik dimana
menghubungkan larynx dan sekitarnya sedangkan yang instrinsik menghubungkan antara
struktur pada larynx yang terdiri dari lig. Vestibulare dan lig.vocale. cavum larynx
merupakan salah satu ruangan dalam laring dimana pintu masuk dari aditus laryngis yang
terbagi menjadi 2 pasang yaitu lipatan mukosa menutupi lig. Ventriculare yang membentuk
plica vestibularis (pita suara palsu) sedangkan lipatan mukosa menutupi lig. Vocale yang
membentuk plica vocalis (pita suara sejati). Celah antara kedua plica vestibularis yang
disebut plica vestibuli sedangkan celah antara plica vocalis yang disebut rima glotis. Celah
antara plica vestibularis dan plica vocalis disebut ventrikulus laryngis morgagni. Otot-otot
pada larynx dikelompokkan menjadi otot extrinsik dan otot intrinsik. Otot extrinsik terdiri
dari M. Sternothyroideus, M. Tryreohyoideus, M. Constrictor pharyngis inferior. Sedangkan
kelompok otot intrinsik yaitu M. Cricothyroideus , M. Cricoarytenoideus posterior dan
lateral, M. Arytenoideus transversus dan obliqus, M. Aryepiglotticus, M.

6
Thyreoarytenoideus. Pendarahannya melalui A. Thyroidea yang superior dan inferior
sedangkan persarafannya larynx dari cabang internus dan externus N. Laryngeus superior , N.
Reccurent dan saraf simpatis.5

Gambar 5 : larynx

Sumber : https://www.google.co.id/search?
q=saluran+nafas&biw=1366&bih=626&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjo-
dWlzeTMAhXGtI8KHbeGCG4Q_AUIBigB#tbm=isch&q=larynx&imgrc=gfM8Jl_gkBlzLM
%3A

Mikroskopik Saluran Pernafasan

Secara pernafasan terdiri dari bagian konduksi dimana proses pengangkutan udara dari
lingkungan luar ke dalam paru, pada proses ini belum terjadi pertukaran oksigen. Mencakup
rongga hidung, rongga mulut, faring, laring, trakea, bronki (primer-sekunder-tersier),
bronkiolus, bronkiolus terminalis. Selanjutnya adalah bagian pernafasan respirasi dimana
pada bagian sudah terjadi proses pertukaran O2 dan CO2. Mencakup bonkiolus respiratori,
ductus alveolaris, sakus alveolaris dan alveoli. Pada bagian konduksi sistem pernafasan
memiliki fungsi yaitu saran masuknya udara ke paru , menyaring benda-benda hasil
respirasi , dan mengkondisikan udara yang dihirup tersebut mengahangatkan dan
menyejukkan udara (sesuai suhu lingkungan luar). Rongga hidung atau cavum nasi. Pada
bagian rongga hidung sisi lateral dibatasi oleh nares (lubang hidung). Pada bagian anterior
rongga hidung melebar yaitu vestibulum. Pada bagian ini terdapat rambut hidung kasar yaitu
vibrisae dimana befungsi untuk menyaring debu. Pada rongga hidung terdiri dari vestibulum

7
nasi dan regio respirasi. Dalam rongga hidung terdapat mukosa hidung yaitu mukosa
pernafasan (mukosa respiratori) dan mukosa penghidu yaitu mukosa olfactori.

Regio respiratorius memiliki epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet, dalam hal ini silia
berperan mendorong lendir kearah belakang yaitu nasofaring sehingga kemudian lendir
tertelan atau dibatukkan. Pada lamina propia terdapat glandula nasalis yang
merupakankelenjar campur dimana sekret kelenjar disini menjaga kelembaban kavum nasi
dan menangkap partikel debu yang halus dalam udara inspirasi. Pada regio respiratorius
terdapat serat kolagen , serat elastin, limfosit, sel plasma, sel makrofag. Dalam keadaan
normal berwarna merah udan dan selalu basah karena diliputi oleh palut lendir pada
permukaannya. Pada bagian ini bersifat sangat vaskuler yang berfungsi untuk menghangatkan
udara pernafasan. Selanjutnya pada regio olfactori disusun oleh epitel olfactori dan lamina
propia yang banyak mengandung vena. Pada regio olfactory terdiri dari sel epitel bertingkat
torak bersilia tanpa sel goblet. Pada bagian ini apabila terjadi trauma karena infeksi atau
sebab lain mengakibatkan rusak atau hilangnya beberapa sel sensorik dan pada usia lanjut
daya penciuman berkurang.6

Gambar 6 : regio respiratory dan regio olfactory

Sumber : www.doctorc.net

Pada sinus paranasal pada rongga hidung dimana fungsinya untuk menghangatkan dan
melembabkan udara dimana pada sinus paranasala terdapat kelenjar-kelenjar yang
memproduksi mukos yang akan dialirkan ke cavum nasi oleh gerakan silia dan epitel yang
membatasi sinus-sinus paranasal yaitu epitel bertingkat silindris bersilia dan bersel goblet

8
Pada laring mulai dari koana dan berlanjut sampai ke batas laring pada bagian nasofaring
terdiri dari epitel respirasi, ada kelenjar campur, pada orofaring terdiri dari epitel berlapis
gepeng tanpa lapisan tanduk dan terdapat tonsila palatina. Dan laringofaring terdapat epitel
bervariasi, sebagian besar epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.

Bagian mikroskopik saluran pernafasan terakhir adalah laring dimana pada bagian ini
berfungsi untuk fronasi dan mecegah masuknya makanan/cairan ke sistem pernafasan ketika
menelan , bentuknya kaku, pendek dan berbentuk silindris. Pada dinding laring terdiri dari
kerangka tulang rawan hialin yang berjumlah 4, dan hialin yang berjumlah 5. Terdapat
jaringan penyambung, otot bercorak, dan kelenjar campur. Tulang rawan tersebut
dihubungkan oleh ligamen dan di kontrol oleh otot rangka instrinsik untuk fonasi atau
menghasilkan suara dan ekstrinsik untuk proses menelan.

Pada laring terdapat plica ventrikularis yang terdiri dari epitel bertingkat bersilia dan bersel
goblet, terdapat kelenjar campur dan mempunyai kelompok jaringan imfoid, sedangkan pada
plica vocalis memiliki sel epitel berlapis gepeng tak bertanduk, tidak memiliki kelenjar
campur, memiliki kelompok otot bercorak yang disebut M. Vokalis.

Epiglotis terdiri dari 2 bagian yaitu pars lingualis yang merupakan bagian anterior yang
paling sering berkontak dengan akar lidah pada waktu proses menelan, memiliki epitel
berlapis gepeng tak bertanduk. Sedangkan pars laryngeal epiglotis merupakan posterior yang
sering berkontak dengan makanan memiliki sel epitel bertingkat torak bersilia dan bersel
goblet yang akan melanjutkan ke trakea dan bronkus , memiliki banyak kelenjar campur ,
silia dari epitel bergerak kearah faring dan mengalirkan mukous dan partikel-partikel yang
tertangkap didalamnya.7

9
Gambar 6: pars lingalis epiglotis

Sumber : jonspharmacy.weebly.com

Gambar 7 : pars laryngeal epiglotis

Sumber : jonspharmacy.weebly.com

gambar 8 : ventrikularis

sumber : www.doctorc.net

Sistem Pernafasan pada manusia

Sistem pernafasan pada manusia terdiri dari pernafasan luar dan dalam. Pernafasan luar
terdiri dari proses ventilasi yaitu pertukaran udara luar dengan udara dalam di alveol, lalu
terdapat proses difusi dimana pertukaran O2 dengn CO2 antara udara alveol dan darah kapiler

10
paru, transport O2 dan CO2 dalam perederan darah baik dari paru ke jaringan dan sebaliknya,
dan difusi O2 dan CO2 darah dalam kapiler jaringan.8

Mekanisme Pernafasan Pada Manusia

Berdasarkan struktur dan dan posisi organ-organ yang membentuk rongga dada dibentuk 3
jenis pernafasan, yaitu pernafasan costal, pernafasan diaphragma dan pernafasan costal
diaphgragma. Pada umumnya pernafasan pernafasan costal banyak pada perempuan dan
pernafasan diaphgragma banyak pada laki-laki dan pada bayi. Kontraksi otot-otot intercosta
dan diaphgragma mengubah bentuk dan luas rongga dada.

Normalnya tekanan intarpleura kurang dari tekanan atmosfir disebut tekanan subatmosferik.
Tekanan atmosferik merupakan tekananan luar , tekanan interpulmo merupakan tekanan
dalam sedangkan tekanan interapleura merupakan tekanan subatmosfir. Sedangkan tekanan
tranmural antara tekanan alveol dengan tekanan intra pleura.9

Proses Inspirasi dan Ekspirasi

Pada proses inspirasi terjadi proses aktif dimana terjadi kontraksi otot-otot inspirasi. Proses
inspirasi dibagi menjadi 2 yaitu inspirasi tenang dimana berasal dari kontraksi otot inspirasi
utama yaitu diafragma dan M. Intercostal eksternus dan inspirasi kuat berasal dari otot-otot
inspirasi tambahan yaitu sternokleidomastideus dan scalenus. Pada keadaan istirahat bentuk
diafragma berbrntuk kubah.

Proses ekpirasi terdiri dari proses ekspirasi tenang yang merupakan ekspirasi pasif , pada
proses ini terjadi relaksasi otot inspirasi , jaringan paru kembali pada kedudukan semula
sesudah teregang. Selanjutnya pada ekspirasi kuat dimana terjadi kontraksi otot-otot ekspirasi
terjadi pada otot dinding perut melalui M. Interkostal internus.8

Proses Pertukaran O2 dan CO2 Selama Pernafasan

Faktor terpenting yang menyebabkan difusi gas adalah perbedaaan tekanan parsiil gas antara
alveol dan darah, dimana faktor-faktor yang memperngaruhi kecepatan proses difusi adalah
perbedaaan tekanan parsiil gas alveol dan tekanan gas (dalam cairan darah), luas penampang,
panjang jarak yang harus ditembus , daya larut gas.

Tekanan O2 pada ujung arteri adalah 40 mmhg , cukup rendah dibandingkan yang berada
pada alveoli yaitu 104 mmhg, oleh sebab itu O2 akan berdifusi , masuk oksigen dari alveoli

11
ke pembuluh darah. Didalam kapiler darah banyak oksigen yang masuk oleh sebab itu
tekanan O2 sama dengan alveoli. Seolah –oleh tidak terjadi lagi difusi, inilah yang kemudian
keluar dari kapiler paru kemudian dibawa kejaringan . didalam jaringan tekanan O 2 rendah
yaitu 40 mmhg. Didalam jaringan oksigen dipakai untuk metabolisme . ketika terjadi difusi
dari darah ke dalam jaringan dengan perbedaan tekanan tinggi maka masuknya O 2 dari darah
ke jaringan ada dorongan balik dari jaringan ke darah. Lalu masuk ke jaringan sampai
tekanan O2 dalam darah menurun karena O2 dalam darah di pakai untuk metabolisme.
Keadaaan seimbang ketika tekanan O2 didarah dan dijaringan sama besarnya. Sekitar 40
mmhg. Ini yang kemudian balik keparu-paru. Jadi kondisi di paru-paru oksigennya 40 mmhg.
Dijaringan tekanan CO2 45, Lebih tinggi dari kapiler darah karena kapiler darah tekanannya
rendah.10

Kesimpulan

Sistem pernafasan pada manusia, terdiri dari pernafasan eksternal dan internal, proses
eksternal dapat kita lihat dari proses masuk nya udara melalui hidung, masuk ke paring,
laring pada proses ini belum terjadi pertukaran gas dan pada masuk ke trakea terjadi
pertukaran gas , lalu msuk ke bronkus primer dan pada tinggkat akhir yaitu alveol. Saluran
pernafasan terdiri dari saluran nafas atas dan bawah. Pada saluran nafas atas yang terdiri dari
rongga hidung, faring dan laring. Dalam saluran ini seriing terjadi infeksi akibat kuman ,
kuman berasal dari udara yang dihirup yang dari hidung, dimana udara tersebut tidak
seluruhnya disaring oleh rambut hidung masuk ke faring dan laring dan menginfeksi saluran
nafas atas, timbulkan lendir atau mukous dalam rongga hidung akibatnya mengalami sesak
nafas atau sulit benafas. Dalam hal ini trasport O 2 dan CO2 tida dapat berjalan dengan baik
terhambat oleh lendir tersebut.

Oleh sebab itu penderita batuk pilek lebih sering melakukan ekspirasi dan inspirasi kuat
untuk mengeluarkan lendir dan pendrita pilek sering di ikuti oleh batuk, sebagai salah satu
mekanisme tubuh dalam mengeluarkan benda asing dalam saluran pernafasan.

12
Daftar Pustaka

1 Bloody J. Kesehatan Klinis. Jakarta: Erlangga, 2005


2 Daniel, s wibowo. Anatomi tubuh manusia. Edisi ke-1. Jakarta : grasindo ; 2008
3 Asih Y. Anatomi dan fisiologi tubuh manusia: latihan dan panduan belajar.
Jakarta: Penerbit Buku EGC; 2003

4 Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Grasindo;2008

5 Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama; 2005

6 Suryono, isnani. Buku ajar histologi. Edisi ke-3. Jakarta : Saunder elvesier ;2007
7 Campbell, neil A. Biologi. Edisis ke-3. Jakarta : erlangga ; 2004
8 Muslim, aryulina ohoirul. Biologi. Edisi ke-2. Jakarta : esis ; 2006
9 Sherwood, lauralee. Fisiologi manusia. Edisi ke 6. Jakarta : EGC ; 2011
10 Ganong, william francis. Fisiologi kedokteran . edisi ke 24. Jakarta : EGC : 2015

13

Anda mungkin juga menyukai