Anda di halaman 1dari 18

Diagnosis Okupasi Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja

Bintang Evelin Lorenza Sinaga


102016167
Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi : Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510
Email : bintang.2016fk167@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Nyeri punggung bawah adalah suatu gejala berupa nyeri di bagian pinggang yang dapat
menjalar ke tungkai kanan atau kiri. Nyeri ini umumnya pernah dirasakan oleh hampir setiap
orang. Nyeri punggung bawah sering terjadi pada individu yang melakukan aktivitas berdiri atau
duduk dalam jangka waktu yang lama, banyak mengangkat beban berat dengan posisi yang
salah. untuk diagnosis dilakukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang. Pengobatan akan dilakukan berdasarkan indikasi penyebabnya. Selain penggunaan
obat-obatan seperti obat penghilang rasa nyeri, obat anti inflamasi non steroid, dan obat obatan
pelemas otot, fisioterapi dengan berbagai modalitasnya sangat berperan untuk mengatasi nyeri
pinggang bawah. Untuk mencegah timbulnya keluhan ini pada pekerja, perlu dilakukan
pencegahan sedini mungkin, meliputi edukasi, manajemen terhadap faktor risiko, dan
pemeriksaan prakerja.
Kata kunci: Nyeri punggung bawah, diagnosis, terapi
Abstract

Lower back pain is a symptom of pain in the waist that can spread to the right or left leg.
This pain has generally been felt by almost everyone. Low back pain often occurs in individuals
who do standing or sitting activities for long periods of time, many lift heavy weights in the
wrong position. for diagnosis based on history taking, physical examination, supporting
examination. Treatment will be based on an indication of the cause. In addition to the use of
drugs such as painkillers, non-steroidal anti-inflammatory drugs, and muscle relaxants,
physiotherapy with various modalities is very instrumental in overcoming low back pain. To
prevent the occurrence of these complaints to workers, prevention needs to be done as early as
possible, including education, management of risk factors, and inspection of workers.

Keywords: low back pain, diagnosis, therapy

1
Pendahuluan

Nyeri punggung pada bagian bawah adalah kondisi tersering yang dijumpai, dimana
hampir 85% orang sewaktu-waktu mengalami ini dalam hidupnya. Nyeri Punggung Bawah
(NPB) merupakan salah satu keluhan yang dapat menurunkan produktivitas manusia, 50-80%
penduduk di negara industri pernah mengalami nyeri punggung bawah, presentasenya meningkat
seiring dengan bertambahnya usia. Nyeri punggung bawah (NPB) adalah rasa nyeri yang
dirasakan di daerah punggung bawah, dapat menyebabkan nyeri lokal maupun nyeri radikuler
maupun keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu
di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai
dan kaki. NPB yang lebih dari 6 bulan disebut kronik. Penyebab nyeri punggung bawah yang
paling sering adalah duduk terlalu lama, sikap duduk yang tidak tepat, postur tubuh yang tidak
ideal (improper), aktivitas yang berlebihan, serta trauma. Nyeri punggung lalu menjadi masalah
di banyak negara, karena seringkali mempengaruhi produktivitas kerja

Dengan demikian, makalah ini disusun dengan tujuan agar setiap mahasiswa mampu
mengerti dan memahami mengenai 7 langkah diagnosis okupasi, nyeri punggung bawah,
penatalaksanaan nyeri punggung bawah, dan juga pencegahan nyeri punggung bawah.

7 Langkah Mendiagnosis Nyeri Punggung Bawah

Untuk mendiagnosis apakah penyakit disebabkan oleh pekerjaan atau bukan maka harus
ditentukan dengan 7 langkah diagnosis yaitu 1

1. Diagnosis Klinis

Diagnosis klinis dapat ditegakkan melalui anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang sebagai berikut:

Anamnesis

Anamnesis yaitu pemeriksaan yang pertama kali dilakukan yaitu berupa rekam medik
pasien. Dapat dilakukan pada pasiennya sendiri/langsung (auto) dan/atau pada keluarga
terdekat/pengantar (allo). Anamnesis langsung, atau dokter langsung menanyakan pada pasien
yang bersangkutan, atau biasa disebut auto-anamnesis, dan ada juga allo-anamnesis yaitu bila
keadaan pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai misalnya dalam keadaan gawat

2
darurat, keadaan afasia akibat strok atau bisa juga karena umur pasien yang belum cukup
dewasa, sehingga anamnesis dilakukan pada orang terdekat seperti keluarga ataupun
pengantarnya. 1

Anamnesis yang baik dimulai dengan menanyakan identitas pasien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat pribadi
dan sosial. Hasil anamnesisnya adalah nyeri dirasakan ± 1 bulan yang lalu pada saat bekerja. 1
minggu yang lalu, keluhan dirasakan kembali bertambah berat dan sedikit menganggu
aktivitasnya. nyeri dirasakan saat bangun tidur atau berjalan atau bekerja. nyeri dirasakan sangat
hebat sampai pasien harus menjalani rawat inap sampai 5 hari. selama dirawat keluhan nyeri
berkurang, namun rasa berat dan mengganjal di paha serta betis, dan rasa baal atau kesemutan di
telapak kaki dirasakan menetap. ia mengkonsumsi obat penahan nyeri dan vitamin untuk saraf.
pasien tidak memiliki kebiasaan minum-minuman beralkohol, merokok, dan olahraga. pasien
saat ini bekerja sebagai housekeeping di hotel dengan masa kerja selama 10 tahun, 7 jam kerja
sehari selama 6 hari dalam seminggu dan non shift. kegiatan rutin sebagai petugas house keeping
adalah: mendorong troli berisi peralatan kebersihan dan perlengkapan kamar hotel, mengganti
sprei, peralatan tidur dan membersihkan tempat tidur, membersihkan kamar dan kamar mandi.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dari pemeriksaan keadaan umum, kesadaran umum, dan
pemeriksaan tanda-tanda vital dimana meliputi tekanan darah, frekuensi nadi, suhu, dan laju
pernafasan, dan terakhir lakukan pemeriksaan fisik dari kepala hingga kaki yang terkait dengan
keluhan pasien. Pemeriksaaan fisik mata ini dilakukan dari luar hingga dalam. sebelum kita
melakukan pemeriksaan fisik maka lihat terlebih dahulu keadaan umum pasien, kesadarannya,
serta tanda-tanda vital. pada kasus ini tanda-tanda vital pasien normal. 1,2
Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri dan menolak
untuk duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu herniasi diskus. Gerakan aktif pasien
harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat nyeri dan juga bentuk kolumna
vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis
lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot paravertebral. Gerakan-gerakan yang perlu
diperhatikan pada penderita adalah adanya keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.2,3

3
1. Posisi berdiri Perhatikan cara penderita berjalan, berdiri dan sikap berdirinya. Perhatikan
bagian belakang tubuh, apakah ada deformitas, kelainan anatomi tulang belakang, pelvis
yang miring / tulang panggul yang tidak simetris, dan adanya atrofi otot. Derajat gerakan
(Range of Motion – ROM) harus diperhatikan dan diperiksa. Palpasi dilakukan untuk
mencari trigger zone, lokasi nyeri, dan lainnya.
2. Posisi duduk
Harus diperhatikan cara penderita duduk, sikap duduknya, serta bagian belakang
tubuhnya.
3. Posisi berbaring
Perhatikan cara penderita berbaring dan sikap berbaringnya. Dilakukan pengukuran
panjang ekstremitas inferior.
4. Ekstensi ke belakang (back extension)
Seringkali menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di
lumbal dan artritis lumbal, karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen sehingga
menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal. Nyeri LBP pada ekstensi ke belakang pada
seorang dewasa muda menunjukkan kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau
spondilolistesis, tetapi ini tidak patognomonik.
5. Fleksi ke depan (forward flexion)
Secara khas akan menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada hernia nucleus pulposus
(HNP), karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi di atas suatu diskus protusio,
sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan
pada fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer effect). Lokasi HNP biasanya dapat
ditentukan bila pasien diminta membungkuk ke depan, ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan,
ke suatu sisi atau ke lateral yang meyebabkan nyeri pada tungkai ipsilateral menandakan adanya
HNP pada sisi yang sama.
6. Pemeriksaan Fisik Khusus / Neurologis Pemeriksaan neurologis ini dilakukan untuk
mengetahui adakah kelainan neurologis yang berperan dalam kejadian NPB ini.

7. Test Lassegue

Pada tes ini, pertama telapak kaki pasien ( dalam posisi 0° )  didorong ke arah     muka
kemudian setelah itu tungkai pasien diangkat sejauh 40° dan sejauh 90°. (Lihat gambar 1)

4
Gambar 1. Tes Laseque 3

Tanda Laseque: menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal khususnya L5 atau S1.
Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu, lalu di panggul
sampai 900 lalu dengan perlahan-lahan dan graduil dilakukan ekstensi lutut dan gerakan ini akan
menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes yang positif) dan nyeri akan
berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi. Terdapat modifikasi tes ini dengan mengangkat
tungkai dengan lutut dalam keadaan ekstensi (stright leg rising). Modifikasi-modifikasi tanda
laseque yang lain semua dianggap positif bila menyebabkan suatu nyeri radikuler. Cara laseque
yang menimbulkan  nyeri pada tungkai kontra lateral merupakan tanda  kemungkinan  herniasi
diskus.3 Adanya tanda Laseque lebih menandakan adanya lesi pada LIV-V atau LV-SI daripada
herniasi lain yang lebih tinggi (LI-IV), dimana tes ini hanya positif pada 73,3% penderita.

8. Test Patrick

Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan pada sendi sakro iliaka.
Tindakan yang dilakukan adalah fleksi, abduksi, eksorotasi dan ekstensi. (Lihat gambar 2)

Gambar 2. Tes Patrick 3

5
9. Pemeriksaan motorik dan sensorik
Pemeriksaan motorik harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi
untuk menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan memperhatikan miotom
yang mempersarafinya.4 Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan
perhatian dari penderita dan tak jarang keliru, tetapi tetap penting arti diagnostiknya dalam
membantu menentukan lokalisasi lesi HNP sesuai dengan dermatom yang terkena. Gangguan
sensorik lebih bermakna dalam menunjukkan informasi lokalisasi dibanding motoris.
10. Pemeriksaan reflex
Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu berguna pada
diagnosis NPB dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi level kelainan, kecuali pada
sindroma kauda ekuina atau adanya neuropati yang bersamaan. Refleks patella terutama
menunjukkan adanya gangguan dari radiks LIV dan kurang dari LII dan LIII. Refleks tumit
predominan dari SI. Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN). 5
Pemeriksaan yang didapatkan pada kasus ini TTV dbn, pemeriksaan khusus: region lumbosacral:
SLR (+); ROM terbatas untuk gerakan membungkuk, nyeri (+); pemeriksaan jongkok dan
berdiri, nyeri (+).

Pemeriksaan penunjang

Dalam penegakan diagnosis dari kasus NPB biasanya tidak spesifik. Penyebab nyeri
pinggang ini sangat bervariasi dari yang ringan seperti sikap tubuh yang salah sampai yang berat
dan sangat serius, misalnya oleh keganasan. Kondisi psikologis seperti neurosis, histeria dan
reaksi konversi mungkin pula berkaitan dengan nyeri pinggang. Depresi lebih jarang sebagai
penyebab nyeri pinggang, sebaliknya depresi sering timbul sebagai komplikasi nyeri pinggang
kronik.

 Plain

X-ray adalah gambaran radiologi yang mengevaluasi tulang,sendi, dan luka degeneratif
pada spinal. Gambaran X-ray sekarang sudah jarang dilakukan, sebab sudah banyak peralatan
lain yang dapat meminimalisir waktu penyinaran sehingga efek radiasi dapat dikurangi. X-ray

6
merupakan tes yang sederhana, dan sangat membantu untuk menunjukan keabnormalan pada
tulang. Seringkali X-ray merupakan penunjang diagnosis pertama untuk mengevaluasi nyeri
punggung, dan biasanya dilakukan sebelum melakukan tes penunjang lain seperti MRI atau CT
scan. Foto X-ray dilakukan pada posisi anteroposterior (AP ), lateral, dan bila perlu oblique
kanan dan kiri.6,7 Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang
dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan degeneratif, dan tumor
spinal.( lihat gambar 3)

Gambar 3. Foto Rotgen6

 Myelografi

Myelografi adalah pemeriksan X-ray pada spinal cord dan canalis spinal. Myelografi
merupakan tindakan infasif, yaitu cairan yang berwarna medium disuntikan ke kanalis spinalis,
sehingga struktur bagian dalamnya dapat terlihat pada layar fluoroskopi dan gambar X-ray.
Myelogram digunakan untuk diagnosa pada penyakit yang berhubungan dengan diskus
intervertebralis, tumor spinalis, atau untuk abses spinal.6

7
Gambar 4. Myelografi 6

 Computed Tomografi Scan ( CT- scan ) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI )

CT-scan merupakan tes yang tidak berbahaya dan dapat digunakan untuk pemeriksaan
pada otak, bahu, abdomen, pelvis, spinal, dan ekstemitas. Gambar CT-scan seperti gambaran X-
ray 3 dimensi. Sedangan MRI dapat menunjukkan gambaran tulang belakang yang lebih jelas
daripada CT-scan. Selain itu MRI menjadi pilihan karena tidak mempunyai efek radiasi. MRI
dapat menunjukkan gambaran tulang secara sebagian sesuai dengan yang dikehendaki. MRI
dapat memperlihatkan diskus intervertebralis, nerves, dan jaringan lainnya pada punggung.6,7

Gambar 5. MRI dan Ct-scan 6

Working Diagnosis

Nyeri punggung bawah


Nyeri tulang belakang memiliki banyak penyebab, meskipun sering tidak terdapat
penyebab spesifik yang bisa dikenali. Salah satu penyebab paling umum adalah otot dan
7,8
persendian yang tegang dan terkilir. Otot yang tegang dan terkilir bisa diakibatkan dari
berjinjit, olah raga, atau berpindah pada cara yang tidak diinginkan (seperti ketika terjatuh atau
ketika kecelakaan mobil). Ketika dikarenakan olah raga, luka pada tulang punggung kadangkala

8
disebut punggung pengangkat berat (lumbar strain). Punggung pengangkat berat kemungkinan
tidak hanya disebabkan oleh mengambil benda yang sangat berat dari bawah pada pengangkatan
berat tetapi juga oleh mendorong berlawanan menentang penjaga garis pada sepak bola, secara
tiba-tiba berbelok untuk menggiring bola setelah memantulkan bola pada bola basket,
mengayunkan sebuah pemukul pada baseball, atau mengayunkan pemukul pada golf. Punggung
bagian bawah lebih mungkin terluka ketika kondisi fisik seseorang adalah buruk dan otot
penopang punggung adalah lemah. Memiliki postur yang buruk, menjadi kelebihan berat badan,
dan menjadi lelah juga bisa mendukung.
Osteoarthritis (radang sendi menurun) menyebabkan tulang rawan yang melindungi dan
menjaga tulang belakang untuk memburuk. Gangguan ini dipikirkan menjadi penyebab,
setidaknya pada bagian, terhadap penggunaan dan sobekan pada tahun-tahun penggunaan.
Piringan diantara tulang belakang memburuk, mempersempit ruang disana dan menekan akar
syaraf tulang belakang. Tonjolan tulang yang tidak biasa (spurs) bisa terbentuk pada tulang
belakang dan juga menekan akar syaraf tulang belakang. Seluruh perubahan ini bisa
menyebabkan nyeri tulang belakang seperti kekakuan. 6
Pada osteoporosis, kepadatan tulang menurun, membuat tulang lebih mungkin untuk
patah. Tulang belakang sangat rentan terhadap efek osteoporosis, sering mengakibatkan
kehancuran (tekanan) patah (yang bisa menyebabkan nyeri punggung kronis). Meskipun begitu,
kebanyakan patahan disebabkan osteoporosis di bagian atas dan tengah punggung dan
menyebabkan bagian atas dann tengah lebih dari nyeri tulang punggung.
Piringan yang pecah atau hernia bisa menyebabkan nyeri punggung bagian bawah.
Piringan memiliki pelindung yang keras dan isi yang lunak seperti jeli. Jika piringan secara tiba-
tiba terperas oleh tulang belakang di atas dan di bawahnya (terjadi pada waktu mengangkat
beban berat), pelindung bisa pecah, menyebabkan nyeri. Isi dari piringan bisa tertekan di
pecahan pelindung, sehingga bagian isi menonjol keluar (hernia). Tonjola ini bisa tertekan,
teriritasi, dan bahkan merusak saraf spinal di dekatnya, menyebabkan nyeri yang lebih lagi.
Tonjolan atau herniated disk biasanya juga menyebabkan sciatica.

Gejala klinik
Timbulnya nyeri punggung bawah dapat terjadi mendadak atau perlahan-lahan. Awitan
mendadak dapat muncul setelah mengangkat atau menarik dan rasa nyeri dialami segera, sering
bertambah berat setelah beberapa jam. Pasien mengeluh tidak mampu meluruskan punggung dan

9
mungkin menyadari bahwa tubuhnya miring ke satu sisi. Nyeri lebih sering muncul perlahan
tanpa ada riwayat terjadi cedera. Nyeri punggung secara khas muncul saat seseorang duduk atau
berdiri selama beberapa waktu, saat ia mengangkat atau menarik, atau pada saat mengambil
posisi tertentu yang tidak lazim pada pekerjaan nya, misal nya membungkukkan badan dan
berjongkok ( misal ny saat menge-las ). gejala berkurang atau hilang dengan istirahat. Sering ada
riwayat masalah punggung bagian bawah yang hilang timbul. Nyeri punggung dapat berkaitan
dengan penjalaran ke bawah pada satu atau kedua tungkai. Nyeri tersebut dapat merupakan nyeri
alih yang berasal dari diskus intervertebralis atau dari daerah datar sendi tulang belakang, atau
“radikular” akibat terkena nya akar saraf tulang belakang oleh diskus intervertebralis yang
mengalami prolaps. Nyeri alih secara khas menjalar dari bagian belakang paha ke bagian
belakang lutut sedangkan gejala radikular terasa pada dermatom saraf yang terkena, menjalar
melampaui dermatom saraf lutut ke kaki dan dapat terjadi bersamaan dengan parestesia pada
dermatom akar saraf yang terkena. Sering terdapat keluhan nyeri di daerah spinal, pada
pemeriksaan fisik umumnya diperiksa adanya spasme otot paraspinal, kemiringan batang tubuh,
keterbatasan derajat, dan arah gerakan tulang belakang, namun hal ini tidak spesifik.5,6,7

Differential Diagnosis
Hernia Nukleus Pulposus
Didahului oleh rusaknya serat-serat annulus fibrosus pada suatu tempat tertentu sehingga
lapisan annulus pada tempat tersebut tipis dan lemah. Dan oleh adanya factor pencetus berupa
tekanan intradiskus yang mendadak naik, lapisan tersebut akan terdorong ke luar. Jadi
mekanisme ini tidak terlepas dari proses degenerasi annulus yang telah berkembang sebelumnya.
Akan tetapi kenyataan klinis membuktikan bahwa HNP dapat pula terjadi pada usia muda, di
mana proses degenerasi diperkirakan belum terjadi, paling tidak masih dalam tahap permulaan.
Tidak selamanya factor trauma sebagai pencetus jelas terdapat.; timbulnya herniasi spontan
kadang dapat pula terjadi.6,7
Dalam praktek, HNP lumbal menunjukkan predileksi tempat pada diskus L5-S1 disertai
keterlibatan radiks S1. Hal ini mudah dipahami bila diingat bahwa persendian L5-S1 merupakan
titik pusat beban tubuh.

Spondilosis

10
Adalah proses degenerasi diskus intervertebra secara progresif. Fakta tentang spondilosis :4,5
1. Usia relative lanjut
2. Sifat nyeri kronis
3. Adanya penyempitan foramen intervertebra secara radiologis
4. Adanya deficit neurologis dermatom sesuai penyempitan foramen
5. Jarang nyata adanya tes Lasegue positif
6. Hiperekstensi dapat memprovokasi keluhan, oleh karena adanya hiperekstensi mengakibatkan
foramen mengecil
7. Manipulasi mempertinggi tekanan intradura dapat memprovokasi nyeri, oleh karena kantung
duira makin teregang. 9
2. Pajanan yang di Alami
Hasil analisis statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
tinggi badan dengan NPB. Tinggi badan sebagai faktor risiko NPB memang masih
diperdebatkan. Penelitian Palmer KT memperlihatkan lebih besarnya prevalensi NPB pada orang
yang lebih tinggi. Berat badan yang berlebih menyebabkan tonus otot abdomen lemah, sehingga
pusat gravitasi seseorang akan terdorong ke depan dan menyebabkan lordosis lumbalis akan
bertambah yang kemudian menimbulkan kelelahan pada ototparavertebra, hal ini merupakan
risiko terjadinya NPB. Pada penelitian ini status gizi tidak berhubungan bermakna dengan NPB.
Riihimaki berpendapat bahwa hubungan antara posturtubuh dan kelebihan berat badan masih
kontradiksi, namun Fuortes menemukan bahwa overweight dan obesitas merupakan faktor risiko
NPB.4,7

3. Hubungan Pajanan dengan Gejala Klinis


Berdasarkan teori di atas dan kondisi pasien sekarang yang bekerja sebagai
housekeeping, maka dapat disimpulkan adanya pajanan berupa 6,9
1. Kerja yang monoton dan pada posisi yang sama terus menerus.
2. Sikap badan waktu kerja yang salah dalam posisi yang tidak bertumpu pada lutut melainkan
pada pinggang.
3. Ukuran barang, tempat pegangan dan titik berat barang waktu diangkat.

4. Pajanan Cukup Besar

11
Patofisiologi
Penyebab NPB secara umum seringkali terkait dengan trauma mekanik akut, tetapi dapat
juga sebagai akumulasi dari beberapa trauma dalam kurun waktu tertentu. Akumulasi trauma
dalam jangka panjang seringkali ditemukan pada tempat kerja. Kebanyakan kasus NPB terjadi
dengan adanya pemicu seperti kerja berlebihan, penggunaan kekuatan otot berlebihan,
ketegangan otot, cedera otot, ligamen, maupun diskus yang menyokong tulang belakang. tetapi
keadaan ini dapat juga disebabkan oleh keadaan non-mekanik seperti peradangan pada
ankilosing spondilitis dan infeksi, neoplasma, dan osteoporosis.8,9 Patofisiologi dari NPB
sangatlah kompleks. Beragam struktur anatomi dan elemen dari tulang lumbal (tulang, ligamen,
tendon, otot, dan diskus) = diyakini sangat berperan dalam timbulnya gangguan. Sebagian besar
dari elemen lumbal memiliki inervasi sensorik, sehingga dapat memicu sinyal nosiseptif yang
timbul sebagai respons terhadap stimulus kerusakan jaringan. Sebab lainnya adalah gangguan
pada saraf, contohnya adalah skiatika. Pada kasus NPB kronis, seringkali dijumpai penyebabnya
adalah campuran antara nosiseptif dan neurologis. Daerah lumbal, khususnya daerah LV-SI
memunyai tugas yang berat, yaitu menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan
disangga oleh sendi L5-S1. Mobilitas daerah lumbal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi
sangat tinggi. Diperkirakan hampir 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan pada sendi
LV-SI. Daerah lumbal terutama LV-SI merupakan daerah rawan, karena ligamentum
longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior diskus. Arah herniasi yang
paling sering adalah postero lateral.

Epidemiologi
Di Amerika Serikat, NPB berada pada peringkat ke-5 dalam daftar penyebab kunjungan
ke dokter yakni sekitar 12 juta kunjungan per tahun. Prevalensi NPB pada pekerja di negara
industry mencapai 70%, demikian pula halnya dengan prevalensi pada usia sekolah. 4,6 Angka
pasti kejadian NPB di Indonesia tidak diketahui, namun diperkirakan, angka prevalensi NPB
bervariasi antara 7,6% sampai 37%. Dari data yang dikumpulkan di poliklinik saraf RSUP Dr.
Sardjito tahun 2000, pasien yang datang tiap bulannya adalah berkisar antara 1.500 pasien
sampai dengan 2.000 pasien, yang terbanyak adalah pasien nyeri pinggang. Penelitian kelompok
studi nyeri PERDOSSI Mei 2002 menunjukkan jumlah penderita nyeri pinggang sebesar 18,37%
dari seluruh pasien nyeri. Studi populasi di daerah pantai utara Jawa ditemukan insidensi 8,2%

12
pada pria dan 13,6% pada wanita. Di Rumah Sakit Jakarta, Yogyakarta dan Semarang
insidensinya sekitar 5,4 – 5,8%, frekuensi terbanyak pada usia 45-65 tahun.2 Prevalensi NPB
yang terjadi di lingkungan kerja anestesiologi dan terapi intensif R.S. Dr. Hasan Sadikin
Bandung tahun 2014 sebesar 35,7%.3 Masalah NPB pada pekerja pada umumnya dimulai pada
usia dewasa muda dengan puncak prevalensi pada kelompok usia 45- 60 tahun dengan sedikit
perbedaan berdasarkan jenis kelamin. Berdasarkan perjalanan penyakitnya, NPB terbagi menjadi
NPB akut, sub-akut, dan kronis. NPB akut merupakan bentuk yang paling sering ditemui

5. Faktor Individu
 Usia
Terdapat kenaikan angka kejadian dan prevalensi nyeri punggung dengan
bertambahnya usia yang tidak dipengaruhi kondisi kerja. Namun, masalah punggung
mungkin secara tidak langsung berhubungan dengan proses menua vertebra lumbal. Hal
ini mencerminkan waktu dan pengalaman yang diperlukan untuk mempelajari metode
penggunaan punggung yang aman dan efisien. Walaupun angka cedera lebih tinggi pada
kelompok usia muda, biaya klaim cenderung lebih rendah yang mungkin mencerminkan
potensi pegawai usia muda untuk mengalami pemulihan gejala yang lebih cepat. Data
mereka juga menunjukkan bahwa kelompok yang rentan terhadap cedera punggung
dengan biaya tinggi cenderung pada kelompok usia 31-40, penemuan yang sarna pada
penelitian nyeri punggung bawah lain.6,7

Jenis Kelamin
Masalah punggung dilaporkan mengenai baik pria maupun wanita dalam
perbandingan yang sarna banyak (Andersson, 1979; Nachemson, 1976). Berdasarkan data
kompensasi pekerja, pria dilaporkan melakukan 76% dan 80% semua klaim kompensasi
punggung (Klein dkk., 1984; Snook, 1978). Secara keseluruhan, wanita lebih sedikit
mengalami cedera dibandingkan pria tapi wanita cenderung mempunyai peluang yang
bertambah untuk mengajukan klaim dan menjadi penagih kompensasi cedera yang mahal.
7,8

Kebugaran Jasmani
Pekerja dengan kebugaran jasmani yang lemah mungkin berisiko mengalami

13
cedera punggung. Dalarn sebuah penelitian prospektif terhadap 1.652 pemadam
kebakaran melaporkan frekuensi cedera yang dialami kelompok pekerja yang kurang
bugar sebanyak sepuluh kali lipat lebih tinggi dibandingkan kelompok pekerja yang
sebagian paling bugar. Mereka mengambil kesimpulan bahwa kebugaran jasmani dan
penyesuaian berperan dalam mencegah terjadinya cedera punggung. Tinggi dan berat
badan mungkin tidak penting walaupun ada laporan penelitian yang menyatakan bahwa
bertambahnya tinggi badan dan berat badan yang berlebih membuat seseorang menjadi
lebih rentan pada gejala punggung.8

6. Faktor Lain di Luar Pekerjaan


Berbagai penelitian menunjukkan pentingnya tingkat pendidikan sebagai faktor
prognostik nyeri punggung dan penyakit muskuloskeletal lain. Korelasi ini kuat hanya untuk kaum
pria. Penjelasan yang diberikan mengenai hal ini adalah pria yang memiliki tingkat pendidikan yang
terbatas dan pekerjaan dengan bayaran yang rendah lebih mungkin melakukan pekerjaan berat
atau pekerjaan yang melibatkan getaran atau beban lain terhadap tulang belakang. Faktor
psikososial lain yang ditemukan pada pasien dengan nyeri punggung meliputi depresi,
kecanduan alkohol, perceraian, ketidakpuasan melakukan pekerjaan, ketidakmampuan
membangun kontak emosi, masalah keluarga, riwayat operasi punggung, dan angka Minnesota
Multi-phasic Personality Inventory (MMPI) tidak normal. Namun, hal yang tetap ditanyakan
apakah faktor psikososial ini dapat meramalkan timbulnya cedera dalam industri atau apakah faktor
ini justru muncul akibat cedera yang terjadi.8,9

7. Diagnosis Okupasi
Nyeri punggung bawah adalah salah satu penyakit berhubungan kerja, yang utama
berhubungan dengan kerja fisik dan problema ergonomik, selain faktor-faktor lain yang juga
berhubungan. Pada pasien, yang merupakan housekeeping, sering kerja berat secara fisik yaitu
harus mendorong troli berisi peralatan kebersihan dan perlengkapan kamar hotel, mengganti
sprei, peralatan tidur dan membersihkan tempat tidur, membersihkan kamar dan kamar mandi.
Dikemukakan bahwa dalam hubungan dengan berat ringannya kerja secara fisik ternyata 64%
dari pekerja yang bekerja berat pernah atau sering mengeluh nyeri punggung bawah, sedangkan
diantara karyawan yang kerja ringan hanya 53%.6,9 Hal ini terjadi karena nyeri punggung bawah

14
tidak hanya disebabkan oleh masalah beratnya pekerjaan secara fisik, tetapi juga oleh masalah
ergonomi, meliputi rancangan sistem kerja, keadaan tempat kerja dan sikap badan waktu kerja.
Selain itu, stres psikososial di pekerjaan yang dialami setiap pekerja, dapat mempengaruhi tonus
otot dan dapat menyebabkan keluhan muskuloskeletal. Hal lain yang mungkin mempengaruhi
adalah aktivitas pribadi karyawan di luar jam kerja.

Penatalaksanaan Nyeri Punggung Bawah


Medika Mentosa
Penanggulangan nyeri pinggang bertujuan untuk mengatasi rasa nyeri, mengembalikan
fungsi pergerakan dan mobilitas, mengurangi residual impairment, pencegahan kekambuhan,
serta pencegahan timbulnya nyeri kronik. Perlu diperhatikan walaupun yang terbaik adalah
memberikan pengobatan sesuai dengan penyebab nyeri, tetapi sangat sulit menentukannya pada
fase akut nyeri atau bahkan pada nyeri kronik sekalipun. 7,8 Nyeri pinggang dapat diatasi dengan
pemberian obat-obatan, istirahat, dan modalitas. Untuk pengobatan simptomatis lainnya, kadang-
kadang memerlukan campuran antara obat analgesik, antiinflamasi, OAINS, dan penenang. Obat
antiinflamasi, seperti aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), berguna untuk
mengurangi nyeri. Kortikosteroid jangka pendek dapat mengurangi respons inflamasi dan
mencegah timbulnya neurofibrosis yang terjadi akibat gangguan iskemia.

Non Medika Mentosa


 Melakukan Korset Lumbal

Pada Keadaan nyeri akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat
edema. Untuk nyeri kronik dapat digunakan kompres panas maupun dingin. Korset lumbal
tidak bermanfaat pada NPB akut namun dapat digunakan untuk mencegah timbulnya
eksaserbasi akut atau nyeri pada NPB kronis.6,7

 Penurunan Resiko

Identifikasi elemen kerja mengandung resiko sangat penting pada gerak yang mengadung
resiko, seperti yang telah dijelaskan pada gerak yang berlebih dan postur janggal. Penentuan
tingkat kecendrungan penyebab dan tingkat terjadinya konsekuensi terjadinya resiko. Tujuan
tugas menjadi prioritad dalam eliminasi resiko, menghilangkan secara total sulit dicapai,

15
paling tidak garakan yang dilakukan masih dalam batas minimal mengadung resiko,
pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dan selalu dibarengi dengan evaluasi.7,8

 Pemindahan Resiko

Prinsip pemindahan resiko adalah sebagai tindak lanjut program penurunan resiko, artinya
pemindahan resiko ditujukan mengganti berupa peralatan bantu sehingga tekanan pada
bagian fisik dapat terhindar sebagian atau menyeluruh.8

 Menghindari Resiko

Menghindari resiko diartikan antara lain, bila dijumpai perawat telah mengalami keluhan
LBP, kepada perawat tersebut dapat diberikan kelonggaran waktu istirahat atau cuti kerja,
bila mungkin dilakukan rotasi kerja ke bagian yang diidentifikasi bebas resiko LBP, seperti
menangani administrasi.8

Pencegahan nyeri punggung bawah


Terjadinya NPB pada pekerja sangat terkait dengan pekerjaan yang dilakukannya. Risiko
ditempat kerja meliputi kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan barang, gerakan
berulang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja, getaran, dan kerja statis. Maka, tindakan
pencegahan yang dilakukan juga harus berdasarkan pada faktor-faktor tersebut, yakni :7,9
1. Pencegahan primer yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kejadian NPB di tempat
kerja.
2. Pencegahan sekunder untuk mengurangi kejadian NPB dengan deteksi dini.
3. Pencegahan tersier dilakukan untuk meminimalisasi konsekuensi atau disabilitas yang
mungkin timbul dalam perjalanan penyakitnya.
Sedangkan untuk tindakan pencegahan tersebut dilakukan dengan strategi pencegahan sebagai
berikut:8,9
A. Edukasi dan pelatihan Pekerja
Dimana perlu mendapatkan edukasi tentang cara bekerja yang baik, dalam hal ini yang
terkait dengan gangguan NPB. Edukasi dapat meliputi teknik mengangkat beban, posisi tubuh
saat bekerja, peregangan, dan sebagainya. Lebih lanjut juga diberikan exercise untuk
meningkatkan kekuatan, fleksibilitas, dan ketahanan punggung bawah.
B. Ergonomi dan modifikasi faktor risiko

16
Bila memang ada faktor risiko pekerjaan terhadap timbulnya NPB di tempat kerja, maka
perlu dilakukan upaya kontrol. Upaya ini dapat meliputi pengadaan mesin pengangkat, ban
berjalan, dan sebagainya. Adanya regulasi khusus dari perusahaan mengenai pembatasan jumlah
beban yang dapat diangkat oleh pekerja adalah langkah yang baik. Demikian juga halnya dengan
pembatasan waktu bekerja. Faktor risiko individu, bila ada, juga harus dikendalikan. Misalkan
kebiasan merokok. Walaupun belum didapatkan bukti yang kuat bahwa modifikasi faktor risiko
dapat mencegah kejadian NPB, namun setidaknya dapat meningkatkan kesehatan pekerja secara
umum.
C. Pemilihan pekerja
Pemilihan pekerja dilakukan dengan skrining pra-kerja. Riwayat kesehatan dan hasil
pemeriksaan fisik harus diperhatikan dengan seksama. Adanya riwayat episode NPB sebelumnya
merupakan salah satu indikator adanya kemungkinan akan berulangnya kembali gangguan
tersebut bila calon pekerja itu berhadapan dengan faktor risiko yang ada di tempat kerja.
Penggunaan rontgen dan tes kekuatan sebagai salah satu alat skrining tidak dianjurkan karena
ketidakefektifannya dalam mendeteksi adanya NPB.

Prognosis
Kelainan nyeri punggung bawah ini prognosisnya baik, umumnya sembuh dalam
beberapa minggu jika dilakukan tindakan terapi secara dini. Strain otot membaik dengan
mengendalikan aktifitas fisik. Tirah Baring sedikitnya 2 hari menunjukkan efektifitas dalam
mengurangi nyeri punggung. Ketika nyeri berkurang, pasien dianjurkan untuk melakukan
aktifitas fisik ringan, dan aktifitas mulai ditingkatkan setelah beberapa hari selama nyeri tidak
bertambah.9

Kesimpulan
Nyeri punggung bawah (NPB) adalah rasa nyeri yang dirasakan di daerah punggung
bawah,dapat merupakan nyeri lokal, nyeri radikuler, maupun keduanya. NPB merupakan gejala,
bukan suatu diagnosis. Nyeri punggung merupakan kelainan dengan berbagai etiologi dan
membutuhkan penanganan simtomatis serta rehabilitasi medik. Kejadian timbulnya NPB pada
pekerja erat hubungannya dengan pekerjaan yang dilakukan, oleh karena itu diperlukan tindakan
yang tepat untuk pencegahan tujuan akhir dari program pencegahan ini meliputi penurunan

17
insidens dan prevalensi NPB, penurunan angka disabilitas dan perbaikan fungsi, menjaga pekerja
tetap dapat bekerja sehingga meningkatkan produktivitas, dan mengurangi dampak dari kejadian
timbulnya NPB.

Daftar Pustaka
1. Kasjmir YI. Penatalaksanaan Medik Nyeri Punggung Bawah. Dalam Meliala L, Suryono B,
Wibowo S. Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah I Indonesian Pain Society, Yogyakarta,
2010.
2. Haris, Hasan M. Analisis faktor-faktor sikap tubuh pada pekerja laki-laki angkat dan angkut
terhadap nyeri punggung bawah [tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia; 2007.
3. Suryanto Dh. Hubungan kejadian nyeri punggung bawah dengan pajanan getaran seluruh
tubuh dan faktor-faktor yang mempengaruhi pada pengemudi bajaj dan ojek di sekitar
Kelurahan Kayu Putih [tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia; 2006.
4. Sistematika Pendekatan pada Nyeri Pinggang .Oleh Albar Zuljasri. Dalam : Cermin Dunia
Kedokteran. Diunduh dari www.kalbe.co.id. Diunduh tanggal 24 Oktober 2011
5. Mechanical Low Back Pain. Oleh : Everett C Hills. 12 May 2011. Diunduh dari :
http://emedicine.medscape.com/article/310353-clinical. . Diunduh tanggal 24 Oktober 2011
6. Pemeriksaan Fisik Tulang Belakang. Dalam : Bickley, Lynn. Bates Buku Ajar Pemeriksaan
Fisik & Riwayat Kesehatan. Edisi 8. Jakarta : EGC ; 2009. h.511-6
7. Jeyaratnam, J. Buku praktik kedokteran kerja / J. Jeyaratnam, David Koh ; alih bahasa,
Suryadi ; editor edisi bahasa Indonesia, Retna Neary Elseria Sihombing, Palupi Widyastuti. –
Jakarta : EGC, 2009. 206 – 14
8. Laju Endap Darah. Dalam : Joyce LK. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik.
Edisi 6. Jakarta : EGC ; 2008. h. 175
9. Kasjmir YI. Nyeri spinal dalam Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia ; 2006. h. 1306-7.

18

Anda mungkin juga menyukai