Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KASUS PLEURITIS

1. PENDAHULUAN SISTEM RESPIRASI Respirasi adalah pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara atmosfer dan sel tubuh, meliputi inspirasi dan ekspirasi, difusi oksigen dari alveolus ke darah dan karbon dioksida dari darah ke alveolus, serta transport oksigen ke sel tubuh dan karbon dioksida dari sel tubuh. Sistem respirasi terdiri dari : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Hidung Pharinx Larinx Trachea Bronchi Paru-paru

Secara structural, system respirasi dibagi menjadi :


Upper Respiratory System : terdiri dari hidung, pharynx, dan struktur penghubung lainnya, Lower Respiratory System : terdiri dari larynx, trachea, bronchi dan paru-paru.

Sedangkan secara fungsional, system respirasi dapat dibagi menjadi :

Conducting Zone

Terdiri dari rangkaian saluran penghubung dan terdapat di luar maupun di dalam paru-paru. Termasuk di dalamnya : hidung, pharynx, larynx, trachea, bronchi, bronchioles, dan terminal bronchioles. Memiliki fungsi untuk menyaring, menghangatkan dan membasahi udara juga menyalurkan udara ke paru-paru.

Respiratory Zone

Terdiri dari jaringan-jaringan pada aru-paru tempat dimana terjadi pertukaran gas. Termasuk di dalamnya : respiratory bronchioles, alveolar duct, alveolar sac dan alveoli. Merupakan tempat pertukaran gas utama antara udara dan darah. Respirasi melibatkan proses berikut :
Laporan Kasus : Pleuritis |

Ventilasi Pulmonar (pernapasan), adalah jalan masuk dan keluar udara dari saluran pernapasan dan paru-paru. Respirasi Eksternal, adalah difusi O2 dan CO2 antara udara dalam paru-paru dan kapiler pulmonary. Respirasi Internal, adalah difusi O2 dan CO2 antara sel darah dan selsel jaringan. Respirasi Selular, adalah penggunaan O2 oleh sel-sel tubuh untuk produksi energy, dan pelepasan produk oksidasi (CO2 dan air) oleh selsel tubuh.

Sistem Pernapasan berfungsi untuk mengambil oksigen dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan untuk mentransport karbon dioksida yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Organ-organ respiratori juga berfungsi dalam produksi wicara dan berperan dalam keseimbangan asam dan basa, pertahanan tubuh melawan benda asing, dan pengaturan hormonal tekanan darah. Pusat Pengontrol Respirasi Respirasi dikendalikan oleh dua mekanisme saraf terpisah; system volunteer yang berasal dari korteks serebral dan pengendalian pernapasan saat melakukan aktivitas seperti berbicara dan makan, serta system involunter yang terletak di bagian medulla batang otak serta mengatur respirasi sesuai kebutuhan metabolic tubuh.

Gambar : respiratori center


Laporan Kasus : Pleuritis |

Pusat respiratorik medular mengandung neuron inspirasi dan ekspirasi yang terletak sebagai agresi longgar dalam formasi reticular pada medulla. Agregasi ini dilepas untuk memproduksi respirasi otomatis. Neuron Inspirasi terletak dalam medulla dorsal. Neuron ini mengirim impuls ke neuron motorik yang berujung pada otot inspirasi. Saat neuron inspirasi menghentikan aktivitasnya, otot-otot inspirasi menjadi relaks dan ekspirasi berlangsung. Neuron ekspirasi terletak di dalam medulla ventral (kelompok medular ventral). Selama pernapasan aktif atau kuat, neuron mengeluarkan impuls ke neuron motorik yang berujung di otot interkostal internal dan abdominal serta memfasilitasi ekspirasi. Mekanisme yang pasti untuk menjelaskan irama respiratorik tidak diketahui, tetapi pola dasarnya (2 detik untuk inspirasi dan 3 detik untuk ekspirasi) dipercaya dilakukan oleh neuron inspirasi disertai inhibisi impuls resiprokal antara neuron inspirasi dan ekspirasi. Pusat Respirasi batang otak (pons) Pusat pneumotaksis dalam batang otak bagian atas membatasi durasi inspirasi, tetapi meningkatkan frekuensi respirasi, mengakibatkan pernapasan dangkal dan cepat. Pusat apneustik pada batang otak bawah memfasilitasi efek terhadap inspirasi. Refleks Respiratorik Refleks inflasi (reflex Hering-Breuer, reflex vagal). Reseptor peregang dalam otot polos paru-paru terstimulasi saat paru mengembang. Reseptor ini mengirim impuls penghambat di sepanjang serabut vagus eferen menuju neuron inspirasi medular. Refleks ini mencegah terjadinya overinflasi paru-paru yang dapat muncul saat melakukan olah raga berat. Refleks ini dipercaya tidak penting dalam pernapasan tenang. Refleks ini bekerja seperti pusat pneumotaksis dengan mengurangi kedalaman pernapasan dan meningkatkan frekuensinya. Refleks spinal. Berkas otot dalam otot respirasi memantau panjang serabut otot. Pemendekan serabut akan terasa dan disampaikan ke medulla spinalis, yang mengakibatkan impuls motorik untuk memperbesar kontraksi. Iritasi jalan udara akibat asap, uap, atau partikel dalam udara yang terhirup akan menyebabkan batuk dan bersin untuk mengeluarkan iritan. Input proprioseptor pada system saraf perifer dari persendian dan tendon membantu mengatur respirasi saat berolah raga.

Laporan Kasus : Pleuritis |

1. ANATOMI SISTEM RESPIRASI Secara anatomis, sistem respirasi terbagi menjadi dua bagian, yang pertama adalah upper respiratory system meliputi, hidung dan faring, yang kedua adalah lower respiratory system yang meliputi laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan paru-paru.

1.1.

Hidung (Nose)

Secara anatomis, hidung terbagi menjadi dua bagian, yaitu : External nose

Batas-batas external nose antara lain : R o o t ,

bagian

superior

hidung tulang

yang (frontal,

menghubungkan lateral dan septal

nasal, maxilla) dengan kartilago

Laporan Kasus : Pleuritis |

Apex, yaitu bagian inferior dari hidung yang dibatasi oleh kartilago alar

Dorsum atau bridge adalah bagian yang memanjang dari root hingga apex hidung

Alae, adalah bagian lateral dari apex hidung yang berisi jaringan ribroareolar dan jaringan adiposa, atau akan sering kita sebut vestibule cuping yang hidung, pada bagian lebih dalam ditemukan berisi mukosa dan bulu kasar

Naris atau nostril eksternal adalah bagian lubang hidung

External nose dibentuk oleh otot, kulit, membran mukus, tulang (frontal, nasal dan maxilla) dan kartilago hyalin yang terdiri dari satu kartilago septal yang memanjang sepanjang nasal septum, dua kartilago lateral yang ada di bagian lateral nasal, dan dua kartilago alar yang ada di bagian inferior dan anterior dari kartilago lateral. Internal nose

Internal nose atau hidung bagian dalam berupa nasal cavity, batasbatasnya antara lain : anterior adalah eksternal nose posterior adalah nasofaring pada dua opening choanae superior adalah nasal bone dan lacrimal sac inferior adalah maxilla bone

Pada nasal cavity terdapat membran mukus pada conchae, otot, nasolakrimal duct yaitu tempat pengeringan air mata, dan sinus pranasal (frontal, sphenoid, ethmoid dan maxilla). Selain itu juga terdapat olfactory receptor di daerah superior nasal conchae dan septum adjacent. Nasal cavity dikelilingi oleh dinding-dinding nasal pada bagian :
Laporan Kasus : Pleuritis |

roof, atau bagian superiornya adalahtulang ethmoid dan tulang lakrimal floor, atau bagian inferiornya adalah tulang maxilla dan tulang palatine medialnya berupa nasal septum yang membagi nasal cavity menjadi dua bagian yang kiri dan yang kanan lateralnya dibentuk oleh tiga lekukan seperti kerang yang disebut conchae yang memanjang di tiap diding lateral cavity, terbagi menjadi superior nasal conchae, middle nasal conchae dan inferior nasal conchae.

Conchae ini membentuk alur lintaran rongga hidung yang disebut meatus, meatus sendiri terbagi menjadi tiga, yakni superior meatus, middle meatus dan inferior meatus. Pengaturan conchae dan meatus meningkatkan area pada internal nose dan mencegah dehidrasi dengan mengambil air selama ekshalasi. Secara garis besar, hidung memiliki fungsi, antara lain : menyaring, menghangatkan dan melembabkan udara yang masuk
Laporan Kasus : Pleuritis |

mendeteksi stimulus olfaktorius untuk penciuman memodifikasi speech vibration

1.1. Pharynx Pharynx (faring) berbentuk seperti corong, berukuran sekitar 13 cm di mulai dari nternal nares di nasofaring hingga cricoid cartilage pada laring. Faring terletak di anterior dari vetebral column, posterior dari nasal dan oral cavity dan superior dari laring. Tersusun atas skeletal muscle dan membran mukus. Secara garis besar faring berfungsi sebagai : lintasan udara dan makanan ruang resonansi untuk suara rumah dari tonsil, yakni faringeal tonsil, palatine tonsil dan lingual tonsil (fungsi tonsil yaitu sebagai reaksi imunologi untuk melawan benda asing). Faring terbagi menjadi tiga region, yaitu : 1. nasopharynx terletak di sebelah posterior dari nasal cavity, memanjang pada soft palate. Pada dinding posteriornya terdapat faringeal tonsil. Pada nasofaring ini terdapat lima opening, yaitu : 2 opening dari internal nares 1 opening dari orofaring 2 opening dari auditory (pharyngotympanic) atau eustachian tube

Secara khusus, fungsi nasofaring adalah sebagai tempat pertukaran udara dan auditory tubes untuk menyamakan tekanan antara faring dengan telinga tengah. 1. Oropharynx Secara khusus fungsi orofaring adalah sebagai lintasan udara, air dan makanan. Orofaring terletak posterior terhadap oral cavity, memanjang dari soft palate hingga hyoid bone.
Laporan Kasus : Pleuritis |

Terdapat dua buah tonsil, yakni palatine dan lingual tonsil. Terdapat tiga opening, yaitu : 1 opening dari mulut yang disebut fauces 1 opening dari nasofaring 1 opening dari laringofaring

1. Laryngopharynx Laryngopharynx atau hypopharynx memanjang sepanjang hyoid bone. Bagian posterior dari laringofaring adalah esofagus dan bagian anterior dari laringofaring adalah laring atau voice box. Secara khusus fungsi faring sama seperti fungsi orofaring, yakni sebagai jalur air, makanan dan udara.

1.1. Larynx Merupakan jalur pendek (C4-C6) antara laringofaring dengan trakea, terletak anterior tehadap esofagus. Fungsi khusus larynx adalah sebagai

Laporan Kasus : Pleuritis |

penghasil suara atau sering disebut vocal box. Pada dinding laring terdapa sembilan kartilago yang terdiri dari :

1 thyroid cartilage 1 epliglottis cartilage 1 cricoid cartilage 2 arytenoid cartilage

2 cuniform cartilage 2 corniculate cartilage

Laporan Kasus : Pleuritis |

Beberapa kartilago yang berperan penting, antara lain : Epiglottis

Merupakan kartilago elastis, yang dilapisi oleh epithelium, bagian epiglottis yaitu stem, bagian inferior yang melekat pada thyroid cartilage dan hyoid bone, dan leaf, bagian yang tidak melekat dan dapat bergerak bebas. Ketika menelan laring dan faring terangkat, elevasi laring melebarkan area untuk menerima makanan. Dan elevasi laring menyebabkan epiglottis bergerak ke bawah dan membentuk penutup di atas glottis. Glottis adalah daerah yang meliputi lipatan membran mukus yang disebut vocal fold dan space di antar vocal fold yang disebut rima glottidis. Cricoid

Merupakan kartilago hyalin berbentuk cincin, membentuk dinding inferior laring. Berikatan dengan tracheal cartilage oleh cricotracheal ligament. Dan berikatan dengan thyroid cartilage oleh cricothyroid ligament. Fungsi khusus cricoid cartilage yaitu sebagai penunjuk untuk membentuk jalan napas darurat melalui tracheotomy. Arytenoid

Merupakan kartilago hyalin berbentuk triangular, terletak pada posterior dan superior border dari cricoid cartilage. Berikatan dengan vocal fold dan intrinsic pharingeal muscle. Saat otot berkontraksi, vocal fold berpindah untuk menghasilkan suara. Corniculate

Merupakan kartilago elastis berbentuk seperti tanduk. Terletak pada apex dari arytenoid cartilage, dan berfungsi khusus sebagai struktur penyokong untuk epiglottis.

Laporan Kasus : Pleuritis |

Struktur pembentuk suara struktur pembentuk suara, terbentuk dari lipatan membran mukus yang terdiri dari vocal fold dan ventricular fold. Space antar vebtricular fold disebut rima vestibuli. Saat otot intrinsik faringeal berkontraksi, arytenoid cartilage berputa, ligament merapat, vocal fold merenggang dan rima glottidis menyempit menyebabkan udara yang masuk menghasilkan vibrasi, vibrasi ini yang menimbulkan suara. Selain itu, kualitas suara seseorang ditentukan oleh ruang resonansi yang terdapat pada faring, paranasal sinus, nasal dan oral cavity. Pengucapan kata juga dibantu oleh otot-otot pada wajah, lidah dan bibir. 1.1. Trachea Merupakan saluran berbentuk tubular, memanjang dari C7-T5, panjangnya sekitar 12 cm dan berdiameter sekitar 2,5 cm. Terletak anterior terhadap esofagus. Terdapat trachealis cartilage yang merupakan kartilago hyalin berbentuk seperti huruf C. Terletak di mediastinum superior. Dan menjadi sumbu atau axis bagi tracheobrachialis tree. 1.2. Bronchi Terbagi menjadi tiga struktur, antara lain :

Laporan Kasus : Pleuritis |

1. Main/primary bronchi, terbagi menjadi dua, yakni satu left primary

bronchi yang terletak inferolateral di inferior dari arkus aorta dan anterior dari esofagus dan thoracic aorta. Sedangkan di sisi lain terdapat satu right primary bronchi yang lebih luas, pendek dan lebih vertikal. Kedua primary bronchi di batasi oleh carina, yaitu daerah batas pada awal percabangan trachea menuju main bronchi. Primary bronchi ini berhubungan langsung dengan hilum pada paru-paru.

2. Lobar/secondary bronchi, merupakan percabangan dari main bronchi,

dari left primary bronchi terbagi menjadi dua left secondary bronchi, dan dari right primary bronchi terbagi menjadi tiga right secondary bronchi.
3. Segmental/tertiary bronchi, merupakan percabangan dari secondary

bronchi.
Laporan Kasus : Pleuritis |

Segmental atau tertiary bronchi akan bercabang menjadi bronchioles. Ujung bronchioles disebut terminal bronchioles yang berjumlah 20-25 cabang. Dari terminal bronchioles terdapat respiratory bronchioles yang merupakan bagian respirasi dari bronchioles, pada respiratory bronchioles terdapat alveolar duct yang berjumlah 2-11 buah, dan pada setiap alveolar duct terdapat pulmonary alveolus yang berjumlah sekitar 300 juta.

Laporan Kasus : Pleuritis |

1.1.

Paru-paru (Lungs)

Fungsi utama paru-paru adalah pertukaran gas terutama O 2 dan CO2. Paruparu bersifat soft atau lembut, spongy, light, elastis dan dipenuhi oleh pilmonary cavity. Dipisahkan oleh mediastinum dan berikatan dengan root of lung atau hilum. Pada hilum sendiri terdapat : Pulmonary artery Pulmonary vein Lymphatic vessel Pulmonary plexus of nerve Bronchi pada bronchial vessel

Hilum di bungkus atau berbatasan dengan pleura layer (parietal dan visceral) yang disebut pleura sleeve atau mesopnemonium. Bagian-bagian paru-paru yaitu : Apex, yang berada pada ribs pertama hingga root of neck, dibungkus oleh cervical pelura. Basis, yang berada pada pernukaan diafragma Paru-paru juga memiliki permukaan, yakni : Costal surface, berbentuk besar, lembut dan konveks yang menghadap ribs Mediastinal surface, berbentuk kankaf dan terdapat hilum, yang menghadap mediastinum Diaphragmatic surface, berbentuk konkav, membentuk base of lung dan menghadap diaphragm Paru-paru juga memiliki 3 buah border yaitu :
Laporan Kasus : Pleuritis |

Anterior : merupakan garis antara permukaan costal dan mediastinal bagian anterior Inferior : merupakan garis pada diaphraghmatic surface Posterior: merupakan garis pada permukaan costal dan mediastinal bagian posterior

Paru-paru juga memiliki cekungan dalam atau yang sering disebut fissure, yang fungsinya juga membentuk lobus-lobus pada paru-paru. Lobus pada paru-paru sendiri berbeda antara paru-paru kiri dan kanan. Pada paru-paru kiri, lobus terbagi menjadi dua lobus yang dipisahkan oleh oblique fissure, yaitu superior lobus dan inferior lobus. Paru-paru kanan memiliki tiga lobus yaitu superior lobes, middle lobes dan inferior lobes. Superior lobes dan middle lobes dipisahkan oleh horizontal fissure sedangkan obliqe fissure memisahkan superior lobes, middle lobes dan inferior lobes. Secara anatomis, peru-paru kanan lebih besar, berat, luas dan vertikal tetapi lebih pendek, sedangkan paru-paru kiri lebih kecil, dan terdapat kekhasan terutama di bagian lobus superior yang membentuk juluran tipis atau

Laporan Kasus : Pleuritis |

prosesus yang disebut lingula, selain itu juga terdapat garis cekung yang berbatasan dengan jantung yang disebut cardiac notch. 1.1. Pleura Rongga pulmonary dilapisi oleh membran pleura (pleurae). Setiap paru paru berada dalam kantung pleura serous yang mengandung 2 membran, yaitu : 1) Pleura visceral ( membentuk lapisan luar paru-paru) 2) Pleura parietal (melapisi rongga thoracic) Diantara kedua lapisan tersebut terdapat rongga pleura yang berisi cairan serous pleural. Dimana volume normalnya adalah 10-20 ml. Fungsi cairan serous pleural adalah : melubrikasi permukaan pleura dan membnatu lapisan pleura untuk mendorong (sliding) dengan pelan ketika respirasi. Memberikan kohesi yang menjaga permukaan paru-paru berhubungan dengan dinding thoracic. 1) PLEURA VISCERAL Melapisi paru-paru dan melekat terhadap seluruh permukaannya, meliputi permukaan sampai fisure longitudinal dan oblique. Pleura ini bersambunagn dengan pleura parietal pada hilum paru-paru dimana strukturnya membentuk root paru-paru (ex. Bronchus dan pembuluh pulmonary) yang masuk dan meninggalkan paru-paru. 2) PLEURA PARIETAL Melapisi rongga pulmonary sehingga melekat pula pada dinding thoracic, mediatinum, dan diafragma. Lapisan ini lebih kuat daripada pleura visceral. Terdiri dari 4 bagian, yaitu : a. Bagian costal

Laporan Kasus : Pleuritis |

Memisahkan permukaan internal dinding thoracic (sternum, ribs dan cartilage costal, otot intercostal dan membran, dan bagian vertebra thoracic) oleh endothoracic fascia. b. Bagian mediastinal Melapisi sisi lateral mediastinum, sebagai penyekat antara rongga pulmonary. Anteriornya akan menyambung dengan pleura costal sedangkan superiornya akan menyambung ke bagian root leher dan Interiornya akan menyambung dengan pleura diafragmatic. c. Bagian Diaphragmatic Melapisi permukaan diafragma superior, kecuali perlekatan costal dan dimana diafragma bersatu terhadap pericardium. d. Cervical pleura Memanjang melewati celah thiracic superior ke root lehr. Berbentuk seperti kubah kantung pleural dan terletak di persambungan costal bagian superior dan pada bagian mediastinal pleura parietal. Dari dinding rongga pleural ke yang lain terdapat batas-batas atau garis pleural reflection, yang terbagi menjadi : Sternal line of pleural reflection Terjadi dimana costal pleura bersambunagn dengan mediastinum pleura (pada anterior). Costal line of pleural reflection Terjadi dimana costal pleura bersambungan dengan pleura diafragmatic (pada inferior). Vertebral line of pleural reflection Terjadi dimana costal pleura bersambungan dengan pleura mediastinal (pada posterior).

Laporan Kasus : Pleuritis |

1.1. Vaskularisasi Paru-paru dan Pleura Paru-paru menerima dan mensuplai darah melewati 2 rangkaian, yaitu : 1) Sirkiulasi pulmonary 2) Arteri dan vena bronchial SIRKULASI PULMONARY

Laporan Kasus : Pleuritis |

Setiap paru-paru memiliki artery pulmonary besar yang mensuplai darah ke paru-paru dan vena pulmonary yang mengeluarkan darah dari paru-paru. Artery pulmonary kanan dan kiri berasal dari pulmonary trunk dan membawa darah yang miskin O2 ke paru-paru untuk oksigenisasi. Secara anatomy gambar artery pulmonary berwarna biru. Setiap artery pulmonary menjadi bagian root dari paru-paru dan mengeluarkan cabang pertamanya ke superior lobe sebelum memasuki hilum. Di dalam paru-paru setiap artery descend ke bagian posterolateral bronkus utama dan terbagi menjadi arteri lobar dan arteri segmental. Kemudian cabang tersebut terus bercabang ke setiap lobe dan segment bronchopulmonary paru-paru. Arteri dan bronchi berpasangan di paru-paru. Di daerah duktus alveoli, cabang-cabang arteri tersebut membentuk jalinan kapiler di dalam septum interalveolaris. Darah yang teroksigenasi kembali ke jantung terjadi dengan melewati 4 vena pulmonary yang mengalirkan ke atrium kiri. Vena pulmonary membawa darah yang kaya O2 dari paru-paru ke atrium kiri jantung. Secara anatomy gambar vena pulmonary berwarna merah. Vena pulmonary mengalir pada arteri dan bronchi, yang menerima darah dari segment-segment berdekatan ketika sedang mengalir ke hilum. Vena dari

Laporan Kasus : Pleuritis |

pleura visceral mengalir ke vena pulmonary dan vena dari pleura parietal bergabung dengan vena sistemic pada bagian dinding thoracic yang berdekatan. ARTERI & VENA BRONCHIAL 1) Arteri Bronchial Mensuplai darah untuk menutrisi struktur-struktur yang membentuk root paru-paru, jaringan penyokong paru-paru dan pleura visceral Terbagi menjadi : a. Arteri bronchial kiri ; berasal dari superior thoracic aorta b. Arteri bronchial kanan ; berasal dari arteri intercostal posterior kanan (biasanya yang ke-3), common trunk bersama arteri bronchial superior, atau aorta. 1) Vena Bronchial Mengalir ke kapiler proksimal yang disuplai oleh arteri bronchial dan vena pulmonary. Terbagi menjadi : a. Vena bronchial kanan ; mengalir ke vena azygous b. Vena bronchial kiri ; mengalir ke vena hemiazygous accessory atau vena intercostal superior kiri.

1. 2. HISTOLOGI SISTEM RESPIRASI Secara fungsional sistem respirsi terbagi menjadi:

Conducting zone : terdiri dari hidung, pharynx, larynx, trachea, bronchi,bronchioles Respiratory zone : terdiri dari respiratory bronchioles, alveolar ducts, dan alveoli

Laporan Kasus : Pleuritis |

Pada sistem respirasi ada dua macam epitel yang sebagian besar melapisinya: Epitel Respirasi Epitel respirasi adalah epitel bertingkat silindris yang mengandung banyak sel goblet yang melapisi sebagian besar bagian konduksi. Terdiri atas 5 jenis sel: Sel silindris bersilia Sel yang terbanyak dan setipa sel memiliki +-300 silia pada permukaan apkalnya;di bawah silia, selain badan=badan basal terdapat banyak mitokondria kecil yang menyediakan ATP untuk pergerakan silia. Sel goblet mukosa Bgian apikalnya mengandung droplet mukus yang terdiri atas glikoprotein. Sel sikat (brush sel) Sel silindris yang terdapat banyk mikrovili pada permukaan apikalnya Sel basal Sel yang pendek(bulat kecil) yan terletak di atas lamina basal, namun tidak meluas smpai permukaan lumen epitel. Merupakan sel induk generatif yang mengalami mitosis dan kemudian berkembang menjadi jenis sel-sel lain. Sel granul kecil Mirip dengan selbasal, tetapi sel ini memiliki nayak granul berdiameter 100-300 nm dengan agian pusat yang padat. Sel-sel ini merupakan populasi sel dari sistem neuroendokrin difus (menurut kajisn histokimia). Epitel Olfaktorius dan ujung saraf aferen pada permukaaan basalnya(maka dianggap sebagai reseptor sensorik)

Laporan Kasus : Pleuritis |

Epitel olfaktoris yaitu mambran mukosa konka superior yang terletak di atap rongga hidung. Kmoreseptor olfaktorius terletak pada epitel ini. Luasnya sekitar 10 cm2 dan tebal 00 nm. Epitel ini merupakan epitel ertingkat silindris yang terdiri dari 3 jenis sel: Sel penyokong Pada permukaan bebasnya terdapat mikrovili, yang terendam dalam selapis cairan. Mengandung pigmen kuning muda yang menimbulkan warna mukosa olfaktorius ini. Sel-sel basal Berukuran kecil, bentuknya bulat atau kerucut dan membentuk suatu lapisan pada basis epitel. Sel olfaktorius Neuron Biopolar yang dapat dibedakan dari sel-se penyokong oleh letak intinya, yang terletak di bawah inti sel tempat 6-8 silia berasal. Rongga Hidung Vestibulum Epitelnya tiak berlapis tanduk lagi dan beralih menjadi epitel rspirasi sebelum memasuki fos nasalis. Fosa Nasalis(kavum nasi) Di antara konka superior, media, dan inferior ditutupi oleh epitel resirsai. Konka superior ditutupi epitel olfaktorius khusus. Faring Nasofaring : Dilapisi epitel respirasi (psedostratified columnar cilia) Orofaring : Dilapisi epitel stratified squamous non-keratin Laringofaring : Dilapisi epital stratified squamous non-keratin Larynx
Laporan Kasus : Pleuritis |

penyokong.

Apeksnya (dendrit) memilki daerah yang meninggi dan melebar,

Lapisan dari larynx bagian superior dari vocal fold yaitu epitel berlapis kubus non keratin dan inferior dari vocal fold yaitu epitel berlapis semu silindris. Mucus diproduksi okeh sel goblet yang membantu menjebak debu.

Trachea Lapisan dari dinding trachea terdiri dari : mucosa yang terdiri dari epitel silindris berlapis semu bersilia, submucosa yang terdiri dari jaringan ikat areolar, hyaline cartilage yang mirip huruf C, adventisia yang terdiri dari jaringan ikat areolar.

Bronchi Mucous membrane pada bronchial tree berubah dari epitel silindris berlapis semu bersilia pada primary, secondary, dan tertiary bronchi ke epitel silindris selapis bersilia dengan sel goblet pada bronchioles dan epitel kubus selapis bersilia dengan tak ada sel goblet pada small bronchioles menjadi epitel selapis kubus tidak bersilia pada terminal bronchioles. Pada bronkepitel bronkiolus terminalis terdapat sel clara, sel-sel ini memilki granul sekresi dan sitoplasma apikal yang menonjol.

Laporan Kasus : Pleuritis |

Alveoli

Disekeliling alveolar ducts terdapat alveoli dan alveolar sacs. Alveolus berbentuk cup yang dilapisi oleh epitel gepeng dan elastic basement membrane. Dinding alveoli ada tiga tipe yaitu : type I alveolar cells dengan epitel selapis gepeng, type II alveolar cells dengan sel epitel kubus yang mensekresikan cairan mengandung surfactant untuk mencegah alveoli collapse dan type III alveolar cells(dus cell atau alveolar macrophage) untuk memfagosit partikel. Pertukaran oksigen dan karbondioksida antara udara di paru-paru dan darah diangkut dengan difusi menyebrangi alveolar dan dinding kapiler yang bersama-sama membentuk respiratory membrane yang terdiri dari empat lapisan yaitu : lapisan dari sel alveolar I & II, epithelia basement membrane, capillary basement membrane dan capillary endothelium.

1. HUKUM-HUKUM FISIKA PADA SISTEM RESPIRASI 1. Hukum Boyle

Laporan Kasus : Pleuritis |

Hukum Boyle menyatakan bahwa volume gas berbanding terbalik dengan tekanan gas. Tekanan paa tabung tertutup akan meningkat jika volume dikecilkan, sedangkan tekanan akan menurun apabila volume diperbesar. Dan perlu diketahui bahwa udara akan bergerak dari tekanan yang l;ebih besar ke tekanan yang lebih kecil. Hukum Boyle ini diaplikasikan dalam ventilasi paru-paru, yaitu proses inhalasi dan exhalasi. Pada saat inhalasi, paru-paru mengembang yang menyebabkan volumenya bertambah dan tekanan menurun dibawah tekanan atmosfer, mengakibatkan udara di lingkungan masuk ke dalam paru-paru. Sedangkan pada saat exhalasi, terjadi penurunan volume paru-paru yang menyebabkan tekanannya lebih tinggi dibandingkan tekanan atmosfer dan udara berpindah dari dalam paruparu ke lingkungan. 2. Hukum Dalton Hukum Dalton menyatakan bahwa dalam campuran gas, setiap gas memakai tekanannya sendiri sesuai dengan persentasenya dalam campuran, terlepas dari keberadaan gas lain. Tekanan gas spesifik disebut dengan tekanan parsial (Px). Tekanan total campuran dihitung secara singkat dengan menambahkan semua tekanan parsial. Dari capuran gas atmosfer yang bernilai 760 mmHg pada permukaan laut, maka didapatkan tekanan parsial O2 (PO2) sejumlah 159 mmHg dan tekanan parsial CO2 (PCO2) sejumlah 0,3 mmHg. Tekanan parsial ini menentukan pergerakan O2 dan CO2 antara atmosfer dan paru-paru, antara paru-paru dan darah, dan antara darah dan sel-sel tubuh. Setiap gas berdifusi melewati membrane permeable dari area dimana tekanan parsialnya lebih besar ke area yang tekanan parsialnya lebih kecil. Perbedaan yang semakin besar dalam tekanan parsial, maka semakin cepat kecepatan difusinya. 3. Hukum Henry Solubilitas gas dalam air bervariasi sesuai tekanan dan temperaturnya. Solubilitas meningkat setara dengan peningkatan tekanan parsial dan menurun sesuai dengan peningkatan temperature. Pada perbandingan dengan Oksigen, Karbon dioksida lebih banyak dilarutkan di dalam plasma
Laporan Kasus : Pleuritis |

darah karena solubilitasnya 24x lebih besar dari O2. Walaupun udara yang kita hirup mengandung banyak N2, gas ini tidak diketahui fungsinya untuk jaringan tubuh dan pada permukaan laut sangat sedikit dari gas tersebut yang larut dalam plasma karena kelarutan di dalam plasma sangat rendah. 1. VENTILASI PULMONAR Merupakan aplikasi dari Hukum Boyle, dimana tekanan berbanding terbalik dengan volume dan udara akan berpindah dari tekanan yang lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Pada saat udara masuk ke paru-paru, tekanan udara di paru-paru lebih rendah disbanding tekanan udara di atmosfer (760 mmHg / 1 atm), begitu pula sebaliknya pada saat udara keluar dari paruparu. Ventilasi pulmonary ini meliputi inhalasi dan ekshalasi sebagai berikut, 1. Inhalasi Disebut juga inspirasi dimana merupakan proses udara masuk ke dalam paru-paru. Prosesnya adalah : Sebelum inhalasi tekanan udara di atmosfer dan paru-aru adalah sama, yaitu 760 mmHg atau 1 atm; Agar udara mengalir ke dalam paru-paru, tekanan alveoli harus lebih rendah daripada atmosfer, hal ini akan dicapai dengan meningkatnya volume paru-paru. Perbedaan tekanan ini disebabkan oleh perubahan volume paru-paru yang menekan udara ke dalam paru-paru ketika menghirup, dan keluar ketika menghembuskan udara. Untuk inhalasi, paru-paru harus meluas dan meningkatkan volumenya dan sekaligus menurunkan tekanan di dalam paru-paru di bawah tekanan atmosfer.

Laporan Kasus : Pleuritis |

Gambar : perubahan rongga thorax pada saat inhalasi dan ekshalasi Otot-otot yang berperan penting dalam proses inhalasi ini adalah : Diaphragma

Otot yang paling penting pada saat inhalasi dan mempunyai bentuk domeshaped, terbentuk dari dasar thoracic cavity diinervasikan oleh fiber dari phrenic nerve yang muncul dari spinal cord di cervical 3,4, dan 5. Kontraksi diaphragm menyebabkan bentuk dari dome-shaped turun dan menjadi lebih rata, hal ini meningkatkan vertical diameter dari rongga thorax selama inhalasi berlangsung, diaphragm turun sebesar 1 cm, dan menghasilkan perbedaan tekanan 1 3 mmHg dan menghirup 500 ml udara, dalam pernapasan kuat, diaphragm akan turun sampai 10 cm, dan menghasilkan tekanan 100 mmHg dan menghirup 2 3 liter udara. Kontraksi dari diaphragm ini bertanggung jawab sekitar 75 % dari udara yang masuk paruparu selama bernafas dengan tenang. Kontraksi otot dari diaphragm juga dipengaruhi pada masa kehamilan, obesitas, atau pakaian yang mengikat abdominal karena dapat menghalangi turunnya diaphragm.

Laporan Kasus : Pleuritis |

Gambar : otot-otot pada saat inhalasi dan ekshalasi Otot eksternal Intercostalis

Merupakan otot yang ikut berperan pada inhalasi selain diaphragm, ketika otot ini berkontraksi, otot ini akan mengangkat ribs dan hasilnya akan meningkatkan diameter anteroposterior dan lateral dari rongga dada. Kontraksi otot ini bertanggung jawab sekitar 25 % dari udara yang masuk ke dalam paru-paru selama bernafas tenang. Selama menghirup dengan tenang, tekanan kedua pleual layer dalam pleural cavity, disebut tekanan intrapleural (intrathoracic) dan selalu kurang sekitar 4 mmHg disbanding tekanan atmosfer atau 756 mmHg yang mana tekanan atmosfernya 760 mmHg. Karena diaphragm dan eksternal intercostalis berkontraksi dan seluruh ukuran dari rongga dada meningkat, volume dari pleurak cavity juga ikut meningkat, dan menyebabkan tekanan intrapleural menurun menjadi 754 mmHg. Selama thorox mengembang normalnya menarik kea rah luar parietal dan visceral bersama paru-paru mendorong dan melekatkannya ke parietal.

Laporan Kasus : Pleuritis |

Ketika volume dari paru-paru meningkat, tekanan di dalam paru-paru disebut tekanan alveolar (intrapulmonic) turun dari sekitar 760 ke 758 mmHg. Perbedaan tekanan ini terjadi antara atmosfer dan alveoli. Karena udara mengalir dari tekanan tinggi menuju tekanan rendah maka udara akan mengalir menuju paru-paru sepanjang perbedaan tekanan itu ada. Selama menghirup udara dengan kuat, accessory muscle ikut berpartispasi dalam peningkatan ukuran dari thoracic cavity. Dikatakan accessory muscle karena hanya berpengaruh sedikit pada saat inhalaso normal, tetapi pada saat menghirup kuat dan melakukan aktivitas maka otot-otot ini ikut berkontraksi dengan penuh. Accsesory muscle pada inhalasi yaitu : otot sternoscleidomastoid yang mengangkat sternum, otot scalene yang mengangkat 2 tulang ribs pertama, otot pectoralis minor yang mengangkat ribs ke-3 sampai ke 5, dan proses inhalation ini dikatakan active process arena otot-otot di dalamnya berkontraksi. 1. Ekshalasi Adalah menghembuskan udara keluar yang disebut juga ekspirasi.

Ekshalasi selama bernafas tenang tidak seperti inhalasi dan dinamakan passive process karena tidak adanya kontraksi otot yang dilibatkan. Ekshalasi diakibatkan dari adanya elastic recoil dari dinding dada dan paru-paru yang akan kembali ke bentuk asal setelah direnggangkan.

Langkah-langkah ekshalasi adalah : Ekshalasi mulai ketika otot-otot inspirasi berelaksasi; Karena diaphragm relaksasi,karena dome-shaped bergerak secara superor karena alastisitasnya dank arena eksternal intercostalis relaksasi, ribs menurun. Sebaliknya, tekanan alveolar meningkat sekitar 762 mmHg. Udara kemudian keluar dari paru-aru ke atmosfer.

Ekshalasi akan menjadi suatu proses aktif apabila menghembuskan nafas secara kuat, contohnya selama olah raga. Otot-otot yang berkontraksi antara lain : Otot abdominal dan internal intercostalis berkontraksi dan meningkatkan tekanan dalam bagian abdominal dan thorax. Kontraksi dari otot abdominal akan mengerakan ribs ke arah bawah dan mengkonpres abdominal viscera dan memaksa diapragma ke superior.

Laporan Kasus : Pleuritis |

Kontraksi internal intercostalis yang memanjang secara inferior dan posterior diantara ribs yang berdekatan akan menekan ribs ke arah inferior.

Faktor lain yang mempengaruhi ventilasi pulmonary, adalah : 1. Tekanan permukaan dari alveolar fluid 2. Compliance of the lungs 3. Resistansi saluran udara Meskipun intrapleural pressure lebih rendah dari tekanan alveolar, tekanannya mungkin secara cepat melebihi tekanan atmosfer selama ekshalasi kuat, contohnya selama batuk ataupun bersin.

Gambar : langkah-langkah pada saat inhalasi dan ekshalasi Pernapasan Abdominal dan Pernapasan Costal Istilah untuk pernapasan normal disebut eupnea. Eupnea dapat berupa dangkal atau dalam atau pun kombinasi dari keduanya (dangkal dan dalam). Pola pada pernapasan dangkal (dada) disebut costal breathing, terdiri dari gerakan naik dan keluar dada disebabkan oleh kontraksi otot eksternal
Laporan Kasus : Pleuritis |

intercostalis.

Pola

pada

pernapasan

dalam

(abdominal)

disebut

diaphragmatic breathing, terdiri dari gerakan ke luar abdomen disebabkan kontraksi dan penurunan diaphragm. Pernapasan abdominal diperlukan saat seseorang membutuhkan asupan O2 yang lebih, seperti saat berlari ataupun berolahraga.
Eupne Kombinas Diaphragmatic Costal Breathing a Breathing i

1. VOLUME DAN KAPASITAS PARU-PARU Volume udara dalam paru - paru dan kecepatan pertukaran saat inspirasi dan ekspirasi dapat diukur melaluii spirometer. Nilai volume paru memperlihatkan suhu tubuh standard dan tekana ambient serta diukur dalam mililiter udara. 1. Volume a. Volume Tidal (VT) adalah volume udara yang masuk dan keluar paru - paru selama ventilasi normal biasa. VT pada dewasa muda sehat berkisar 500 ml untuk laki - laki dan 380 ml ml untuk perempuan. b. Volume cadangan inspirasi (VCI) adalah volume udara ekstra yang masuk ke paru - paru dengan inspirasi maksimum di atas inspirasi tidal. CDI berkisar 3100 ml pada laki - laki dan 1900 ml pada perempuan. c. Volume cadangan ekspirasi (VCE) adalah volume ekstra udara yang dapat dengan kuat dikeluarkan pada akhir respirasi tidal normal. VCE biasanya berkisar 1200 ml pada laki - laki dan 800 ml pada perempuan.

Laporan Kasus : Pleuritis |

d. Volume residual (VR) adalah volume udara sisa dalam paru - paru setelah melakukan ekspirasi kuat. Volume residual penting untuk kelangsungan aerasi dalam darah saat jeda pernapasan. Rata - rata volume ini pada laki laki sekitar 1200 ml dan pada perempuan sekitar 1000 ml.

Gambar : Spirogram yang memperlihatkan volume dan kapasitas paru-paru 1. Kapasitas a. Kapasitas residual fungsional (KRF) adalah penambahan volume residual dan volume cadangan ekspirasi (KRF = VR + VCE). Kapasitas ini merupakan jumlah udara sisa dalam system respiratorik setelah ekspirasi normal. Nilai rata ratanya adalah 2200 ml. b. Kapasitas inspirasi (KI) adalah penambahan volume tidal dan volume cadangan inspirasi (KI = VT +VCI). Nilai rata ratanya adalah 3500 ml. c. Kapasitas vital (KV) adalah penambahan volume tidal, volume cadangan inspirasi, dan volume cadangan ekspirasi (KT = VT + VCI + VCE). Karena diukur dengan spirometer, kapasitas vital merupakan jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dengan kuat setelah inspirasi maksimum. Kapasitas vital dipengaruhi oleh

Laporan Kasus : Pleuritis |

beberapa factor seperti postur, ukuran rongga toraks, dan komplians paru, tetapi nilai rata ratanya sekitar 4500 ml. d. Kapasitas total paru paru (KTP) adalah jumlah total udara yang dapat dikeluarkan dari paru yang terinflasi maksimal saat dengan kapasitas vital ditambah volume residual (KTP = KV + VR).Nilai rata ratanya adalah 5700 ml.

1. 2. 3.
4. PERTUKARAN GAS (GAS EXGHANGE)

A. Komposisi udara atmosfer. Udara atmosfer, pada tekanan 760 mmHg di hari yang hangat, terdiri dari oksigen (21%), nitrogen (79%), karbondioksida (0,04%) dan berbagai gas mulia. B. Sifat dan konsep tekanan parsial gas 1. Dalam campuran gas, setiap gas memakai tekanannya sendiri sesuai dengan presentasinya dalam campuran, terlepas dari keberadaan gas lain ( Hukum Dalton ) 2. Tekanan ini disebut tekanan (tegangan) parsial gas dalam suatu campuran dan dilambangkan dengan simbol P di depan lambang kimia serta dinyatakan dalam milimeter mercuri mmHg 3. Solubilitas gas dalam air bervariasi sesuai tekanan dan temperaturnya. Solubilitas meningkat setara dengan paningkatan tekanan parsial dan menurun sesuai dengan peningkatan temperatur (Hukum Henry) 4. Volume gas berbanding terbalik dengan tekanan gas ( Hukum Boyle). Jika tekanan meningkat , molekul-molekul gas terkompresi dan volume berkurang.
A. Pertukaran gas pulmonary (External Respiration)

1. Membran respirasi, tempat berlangsungnya pertukaran gas, terdiri dari lapisan sulfaktan, epithelium squamous simple pada dinding

Laporan Kasus : Pleuritis |

alveolar.membran dasar pada dinding alveolar, ruang interstitial yang mengandung serabut jaringan ikat dan cairan jaringan, membran dasar kapilar, dan endothelium kapilar. Molekul gas harus melewati keenam lapisan ini melalui proses difusi.
2. O2 dan CO2 menurunkan

gradien tekanan parsialnya saat melewati

membran respiratorik. a. Molekul gas berdifusi dari area bertekanan persial tinggi ke area bertekanan parsial rendah terlepas dari konsentrasi gas lain dalam larutan; dengan demikian, kecepatan difusi gas menembus membran ditentukan oleh tekanan parsialnya.
b. PO2 dalam udara alveolar adalah 100 mmHg, sementara PO 2 pada

darah teroksigenisasi dalam kapiler pulmoner di sekitar alveoli adalah 40 mmHg. Dengan demikian, O2 berdifusi dari udara alveolar menembus membran respiratorik menuju kapilar paru.
c. PCO2 dalam udara alveolar adalah 40 mmHg dan PCO2 dalam

kapilar di sekitarnya adalah 45 mmHg. Dengan demikian CO2 berdifusi dari kapilar ke alveoli. 1. Faktor yang mempengaruhi difusi gas selain gradien tekanan parsialnya, antara lain: a. Ketebalan membran respiratori. Penyebab apapun yang dapat meningkatkan ketebalan membran, seperti edema dalam ruang interstitial atau infiltrasi fibrosa paru-paru akibat penyakit pulmonar dapat mengurangi difusi b. Area permukaan gas membran besar berkurang respirasi. permukaan dan Pada yang penyakit tersedia gas seperti untuk emfisema, pertukaran sebagian

pertukaran

mengalami

gangguan berat.
c. Solubilitas gas dalam membran respirasi. Solubilitas CO2 20 kali

lebih besar dari O2. Dengan demikian, CO2 berdifusi melalui membran 20 kali lebih cepat dari O2.
A. Pertukaran Gas Sistemik (Internal Respiration) Laporan Kasus : Pleuritis |

1. Merupakan pertukaran O2 dan CO2 antara Kapiler sistemik dan sel-sel jaringan. 2. Terjadi di seluruh jaringan tubuh, berbeda dengan respirasi eksternal yang hanya terjadi di paru-paru. 3. Oxygenated blood (kaya akan oksigen) akan diubah menjadi deoksigenated blood (kekurangan oksigen) 4. Tekanan parsial O2 (PO2) lebih tinggi daripada di jaringan yaitu 100 mmHg, sedangkan di jaringan adalah 40 mmHg, hal ini dikarenakan sel tubuh secara konstan membutuhkan O2 untuk memproduksi ATP. 5. Ketika difusi O2 berlangsung, maka CO2 pun ikut berdifusi dengan arah berlawanan, karena perbedaan tekanan antara kapiler darah dan jaringan lewat interstitial fluid. Tekanan parsial CO2 di interstitial fluid adalah 45 mHg sedangkan tekanan parsial di darah adalah 40 mmHg.

Laporan Kasus : Pleuritis |

Gambar : pertukaran gas secara skematik.

Laporan Kasus : Pleuritis |

Membran Respiratory (Blood-Air Barrier)

Membran respirasi, tempat berlangsungnya pertukaran gas, terdiri dari lapisan sulfaktan, epithelium squamous simple pada dinding alveolar.membran dasar pada dinding alveolar, ruang interstitial yang mengandung serabut jaringan ikat dan cairan jaringan, membran dasar kapilar, dan endothelium kapilar. Molekul gas harus melewati keenam lapisan ini melalui proses difusi.

8. TRANSPORT GAS A. Transpor oksigen. Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah berikatan dengan hemoblobin (hb), 3% oksigen sisanya larut dalam plasma.
Laporan Kasus : Pleuritis |

1. Setiap molekul dalam keempat molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan satu molekul oksigen untuk membentuk oksihemoglobin berwarna merah tua. Ikatan ini tidak kuat dan reversible. Hemoglobin tereduksi (HHb) berwarna merah kebiruan. 2. Kapasitas oksigen adalah volume maksimum oksigen yang dapat berikatan dengan sejumlah hemoglobin dalam darah. 3. Kejenuhan oksigen darah adalah rasio antara volume oksigen aktual yang terikat pada hemoglobin dan kapasitas oksigen: Kejenuhan oksigen = kandungan oksigen x 100 Kapasitas oksigen

A. Transpor karbondioksida. Karbon dioksida yang berdifusi ke dalam darah dari jaringan dibawa ke paru-paru melalui cara berikut:
1. Sejumlah kecil CO2 (7-8 %) tetap terlarut dalam plasma.

2. Karbon dioksida yang tersisa bergeak ke dalam sel darah merah , dmana 25% nya bergabung dala bentuk reversible yang tidak kuat

Laporan Kasus : Pleuritis |

dengan gugus amino di bagian globin pada hemoglobin untuk membentuk karbaminohemoglobin. 3. Sebagian besar karbondioksida dibawa dalam bentuk bikarbonat terutama dalam plasma. 4. Pergeseran klorida. Ion bikarbonat bermuatan negatif yang terbentuk dalam sel darah merah berdifusi ke dalam plasma dan hanya menyisakan ion bermuatan positif berlebihan a. Untuk mempertahankan netralitas elektrokimia, ion bermuatan negatif lain yang sebagian besar ion klorida bergerak ke dalam sel darah merah untuk memulihkan equiblirium ion. Inilah yang disebut sebagai pergeseran ion klorida. b. Kandungan klorida dalam sel darah merah di vena yang memiliki konsentrasi karbon dioksida lebih tinggi akan lebih besar dibandingkan dalam ateri. 1. Ion bermuatan positif yang terlepas akibat disosiasi asam karbonat, berikatan dengan hemoglobin dalam se darah merah untuk meminimalisasi perubahan pH. 8. SISTEM IMUN I. Adaptive immunity Definisi Kemampuan tubuh bertahan terhadap antigen seperti bakteri, toxin, virus, dan jaringan asing Ciri khas 1. spesifik bersifat spesifik terhadap antigen tertentu dan dapat membedakan molekul tubuh dan molekul asing 2. Memory Mempunyai pengingat antigen terdahulu yang pernah menyerang tubuh, sehingga respon terhadap antigen tersebut dapat lebih hebat Komponen

Laporan Kasus : Pleuritis |

Komponen adaptive immunity yaitu lymphosit sel T dan sel B.Kedua sel ini berasal dari perkembangan pluripotent stem cells yang terdapat di red bone marrow.

Pluripotent cell pada red bone marrow berkembang menjadi sel B dan pre-sel T. Sel B tetap berada di red bone marrow dan berkembang menjadi mature B cells, pre-T cell bermigrasi ke thymus dan berkembang menjadi mature T cells. Mature T cells meninggalkan thymus menuju secondary lymphatic organ (spleen, lymph nodule, dan lymph node).Pada secondary lymphatic organ, mature T cells akan menjadi cytotoxic T cell dan helper T cells.mature B cells juga meninggalkan red bone marrow menuju secondary lymphatic organ.

Laporan Kasus : Pleuritis |

Pada seconday lymphatic organ, mature B cells akan teraktifasi dengan bantuan helper T cells.Aktifasi ini membuat mature B cells mengalami cloning menghasilkan plasma cells dan memory B cells.Plasma cells menghasilkan antibody yang berperan dalam antibody-mediated immunity (disebut juga humoral immunity).Memory B cells berfungsi mengingat antigen yang dihadapi antibody dan akan berproliferasi membentuk plasma cells dan memory B cells jika menghadapi antigen tersebut di waktu mendatang. Pada seconday lymphatic organ juga, cytotoxic T cells akan teraktifasi dengan bantuan helper T cells sehingga cytotoxic T cells akan mengalami cloning menghasilkan active cytotoxic T cells dan memory cytotoxic T cells.Active cytotoxic T cells berperan dalam cell-mediated immunity (disebut juga sellular immunity) Tipe 1. cell-mediated immunity (sellular immunity) Jenis lymphosit yang berperan yaitu active cytotoxic T cells.Menyerang intrasellular pathogen, yaitu : virus dan bakteri yang terdapat di dalam sel, beberapa sel kanker, dan transplantasi jaringan asing. 2. antibody-mediated immunity (humoral immunity) Jenis lymphosit yang berperan yaitu plasma cells. Menyerang extrasellular pathogen, yaitu : virus, bakteri, dan jamur yang terdapat di extracellular fluid

II.

Innate immunity Terbagi 2 : 1. Kulit dan membran mukosa

Lapisan epidermis kulit berfungsi sebagai pelindung untuk menghalangi masuknya mikroba. Membran mukosa mensekresi cairan mucus yang berfungsi menjebak mikroba & substansi asing.Contoh membran mukosa yaitu pada hidung dan upper respiratory tract. 2. Internal defense

terbagi 4 :
Laporan Kasus : Pleuritis |

Anti microbial Ada 4 : interferon

Merupakan protein yang diproduksi oleh lymphosit, makrofag, dan fibroblast yang terinfeksi oleh virus.Interferon akan berdifusi ke dalam sel terdekat yang tidak terinfeksi dan menyebabkan sintesis antiviral protein yang berfungsi menghentikan replikasi virus Complement system

Merupakan protein tidak aktif yang terdapat dalam plasma darah dan plasma Membran. Ketika aktif, Complement system menyebabkan cytolysis mikroba, merangsang phagocytosis, dan berperan pada proses inflamasi Iron-binding protein Menghambat pertumbuhan bakteri tertentu dengan mengurangi jumlah iron yang tersedia.Contoh Iron-binding protein : transferin (terdapat di darah dan tissue fluid), lactoferin (terdapat di susu, saliva, dan mucus), ferretin (terdapat di liver, spleen, dan red bone marrow), dan hemoglobin Anti microbial proteins (AMPs) Merupakan ikatan peptida pendek yang dapat membunuh mikroba.Contoh : dermicidin (pada kelenjar keringat), defensin & cathelicidin (pada neutrofil, makrofag, dan epithel), dan thrombocidin (pada platelet) Natural killer (NK) cells dan phagocyte NK cells terdapat di spleen, lymph node, dan red bone marrow.NK cells menyerang sel-sel yang memperlihatkan plasma membran protein abnormal. Phagocyte adalah sel yang melakukan phagositosis (memakan mikroba dan partikel asing).Yang termasuk phagocyte yaitu neutrophil & makrofag Inflamasi Adalah respon tubuh terhadap kerusakan jaringan.Kondisi yang menyebabkan inflamasi yaitu : pathogen, luka lecet, iritasi zat kimia, gangguan pada sel, dan temperature extreme.Inflamasi berfungsi mencegah penyebaran mikroba, racun, atau substansi asing dari area
Laporan Kasus : Pleuritis |

yang terinfeksi ke jaringan lain dan mempersiapkan perbaikan jaringan pada daerah yang terinfeksi Demam Terjadi ketika inflamasi & infeksi akibat racun yang dilepaskan oleh mikroba meningkatkan suhu tubuh.Demam membantu proses interferon, menghambat pertumbuhan beberapa mikroba, dan mempercepat reaksi tubuh ketika terjadi proses perbaikan jaringan

PATHOMEKANISME PLEURITIS

Bakteri pneumococci

Masuk melalui saluran pernapasan

Menginfeksi alveolus

Pneumonia

Inflamasi akut

Efek pirogen

Alveolus berisi banyak cairan Fungsi alveolus terganggu Alveolus edema

Difagositosis

Melepaskan interleukin I

Alveolus pecah

Laporan Kasus : Pleuritis | Menginduksi prostaglandin Pulse pressure Napas cepat & pendek

Anda mungkin juga menyukai