Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS KDP

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


OKSIGENASI PADA Tn. A DENGAN ASMA BRONCHIALE

“ Laporan Ini Di Buat Untuk Memenuhi Tugas Praktik Lapangan Stase


Keperawatan Dasar Profesi “

Dosen Pembimbing : Ns. Sancka Stella,. S.Kep,. M.Kep

Disusun Oleh :
Amelia Rospika Jatimineng
18230100051

UNIVERSITAS INDONESIA MAJU

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM PROFESI NERS

2024
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi

Definisi Asma Bronchial dari beberapa literatur :


1) Penyakit jangka panjang yang dikenal sebagai asma bronkhial menyebabkan
peradangan dan penyempitan saluran pernapasan, yang menyebabkan sesak
atau kesulitan bernapas. Penderita asma bronkhial juga dapat mengalami gejala
lain seperti mengi, nyeri dada, dan batuk-batuk. Penyakit ini dapat didiagnosis
oleh orang-orang dari segala usia (Widya et al., 2021)
2) Asma adalah penyakit heterogen yang biasanya ditandai dengan inlamasi
kronik saluran nafas, disertai adanya riwayat gejala pernafasan seperti mengi,
sesak nafas, dada terasa berat dan batuk yang berbeda dari waktu dan
intensitasnya bersamaan dengan keterbatasan aliran udara ekspirasi yang
bervariasi (Dedi et al., 2022)
3) Asma bronkial merupakan suatu penyakit kronis pada saluran napas yang
dapat diserita oleh semua golongan usia baik muda maupun tua. Gejala yang
muncul seperti kesulitan bernapas atau sesak napas, nyeri dada, batuk serta
mengi. (Sefri, 2020)
4) Asma Bronkial adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan (Sefri, 2020)
5) Asma bronchial merupakan salah satu penyakit peradangan napas kronis
akibat terjadinya peningkatan kepekaan saluran napas terhadap berbagai
rangsangan. (Ambarwati et al., 2020)
2. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan
Sel tubuh memerlukan energi untuk semua aktivitas metaboliknya.
Sebagian besar energi ini didapat dari reaksi yang hanya terjadi jika ada
oksigen. Sistem respirasi memungkinkan oksigen masuk ke dalam tubuh dan
mengekskresikan karbondioksida. Pertugaran gas antara darah dan paru -
paru disebut Respirasi Eksternal, sedangkan Pertukaran gas antara darah dan
sel disebut Respirasi Internal.
Organ respirasi meliputi :
1) Hidung
2) Faring
3) Laring
4) Trakea
5) Bronkus dan bronkiolus
6) Paru – paru dan selaput ( pleura )
7) Diafragma
1) Hidung
Hidung adalah saluran respirasi yang pertama sebagai jalan
masuk udara. Hidung berperan dalam menghangatkan, melembabkan dan
menyaring udara. Rongga nasal dibagi menjadi 2 lubang yg sama besar
oleh suatu septum. Bagian posterior tulang septum dibentuk oleh tulang
etmoid dan vomer.Atap (langit - langit) nasal dibentuk oleh lempeng
kribriformis tulang etmoid dan sfenoid, tulang frontal dan tulang hidung.
Dasar nasal dibentuk oleh langit - langit mulut dan terdiri atas
palatum durum dibagian depan dan palatum molle di belakang.
Palatum durum terdiri atas tulang palatin dan maksila, sedangkan
palatum molle terdiri atas otot involuntir. Dinding Medial dibentuk
oleh septum. Hidung dilapisi oleh epitelium kolumnar bersilia yang kaya
vaskular (membran mukosa bersilia) yg mengandung sel goblet yang
menyekresi mukus.
Lubang Hidung anterior atau nostril adalah saluran penghubung dari
eksterior ke rongga nasal. Lubang hidung posterior : saluran dari
rongga nasal ke faring. Sinus paranasal adalah rongga di tulang wajah
dan kranium yang berisi udara. Sinus utama meliputi sinus maksilaris
di dinding lateral, sinus frontal dan sfenoid, serta sinus etmoid di
bagian lateral dan atas. Sinus berfungsi membantu individu berbicara
dan juga meringankan tulang tengkorak. Terdapat juga duktus
nasolakrimalis memanjang dari dinding lateral hidung ke sakus
konjungtiva mata. Duktus ini mengairkan air mata dari mata.
2) Faring
Faring adalah saluran yg memiliki panjang 12 - 14 cm
dan memanjang dari dasar tengkorak hingga vertebra servikalis ke - 6.
Berada di belakang hidung, mulut dan laring serta lebih lebar
dibagian atasnya. Faring dibagi menjadi 3 bagian yaitu nasofaring,
orofaring, laringofaring.
Nasofaring merupakan bagian nasal faring terletak di belakang hidung
dan di atas palatum molle. Pada dinding posterior, terdapat tonsi faringeal
(adenoid), yang terdiri atas jaringan limfoid. Tonsilpaling menonjol
pada masa kanak - kanak hingga usia 7 tahun, selanjutnya mengalami
atrofi.
Orofaring adalah bagian oral faring terletak di
belakang mulut, memanjang dari bagian bawah palatum
molle hingga bagian vertebra servikalis ke - 3. Dinding lateral
bersatu dengan palatum molle untuk membentuk lipatan di
tiap sisi. Antara tiap pasang lipatan, terdapat kumpulan
jaringan limfoid yang disebut tonsil palatin. Saat menelan,
bagian nasal dan oral dipisahkan oleh palatum molle dan
uvula. Laringofaring merupakan bagian laringeal faring
memanjang dari atas orofaring dan berlanjut ke bawah
esofagus, yakni dari vertebra servikalis ke - 3 hingga 6. Faring
dilapisi oleh 3 jaringan yaitu membran mukosa, jaringan fibrosa dan otot
polos. Membran mukosa melapisi berbagai region tubuh yang berfungsi
melindungi jaringan dari gesekan bahan makanan. Jaringan fibrosa
membentuk lapsian tengah. Jaringan ini lebih tebal di nasofaring dan
semakin tipis di ujung bawah. Otot polos terdiri atas beberapa otot
konstriktor involuntir yang berperan penting dalam mekanisme
menelan, sementara faring bukan dikendalikan otot voluntir.

Fungsi faring diantaranya yaitu sebagai saluran respirasi dan


makanan, penghangat dan pelembab udara, pengecap, perlindungan ,dan
juga berperan dalam berbicara dengan bekerja sebagai resonansi
untuk suara yang naik dari laring, faring (bersama sinus)
membantu memberikan suara yang khas pada setiap orang.
3) Laring
Laring atau kotak suara memanjang dari langit - langit lidah
dan tulang hioid hingga trakea. Laring berada di depan laringofaring
pada vertebra servikalis ke - 3, 4, 5 dan 6. Ukuran laring membesar pada
pria, disebut jakun (Adam’s Apple).
Laring terdiri atas beberapa kartilago. Kartilago utama meliputi 1
kartilago tiroid, 1 kartilago krikoid, kartilago aritenoid dan 1
epiglotis.
Kartilago tiroid merupakan bagian yang paling menonjol dan
terdiri atas 2 potongan pipih kartilago hialin atau lamina yang
bersatu di bagian anteriornya, membentuk tonjolan laring (Adam’s apple).

Kartilago Krikoid berada di bawah kartilago tiroid dan juga


terdiri atas kartilago hialin. Kartilago ini menyerupai cincin yang
melingkar memenuhi laring dengan bagian anterior yang sempit dan
bagian posterior yang luas. Kartilago Aritenoid merupakan dua kartilago
hialin, berada di puncak bagian yang luas dari kartilago krikoid yang
membentuk bagian dinding posterior laring. Pada Kartilago ini,
melekat pita suara dan otot serta dilapisi epitelium kolumnar bersilia.
Epiglotis dilapisi epitelium skuamosa berlapis. Jika laring
diibaratkan sebagai kotak, maka epiglotis bertindak sebagai
tutupnya. Epiglotis akan menutup laring saat menelan untuk
melindungi paru dari inhalasi benda asing yang tidak disengaja.
Pita suara merupakan 2 lipatan membran mukosa yang pucat
dengan bagian ujung bebasnya menyerupai tali dan memanjang dari
dinding dalam jakun. Fungsi laring antara lain untuk produksi suara,
berbicara, pelindung saluran respirasi bawah, jalan masuk udara,
pelembab, penyaring dan penghangat.
4) Trakea
Merupakan kelanjutan dari faring dan memanjang ke bawah
hingga sekitar vertebra torasik ke - 5 di mana trakea mengalami
bifurkasi (percabangan) menjadi bronkus kiri dan kanan. Panjang
trakea sekitar 10 - 11 cm terutama terletak di bidang median di depan
esofagus. Trakea terdiri atas 3 lapis jaringan dan tersusun atas 16 -
20 cincin kartilago hialin yang tidak sempurna yang
terletak saling bertumpuk. Cincin trakea yang paling bawah
meluas ke inferior dan posterior di antara bronkus utama
kanan dan kiri, membentuk sekat yang lancip di sebelah
dalam karina.

5) Bronkus dan Bronkioulus


Bronkus primer merupakan percabangan trakea di sekitar torasik ke - 5.
Bronkus Kanan lebih lebar, lebih pendek dan lebih vertikal daripada
bronkus kiri. Panjangnya sekitar 2,5 cm. Terbagi menjadi 3 cabang,
satu untuk tiap lobus.
Bronkus kiri panjangnya sekitar 5 cm, lebih sempit dari pada bronkus
kanan. Terbagi menjadi 2 cabang, satu untuk tiap lobus. Bronkus
terdiri dari jaringan ikat yang sama dengan trakea dan dilapisi oleh
epitelium kolumnar bersilia. Bronkus bercabang menjadi bronkiolus,
bronkiolus terminal, bronkiolus respiratorik, duktus alveolus dan
akhirnya alveolus Bronkus berfungsi sebagai pengendali udara yang
masuk Saluran respirasi diubah oleh kontraksi atau relaksasi otot
involuntir di dinding bronkus, dengan demikian mengatur volume
udara yg masuk ke paru. Tiap lobulus disuplai oleh udara yang
berasal dari bronkiolus terminal, yang lebih lanjut bercabang
menjadi bronkiolus respiratorik, duktus alveolus dan banyak
alveolus

6) Paru – paru & Pluera


Terdapat 2 paru, masing - masig terletak di samping garis
medialis di rongga toraks. Bagian apeks (puncak) berada di dasar
leher sekitar 25 mm di atas klavikula tengah sedangkan basal paru di
permukaan toraks diafragma. Paru kanan dibagi menjadi 3 lobus :
superior, medialis dan inferior. Paru – paru kiri berukuran lebih kecil,
lobus kiri terdiri dari 2 lobus : superior dan inferior.
7) otot Respirasi ( Diafragma )
Otot utama yang digunakan saat bernafas normal dalam
keadaan tenang adalah otot interkosta dan otot diafragma. Otot
interkosta terdiri atas 11 pasang yang berada di ruangan antara 12 pasang
iga. Otot ini tersusun dari 2 lapisan : internal dan eksternal.
Serat otot interkosta eksternal memanjang ke bawah dan ke
depan dari tepi bawah iga hingga ke tepi atas iga. Serat otot
interkosta internal memanjang ke bawah dan ke belakang dari tepi iga atas
hingga bawah.

Otot Diafragma berbentuk kubah yang memisahkan rongga


toraks dan abdomen. Otot ini menyusun dasar rongga toraks dan
bagian atas rongga abdomen serta terdiri atas tendon sentral. Saat otot
diafragma berelaksasi, tendon setral berada pada vertebra torasik ke -
8. Saat otot diafragma berkontraksi, serat otot memendek dan
tendon setral tertarik ke bawah hingga vertebra torasik ke -9.

3. Etiologi
Faktor resiko penyebab asma terbagi menjadi dua, yaitu :
1) Faktor Ekstrinsik
Reaksi antigen-antibodi: karena inhalasi allergen seperti: debu, serbuk,
bulu binatang, makanan
2) Faktor Instrinsik
a. Infeksi: para influenza virus, pneumonia
b. Fisik: cuaca dingin
c. Iritan: kimia
d. Latihan
e. Emosional
4. Patofisiologi
Faktor Intrinsik Faktor Ekstrinsik

Infeksi oleh kuman Alergan

Menginfeksi saluran napas

Pengaktifan sel mast sebagai respon imun ( makrofag, eosinofil, limfosit )

Pengaktifan mediator kimiawi (serotonim, bradikinin, histamine)

Edema bronkus Sekresi mukus meningkat Bronkospasme Inflamasi

Hipersekresi mukus Hiperesponsive jalan nafas


dalam rongga jalan Mukosa saluran
napas Penyimpatan jalan napas napas menebal

Hiperresponsive
Batuk berdahak Penyempitan lumen
jalan napas
disertai sputum
Penyempitan
Pemasukan Batuk bersputum
jalan napas
O2 indekuat
Kompensasi tubuh untuk Peningkatan produsi
mendapatkan suplai O2 ke sputum
pola napas
tidak efektif jaringan yang cukup
menurun Jalan napas tidak efektif

Serangan Kontraksi otot – otot


proksimal pernapasan

Merangsang
Pengeluaran
energi berlebih Bersihan jalan
Meningkatkan napas tidakefetif
RAS dalam Metabolisme di
Cadangan energi
mengaktifkan dalam tubuh
kurang
kerja organ meningkat
dalam tubuh Metabolismme
jaringan terhambat

Rapid Eye Kelemahan &


Movement kelelahan otot
( REM )
menurun
Intooleransi
aktivitas
Susah Perubahan status
tidur Dispnea, whezzing
kesehatan klien
dan batuk sputum

Merangsang Proses
Perubahan pola vomiting center hospitalisasi
istirahat & tidur
Mual &
muntah Kurangnya informasi dan
pengetahuan klien dan
keluarga tentang
Anoreksia
penyakitnya

Asupan makan Stressor psikologis bagi


berkurang klien dan keluarga

Gangguan nutrisi Ansietas


kurang dari
kebuttuhan

5. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat
hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversibel secara spontan
maupun dengan pengobatan. Gejala-gejala asma antara lain:
1) Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop
2) Batuk produktif, sering pada malam hari
3) Nafas atau dada seperti tertekan Gejalanya bersifat paroksismal, yaitu
membaik pada siang hari dan memburuk pada malam hari.

6. Komplikasi
1) Pneumotoraks
2) Pneumomediastinum
3) Emfisema subkutis, atelektasis
4) Aspergilosis bronkopulmonal alergik
5) Gagal nafas, bronchitis dan faktor iga.
7. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboraturium
a. Gas darah arteri

Pa O2 dan Pa Co2 seddikit menurun, hal ini dapat terjadi jika serangan asma
hebat

b. Pemeriksaan sinar X dada


c. Hiperinflamasi pada serangan
d. Tes kulit
e. Tes fungsi pulmonar
a) Volume paru – paru normal atau meningkat
b) Penurunan kecepatan aliran dengan bronkodilator
f. Pemeriksaan SDP dan sputum
Eosinofil darah dan sputum umum ditemukan kadar 1% E serum meningkat pada
asma ekstrinsik
8. Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan non farmakologis
a) Oksigen bila diperlukan
b) Hindari faktor pencetus
c) Fisioterapi bila perlu
d) Penyuluhan pada klien dan keluarga
2) Terapi Obat
a) Agonis β2: terbufalin, salbutamol, dan fenetol
b) Metilxantin: teofilin, aminophilin
c) Antikolinergik
d) Kortikostereoid
e) Natrium krondin
f) Inhibitor sel mast
Tujuan terapi asma adalah:
1) Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
2) Mencegah kekambuhan
3) Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
4) Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise
5) Menghindari efek samping obat asma dan mencegah obstruksi jalan nafas yang
irreversible.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, P., Supriyanti, E., Diii, M., Akper, K., Semarang, W. H., Pengajar, S., & Diii, P. (2020).
RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENURUNKAN KECEMASAN PADA PASIEN ASMA
BRONCHIAL. In Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan (Vol. 4, Issue 1).

Dedi, Yuniati, Y., & Afifah, G. (2022). FAKTOR PREDISPOSISI DAN PENCETUS
DENGAN SERANGAN ASMA BRONKHIAL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS GLUGUR DARAT MEDAN TAHUN 2021. Journal Healthy
Purpose, 1(2), 41–50. https://doi.org/10.56854/jhp.v1i2.125
Sefri, A. (2020). PENERAPAN EDUKASI RESPIRATORY MUSCLE STRETCHING
UNTUK MEMINIMALKAN DEFISIT PENGETAHUAN PADA PASIEN ASMA
BRONKIAL : STUDI KASUS. In Jurnal Keperawatan Merdeka (JKM) (Vol. 3,
Issue 2).
Widya, F., Nurman, M., & Safitri, Y. (2021). Jurnal Kesehatan Terpadu.
BAB III
Kasus
Dekskripsi kasus
Pasien Tn. A usia 32 tahun dengan asma bronchiale, mempunyai mempunyai
riwayat alergi dingin dan debu. Pasien tampak sesak nafas, batuk, terdapat retraksi
dada, RR : 26 x/mnt, SaO2 : 96%. Terdapat akumulasi sekret pada jalan nafas.
Perawat melakukan auskultasi, terdengar ronchi dan wheezing. TD:
140/100mmHg, HR:104x/menit, RR: 30x/menit, S: 36,80C, Spo2 : 97%. Perawat
sudah melakukan suction di jalan nafas klien. Perawat melakukan kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian simple mask 7 l/m.
A. Indentitas Klien

Nama Tn. A
Umue 32 tahun
Jenis kelamin Laki – laki
Status Kawin
Agama Islam
Suku Jawa
Pendidikan SMA
Pekerjaan Karyawan Swasta
Tanggal masuk RM 26, Maret ( 10.00 wib )
Tanggal pengkajian 26, Maret ( 13.00 wib )
Diagnosa medis Asma bronchial

B. Indentitas Penanggung Jawab


Nama Ny.B
Umur 28 tahun
Jenis kelamin Perum Anyelir 004 / 008
Pendidikan SMA
Pekerjaan IRT

C. Pengkajian
1. Keluhan Utama : sesak
2. Riwayat penyakit sekarang : saat dilakukan pengkajian klien tampak sesak
dan batuk disertai dengan retaksi dada. Hasil pengukuran TTV didapatkan
hasil, TD : 140 / 100 mmHg ; N : 104 X/ menit ; RR : 30X/ menit ; S : 36,
8 ºC
3. Riwayat penyakit dahulu : klien memilik riwayat asma sejak kelas 6 SD
4. Riwayat penyakit keluarga : klien mengatakan bahwa dikeluarga klien ada
salah satu keluarga yang memiliki asama, yaitu ibunya
5. Riwayat pekerjaan / kebiasaan : -
6. Riwayat alergi : klien memiliki riwayat alergi dingin dan debu
7. Pengkajian Sistem Tubuh
a) Sistem pernapasan
o Inspeksi : klien tampak sesak terpasang simple mask 7 L / m
o Palpasi : -
o Perkusi : -
o Auskultasi : ronchi ( + ) dan whezzing ( + )
b) Sistem kardioveskuler
o Inspeksi : tidak terdapat jejas di area dada
o Palpasi : rataksi dada
o Perkusi : ictus cordis terdapat di ics 5 mid clavicula sinistra
o Auskultasi : bunyi jantung S1 dan S2 Tunggal
c) Sistem persyarafan
Keadaan umum : klien tampak sesak
Kesadaran : compos mentis
E;4V:5M:6
d) Sistem perkemihan
o Inspeksi : klien tidak terpasang dower cateter
e) Sistem pencernaan :
Klien bisa BAB sendiri tanpa bantuan alat atau perwat
f) Sistem Muskuloskeltal
o Palpasi : tidak ada kelainan otot, krekuatan otot ekstermitas atas &
bawah 5
g) Ssistem endokrin
o Inspeksi : tidak ada distensi JPV, terdapat retaksi dada
o Palpasi : kelenjar tiroid tidak teraba
o Auskultasi bunyi bruit ( - )
h) Sistem sensori presepsi / pengindraan
o Inspeksi : klien dapat merespon dengan baik
i) Sistem integument
o Inspeksi : warna kulit klien sawo matang, tidak terdapat jejas dan
pembengkakan
o Palpasi : turgor kulit baik, CRT < 2 detik

j) Sistem imun dan hematologi


k) Sistem reproduksi
o Inspeksi : jenis kelamin laki – laki dan tidak terpasang dower
cateter
8. Pemeriksaan Fungsional
a) Oksigenasi : klien terpasang simple mask 7 L / m, tampak sesak terdapat retaksi
dada dan akumulasi secret dijalan napas
b) Cairan & elektrolit : klien mengkonsumsi air walau sedikit tetapi sering
c) Nutrisi : klien nampak menghabiskan ½ porsi lauk dan sayur yag disediakan
d) Aman & nyaman : klien emiliki riwayat alergi dingin dan debu
e) Eliminasi : klien bisa melakukan BAK dan BAB secaara mandiri ke kamar mandi
f) Altivitas & istirahat : selama di rumah sakit klien hanya berbaring di bed rumah
sakit ; jam tidur klien ± 7 dari jam 23.00 – 07.00
g) Psikososial : saat dirawat klien tidak melakukan kegiatan yang lain
h) Komunikasi : saat dilakukan pengkajian, klien dapat menjawab beberapa
pertanyaan dengan baik dan dapat mengikuti perintah secara tepat
i) Seksual : klien berjenis kelamin laki – laki
j) Nilai & keyakinan : klien memeluk agama islam
k) Belajar : selama di rumah sakit klien hanya berbaring di bed rumah sakit

9. Pemeriksan Penunjang
a. Hasil laboraturium
o Hb :15,5 gr / dl
o Leukosit = 17.000/mm3
o Trombosit 260.000/mm3
o Ht = 47 %
o Spo2 : 97%.
o SaO2 : 96%.
b. Pemeriksaan Diagnostik
o Pemeriksaan sinar X dada
o Pemerikssan sputum dahak
10. Program Terapi
o Oksigen ( simple mask ) sesuai intruksi dokter
o Ventolin
o Bisolvon

D. Analisa Data

Hari / Data Fokus Etiologi Problem


tangga
l
27 / 3 DS : Klien mengatakan Zat pencetus alergi Bersihan jalan
mengatakan memiliki napas tidak efektif
Hiperesponsive jalan napas
riwayat alergi dingin dan
debu Penyempitan jalan napas

Do : Batuk bersputum
- klien tampak sesak
Peningkatan produksi sputum
- batuk
Jalan napas tidak efektik
- whezzing ( + ) dan
ronchi ( + ) Bersihan jalan napas tidak efektif

- TD: 140/100mmHg,
- HR:104x/menit
- RR: 30x/menit
- S: 36,80C
27 / 3 DS : klien mengatakan Zat pencetus alergi Pola napas tidak
merasa sesak efektif
Hiperesponsive jalan napas
DO ;
- Klien tampak sesak Penyempitan jalan napas

- RR : 30 X / menit Batuk bersputum


Pemasukan O2 yang tidak adekuat

Pola napas tidak efektif

Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif B.D Peningkatan produksi sputum D.D klien
tampak batuk ; suara whezzing ( + ) dan ronchi ( + )
2. Pola napas tidak efektif B.D Pemasukan O2 yang tidak adekuat D.D klien
tampak sesak ; RR : 30 x / menit
Intervensi Keperawatan

Hari / Dx. Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Ttd


tgl
27/ 3 Bersihan jalan napas Diharapkan setelah 3 x 24 jam L ( 01001 ) Manajemen jalan napas ( 01011 )
tidak efektif B.D dilakukan intervensi keperawatan : Tindakan :
Peningkatan produksi Data Saat dikaji Target Observasi :
sputum Batuk efektif 1 5 1. Monitor pola napas ( frekuensi, kedalaman , usaha
Whezzing 1 5 napas )
Ronchi 1 5 2. Monitor bunyi napas tambahan ( whezzing dan
Produksi 1 5 ronchi )
sputum 3. Monitor spputum ( jumlah, warna dan aroma )
Dispnea 1 5 Teurapeutik :
1. Posisikan semi fowler / fowler
2. Berikan minuum hangat
3. Lakuakan fisioterpi dada, jika perlu
4. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 1 detik
5. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
1. Amjurkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

27 / 3 Pola napas tidak Diharapkan setelah 3 x 24 jam L ( 010041 ) Pemantauan reapirasi (i.01014 )
efektif B.D dilakukan intervensi keperawatan : Tindakan:
Pemasukan O2 yang Data Saat dikaji Target observasi :
tidak adekuat Dispnea 1 5 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
Retaksi dada 1 5 napas
Ffrekuensi 2 5 2. Moitor kemampuan batuk efektif
napas 3. Monitor adanya produksi sputum
4. Auskultasi bunyi napas
5. Moitor saturasi oksigen
Terapeutik :
1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
klien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

Implementasi Keperawatan

Hari / Dx. Keperawatan Implementasi Respon Ttd


tgl
27/ 3 Bersihan jalan napas Observasi : Observasi :
tidak efektif B.D 1. Memonitor pola napas ( frekuensi, 1. S : klien mengatakan sesak
Peningkatan produksi kedalaman , usaha napas ) O : - tampak sesak dan retaksi dada
sputum 2. Memonitor bunyi napas tambahan 2. S : klien mengatakan sesak
( whezzing dan ronchi ) O : whezzing ( + ) dan ronchi ( + )
3. Memonitor spputum ( jumlah, warna 3. S : -
dan aroma ) O : akumulasi sekret ; aroma khas
Teurapeutik :
Teurapeutik :
1. S : -
1. Memposisikan semi fowler / fowler
O : klien tampak nyaman
2. Membeikan minuum hangat 2. S : -
3. Melakukan penghisapan lendir kurang O : klien tampak mau minum air hangat
dari 1 detik 3. S : klien mengatakan batuk berdahak
4. Memberikan oksigen, jika perlu O : klien tampak mengikuti instruksi saat
penghisapan lendir berlangsung
4. S : klien mengatakan masih sesak
O : simple mask 7 L/ m

27 / 3 Pola napas tidak Observasi : Observasi :


efektif B.D 1. Memnitor frekuensi, irama, kedalaman 1. S : -
Pemasukan O2 yang dan upaya napas O : tampak retaksi dada
tidak adekuat 2. Memonitor kemampuan batuk efektif 2. S : klien mengatakan batuk
3. Memonitor adanya produksi sputum O : tampak batuk
4. Mendengarkan bunyi napas 3. S : klien mengatkan batuk berdahak
5. Memonitor saturasi oksigen O : suara ronci dan whezzing dan penumpukan
sekret
4. S : -
Terapeutik :
O : whezzing dan ronchi
1. menatur interval pemantauan respirasi
5. S : -
sesuai kondisi klien
2. mendoumentasikan hasil pemantauan O : SaO2 : 96%.
Edukasi : Teurapeutik :
1. Menjelaskantujuan dan prosedur 1. S : -
pemantauan O : pemantauan 2 – 3 jam sekali
2. Menginformasikan hasil pemantauan, Edukasi :
jika perlu 1. S : -
O : klien memperhatikan dan menyetujui
2. S : -
O : klien mendengarkan dengan baik

Hari / Dx. Keperawatan Implementasi Respon Ttd


tgl
28 / 3 Bersihan jalan napas Observasi : Observasi :
tidak efektif B.D 1. Memonitor pola napas ( frekuensi, 1. S : klien mengatakan sesak agak berkurang
Peningkatan produksi kedalaman , usaha napas ) O : klien tampak mulai tenang
sputum 2. Memonitor bunyi napas tambahan 2. S : klien mengatakan sesak
( whezzing dan ronchi ) O : whezzing ( + ) dan ronchi ( + )
3. Memonitor sputum ( jumlah, warna dan 3. S : -
aroma ) O : akumulasi sekret aroma khas

Teurapeutik :
2. S : -
1. Memposisikan semi fowler / fowler
O : klien tampak nyaman
2. Membeikan minuum hangat
3. S : -
3. Melakukan penghisapan lendir kurang
O : klien tampak mau minum air hangat
dari 1 detik
4. S : klien mengatakan batuk berdahak berkurang
4. Memberikan oksigen, jika perlu
O : klien tampak mengikuti instruksi saat
penghisapan lendir berlangsung ; lemndir keluar
dengan aroma khas
4. S : klien mengatakan sesak berkurang
O : klien tampak tenang
28 / 3 Pola napas tidak Observasi : Observasi :
efektif B.D 1. Memnitor frekuensi, irama, kedalaman 1. S : -
Pemasukan O2 yang dan upaya napas O : tampak retaksi dada
tidak adekuat 2. Memonitor kemampuan batuk efektif 2. S : klien mengatakan rasa batuk berkurang
3. Memonitor adanya produksi sputum O : tampak batuk
4. Mendengarkan bunyi napas 3. S : klien mengatkan batuk berdahak masih ada
5. Memonitor saturasi oksigen tetapi dahak sudah keluar sedikit
O : suara ronci dan whezzing dan penumpukan
sekret
Terapeutik :
4. S : -
3. menatur interval pemantauan respirasi
O : whezzing dan ronchi
sesuai kondisi klien
6. S : -
4. mendoumentasikan hasil pemantauan
O : SaO2 : 96%.
Edukasi :
Teurapeutik :
1. Menjelaskantujuan dan prosedur
2. S : -
pemantauan
O : pemantauan 2 – 3 jam sekali
2. Menginformasikan hasil pemantauan,
Edukasi :
jika perlu
3. S : -
O : klien memperhatikan dan menyetujui
4. S : -
O : klien mendengarkan dengan baik

29/3 Bersihan jalan napas Observasi : Observasi :


tidak efektif B.D 1. Memonitor pola napas ( frekuensi, 1. S : klien mengatakan sudah tidak sesak
Peningkatan produksi kedalaman , usaha napas ) O : klien tampak tenang
sputum 2. Memonitor bunyi napas tambahan 2. S : klien mengatakan sesak
( whezzing dan ronchi ) O : whezzing ( - ) dan ronchi ( - )
3. Memonitor sputum ( jumlah, warna dan 3. S : -
aroma ) O : akumulasi berkurang
Teurapeutik :
Teurapeutik :
1. S : -
1. Memposisikan semi fowler / fowler
O : klien tampak nyaman
2. Membeikan minuum hangat
2. S : -
3. Melakukan penghisapan lendir kurang
O : klien tampak mau minum air hangat
dari 1 detik
3. S : klien mengatakan batuk berdahak sudah tidak
4. Memberikan oksigen, jika perlu
ada
O : akumulasi sekret berkurang
4. S : klien mengatakan sudah tidak sesak
O : klien tampak tenang

29/3 Pola napas tidak Observasi : Observasi :


efektif B.D 1. Memnitor frekuensi, irama, kedalaman 1. S : -
Pemasukan O2 yang dan upaya napas O : tampak retaksi dada
tidak adekuat 2. Memonitor kemampuan batuk efektif 2. S : klien mengatakan rasa batuk sudah tidak ada
3. Memonitor adanya produksi sputum O : tampak tenang
4. Mendengarkan bunyi napas 3. S : klien mengatkan batuk berdahak sudah tidak
5. Memonitor saturasi oksigen ada
O : suara ronci dan whezzing menurun
4. S : -
O:-
5. S : -
O : SaO2 : 96%.
Terapeutik :
Teurapeutik :
5. menatur interval pemantauan respirasi
3. S : -
sesuai kondisi klien
O : pemantauan 2 – 3 jam sekali
6. mendoumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
Edukasi :
5. S : -
3. Menjelaskantujuan dan prosedur
pemantauan O : klien memperhatikan dan menyetujui
4. Menginformasikan hasil pemantauan, 6. S : -
jika perlu O : klien mendengarkan dengan baik
EVALUASI KEPERAWATAN

TGL DX keperawatan Evaluasi Ttd


29 / 3 Bersihan jalan S : klien mengatakan tidak sesak lagi dan tidak batuk berdahak
napas tidak efektif O : - klien tampak tenang
B.D Peningkatan - Whezzing ( - ) ronchi ( - )
produksi sputum A:
Data Saat dikaji Target
Batuk efektif 5 5
Whezzing 5 5
Ronchi 5 5
Produksi 5 5
sputum
Dispnea 5 5

P : intervensi dihentikan
29 / 3 Pola napas tidak S : klien mengatakan tidak sesak lagi
efektif B.D O : - klien tampak tenang
Pemasukan O2 - Whezzing ( - ) ronchi ( - ) dan retaksi dada berkurang
yang tidak adekuat
A:
Data Saat dikaji Target
Dispnea 5 5
Retaksi dada 5 5
Ffrekuensi 5 5
napas
P : intervensi di hentikan

Anda mungkin juga menyukai