Salma Mardiah
102016171
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6 – Jakarta Barat
tatamardiah@gmail.com
Abstrak
Emosi merupakan suatu aspek psikis yang berkaitan erat dengan perasaan, seperti merasa
sedih, gembira, marah. Kesal, dan sebagainya. Emosi ditandai dengan perasaan yang kuat
sehingga biasanya menimbulkan motivasi sebagai bentuk nyata dari tingkah laku. Emosi dan
motivasi diatur dan dipengaruhi oleh tiga bagian otak, yaitu korteks serebri, sistem limbik,
dan hypothalamus. Emosi dapat mempengaruhi kinerja tubuh kita, contohnya depresi yang
merupakan salah satu gangguan emosi yang ditandai dengan kekecewaan, kehilangan
konsentrasi, kesulitan tidur, jantung berdetak leih kencang, dan nafsu makan menurun. Hal
ini disebabkan karena efek di system limbic yang merupakan tempat pertama pembentukan
emosi.
Abstract
Emotion is a psychical aspect that is closely related to feelings, such as feeling sad, joyful,
angry. Upset, and so on. Emotions are characterized by strong feelings that usually generate
motivation as a real form of behavior. Emotions and motivations are governed and
influenced by three parts of the brain, the cerebral cortex, the limbic system, and the
hypothalamus. Emotions can affect the performance of our bodies, for example, depression
which is one of emotional distress characterized by disappointment, loss of concentration,
difficulty sleeping, fast heart beat, and decreased appetite. This is due to the effects in the
limbic system which is the first place of emotional formation.
1
Pendahuluan
Manusia adalah makhluk yang berakal budi, sehingga dalam kehidupannya manusia
memerlukan hubungan social yang tinggi terhadap orang lain. Hubungan social
mempengaruhi adanya emosi yang merupakan perasaan intens yang ditujukan kepada orang
atau benda. Emosi dapat berupa kekesalan, amarah, sedih dan sebaginya. Biasanya
dibutuhkan sebuah motivasi sebagai wujud nyata untuk melakukan perilaku tertentu.
Didalam dunia kedokteran, kita dapat menelusuri lebih dalam fenomena emosi ini
secara fisiologis, konsep emosi mencakup perasaan-perasaan emosional subjektif dan suasana
hati dan respons fisik nyata yang berkaitan dengan perasaan-perasaan tersebut.1 Fenomena
emosi ini tidak hanya merupakan suatu perasaan saja, tetapi efek dari emosi dapat juga
memberi dampak pada organ-organ tubuh yang lainnya. Oleh sebab itu, makalah ini
bertujuan untuk agar mahasiswa dapat memahami dan mengerti pengaruh mekanisme emosi
Sistem Saraf
Otonom
Sistem saraf motorik secara garis besar dibagi atas sistem otonom dan somatik.
Sistem saraf otonom sesuai dengan namanya bersifat otonom (independen) dimana
aktifitasnya tidak dibawah kontrol kesadaran secara langsung. Sistem saraf otonom (SSO)
terutama berfungsi dalam pengaturan fungsi organ dalam seperti curah jatung, aliran darah ke
berbagai organ, sekresi dan motilitas gastrointestinal, kelenjar keringat dan temperatur tubuh.
Aktifasi SSO secara prinsip terjadi dipusat di hipothalamus, batang otak dan spinalis. Impuls
2
Gambar 1. Perbedaan fungsi saraf parasimpatik dan saraf simpatik
Sumber : http://www.ilmudasar.com/2016/11/Pengertian-Fungsi-dan-Perbedaan-Saraf-
Simpatis-dan-Parasimpatis-adalah.html
Serat-serat saraf simpatis berasal dari daerah torakal dan lumbal korda spinalis.
Sebagian besar serat praganglion simpatis berukuran sangat pendek, bersinaps dengan badan
sel neuron pascaganglion di dalam ganglion yang terdapat di rantai ganglion simpatis
(sympathetic trunk) yang terletak di kedua sisi korda spinalis. Serat pascaganglion panjang
berasal dari rantai ganglion itu berakhir di organ-organ efektor. Sebagian serat praganglion
melewati rantai ganglion tanpa membentuk sinaps dan kemudian berakhir di ganglion
kolateral simpatis yang terletak sekitar separuh jalan antara SSP dan organ-organ yang
dipersarafi, dengan serat pascaganglion menjalani jarak sisanya.1 Sistem saraf simpatis
aktivitas fisik yang berat dalam menghadapi situasi penuh stres atau darurat, misalnya
ancaman fisik dari lingkungan luar. Respons semacam ini biasanya disebut sebagai fight or
flight response, karena sistem simpatis mempersiapkan tubuh untuk melawan atau melarikan
3
Sistem Saraf Parasimpatis
Serat praganglion parasimpatis berasal dari daerah kranium dan sacrum (korna
spinalis bagian bawah) SSP. Serat ini lebih panjang daripada serat pranganglion simpatis.
Karena mereka tidak berakhir hingga mereka mencapai ganglion internal yang terletak di
dalam organ efektor. Serat pascaganglion tang sangat pendek berakhir di sel-sel organ itu
sendiri.1 Sistem saraf parasimpatis di pihak lain mendominasi pada situasi yang tenang dan
rileks.Pada keadaan-keadaan yang tidak mengancam, tubuh dapat memusatkan diri pada
denyut dan kekuatan kontraksi jantung. Saraf simpatis mempersarafi semua arteri dan vena
besar dan kecil, menyebabkan konstriksi semua pembuluh kecuali arteiol-arteriol yang
memperdarahi otot rangka. Saraf simpatis mempersarafi otot polos saluran cerna,
menyebabkan penurunan motilitas, dan otot polos saluran napas, menyebabkan relaksasi
merangsang sekresi kelenjar keringat, dan bertanggung jawab bagi ereksi selama orgasme
pria.
mempersarafi otot polos bronkus, menyebabkan konstriksi jalan napas, dan mempersarafi
Emosi
Emosi tidaklah muncul dengan sendirinya, karena emosi adalah suatu reaksi tubuh
terhadap rangsangan. Jadi, adanya suatu rangsangan yang memicu terjadinya emosi. Emosi
bisa muncul tepat setelah rangsangan atau suatu peristiwa terjadi. Bisa juga, peristiwa yang
4
memicu emosi telah terjadi beberapa waktu lalu, dan karena masih diingat, maka emosi yang
Konsep emosi mencakup perasaan emosional subyektif dan suasana hati (misalnya
marah, takut, dan kegembiraan) plus respons fisik nyata yang berkaitan dengan perasaan-
perasaan tersebut.1 Respons-respons ini mencakup pola perilaku spesifik (misalnya bersiap
menyerang atau bertahan ketika terancam oleh musuh) dan ekspresi emosi yang dapat diamati
(misalnya tertawa, menangis, atau tersipu). Bukti-bukti yang ada mengisyaratkan peran
Sistem Limbik
emosional & dorongan motivasional.5 Kompleks besar struktur otak ini terdiri dari subkorteks
amigdala, dan lainnya. Hipokampus dianggap sebagai bagian sistem limbic dan berperan
penting dalam memberi kode dan mengonsolidasi memori. Amigdala yang juga dianggap
sebagai bagian sistem limbic, terlibat dalam pembentukan emosi, agresi, dan perilaku
seksual. Belajar dan perilaku juga dipengaruhi oleh beberapa struktur sistem limbic dan
hubungan.1
Sistem limbik juga memiliki peran penting dan berhubungan langsung dengan sistem
otonom maupun bagian otak penting lainnya.5 Karena hubungan langsung sistem limbik
dengan sistem otonom, jadinya bila ada stimulus emosi negatif yang langsung masuk dan
diterima oleh sistem limbik dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti: gangguan
jantung, hipertensi maupun gangguan saluran cerna. Tidak heran saat seseorang marah, maka
jantung akan berdetak lebih cepat dan lebih keras dan tekanan darah dapat meninggi.
5
Gambar 2. Sistem limbik
Sumber: http://www.daviddarling.info/encyclopedia/L/limbic_system.html
a. Thalamus
ventrikulus tertius terdapat parit dangkal disebut sulcus hypothalamicus. Sulcus ini
Thalamus menerima semua informasi sensorik yang datang (kecuali bau) dan secara berturut-
turut menyampaikan informasi tersebut melalui berbagai traktur aferen ke bagian lain korteks
serebri. Serabut desenden dari korteks serebri juga berjalan ke bawah menuju thalamus.
Fungsi korteks serebri bergantung pada penyampaian thalamus. Thalamus juga merupakan
bagian dari sistem aktivasi reticular (reticular activating system, RAS), suatu kelompok
neuron yang luas yang penting dalam membuat individu terjaga. Thalamus menerima
b. Hipothalamus
fungsi vegetatif dan endokrin, serta perilaku dan motivasi seseorang. Hipothalamus terletak
6
di sisi inferior thalamus dan membentuk dasar serta bagian bawah sisi dinding ventrikel
ketiga.6
o Bagian anterior hipotalamus adalah substansi abu-abu yang menyelubungi kiasma optik,
o Bagian tengah hipotalamus terdiri dari infundibulum (batang) kelenjar hipofisis posterior
Fungsi vegetatif dan endokrin mencakup: regulasi kardiovaskular, suhu tubuh, asupan
air, kontraksi uterus dan pengeluaran susu, saluran cerna, dan kelenjar hipofisis anterior. 5
Sedangkan, perilaku yang terkait erat hubungannya dengan emosional seseorang diperngaruhi
c. Hipokampus
Memiliki sifat sangat peka rangsang. Stimulasi pada hipokampus dapat memicu
marah dan gairah seksual berlebihan. Sedangkan lesi pada hipokampus dapat menyebabkan
a. Hipokampus terletak diantara lobus temporal otak dan bagian media lobus temporal
b. Hipokampus merupakan bagian korteks serebri yang memanjang melipat ke dalam untuk
Hipokampus berfungsi saluran tambahan yang dilewati oleh sinyal sensorik yang
masuk, yang dapat memulai reaksi perilaku dengan tujuan yang berbeda. Seperti halnya
halnya pada struktur-struktur limbik lain, perangsangan pada berbagai area dalam
7
hipokampus hampir selalu dapat menyebabkan salah satu dari berbagai pola perilaku,
misalnya rasa marah, ketidak pedulian, atau dorongan seks yang berlebihan.
(Sumber : http://imageshack.us/photo/my-images/504/hippocampusthumbed5.jpg/
d. Amigdala
Terbagi atas 2 divisi yaitu kelompok nukleus kortikomedial & nukleus basolateral. 5
Stimulasi pada amigdala menimbulkan perubahan kecepatan denyut jantung, tekanan arteri,
dan dilatasi pupil. Amigdala diperkirakan dapat bertindak seperti filter memori yang
menandai informasi yang akan disimpan dengan cara mengaitkannya dengan emosi saat itu.5
Amigdala merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada tingkat bawah sadar.
Amigdala juga tampaknya berproyeksi pada jalur sistem limbik seseorang dalam
berhubungan dengan alam sekitar dan pikiran. Amigdala dianggap membuat respon perilaku
Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan melalui serabut
saraf (akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan
bagian dalam sel. Apabila tidak terdapat rangsangan atau neuron dalam keadaan
8
istirahat, sitoplasma di dalam membran plasma akan bermuatan listrik negatif, sedangkan
cairan di luar membran bermuatan positif. Keadaan ini dinamakan polarisasi atau potensial
istirahat.
Jaras Emosi
9
Pada skenario PBL, seorang ibu mengeluh jantungnya sering berdebar, dan diketahui
oleh dokter ibu itu kemungkinan mengalami depresi karena suaminya meninggal. Tentu saja
hal ini dapat dijelaskan dalam bentuk jaras emosi. Seperti yang telah kita ketahui, emosi
disebabkan oleh adanya rangsangan. Rangsangan atau stimulus diterima oleh saraf-saraf
sensoris kita melalui alat-alat panca indera kita. Informasi yang berasal dari masing-masing
panca indera tersebut diintegrasikan di korteks serebral yang merupakan pusat sensoris dan
intelektual. Informasi yang telah diintegrasikan itu diteruskan ke sistem limbik. Sistem limbik
adalah pusat emosi dan memori dan juga merupakan tempat pembentukan emosi tersebut.
Setelah dari sistem limbik, informasi tersebut atau emosi yang sudah terbentuk dibawa ke dua
tempat, yaitu hipothalamus dan kembali ke korteks serebral sebagai timbal balik untuk
menciptakan kesadaran tentang adanya emosi tersebut. Setelah sampai di hipothalamus dan
batang otak, terbentuklah respon dari emosi tersebut.2
10
Respon dari emosi ini dapat berupa respon somatik, respon autonom, respon endokrin,
dan respon imun. Contoh dari respon ini saat terjadi emosi berupa kemarahan adalah :
Dalam skenario PBL kali ini, respon yang paling terlihat adalah respon otonom.
Respon otonom ini tentu saja dipengaruhi oleh sistem saraf otonom.
Kesimpulan
Bagian- bagian pada sistem limbik adalah bagian-bagian pada otak yang
tepatnya pada saraf simpatis yang akan memacu peningkatan-peningkatan aktifitas fisologis
tubuh, sehingga pada kasus perasaan sedih yang berlebihan dapat menyebabkan perasaan
Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke-8. Jakarta: EGC; 2014. h.
168
11
2. Imai I. Aktivasi otonom; 2012. Fakultas Kedokteran Universitas Syah Kuala.
Diunduh darihttp://download.portalgaruda.org/article.php?
3. Kahle, Werner. Atlas Berwarna & Teks Anatomi Manusia: sistem saraf dan alat-alat
7. Wahyuningsih AN. Pengembangan media komik bergambar materi sistem saraf untuk
Education 2012;1(1):h.20.
12