Anda di halaman 1dari 12

Depresi Sebagai Salah Satu Gangguan Emosi dan Motivasi

Desak Putu Tri Artha Sari

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


NIM : 102011267. E-mail : putu.tyara@yahoo.co.id

Pendahuluan

Setiap manusia pasti pernah mengalami perasaan sedih, senang, khawatir, takut, dsb. Perasaan-
perasaan tersebut merupakan bentuk dari emosi. Emosi ditandai dengan adanya perasaan yang kuat dan
biasanya menimbulkan dorongan (motivasi) menuju bentuk nyata dari suatu tingkah laku. Dengan
demikian ada hubungan yang sangat erat antara emosi dan motivasi. Emosi dan motivasi dapat terbentuk
karena ada mekanisme khusus dalam otak manusia. Tiga bagian otak manusia yang berperan penting
dalam emosi dan motivasi adalah korteks serebri, sitem limbik dan hipotalamus. Selain itu, memori juga
memiliki pranan dalam pembentukan emosi dan motivasi.

Depresi adalah salah satu gangguan emosi yang ditandai dengan kesedihan, kehilangan minat atau
kesenangan, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, tidur terganggu, nafsu makan berubah dan
energi rendah. Depresi diakibatkan oleh defek neurotransmiter di sistem limbik yang merupakan tempat
pertama kali terbentuknya emosi. Melalui makalah kali ini, mahasiswa FK Ukrida dituntut untuk dapat
mengetahui struktur yang mempengaruhi motivasi dan emosi, mekanisme terbentuknya emosi dan
motivasi, serta hubungan memori dengan mitivasi dan emosi.

Tujuan

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi kriteria penilaian di dalam
Blok 6 - Neuroscience, menambah pengetahuan mengenai kelainan yang dapat timbul pada
sistem saraf, yang salah satunya merupakan terdapatnya gangguan emosi dan motivasi yang dpat
memicu terjadinya depresi. Tak terlepas dari penambahan pengetahuan, dengan membuat
makalah ini kita akan dapat belajar mengenai banyak istilah-istilah kedokteran yang baru serta
pengetahuan umum mengenai fisiologi manusia.

1
Pembahasan

1. Emosi dan Motivasi


Emosi adalah suatu aspek psikis yang berkaitan dengan perasaan dan merasakan, misalnya merasa
sedih, kesal, jengkel, marah, senang, tegang, dsb.1 Menurut Hillman dan Drever, emosi adalah bentuk
yang kompleks dari organisme, yang melibatkan perubahan fisik dari karakter yang luas (dalam bernafas,
denyut nadi, produksi kelenjar, dsb) dan dari sudut mental. Emosi ditandai dengan adanya perasaan yang
kuat dan biasanya menimbulkan dorongan (motivasi) menuju bentuk nyata dari suatu tingkah laku.
Dengan demikian, ada hubungan yang erat antara emosi dan motivasi, dimana emosi merupakan sarana
untuk mengkomunikasikan motivasi.2

Motivasi didefinisikan sebagai kondisi internal yang membangkitkan kita untuk bertindak,
mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu. Selain
itu, motivasi juga dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang
diindikasikan dengaan adanya hasrat dan minat untuk melakukan kegiatan, dorongan dan kebutuhan
untuk melakukan kegiatan.3

2. Struktur yang Mempengaruhi Emosi dan Motivasi


Dalam pembentukan emosi dan motivasi, ada tiga struktur yang mempengaruhinya. Ketiga struktur
itu adalah korteks serebri, sitem limbik dan hipotalamus. Bukti menunjukkan bahwa sistem limbik
berperan sentral dalam semua aspek emosi. Stimulasi daerah-daerah tertentu di dalam sistem limbik
manusia menimbulkan berbagai sensasi yang diutarakan sebagai rasa senang, kepuasan, atau kenikmatan
di suatu daerah serta keputusasaan, keketakutan, atau kecemasan di bagian lain. Hipotalamus sendiri
bertanggung jawab terhadap berbagai respons yang sesuai untuk menyertai keadaan emosional tertentu. 4

Contoh keterkaitan ketiga hal ini dapat dilihat dari contoh berikut ini: hipotalamus yang merupakan
pengatur lingkungan internal akan mencetuskan respon untuk meningkatkan pembentukan panas (dengan
menggigil), saat tubuh merasakan dingin. Sementara itu, korteks serebrum akan mengambil peran untuk
memotivasi diri agar secara sadar memakai baju yang lebih hangat. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hipotalamus – yang merupakan bagian dari sistem limbik, bersama dengan korteks akan
mengontrol emosi dan perilaku yang dimotivasi.4 Dibawah ini akan dibahas ketiga struktur tersebut baik
secara mikro maupun makro.

2
2.1 Korteks Serebri

2.1.1 Serebrum, Hemisfer, dan Korteks Serebri


Wilayah terbesar dari otak adalah serebrum. Disinilah terdapat pusat-pusat saraf yang mengatur
semua kegiatan sensorik dan motorik. Selain itu, hal-hal yang berkaitan dengan proses penalaran, ingatan,
dan intelejensia berada pada wilayah otak ini. Serebrum tersusun dari dua hemisfer serebral, yaitu
hemisfer kanan dan hemiser kiri. Bagian luar hemisfer serebri terdiri atas subtansia grisea yang disebut
sebagai korteks serebri. Sementara itu, dibagian bawahnya adalah nukleus basal yang terdiri atas
substansia. Hemisfer kanan dan kiri dibagi oleh suatu lekuk yang disebut dengan fisura longitudinalis
serebri. Sementara, korpus kalosum adalah suatu pita serabut lebar yang mengubungkan kedua hemisfer
tersebut.5 Secara umum, hemisfer kanan mengontrol sisi tubuh kiri dan hemisfer kiri mengontrol sisi
kanan tubuh.

Secara histologi serebrum terdiri atas enam lapisan yang batasannya tidak jelas. Yaitu: lapisan
molekular, lapisan granular luar, lapisan sel-sel piramid, lapisan granular dalam, lapisan piramid atau
ganglioner, dan laporan sel-sel multiform atau polimorf. Sementara itu, sel-sel yang terdapat di serebrum
ada empat macam, yaitu: sel piramid, sel granuler, sel horizontal, dan sel martinotti. Sel piramid
merupakan salah satu neuron golgi tipe I yang memiliki akson panjang.

Korteks serebri adalah bagian otak yang paling maju dan bertanggung jawab untuk memahami
lingkungan dan memulai pikiran dan perilaku yang berorientasi tujuan. Seperti yang telah disebutka
sebelumnya, korteks serebri terdiri atas substansia grisea karena lebih banyaknya badan sel saraf
dibandingkan dengan akson neuron.6 Korteks serebri ini tersusun dalam banyak gulungan-gulungan dan
lipatan yang tidak teratur, dan dengan demikian akan menambah daerah permukaan korteks serebi sampai
tiga kali lipat.7

Korteks serebri dibagi menjadi beberapa daerah, sebagian memiliki fungsi motorik dan sebagiannya
lagi mempunyai fungsi sensorik. Daerah motorik terletak persisi di depan sulkus sentralis dan memanjang
terus hingga sulkus lateralis. Daerah motorik merupakan awal jalur motorik yang mengendalikan gerakan
pada sisi lain tubuh. Sementara itu, korteks sentralis terletak persis dibelakang sulkus senralis.7

2.1.2 Lobus-Lobus Korteks8


Pada masing-masing hemisfer serebral, tedapat celah yang membagi korteks ke dalam empat daerah
atau lobus yang berbeda. Lobus-lobus tersebut adalah lobus oksipital, lobus parietal, lobus frontal, dan
lobus temporal. Lobus oksipital terletak di bagian belakang bawah ootak. Bagian ini antara lain
mengandung korteks visual (akan dibahas dibawah), tempat dimana sinyal-sinyal visual diproses.

3
Lobus yang kedua adalah lobus parietal, terletak di bagian paling atas otak. Lobus pariental
mengandung korteks somatosensorik (akan dibahas dibawah), yang berfungsi menerima informasi
mengenai tekanan, sakit, sentuhan, dan temperatur. Lobus berikutnya adalah lobus temporal yang terletak
di bagian tepi otak, diatas telinga, dan dibelakang pelipis. Lobus ini mengandung korteks auditori, dan
dibagian kiri dari lobus temporal disebut area Wernicke.

Lobus terkahir adalah lobus frontal. Sesuai dengan namanya, lobus ini terletak di bagian depan otak,
di bawah tulang tengkorak pada area kening. Pada lobus ini terdapat korteks motorik yang memberi
perintah kepada otot tubuh untuk menghasilkan gerakan volunter. Pada sisi kiri lobus frontal terdapat area
yang disebut dengan area Broca. Area Broca berperan dalam kemampuan berbicara. Lobus frontal
berperan dalam ingatan jangka pendek dan emosi serta kemampuan intelektual.

2.1.3 Area Fungsional Korteks Cerebri 9


Beberapa daerah tertentu dari korteks serebri telah diketahui memiliki fungsi yang spesifik. Area
fungsional korteks serebri meliputi area motorik, area sensorik, dan area asosiasi atau sekunder yang
berdekatan dengan area primer dan berfungsi untuk integrasi dan interpretasi tingkat tinggi.

Area motorik terdiri dari korteks motorik primer, korteks pramotorik atau korteks premotorik, dan
area broca. Korteks motorik primer terdapat dalam girus presentralis (area brodmann 4). Neuron
piramidalis pada korteks motorik primer mengendalikan kontraksi volunter otot rangka. Korteks
pramotorik atau korteks premotorik terletak tepat di sisi anterior girus presental. Neuron ekstrapiramidal
mengendalikan aktivitas motorik yang terlatih dan berulang, seperti mengetik (area brodmann 6).
Terakhir adalah area broca yang terletak di sisi anterior korteks premotorik pada tepi bawahnya (area
brodmann 44 dan 45). Area ini mungkin hanya terdapat pada satu hemisfer saja (biasanya kiri) dan
dihubungkan dengan kemampuan bicara.

Area sensorik terdiri dari korteks sensorik primer (korteks somatosensorik primer), area visual
primer, area auditori primer, area olfaktori primer, dan area pengecap primer (gustatori). Korteks sensorik
primer (korteks somatosensorik primer) terletak dalam girus postsentral (area brodmann 1-3). Disini,
neuron menerima informasi sensorik umum yang berkaitan dengan nyeri, tekanan, suhu, sentuhan dan
proprioresepsi dari tubuh.

Area visual primer terletak pada ujung lobus oksipitalis (area brodmann 18 dan 19) tepatnya pada
gyrus lingualis, yang memiliki fungsi untuk menrima informasi dari retina mata. Area auditori primer

4
terletak pada tepi superior lobus temporal (area brodmann 41 dan 42), untuk menerima impuls saraf yang
berkaitan dengan pendengaran.

Area olfaktori primer terletak pada daerah yang disebut lobus piriformis, dan memiliki fungsi untuk
mengenali adanya rangsang bau. Nervus olfactorius menyalurkan rangsangan ke korteks olfaktorik untuk
kemudian dihubungkan ke sistem limbik untuk menjelaskan kenapa bau-baunya bisa menimbulkan
emosi. Terkahir adalah area pengecap primer atau biasa disebut korteks gustatorik. Area ini terletak dalam
lobus parinetal dekat bagian inferior girus postsentral (area brodmann 43), yang terlibat dalam prespsi
rasa.

Area fungsional yang terakhir adalah area asosiasi yang telah dipetakan dalam sistem yang disebut
klasifikasi Brodmann atau area Brodmann, yang akan lebih dijelaskan pada pembahasan setelah ini.
Namun sebelumnya, kita dapat melihat letak dari area-area fungsional diatas pada gambar dibawah ini.

Tabel 1. Fungsi Area Brodman5

Area Nama Fungsi

1,2,3 Korteks parietalis area Sensasi umum: nyeri, suhu, raba,


somestetik primer tekan dan proprioseptor
(somatosensorik)

4 Korteks frontalis Gerakan-gerakan volunter


merupakan area motorik
primer

5,7 Asosiasi somestetik Menerima dan mengintegrasi


berbagai modalitas sensorik: kualitas,
bentuk, tekstur, berat dan suhu.

6 Korteks pramotorik Gerakan terlatih: menulis,


mengemudi, atau mengetik

8 Lapang pandang frontal Mendeteksi gerakan volunter dan


divisiasi konjugat dari mata dan
kepala

9,12 Korteks prafrontalis Kegiatan intelektual kompleks,


menerima informasi penglihatan dan
menyadari sensasi warna

5
17 Korteks penglihatan primer Membuat informasi penglihatan menjadi berar
Refleks gerakan mata ketika memandang at
mengikuti sesuatu

18,19 Korteks visual primer dan Area penerimaan visual


asosiasi visual

22 Korteks pendengaran primer Penerima suara dan daerah penerima


pendengaran

39 Pusat persepsi visio-lesik Pengenalan dna pengertian segala sesuatu ya


bersangkutan dengan bahasa tulis atau isyar
visual

41,42 Area Wenicke Pusat presepsi auditoro-lesik, yaitu pengerti


dan pengenalan bahasa lisan (verbal). Daer
interprestasi pendengaran

44,45 Area Broca Pelaksanaan motorik berbicara

Amigdala berasal dari kata lain kuno yang berarti “almond”. Amigdala adalah
sekelompok sel saraf di otak yang sangat berkuasa atas persepsi dan tindakan. Amigdala
merasakan potensi stres dan stres yang sebenarnya dan meresponnya dengan memerintahkan
pelepasan transmiter saraf, yang menyebabkan muncul perasaan ragu, takut, dan cemas.
Amigdala bertanggung jawab atas pengevaluasian informasi-informasi sensorik, menentukan
secara tepat arti pentingnya sesuatu secara emosional, dan berkontribusi dalam pengambilan
keputusan awal untuk mendekati atau menjauhi sesuatu.8

Jaringan saraf terdiri atas sel saraf (neuron) dan sel penyokong (neuroglia). Neuron
adalah unit utama sistem saraf dan merupakan sel yang sangat khusus. Setiap neuron memiliki
fungsi untuk menerima rangsangan yang datang dan mengirimkan rangsangan ke sraf lain
maupun ke otot. Neuron terdiri dari dendrit, badan sel, dan akson. Dendrit adalah bagian dari
neuron yang menerima rangsangan dari saraf lain atau bekerja sebagai reseptor. Badan sel
memiliki fungsi untuk menyampaikan sinyal rangsangan ke akson. Sementara itu, akson adalah
perluasan memanjang tempat lewatnya sinyal yang dicetuskan di dendrit dan badan sel.6

2.1.4 Area Brodmann

6
Pada tahun 1909, Korbinian Brodmann – seorang ahli neurologis Jerman, membagi korteks serebri
menjadi 47 area. Dengan demikian, saat ini kita telah dapat mengetahui beberapa daerah tertentu dari
korteks serebri yang memiliki fungsi spesifik.5 Pembagian area atau daerah dapat dilihat melalui gambar
di bawah ini. Sementara itu, untuk fungsi dari masing-masing area dapat dilihat dalam tabel.

2.2 Sistem Limbik


Istilah limbik (limbus) berarti “batas” atau “tepi”. Lokasi dari sistem limbik adalah di bagian medial
hemisperium serebri dan dalam diencephalon. Struktur sistem limbik terdiri dari subkorteks dan juga
korteks. Struktur kortikal utama adalah girus singuli (kingulata) dan girus parahipokampus dan
hipokampus. Sementara itu bagian subkortikal mencakup amigdala, traktus olfaktorius, dan septum.
Dalam beberapa buku, hipotalamus dan bagian-bagian talamus disertakan dalam sistem limbik karena
memiliki hubungan fungsional yang erat.5

Hipokampus merupakan area penting yang secara tradisional diklasifikasikan sebagai “limbik”.
Struktur ini membandingkan informasi sensorik dengan apa yang telah otk ekspetasikan mengenai
lingkungannya. Hipokampus juga disebut sebagai “pintu gerbang menuju ingatan”. Hipokampus
memungkinkan kita membentuk ingatan-ingatan baru mengenai fakta-fakta dan kejadian-kejadian – jenis
informasi yang kita perlukan untuk mengenali sekuntum bunga, menyampaikan sebuah cerita, dsb.8

Secara fungsional sistem limbik berkaitan dengan: (1) suatu pendirian atau respons emsional yang
mengarahkan pada tingkah laku individu, (2) suatu respon sadar terhadap lingkungan, (3)
memberdayakan fungsi intelektual dari korteks serebri secara tidak sadar dan memfungsikan batang otak
secara otomatis untuk merespon keadaan, (4) memfasilitasi penyimpanan suatu memori dan menggali
kembali simpanan memori yang diperlukan, dan (5) merespon suatu pengalaman dan ekspresi suasana
hati, terutama reaksi takut, marah, dan emosi yang berhubungan dengan perilaku seksual.5

Sistem limbik memiliki hubungan timbal balik dengan banyak struktur saraf sentral pada beberapa
tingkat integrasi termasuk neokorteks, hipotalamus, dan RAS (reticular activating system) dari batang
otak. Gangguan presepsi, terutama dalam mengingat kembali, krisis emosional dan gangguan hubungan
dengan orang lain dan dengan objek, diperkirakan berhubungan dengan struktur limbik.5

2.3 Hipotalamus

7
Struktur diensefalon terletak dalam di antara hemisfer serebri. Diensefalon mencangkup talamus,
hipotalamus, dan ganglia basalis.6 Pada pembahasan kali ini, kita akan lebih membahas hal yang terkait
dengan hipotalamus. Hipotalamus adalah kumpulan nukleus spesifik dan serat-serat terkait yang terletak
di bawah thalamus. Daerah ini merupakan pusat integrasi untuk banyak fungsi homeostatik (kestabilan
lingkungan internal) dan berfungsi sebagai penghubung antara sistem saraf otonom dan sistem endokrin.4

Struktur hipotalamus pada bagian anterior adalah subtansi abu-abu (substansi grisea) yang
menyelubungi kiasma optik, yang merupakan persilangan pada saraf optik. Bagian tengah hipotalamus
terdiri dari infundibulum (batang) kelenjar hipofisis posterior tempat melekatnya kelenjar hipofisis.9

Hipotalamus berperan penting dalam pengendalian aktivitas sistem saraf ototnom yang melakukan
fungsi vegetatif, seperti pengaruh frekuensi jantung, tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan air, selera
makan, rasa haus, saluran pencernaan, dan aktivitas seksual. Selain itu, hipotalamus juga berperan sebagai
pusat otak untuk emosi seperti kesenangan, nyeri, kegembiraan, dan kemarahan. Hipotalamus
memproduksi hormon yang mengatur pelepasan atau inhibisi hormon kelenjar hipofisis, sehingga
mempengaruhi keseluruhan sistem endokrin.9

3. Saraf
Sinaps adalah titik kontak antara neuron satu dengan neuron lainnya. Sinaps ada yang sinaps kimiawi
dan sinaps listrik. Dalam satu sinaps terdisi atas unsur presinaptik (prasinaps) dan unsur postsinaps
(pascasinaps). Pada sinaps kimiawi, suatu neurotransmiter (zat kimia) dilepas dari terminal akson
presinaptik (parasinaps), mengalir menyebrangi celah sinaptik dan melekat pada resptor membran
postsinaps (pascasinaps). Fungsi dari neurotransmiter adalah sebagai “pengantar pesan”.9

Melalui efek yang ditimbulkan pada jaringan saraf tertentu, neurotransmiter dapat mempengaruhi
suasana hati, ingatan, dan kesejahteran. Ada ratusan zat yang dikenal atau diduga sebagai neurotransmiter
dan jumlah ini terus bertambah. Dari sekian banyak neurotransmiter, ada beberapa yang dapat
mempengaruhi emosi dan motivasi, diantaranya adalah serotonergik, norepinefrinergik, epinefrin,
histaminergik, dopaminergik, asetikolin, dan peptida opioid.8

Serotonergik diproyeksikan ke hipotalamus dan sistem limbik. Serotonin sendiri memiliki fungsi
eksitasi sekresi prolaktin, menghambat transmisi jaras nyeri di akar belakang, mempengaruhi neuron yang
berkaitan dengan tidur, nafsu makan, persepsi sensoris, pengaturan suhu, dan suasana hati.
Norepinefrinergik mempengaruhi neuron yang dapat mempercapat detak jantung dan menurunkan
aktivitas usus ketika berada dalam kondisi stres, serta neuron-neuron yang terlibat daam aktivitas belajar,
ingatan, mimpi, terjaga, dan emosi.8

8
Epinefrin diproyeksikan ke hipotalamus, talamus, periaquaeduktus, dan medula spinalis.
Histaminergik diduga ada hubungan dengan regulasi sekresi hormon hipofisis (keadaan jaga, tekanan
darah, minum, ambang nyeri, perilaku seksual). Doraminergik banyak terdapat di midbrain. Asetikolon
mempengaruhi neuron yang berkaitan dengan aksi otot, fungsi kognitif, ingatan dan emosi. Peptida opioid
diduga memiliki fungsi untuk menahan rasa nyeri.

4. Memori
Ingatan atau memori adalah penyimpanan informasi sepanjang waktu. Ingatan adalah pusat bagi
kehidupan mental dan pemrosesan informasi. Dua sistem penting dalam ingatan ialah ingatan jangka
pendek dan ingatan jangka panjang. Struktur otak yang berperan dalam memori adalah hipokampus dan
amigdala, selain itu hipotalamus juga berperan dalam hal ini.10

Ingatan jangka pendek (short-term memory) adalah sistem ingatan berkapasitas terbatas, tempat
informsi disimpan selama 30 detik, kecuali bila informasi tersebut diulang lagi, sehingga dapat disimpan
lebih lama. Informasi mungkin masuk ingatan jangka pendek dari sensory registers (pusat penampungan
kesan-kesan sensoris – korteks sensoris) atau di ingatan jangka panjang (long term memory). Sering
kedua hal itu terjadi bersamaan.10

Ingatan jangka panjang (longterm memory) adalah sistem ingatan yang relatif menetap, tempat
menyimpan sejumlah besar informasi untuk jangka waktu lama. Ingatan jangka panjang diperkirakan
mempunyai daya tampung yang tidak terbatas, baik dari segi jumlah informasi yang dapat disimpan
maupun lama waktu informasi tersebut akan disimpan. Kita mungkin pernah lupa suatu informasi, tapi
sebaliknya kita kehilangan kemampuan untuk menemukan informasi tersebut.11

5. Hubungan Memori dengan Motivasi dan Emosi11


Untuk lebih mudah memahami mengenai hubungan memori dengan motivasi dan emosi, kita bisa
melihat contoh kejadian dibawah ini. Ketika kita melihat seekor burung merpati (dalam hal ini kita belum
menyadari bahwa itu adalah burung merpati), sensory register – korteks sensoris kita mentransfer
informasi tersebut ke dalam ingatan jangka pendek. Kemudian secara tidak sadar kita mungkin mencari
ke dalam ingatan jangka panjang tentang burung tersebut dan dilanjutkan dengan proses identifikasi. Dari
proses identifikasi ini, kita mengetahui bahwa binatang tersebut adalah burung merpati.

Bersamaan dengan pengenalan objek sebagai burung merpati, akan datang informasi lain yang lebih
banyak tentang burung merpati. Informasi-informasi tersebut bisa meliputi hal-hal yang berhubungan
dengan pengalaman, visual, hingga perasaan atau emosi yang berkaitan dengan burun merpati. Dengan

9
demikian, kita dapat melihat bahwa setelah melalui beberapa tahap, ingatan atau memori kita
berhubungan dengan emosi – baik emosi sedih, senang, dsb.

6. Mekanisme Terbentuknya Emosi dan Motivasi


Stimulus yang diterima akan dikirimkan ke dalam daerah asosiasi dari korteks serebri tertentu melalui
sinaps-sinaps saraf aferen (saraf sensorik). Setelah sampai di korteks serebri, stimulus yang diterima akan
diteruskan ke sistem limbik. Disistem limbik, informasi dari stimulus akan diproses melalui memori
jangka pendek dan memori jangka panjang. Pada sistem limbik ini juga, emosi pertama kali terbentuk.
Setelah itu, untuk bisa “mengekspresikan” emosi yang tercipta, dibutuhkan peran hipotalamus.

Hipotalamus akan mengeluarkan respon yang sesuai dengan informasi dan emosi yang ada. Respon-
respon yang diciptakan oleh hipotalamus terdiri dari respon somatik (respon yang berhubungan dengan
tubuh), respon otonom (respon yang berhubungan dengan organ viseral), respon endokrin, dan respon
imun.
Untuk lebih memahami mekanisme ini, kita akan melihat contoh berikut ini: seorang perempuan
melihat orang yang dia sukai – dengan demikian ia menerima impuls visual yang kemudian akan
dikirimkan ke korteks serebri terutama ke area visual primer yang terletak pada ujung lobus oksipitalis
(area brodmann 18 dan 19 - gyrus lingualis). Dari sana informasi akan diteruskan ke sistem limbik. Di
sistem limbik, terjadi proses mengingat yang diawali dengan ingatan jangka pendek yang dihubungkan
dengan ingatan jangka panjang. Dari ingatan atau memori tersebut, informasi tentang orang yang dia
sukai akan bertambah.
Selanjutnya, akan mulai muncul emosi yang menyertai informasi tersebut. Emosi yang muncul
adalah perasaan senang yang kemudian dikirimkan ke hipotalamus. Hipotalamus akan
“mengekspresikan” rasa senang tersebut lewat beberapa respon. Misalnya saja dari respon somatik, tubuh
perempuan tersebut akan berjalan mendekati orang yang dia sukai. Respon secara otonom, pembuluh
darah mengalami dilatasi sehingga wajah memerah, dan respon-respon lain yang menyertai.
7. Depresi
Depresi adalah salah satu jenis gangguan emosi yang ditandai dengan kesedihan, kehilangan minat
atau kesenangan, perasaanbersalah, kesulitan berkonsentrasi, tidur terganggu, nafsu makan berubah dan
energi rendah. Masalah ini dapat menjadi kronis atau berulang dan menyebabkan gangguan besar dalam
kemampuan seseorang untuk menjalankan tanggung jawab sehari-hari. Pada kasus yang parah, depresi
dapat menyebabkan bunuh diri.

Lebih lengkapnya, depresi memiliki ciri-ciri psikologik, misalnya sedih, susah, murung, rasa tak
berguna, gagal, kehilangan, tak ada harapan, putus asa, dan penyesalan yang patologis. Sementara ciri-ciri

10
somatik misalnya anoreksia, konstipasi, kulit lembab atau dingin, dsb. Berdasarkan hal-hal tersebut, kita
dapat melihat bahwa orang yang menderita depresi aktifitas fisiknya dapat menurun (berpikir lambat,
semangat dan minat hilang, dsb).12

8. Pembahasan Kasus
Pada PBL kali ini kami mendapat kasus mengenai seorang ibu yang datang membawa anaknya
perempuan berusia 17 tahun. Ibunya mengeluh anaknya sudah hampir sebulan terakhir sering melamun.
Ibunya juga mengakui bahwa anaknya baru diputus hubungan oleh pacarnya. Dokter melakukan
pemeriksaan fisik dan menyampaikan bahwa anak tersebut sehat fisiknya namun menderita depresi.

Berdasarkan apa yang telah kita bahas diatas, depresi merupakan salah satu jenis gangguan emosi
yang dapat mempengaruhi kondisi seseorang. Depresi sendiri berkaitan dengan defek (kekurangan)
neurotransmiter di sistem limbik. Seperti yang kita tahu, sistem limbik merupakan tempat pertama
terjadinya emosi, sehingga apabila terjadi defek neurotransmiter disana, maka akan terjadi gangguan pada
emosi seseorang.

Diatas telah disebutkan neurotransmiter apa saja yang berpengaruh pada emosi seseorang. Misalnya
saja serotonergik yang memiliki fungsi mempengaruhi neuron yang berkaitan dengan suasana hati,
norepinefrinergik dan asetikolin mempengaruhi neuron yang terlibat dalam aktivitas ingatan – emosi.8
Apabila terjadi defek neurotransmiter-neurotransmiter tersebut maka fungsi-fungsi yang mereka miliki
pun tidak dapat muncul.

Semua obat antidepresan efektif meningkatkan ketersediaan berbagai neurotransmiter. Salah satu
contohnya adalah obat prozac yang dapat menghambat penyerapan kembali serotonin yang telah
dilepaskan, sehingga aktivitas serotonin di sinaps memanjang. Serotonin dan norepinefrin sendiri adalah
pembawa pesan sinaps di daerah limbik otak yang terlibat dalam kesenangan dan motivasi.4

Kesimpulan

Hipotesis pada kasus kali ini adalah: “depresi dipengaruhi oleh emosi dan motivasi”. Berdasarkan
materi diatas, kita dapat melihat bahwa depresi berkaitan erat dengan motivasi dan emosi. Orang yang
mengalami depresi berarti mengalami gangguan emosi yang disebabkan oleh defek neurotransmiter di
sistem limbik. Dengan demikian, hipotesis yang telah disusun dapat dibenarkan.

Daftar Pustaka

1. Gunarsa SD. Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta: Gunung Mulia; 2008.

11
2. Hude MD. Emosi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008.
3. Efendi F, Nursalam. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba; 2008.
4. Sherwood L. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Ed 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2012.
5. Muttaqin A. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika; 2008.
6. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Ed 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.
7. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2005
8. Wade C, Tavris C. Psikologi. Ed 9. Jakarta: Erlangga.
9. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.
10. Santrock JW. Adolecence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga; 2003.
11. Djiwandon SEW. Psikologi Pendidikan (Rev-2). Jakarta: Grasindo.
12. Sunaryo. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.

12

Anda mungkin juga menyukai