Anda di halaman 1dari 15

Organ Genitalia Wanita dan Siklus Haid pada Wanita

Serlie
102016116
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta,
Indonesia
Email address : yserlie105@yahoo.co.id

Abstrak
Organ genitalia atau organ reproduksi pada wanita dibagi menjadi dua bagian
yaitu bagian eksterna yang dapat dilihat dan bagian interna. Ada saat dimana wanita
akan mengalami masa pubertas dan terjadinya perubahan-perubahan secara bentuk
badan, hormon yang bekerja didalam tubuh, serta perempuan disaat masa pubertasnya
akan mengalami siklus menstruasi. Secara histologi terdapat folikel dimana
terbentuknya folikel primer yang akan berkembang sampai dengan folikel de graff
yang tentunya memiliki peran dan ciri yang berbeda-beda. Pada masa pubertas wanita
akan mengalami menstruasi yang memiliki beberapa fase dan tentunya diikuti oleh
beberapa faktor serta hormon-hormon yang berperan dan mempengaruhi siklus haid
ini.
Kata kunci : organ genitalia eksterna dan interna, siklus menstruasi, hormon.

Abstract
The genital organs of the female reproductive organs are divided into two
parts: the visible external part and the internal part. There are times when women
will experience puberty and the changes in body shape, hormones that work in the
body, and women during puberty will experience the menstrual cycle. Histologically
there is a follicle in which the formation of primary follicles that will develop up to
the follicles de graff which certainly has different roles and traits. At puberty women
will experience menstruation that has several phases and of course followed by
several factors and hormones that play a role and influence this menstrual cycle.

Keywords: external and internal genital organ, menstrual cycle, hormone.


Pendahuluan
Sistem reproduksi memang tidak berperan dalam homeostasis dan tidak
esensial bagi kelangsungan hidup individu tetapi sistem reproduksi ini tetap berperan
penting dalam kehidupan seseorang. Sistem reproduksi pada wanita terdiri dari
ovarium, uterus, dan bagian alat kelamin lainnya. Sistem reproduksi wanita ditandai
oleh siklus kompleks yang terputus oleh perubahan yang lebih kompleks lagi
seandainya terjadi kehamilan. Ovarium sendiri melakukan fungsi ganda untuk
menghasilkan ovum dan mengeluarkan hormone seks pada wanita yaitu estrogen dan
progesteron.1
Disaat masa pubertas wanita akan mengalami menstruasi yaitu pengeluaran
secara periodic darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding Rahim
wanita. Fase menstruasi ini dimulai saat pubertas dan merupakan tanda kemampuan
seorang wanita untuk bereproduksi. Panjang rata-rata dari siklus menstruasi seorang
wanita adalah 28 hari namun dapat bervariasi juga. Siklus menstruasi ini tentu
dipengaruhi oleh beberapa hormone yang berperan pada perubahan organ genitalia
wanita yang ekdterna maupun interna.2
Mikroskopis Genitalia Wanita
Ovarium
Ovarium dilapisi oleh sel epitel kuboid rendah yang asalnya disebut epitel
germinal. Dibawah epitel germinal terdapat lapisan jaringan penghubung avascular
berwarna pucat yaitu tunika albuginea yang terdiri dari serat kolagen yang tersusun
parallel terhadap permukaan organ. Zona luar ovarium terdapat korteks yang sangat
selular dan mempunyai komposisi sel seperti fibroblast pada jaringan jala serat
kolagen tipis. Sedangkan zona dalam ovarium yang lebih kecil terdapat medulla yang
berwarna lebih pucat dan terdiri dari jaringan penghubung renggang yang
mengandung serat-serat lebih elastic kadang-kadang terdiri dari sel otot polos dan
sejumlah arteri dan vena yang berkelok-kelok dari cabang kecil berdiasi ke korteks.
Korteksnya terdapat banyak folikel yang memperlihatkan ukuran dengan rentang luas,
dan kebanyakan folikel primordial yang terdiri dari oosit sferis besar yang dilapisi
oleh lapisan tunggal sel kuboid rendah atau squamosa.3
Folikel ovarium ada yang istirahat atau primordial dimana yang dalam proses
pematangan atau sudah matang atau graaf. Pada ovum, epitel folikel dan stroma
ovarium semuanya ikut dalam proses pematangan di bawah pengaruh follicle-
stimulating hormone yang dihasilkan oleh sel basophil delta pars distalis
adenohipofisis.4 Pada ovarium fetus, oogonia berproliferasi dan berlanjut ke profase
divisi meiotik pertama dan pada divisi ini oogonia tertahan. Pada folikel primordial
ovarium postnatal, oosit merupakan sel sferis besar yang dilapisi oleh beberapa sel
folikular skuamosa. Apparatus golgi jukstanuklear kecil terdiri dari sistem paralel
pendek dengan beberapa vesikel kecil yang terkait. Terdapat reticulum endoplasma
yang digambarkan sebagai profil tubular atau vesicular yang beredar luas yang
menyebabkan ribosom relatif sedikit. Perubahan dari folikel primordial menjadi
folikel primer melibatkan oosit, sel folikular, dan sel-sel stroma yang berdekatan.
Oosit ini akan bertumbuh menjadi lebih besar dan sel folikular kehilangan konfigurasi
epitel skuamosanya. Dimana pertama menjadi kuboid, lalu berproliferasi membentuk
dua atau tiga lapis sel granulosa berbentuk irregular.3
Bila folikel primer mulai bertumbuh pada awal siklus menstruasi, sel
granulosa melakukan proliferasi secara cepat. Cairan jernih mulai menumpuk dalam
ruang interselular dengan ukuran dan bentuk bervariasi di antaara sel granulosa.
Cairan ini disebut likur folikuli yaitu cairan transudate plasma darah, tetapi kaya akan
hialuronat dan mengandung faktor pertumbuhan steroid dan hormon gonadotropik
pada beberapa waktu konsentrasinya dalam darah. Dengan meningkatkan jumlah
cairan ini ruang akan menjadi konfluen dimana akan membentuk kavitas antral
kresentik tunggal. Setelah itu folikel disebut folikel sekunder atau folikel antral. 3 Pada
folikel de graaf berisikan cairan antrum yang timbul di antara sel-sel epitel folikel dan
berangsur-angsur membesar sampai ovum terdesak pada dinding antrum yang dilapisi
sel-sel epitel folikel yang disebut membran granulosa. Ovum dengan epitel folikel
yang menutupinya menonjol ke dalam antrum membentuk cunulum ooforus yang
pada akhirnya suatu folikel matang sempurna menempati seluruh tebal korteks.4
Folikel graff akan menonjol ke permukaan ovarium dan memecah. Ovum
yang dikelilingi oleh beberapa lapis sel-sel epitel folikel atau korona radiata dilepas ke
dalam rongga peritoneum, proses ini dikenal sebagai ovulasi. Dimana dinding folikel
terlipat dan folikel itu berubah menjadi suatu kelenjar endokrin, korpus luteum. Dua
belas jam sebelum ovulasi oosit primer akan menyelesaikan pembelahan meiosis
pertama menjadi oosit sekunder. Pada saat ovulasi akan dilepaskannya oosit sekunder,
dan akan mengalami pembelahan meiosis kedua menjadi ovum hanya bila ia dibuahi.
Sel-sel epitel folikel tersebut yang dari membran granulosa membesar sampai 25
mikron dibawah pengaruh luteinizing hormone yang dihasilkan sel basophil delta-2-
pars distalis adenohipofisis dan dikenal sebagai sel-sel lutein granulosaf karena
mereka mendapatkan pigmen kuning dalam sitoplasmanya. Membran basal antara
membrane granulosa dan teka folikuli lenyap dan kapiler-kapiler tumbuh masuk dari
teka eksterna. Sel-sel luteingranulosa ini menghasilkan estrogen dan progesterone. Sel
ini banyak memiliki reticulum endoplasma licin dalam sitoplasmanya, seperti halnya
sel-sel lutein teka yang memiliki pigmen kuning dalam sitoplasmanya. Korpus luteum
akan berdegenerasi dalam 10-14 hari bila tidak terjadi fertilisasi. Bila hamil, korpus
luteum akan menetap untuk beberapa bulan sebagai korpus luteum kehamilan dan
mencapai ukuran 2-3 cm dan korpus luteum yang kedua kemungkinan tadi
berdegenerasi dan diganti suatu luka parut yaitu korpus albikans.4,5
Tuba Uterina
Bangunan tubuler ini menghubungkan rongga peritoneum dengan lumen
uterus. Pada bagian lateral atau infundibulumnya dilengkapi tonjolan-tonjolan mirip
jari yaitu fimbria. Bagian yang utama dari tuba uterine atau tuba falopi adalah ampula.
Mendekati uterus tuba tersebut menyempit membentuk isthmus dan akhirnya tuba
uterine akan menembus dinding korpus uteri yaitu bagian intramural. Epitel yang
terdapat pada ampula tuba uterine adalah epitel selapis torak. Sel-selnya berkelompok
ada yang bersilia dan tanpa silia atau sekretoris. Sebagian sel bersilia menyapu kearah
uterus sedangkan lainnya menyapu berlawanan arah dari uterus. Banyaknya secret
dan jumlah silia maksimal pada pertengahan siklus menstruasi. Di luar epitel ini
terdapat lamina propia jaringan ikat jarang yang sangat selular. Mukosa yang berlipat-
lipat pada ampula bercabang-cabang luas tetapi pada isthmus kurang bercabang. Di
luar mukosa terdapat muskularis yang berasal dari otot polos spiral dan terdapat
tunika serosa pada lapisan luar. Tuba uterine yang bagian isthmus dan intramural
secara histologis mirip duktus deferens. Lumennya stellate dilapisi oleh sel epitel
selapis torak yang sel-selnya berkelompok yaitu ada yang bersilia dan tanpa silia
sendiri-sendiri. Tunika muskularis pada tuba uterine sangat tebal karena merupakan
lanjutan myometrium uteri yaitu terdiri dari otot polos.4,5

Uterus
Dinding pada uterus terdiri dari membrane mukosa atau endometrium yang
diatasnya terdapat lapisan otot polos yang sangat tebal atau myometrium dengan
adventisia fibrosa diluar. Di korpus uteri terdapat lapisan tambahan serosa atau
mesotel. Membrane mukosa korpus uteri mengalami perubahan morfologi menyolok
selama siklus haid berbeda dengan mukosa serviks yang perubahannya hampir tak
terlihat. Epitel yang ada pada korpus uteri yaitu epitel selapis torak. Kelenjar-kelenjar
tubular simpleks yang juga dilapisi oleh epitel selapis torak terdapat dalam
endometrium. Lamina proprianya merupakan jaringan ikat jarang yang sangat selular.
Endometrium dari korpus uteri sendiri dapat dibagi dalam pars fungsionalis yang
superficial yang akan dilepaskan selama haid dan pars basalis yang tidak dilepaskan.
Masing-masing pars tersebut mendapat suplai darah yang berlainan. Setelah haid, sel-
sel epitel puntung-puntung kelenjar dalam pars basalis berproliferasi dan membentuk
epitel baru pada permukaan endometrium. Fase ini berlangsung hingga ovulasi dan
selama ini endometrium bisa mencapai tinggi sekitar 2 mm. Setelah ovulasi terjadi
pada fase sekretoris dimana tebal dari endometrium meningkat dari 2mm menjadi
5mm. kelenjar-kelenjar jadi sangat berkelok-kelok dan nampaknya seperti gigi
gergaji. Sel-selnya mendapat banyak endapan lipid dan glikogen dalam
sitoplasmanya. Terlihat arteriol berspiral diantara kelenjar-kelenjar menuju
permukaan. Bagian dalam pars fungsional menjadi sangat sembab dan pembuluh-
pembuluh limfe melebar. Selama fase haid, pars fungsional dilepaskan disertai
perdarahan. Pars basalis dengan bagian puntung-puntung kelenjar akan tertinggal dan
siklus berulang kembali.4,5
Myometrium terdiri dari berkas-berkas otot polos yang berjalan ke segala arah
dengan jaringan ikat jarang dan pembuluh-pembuluh darah besar dan saraf di
antaranya. Lapisan serosa dari sel-sel mesotel di atas jaringan ikat jarang terdapat di
luar kecuali sepanjang garis perlekatan ligamentum latum.4 Serviks dari uteri
memiliki tunika mukosa yang disebut endoserviks dan sangat berlipat-lipat
membentuk plicae palmatae. Epitel dari serviks ini terdiri atas epitel selapis torak dan
mengeluarkan mucus seperti sel-selnya. Kelenjar-kelenjar lebih dalam dan bercabang.
Stromanya kurang selular dibandingkan dengan korpus dan miometriumnnya tidak
terlalu tebal. Ostium eksterna terjadi perubahan mendadak dari epitel selapis torak
menjadi epitel berlapis gepeng dari vagina.5
Vagina
Dinding dari vagina terdiri dari beberapa lapisan yaitu lapisan mukosa yang
memiliki lipatan mendatar dan diliputi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan
tanduk. Sel-selnya dipenuhi dengan glikogan dan telihat vakuol pada hamper semua
sajian mikroskopik. Lapisan selanjutnya adalah lapisan otot yang terdiri dari berkas-
berkas otot polos yang tersusun berjalinan. Lapisan dalam yang tipis dan umumnya
melingkar. Sedangkan lapisan luar dari lapisan otot ini tebal dan berisi serat
memanjang yang berkelanjutan di atas dengan lapisan otot rahim. Lapisan terakhir
yaitu lapisan adventisia yang merupakan lapisan yang tipis terdiri dari jaringan ikat
padat yang berbaur dengan lapisan adventisia dari organ sekitarnya. 6
Makroskopis Genitalia Wanita Eksterna
Organ genitalia wanita meliputi dua bagian yaitu alat genitalia eksterna dan
alat genitalia interna. Alat genitalia eksterna terdiri dari vulva, mons pubis, labia
majora, labia minora, klitoris, vestibulum, introitus vagian, hymen, orificium uretra
eksterna dan perineum.7 Vulva disebut juga rima pudenda bermuara pada vestibulum
vagina. Terdapat lipatan kecil yang disebut labium minus atau labia minora. Kearah
distal kedua labia minora tersebut membentuk frenulum labiorum pudenda. Sebelah
distal dari labiorum pudenda terdapat jaringan ikat yang menyebrang disebut
commisura posterior. Ke arah atas dari labia minora berhubungan dengan glands
clitoris disebut preputium clitoridis. Dibagian kiri dan kanan vulva dibatasi oleh labia
majora. Diatas dari labia majora terdapat mons pubis yang berisi jaringan lemak dan
ditumbuhi rambut. 8
Klitoris yang identik dengan penis pada laki-laki berukuran kira-kira sebesar
kacang hijau sampai cabe rawit dan ditutupi oleh frenulum klitoris. Glens klitoris
berisi jaringan yang dapat bereksi yang sifatnya sangat sensitive karena banyak
memiliki serabut saraf.7 Klitoris mendapat persarafan dari n.pudendus dan hipogastrik
serta saraf pelvis atas klitoris, batas bawahnya fourchette (lipatan membrane pada
ujung perinel vulva), dan batas lateralnya labia minora. Disini biasanya dijumpai
kelenjar vestibulum minor.7 dan mendapat aliran darah dari arteri dan vena pudenda
interna.8 Vestibulum daerah dengan batas Vestibulum ini merupakan ruangan yang
dibatasi kedua labia minora kanan dan kiri. Pada bagian bawahnya membentuk fossa
naviculare. Beberapa lubangnya yaitu orificium urethra externum yang lateral terdapat
vestibularis minor. Orificium vagina pada distal urethra yang ditutupi hymen, dan
ductus glandula vestibularis major Bartolini. Vestibulum dan uretra terminal ini
dipersarafi oleh n.pudendus dan diperdarahi oleh arteri dan vena pudenda interna.2,8
Introitus vagina merupakan pintu masuk ke vagina. Hymen atau selpaut darah
yang menutupi introitus vagina yang biasanya berlubang dan membentuk semilunaris,
anularis, tapisan, septa atau fimbria. Himen akan robek pada koitus dan disaat setelah
bersalin. Orificium uretra eksterna atau yang disebut lubang kemih merupakan tempat
keluarnya air kemih yang terletak di bawah klitoris. Disekitar dari lubang kemih,
bagian kiri dan kanan didapati lubang kelenjar skene. Perineum terletah di daerah
antara vulva dan tepi depan anus. Perineum sendiri akan meregang saat persalinan
terjadi dan terkadang perlu dipotong untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah
terjadinya ruptur.7
Gambar 1. Sistem reproduksi wanita eksterna
Makroskopis Genitalia Wanita Internus
Alat genitalia wanita yang interna sendiri terdiri dari vagina uterus, tuba falopi
dan ovarium. Vagina merupakan saluran yang tipis, berotot, dan terdapat rugae yang
sebagian kolaps dengan panjang 8-10 cm dan diameter sekitar 4 cm. saluran ini
memanjang dari hymen pada celah urogenital kea rah serviks dan membelok kea rah
atas dan kea rah posterior dari vulva. Serviks akan menonjol beberapa sentimeter ke
bagian atas vagina membentuk suatu cekungan yang disebut forniks. Karena bibir dari
posterior serviks seringkali lebih panjang dibanding bibir anteriornya, dimana forniks
posteriornya mungkin lebih dalam dibandingkan dengan forniks anterior. Ukuran
vagina bisa berkurang selama masa klimakterium dan semua bagian forniks terutama
forniks lateral akan menjadi lebih dangkal. Vagina ini letaknya di antara kandung
kemih dan rectum dan disokong oleh ligamentum transversum servikalis atau
ligamentum kardinale dan muskulus levator ani.2 Peritoneum pada bagian posterior
dari cavum Douglasi sangat berdekatan dengan forniks posterior vagina sehingga
penting untuk diperhatikan saat melakukan pembedahan. Persarafan pada vagina yaitu
melalui n.pudendus dan hemoroidalis dari sistem saraf simpatis pelvis. Aliran darah
vagina berasal dari a.vaginalis yang merupakan cabang desenden dari arteri uterine
dan dari a.pudenda interna dan hemoroidalis media. Sedangkan drainasenya melalui
v.pudenda, hemoroidalis eksterna dan v.uterina.8
Uterus adalah suatu struktur otot yang cukup kuat dimana bagian luarnya
ditutupi oleh peritoneum. Rongga dalam uterus dilapisi oleh mukosa rahim. Saat
keadaan tidak hamil, rahim terletak dalam rongga panggul kecil yaitu diantara vesika
urinuria atau kandung kemih dan anus. Rahim sendiri memiliki rongga yang terdiri
dari tiga bagian besar, yaitu badan rahim yang berbentuk segitia disebut sebagai
korpus uteri, leher rahim yang disebut serviks uteri dan rongga rahim yang disebut
sebagai kavum uteri.7,8 Setiap apeks bagian atas berhubungan dengan saluran ovum
dan apeks bagian bawah bersatu dengan kanalis servikalis. Tuba uterina melekat pada
uterus, satu pada setiap sisinya dengan jarak kira-kira pada dua pertiga jarak ke
puncak uterus. Bagian uterus diatas insersi tuba disebut fundus. Dibawah insersi dari
tuba terdapat korpus uteri yang berkelanjutan dengan segmen supravaginal serviks.
Uterus disokong oleh tiga ligamentus dimana yang paling atas yaitu ligamentum
rotundum yang berjalan dari fundus uteri, anterior tuba uterina dank menuju ke
kanalis inguinalis interna. Kedua ligamentum kardinale yang terdapat di lateral setiap
sisi dari inferior tuba uterina yang memanjang ke serviks dan melekat ke dinding
samping pelvis. Ketiga ligamentum uterosakrum yang membentang dari setiap
pelekatan sacrum ke sambungan uteroserviks bagian posterior. 8 Persarafan uterus
meliputi pleksus hipogastrika superior, pleksus hipogastrika inferior, nervi erigentes,
nervus iliaka komunis dan ganglion hipogastrika. Arteri uterine merupakan sumber
darah utama ke uterus dan a.ovarica hanya mengaliri sedikit. A.uterina ini melewati
anterior ureter di dekar sambungan uteroserviks. Vena yang utama berperan yaitu
v.uterina dan yang kedua adalah vena ovarii.2
Ovarium merupakan sepasang organ yang berbentuk organ, sedikit pipih, yang
tampak putih seperti mutiara berbecak dengan banyak ketidakteraturan pada
permukaanya. Letak ovarium di bawah tepi pelvis dan ditopang oleh ligamentum
ovarii dan ligamentum infundibulopelvis. Terletak juga pada fossa di sisi dinding
pelvis yang dibatasi oleh peritoneum. Pada bagian atasnya ovarium dibatasi oleh
pembuluh darah iliaka eksterna. Pada bagian bawah terdapat saraf dan pembuluh
darah obturator. Bagian posterior ada ureter serta arteri dan vena uterina. Pada bagian
anteriornya terdapat pelekatan ligamentum larum dengan pelvis. Tuba uterina ini
terletak di atas permukaan medial ovarium. Persarafan ovarium sendiri berasal dari
saraf simpatis lumbosacral yang menuju ke ovarium bersama dengan arteri ovarica.
A.ovarica merupakan suplai darah yang utama bagi ovarium. Namun, darah juga akan
dialirkan dari anastomosis cabang ovarium arteri uterina. Vena akan berjalan
mengikuti arteri dan membentuk pleksus pampiniformis didalam mesovarium. Darah
yang berasal dari vena ovarica kanan mengalir ke vea cava, sedangkan v.ovarica yang
kiri masuk ke vena renalis kiri.2
Gambar 2. Sistem reproduksi wanita interna
Sikuls Haid
Fluktuasi kadar estrogen dan progesteron selama siklus ovarium menghasilkan
perubahan pada uterus dan menghasilkan siklus haid. Perubahan yang mencolok
adalah terjadinya pendarahan haid sekali tiap siklus haid. Siklus haid terdiri atas 3
fase, yaitu fase haid, fase proliferasi dan fase sekretorik. Fase haid adalah fase yang
paling jelas yang ditandai dengan pengeluaran darah dan sisa endometrium vagina.
Uterus yang terdiri atas miometrium dan endometrium dirangsang pertumbuhannya
oleh hormon estrogen. Hormon ini menginduksi sintesis reseptor progesteron di
endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah dan kelenjar. sehingga
progesteron dapat bekerja. Progesteron akan mengubah endometrium menjadi lapisan
yang menunjang pertumbuhan ovum yang dibuahi. Jika korpus luteum rusak karena
tidak terjadi pembuahan maka kadar estrogen dan progesteron akan menurun tajam
sehingga progesteron tidak dapat bekerja di endometrium. Turunnya kadar hormon
ovarium juga merangsang pembebasan prostaglandin yang menyebabkan
vasokontriksi dari pembuluh darah yang ada di endometrium sehingga pasokan O2
terhambat. Kurangnya pasokan O2 ini akan menyebabkan kematian endometrium
termasuk pembuluh darahnya dan masuk ke lumen uterus. Sebagian besar lapisan
uterus terlepas selama haid kecuali satu lapisan epitel yang menjadi asal regenerasi
endometrium berikutnya. Prostaglandin pada uterus merangsang kontraksi ritmik
myometrium uterus yang membantu pengeluaran darah dan sisa endometrium dari
rongga uterus keluar melalui vagina sebagai darah haid. Kontraksi yang terlalu kuat
dikarenakan oleh terjadinya produksi prostaglandin yang berlebihan yang
menyebabkan kram haid (dismenore) yang dialami oleh sebagian wanita. Pengeluaran
darah yang terjadi selama satu kali haid adalah 50-150ml. Darah akan merembes
melalui endometrium dan membeku di rongga perut dan dilarutkan oleh fibrinolisin
sehingga biasanya darah yang keluar bukan berupa bekuan tetapi yang sudah terlarut.1
Jika darah mengalir deras melalui pembuluh yang rusak maka darah menjadi
kurang terpajan ke fibrolisin, sehingga jika darah haid yang banyak dapat terlihat
berkuan darah. Selain darah dan sisa endometrium tersebut, darah haid juga
mengandung banyak leukosit. Sel-sel darah putih atau leukosit ini berperan penting
dalam mencegah infeksi pada endometrium yang “terbuka” ini. Haid ini biasanya
berlangsung selama lima sampai tujuh hari setelah degenerasi korpus luteum yang
bersamaan dengan bagian awal fase folukular ovarium. Efek dari progesterone dan
estrogen terhenti akibat dari degenerasi korpus luteum menyebabkan terkelupasnya
endometrium (haid) dan terbentuknya folikel-folikel baru di ovarium dibawah
pengaruh hormon gonadotropik yang kadarnya meningkat. Sekresi hormon
gonadotropik menurun sehingga menghilangkan pengaruh terhadap inhibitorik dari
hipotalamus dan hipofisis anterior sehingga sekresi FSH dan LH meningkat dan fase
folikular baru dapati dimulai. Setelah lima sampai tujuh hari dibawah pengaruh dari
FSH dan LH, folikel-foliker yang baru berkembang telah menghasilkan cukup
estrogen untuk mendorong perbaikan dan pertumbuhan dari endometrium.6
Saat darah haid terhenti maka fase proliferasi dimulai bersamaan dengan akhir
fase folikular ovarium ketika endometrium mulai memperbaiki drii dan berpoliferasi
dibawah pengaruh estrogen. Aliran darah haid berhenti, lapisan dari endometrium
menipis kurang dari 1mm. Estrogen akan merangsang terjadinya proliferasi sel epitel,
kelenjar dan pembuluh darah di endometrium sehingga ketebalannya meningkat
hingga 3-5mm, fase ini akan berlangsung hingga saat terjadinya ovulasi. Setelah
ovulasi, korpus luteum baru terbentuk maka uterus akan masuk ke fase sekretorik
bersamaan dengan fase luteal ovarium. Korpus luteum mengeluarkan progesterone
dan estrogen dalam jumlah yang besar. Progesteron mengubah endometrium tebal
yang dipersiapkan estrogen menajdi jaringan kaya vascular dan glikogen. Fase ini
disebut sebagai fase sekretorik karena kelenjar endometrium aktif mengeluarkan
glikogen. Jika pembuahan tidak terjadi maka korpus luteum akan berdegenerasi dan
fase haid serta fase folikular terjadi kembali.1
Hormon yang berperan
Terdapat tiga hormonal yang berperan saat masa pubertas pada wanita yaitu
Gonadotropin releasing hormone (GnRH) yang di hasilkan oleh hipotalamus, Folicle
stimulating hormone (FSH) dan Luteinizing hormone (LH) yang dihasilkan oleh
hipofisis anterior sebagai respons atas GnRH, estrogen dan progesterone yang
dihasilkan oleh ovarium sebagai respons atas FSH dan LH. 1 Gonadotropin yang
dimiliki oleh wanita yaitu Folicle-stimulating hormone (FSH) dan Luteinizing
hormone (LH). FSH dan LH disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior pada usia
antara 9-12 tahun. Efek dari sekresi hormone tersebut adalah siklus menstruasi yang
terjadi pada usia sekitar 11-15 tahun. Masa ini dikatakan pubertas, sedangkan siklus
menstruasi pertama disebut menarche. FSH dan LH bekerja menstimulasi ovarium
dengan berikatan pada reseptor FSH dan reseptor LH. Reseptor yang teraktivasi akan
meningkatkan laju sekresi sel, pertumbuhan, dan proliferasi sel. Aktivitas ini
diperantarai oleh cAMP.9
FSH merupakan hormon yang memiliki struktur glikoprotein, diproduksi di sel
gonadotrop hipofisis, distimulasi oleh hormon aktivin dan dihambat oleh hormon
inhibin. FSH berfungsi dalam pertumbuhan, perkembangan, maturasi saat pubertas,
dan reproduksi. Pada wanita, FSH menstimulasi maturasi sel-sel germinal,
menstimulasi pertumbuhan folikel terutama pada sel-sel granulosa dan mencegah
atresia folikel. Pada akhir fase folikular kerja FSH dihambat oleh inhibin dan pada
akhir fase luteal aktivitas FSH kembali meningkat untuk mempersiapkan siklus
ovulasi berikutnya, demikian seterusnya. Kerja FSH juga dihambat oleh estradiol
(estrogen) yang dihasilkan oleh folikel matang sehingga menyebabkan folikel tersebut
dapat mengalami ovulasi sedangkan folikel lainnya mengalami atresia. 9 Luteinizing
hormone (LH) merupakan hormon yang memiliki struktur glikoprotein heterodimer,
diproduksi di sel gonadotrop hipofisis dan kerjanya tidak dipengaruhi oleh aktivitas
aktivin, inhibin, dan hormon seks. Pada saat FSH menstimulasi pertumbuhan folikel,
khususnya sel granulosa, maka pengeluaran estrogen akan memicu munculnya
reseptor untuk LH. LH akan berikatan pada reseptornya tersebut dan estrogen akan
mengirim umpan balik positif untuk mengeluarkan lebih banyak lagi LH. Dengan
semakin banyaknya LH, maka akan memicu ovulasi (pengeluaran ovum) dari folikel
sekaligus mengarahkan pembentukan korpus luteum. Korpus luteum yang terbentuk
akan menghasilkan progesteron yang berguna pada saat implantasi.1

Kesimpulan
Wanita akan mengalami masa pubertas dan ditandai dengan terjadinya siklus
haid. Banyak hormone yang berperan dalam terjadinya siklus haid ini seperti GnRH,
FSH, dan LH. Alat reproduksi wanita sendiri meliputi dua bagian ada bagian eksterna
dan interna. Bagian eksterna meliputi vulva, mons pubis, labia majora, labia minora,
klitoris, vestibulum, introitus vagian, hymen, orificium uretra eksterna dan perineum.
Sedangkan bagian interna meliputi vagina uterus, tuba falopi dan ovarium.
Daftar pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC;
2013.h. 803.
2. Benson RC, Pernoll ML. Buku saku obstretic dan ginekologi. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC;2009.
3. Fawcett DW, Bloom. Buku ajar histologi. Edisi 12. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2002.
4. Craigmyle MBL. Atlas berwarna histologi. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2009.
5. Eroschenko VP. Atlas Histologi diFoire. Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2010.
6. Jan T, Wonodirekso S. Buku ajar histologi. Jakarta: EGC; 2003.h.314-315.
7. Yulaikhah L. Kehamilan: seri asuhan kebidanan. Jakarta: EGC;2006.
8. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC;2010.
9. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta:EGC; 2005.

Anda mungkin juga menyukai