Anda di halaman 1dari 14

Sekresi Saliva pada Perangsangan Makanan

Salma mardiah
102016171
A6
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
JL. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510
No. Telp (021) 5694-2061

Abstrak :
Motilitas lambung bersifat kompleks dan dikontrol oleh beberapa factor yaitu pengisian
lambung, penyimpanan lambung, pencampuran lambung dan pengosongan lambung.
Pengisian labung: jika kosong, lambung memiliki volume sekitar 50 ml namun dapat
mengembang sampai mencapai sekitar 1 liter sehingga menimbulkan ketegangan pada
dinding lambung dan meningkatkan tekanan intralambung. Relaksasi refleks lambung
sewaktu menerima makanan ini disebut relaksasi reseptif yang meningkatkan kemampuan
lambung mengakomodasi volume makanan tambahan dengan hanya sedikit mengalami
peningkatan tekanan. Tahap sefalik terjadi sebelum makanan mencapai lambung. Masuknya
makanan ke dalam mulut maupun tampilan, bau, atau pikiran tentang makanan dapat
merangsang sekresi lambung.
Tahap lambung terjadi saat makanan mencapai lambung dan berlangsung selama makanan
masih ada. Peregangan dinding lambung merangsang reseptor saraf dalam mukosa lambung
dan memicu refleks lambung. Relaksasi reseptif dipicu oleh tindakan makan dan diperantai
oleh saraf vagus.

Kata kunci : fase sefalik, sekresi lambung, aroma makanan

Abstract :
Gastric motility is complex and controlled by several factors, namely filling the stomach,
gastric retention, gastric mixing and gastric emptying. Charging labung: if empty, the
stomach has a volume of approximately 50 ml, but can expand to reach approximately 1
liter, causing strain on the stomach wall and increase the pressure intralambung. Gastric
relaxation reflex while receiving this food is called receptive relaxation that enhances the

1
ability of the stomach to accommodate the volume of additional food with only a slightly
increased pressure. Cephalic phase occurs before food reaches the stomach. The entry of
food into the mouth and appearance, smell, or the thought of food can stimulate gastric
secretion.
Gastric phase occurs when food reaches the stomach and lasts for food there. Stretching the
stomach wall stimulates nerve receptors in the gastric mucosa and gastric reflex triggered.
Receptive relaxation is triggered by the act of eating and mediated by the vagus nerve.
Keywords : cephalic phase, gastric secretion, the smell of food

Pendahuluan

Struktur Makroskopis

Mulut (Cavum Oris)

Cavum oris atau rongga mulut di mulai dari rima oris dan berakhir di isthmus faucium.
Rongga mulut terbagi dalam vestibulum oris dan cavum oris propium. Vestibulum oris
merupakan daerah di antara bibir dan pipi di sebelah luar dan di sebelah dalam antara gigi-
geligi dan processus alveolarisnya. Bibir atau labium, pada sudut mulut kanan-kiri, saling
berhubungan pada angulus oris. Pada bagian bibir atas terdapat alur yang membatasinya
dengan hidung yaitu sulcus nasolabialis, sedangkan pada bibir bawah terdapat alur yang
membatasinya dengan dagu yaitu sulcus mentolabialis dan juga terdapat lekuk di atas
pertengahan bibir atas yang disebut philtrum. Pipi atau bucca merupakan daerah di antara
angulus oris sampai tepi depan m. masseter. Pendarahannya oleh Aa. Labialis superiores et
inferiores, cabang a. facialis dan a. temporalis. Sedangkan pembuluh baliknya oleh v. facialis
anterior et posterior yang bergabung menjadi v. facialis communis yang akan bermuara ke
dalam v. jugulare interna.1
Gigi

Gigi-geligi terletak pada processus alveolaris, yang dilapisi oleh selaput lendir (gingiva).
Setiap orang memiliki 16 gigi rahang atas maupun rahang bawah yang terdiri atas dua gigi
seri (dens incivus), satu gigi taring (dens caninus), dua geraham depan (dens premolaris) dan
tiga geraham belakang (dens molaris). Pembuluh-pembuluh nadi gigi geligi atas oleh cabang-
cabang a. facialis rr. Alveolaris superiores dan a. infra orbitalis: ramus alveolaris superior
anterior. Gigi geligi bawah oleh a. alveolaris inferior cabang a. facialis. Gingiva sisi lingual
oleh a. palatini major, sedangkan sisi labial oleh a. buccalis. Pembuluh balik rahang atas ke v.
facialis atau plexus pterygoideus sedangkan rahang bawah melalui v. alveolaris inferior ke
dalam v. maxillaris

Cavum oris propium, batas depan dan samping yaitu oleh arcus dentalis dengan processus
alveolarisnya, batas atas yaitu palatum durum et molle, batas bawah yaitu diaphragma oris,
batas belakang yaitu isthmus faucium dan cavum oris ini berisikan organ lidah. Palatum
terdiri atas palatum durum dan palatum molle. Palatum durum adalah suatu sekat yang

2
terbentuk oleh processus palatinus ossis maxillae dan processus horizontalis ossis palati.
Palatum durum adalah suatu struktur tulang berbentuk konkaf. Bagian anteriornya
mempunyai lipatan-lipatan yang menonjol. Palatum molle terdiri atas suatu aponeurosis yang
merupakan tempat pelekatan bagi beberapa otot antara lain m. tensor veli palatini, m. levator
veli palatini, mm. uvulae, m. palatoglossus dan m. palatophryngeus. . Palatum mole adalah
suatu daerah fleksibel muscular terletak dibelakang dari palatum durum yang merupakan
lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri dari jaringan fibrosa dan selaput lendir.
Tepi posterior berakhir pada uvula.2 Uvula membantu menutup nasofaring selama menelan. 2
Palatum dan otot-ototnya dipersarafi oleh plexus pharyngeus (N IX + N X), kecuali m. tensor
veli palatini yang dipersarafi oleh n. tensoris veli palatini cabang nervus trigeminus V.3.
Diaphragma oris, dasar mulut dibentuk oleh tiga otot yaitu m. digastricus venter anterior yang
berorigo dengan fossa digastrica mandibulae, m. mylohyoideus yang berorigo dengan linea
mylohyoidea mandibula dan m. geniohyoideus yang berorigo dengan spina mentalis ossis
mandibulae. Ketiga otot ini berperan dalam membuka mulut. Isthmus faucium merupakan
hubungan antara rongga mulut dan oropharynx dengan batas-batasnya yaitu tepi bebas
palatum molle, arcus palatoglossus dan dorsum linguae. Pendarahannya oleh cabang a.
facialis dan v. palatina externa sedangkan persarafannya oleh plexus tonsilaris dari n. IX dan
n. X. 1

Lidah

Lidah adalah massa otot lurik yang ditutupi membran mukosa. Due pertiga bagian
anterirornya terdapat dalam mulut, dan sepertiga posteriornya terletak dalam pharynx. Otot-
otot meletakkan lidah pada processus styloideus dan palatum molle diatas, dan pada
mandibula dan os. Hyoideum dibawah. Lidah dibagi menjadi belahan kiri dan kana oleh
septum fibrosa mediana.3
Otot lidah dibagi dalam dua jenis, yaitu otot intrinsik, dan otot ekstrinsik. Otot intrinsik hanya
terbatas pada lidah dan tidak melekat pada tulang. Otot ini terdiri atas serabut-serabut
longitudional, transversal, dan serat-serat vertikal. Otot ini mendapat persarafan dari n.
Hypoglossus. Otot intrinsik ini memiliki fungsi untuk mengubah bentuk lidah. Otot ektrinsik
melekat pada tulang dan palatum molle. Terdiri atas m. Genioglossus, m. Hyoglossus, m.
Palatoglosus dan m.Styloglossus. Otot ekstrinsik lidah juga mendapat persarafan dari n.
Hypoglossus. M. Geniglossus berfugsi untuk menjulurkan apex linguae keluar, m.
Hyoglossus untuk menarik lidah ke bawah dan m. Styloglossus untuk menarik akar lidah ke
atas dan belakang, menyempitkan isthimus faucium.
Lidah mendapat darah dari a.lingualis, ramus tonsilaris a.facialis, a.pharyngea ascendens.
Vena-venanya bermuara ke dalam V. Jugularis interna.1 Persarafan daerah lingua terbagi dua
yaitu motorik dan sensorik. Persarafan motorik terutama untuk otot ekstrinsik dan intrinsik
dipersarafi oleh n. hypoglossus (N. XII) kecuali m. Palatoglossus yang dipersarafi oleh n.
glossopharyngeus (N. IX) sedangkan persarafan sensorik pada dua per tiga anterior
dipersarafi oleh n. lingualis sedangkan pengecap oleh chorda tympani dan pada bagian
sepertiga posterior dipersarafi oleh n. glossopharyngeus dan n. Vagus. 3
Kelenjar ludah

3
Kelenjar ludah, terdiri dari: kelenjar parotis, kelenjar submandibularis dan kelenjar
sublingualis. Kelenjar parotis, letaknya dibawah depan dari telinga diantara proses mastoid
kiri dan kanan mandibularis. Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar. Nervus
facialis berjalan melalui kelenjar ini. Kelenjar parotis terletak di belakang tulang rahang
bawah di bawah daun telinga dan mempunyai saluran yang bermuara di depan gigi geraham
ke-2 atas. Kelenjar submandibularis, terletak dibawah fongga mulut bagian belakang.
Kelenjar sublingualis, dibawah selaput lendir, bermuara di dasar rongga mulut.3
Otot-otot penguyah pada mulut terbagi menjadi dua jenis yaitu otot-otot dangkal dan otot-otot
dalam. Otot-otot ini melekatkan mandibula pada basis cranii dan mendapat persarafan dari n.
mandibularis (N. trigeminus V3). Otot-otot dangkal terdiri dari m. masseter, m.temporalis,
sedangkan otot dalam terdiri dari m. pterygoideus lateralis, m. pterygoideus medialis. M.
masseter, otot ini menutupi ramus ascendens mandibulae dan terdiri atas dua bagian yaitu
pars superficialis yang berorigo dengan os zygomaticus dan arcus zygomaticus

maxillae dan juga berinsertio pada sisi lateral angulus mandibulae. Pars profunda yang
berorigo dengan os zygomaticus dan arcus zygomaticus os temporale dan juga berinsertio
dengan ramus ascendens mandibulae. M. temporalis, otot ini terdiri dari dua bagian yaitu pars
anterior dan pars horizontal. M. temporalis ini berorigo pada permukaan lateral carnium di
antara linea temporalis superior dan inferior. Serabut otot-otot ini menurun melalui sisi
medial arcus zyfomaticus dan berinsertio pada processus coronarius mandibulae. M.
pterygoideus lateralis (externus), otot ini terletak di fossa infratemporalis dan tertutup oleh m.
temporalis. Otot ini berorigo pada caput superior dari os spenoid dan crista infratemporalis
dan juga pada caput inferior dari lamina lateralis ossis pterygoidei. Otot ini juga mengadakan
insertio dengan ariculatio temporo-mandibulare dan collum mandibulae. M. pterygoideus
medialis (internus), otot ini berorigo dari fossa pterygoidea dan tuber maxillae dan serabut-
serabutnya menuju ke arah lateral, caudal dan posterior untuk mengadakan insertio dengan
permukaan medial angulus mandibulae.5
Pharynx

Faring adalah suatu pipa musculo-fascial yang kontractil.Ia terbentang diantara basis
craniisebelah cranial dan terbentang diantara oesophagus di sebelah kaudal setinggi vertebra
cervical ke-6. Pada sisi lateral, pharynx berbatasan dengan aa. Carotides communis et
internae, vv. Jugulares internae. Cornu majus os hyoid dan lamina cartilago thyreoidea.
Fungsinya: sebagai tempat yang dilalui oleh aliran udara pernapasan dan makanan. Sesuai
dengan ruang-ruang yang terletak didepannya, pharynx dibagi dalam 3 bagian:4
 Nasopharynx (pars nasalis pharyngis): dorsal terhadap cavum nasi
 Oropharynx (pars oralispharyngis): dorsal terhadapcavumoris
 Laryngopharynx (pars laryngispharyngis): dorsal terhada larynx
Oesofagus

oesofagus merupakan bagian yang menghantarkan makanan dari faring menuju gaster,
bentuknya seperti silinder yang berongga. Perjalanan esofagus berawal sebagai struktur
cervikal setinggi kartilago krikoid pada C6 di leher. Di dalam toraks, esofagus melewati

4
mediastinum superior di atas dan mediastinum inferior di bawah. Setelah miring sedikit ke
kiri di daerah leher esofagus kembali ke garis tengah di toraks setinggi T5. Dari situ esofagus
terus turun ke arah bawah dan depan sampai ke pintu esofageal di diafragma T10.4
Oesophagus merupakan tuba muskular yang panjangnya sekitar 9 sampai 10 inci dan
berdiameter 1 inci. Oesophagus berawal pada area laringofaring, melewati diaphragma dan
hiatus oesophagus pada area sekitar vetebra thorax ke 10 dan membuka kearah lambung.7

Lambung (Gaster)

Lambung adalah organ berbentuk J, terletak pada bagian superior kiri rongga abdomen di
bawah diaphragma. Regia-regia lambung terdiri dari bagian jantung, fundus, corpus, dan
pilorus. Bagian jantung adalah bagian pertemuan lambung dengan oesophagus, fundus adalah
bagian yang menonjol ke sisi kiri atas mulut oesophagus, badan lambung adalah bagian yang
terdilatasi di bawah fundus, tepi medialnya disebut kurvatura minor dan tepi lateralnya adalah
kurvatura major. Sedangkan bagian pilorus lambung menyempit di ujung bawah lambung dan
membuka ke duodenum. Gaster dipendarahi oleh a.gastrica sinistra yang merupakan cabang
langsung daripada truncus coeleacus dimana a.gastric sinistra melengkung ke atas untuk
memperdarahi kurvatura minor gaster. Selanjutnya a.gastrica sinistra beranastomosis dengan
a.gastrica dextra (cabang a. hepatica communis). Kurvatura mayor gaster diperdarahi oleh
a.gastroepiploica sinistra yang merupakan cabang dari a.lienalis, dimana a.gastroeplipoica
sinistra akan beranastomosis dengan a.gastroepiploica dextra yang dipercabangkan oleh
a.gastroduodenalis. Pembuluh balik mengikuti arteri dan bermuara ke vena porta. Fiksasi
utama paling kuat gaster yaitu dengan oesophagus, pada pylorus yaitu dengan lig.
hepatoduodenale dan lig. hepatogastricum, lig. phrenicogastricum dan lig. gastrolienale.8

Duodenum

Duodenum merupakan saluran berbentuk huruf C dengan panjang sekitar 25 cm yang


merupakan organ penghubung gaster dengan jejunum. Dudoneum melengkung di
sekitar caput pancreatis. Satu inci (2,5 cm) pertama duodenum menyerupai gaster, yang
permukaan anterior dan posteriornya diliputi oleh peritoneum dan mempunyai omentum
minus yang melekat pada pinggir atasnya dan omentum majus yang melekat pada pinggir
bawahnya. Bursa omentalis terletak di belakang segmen yang pendek ini. Sisa duodenum
yang lain terletak retroperitoneal, hanya sebagian saja yang diliputi oleh peritoneum.6

Duodenum terletak pada regio epigástrica dan umbilicalis dan untuk tujuan deskripsi dibagi
menjadi empat bagian:

Pars Superior Duodenum panjangnya 5 cm, mulai dari pylorus dan berjalan ke atas dan
belakang pada sisi kanan vertebra lumbalis l. Jadi bagian ini terletak pada planum
transpyloricum.

Pars Descendens Duodenum, bagian kedua duodenum panjangnya 8 cm dan berjalan vertikal
ke bawah di depan hilum renale dextra, di sebelah kanan vertebrae lumbales II dan III. Kira-
kira pertengahan arah ke bawah, pada margo medialis, ductus choledochus dan ductus
pancreaticus menembus dinding duodenum. Kedua ductus ini bergabung untuk membentuk
ampula hepatopancreatica yang akan bermuara pada papilla duodeni major. Ductus

5
pancreaticus acessorius, bila ada, muara ke dalam duodenum sedikit lebih tinggi, yaitu pada
papilla duodeni minor.

Pars Horizontalis Duodenum panjangnya 8 cm dan berjalan horizontal ke kiri pada planum


subcostale, berjalan di depan columna vertebralis dan mengikuti pinggir bawah
caput pancreatis.

Pars Ascendens Duodenum panjangnya 5 cm dan berjalan ke atas dan ke kiri ke flexura
duodenojejunalis. Flexura ini difiksasi oleh lipatan peritoneum, ligamentum Treitz, yang
melekat pada crus detrum diaphragma.7

Usus halus

Intesninum tenuae (usus halus) yang letaknya intraperitonial ini memiliki panjang hingga 6
sampai 7 meter terbentang dimulai dari flexura duodenojejunales sampai pada fossa iliaca
dextra. Terbagi menjadi jejunum (2/5 bagian) dan ileum (3/5 bagian). Jejunum memiliki
lipatan mukosa yang tinggi dan rapat serta noduli limfatisi solitarii dengan lumen yang lebih
besar daripada ileum. Sedangkan ileum lipatan mukosanya jarang dan rendah namun noduli
limfatisinya khas dengan agregatii (berkelompok). Pada usus halus tampak arcade yang
merupakan lengkungan pembuluh nadi pada dinding usus dan vasa recta (pembuluh darah
yang berjalan lurus ke dinding usus). Jejunum memliki arcade hanya satu tingkat sehingga
vasa rectanya panjang sedangkan ileum memiliki arcade bertingkat sehingga vasa rectanya
pendek. Intestinum tenuae ini digantung oleh mesenterium dimana semua pembuluh darah
yang memperdarahi usus halus berjalan padanya. Usus halus diperdarahi oleh kelima cabang
dari a. mesenterica superior: a.jejunales, a.ile, a.ileo colica, a.colica dextra, dan a.colica
media dimana pembuluh nadi ini saling beranastomosis satu dengan yang lainnya.10

Struktur Mikroskopis

Mulut

Mulut dilapisi epitel berlapis gepeng, berlapis tanduk (keratin), atau tanpa lapisan tanduk
bergantung pada daerahnya. Lapisan keratin melindungi mukosa mulut terhadap kerusakan
selama mengunyah dan hanya terdapat di gigi dan palatum durum. Lamina proprianya
memiliki sejumlah papila dan langsung melekat pada jaringan tulang. Epitel berlapis gepeng
tanpa laipsan tanduk menutupi palatum molle, bibir, dan dasar mulut. Lamina proprianya
memiliki papila, mirip derimis kulit, dan menyetu dengan submukosa yang mengandung
kelenjar liur kecil yang difus. Pada bibir, daerah peralihan epitel mulut yang tidak berlapis
tanduk menjadi epitel kulit.8 Atap rongga mulut terdiri atas palatum durum dan platum mole,
yang dilapisi oleh epitel berlapis gepeng sejenis. Pada palatum durum membran mukosa
melekat pada jaringan tulang. Bagian pusat palatum mole adalah otot rangka dengan banyak
kelenjar mukosa dalam submukosa.9

Lidah

6
Lidah adalah massa otot rangka yang ditutupi membrane yang bervariasi sesuai daerahnya.
Permukaan dorsal lidah tampak tidak teratur, yang ditutupi di sebelah anterior oleh sejumlah
besar tonjolan kecil yang disebut papilla. Sepertiga permukaan posterior lidah dipisahkan dari
dua pertiga bagian anterior oleh batas berbentuk huruf V. Papilla adalah peninggian epitel
mulut dan lamina propria. Ada 4 jenis papilla: Papilla filimormis, berbentuk kerucut
memanjang, jumlahnya cukup banyak dan terdapat di seluruh permukaan lidah. Epitelnya,
yang tidak mengandung kuncup kecap memiliki lapisan tanduk. Papila fungiformis,
menyerupai jamur karena memiliki tangkai sempti dan bagian atas yang melebar dengan
permuka licin. Papila ini yang mengadung sebaran kuncup kecap pada permukaan atasnya,
tersebar tak merata di antara papilla filiformis. Papila foliate, kurang berkembang pada
manusia, Papila ini terdiri atas 2 atau lebih tonjolan dan alur parallel pada permukaan
dorsolateral lidah dan mengadung banyak kuncup kecap. Papila sirkumvalata merupakan 7-
12 paila bulat berukuran sangat besar dengan permukaan datar yang menonjol di atas papilla
lain. Papila ini tersebar di daerah V di bagian posterior lidah.5

Faring

Faring yakni suatu rongga peralihan antara rongga mulut dan sistem pernafasan dan
pencernaan. Dilapisi epitel berlapis gepeng tak bertandung yang berlanjut ke esophagus dan
dilapisi oleh epitel bertingkat silindiris bersilia bersel goblet di daerah dekat rongga hidung.7

Gigi

Pada orang dewasa normal terdapat 32 gigi tetap (permanen), tersebar dalam 2 lengkung
simetris bilateral dalam tulang maksila dan mandibula, dengan 8 gigi pada pada setiap
kuadrannya: 2 insisivus, 1 kaninus, 2 premolar dan 3 molar. Gigi tetap didahului oleh 20 gigi
susu (desidua). Ke 12 gigi molar tetap tidak memiliki pendahulu gigi desiduanya. Setiap gigi
terdiri atas bagian yang menonjol di atas gingiva (gusi), bagian mahkota (korona), satu atau
lebih radiks di bawah gingiva yang menahan gigi dalam soket tulang yang disebut alveolus.3-
4 Korona ditutupi oleh email yang sangat keras, sedangkan radiks oleh sementum. Kedua
pelapis ini bertemu pada bagian leher (serviks gigi). Bagian dalam gigi mengandung materi
lain yang disebut dentin, yang mengelilingi rongga berisi jaringan yang dikenal sebagai
rongga pulpa. Rongga pulpa meluas ke apeks radiks (saluran radiks), tempat sebuah muara
(foramen apikal) memungkinkan masuk dan keluarnya pembuluh darah, pembuluh limfe dan
saraf dari rongga pulpa. Ligamen (membran periodontal) adalah struktur fibrosa berkolagen
yang tertanam dalam sementum yang berfungsi menahan gigi dengan erat pada soket
tulangnya (alveolus).8

Oesophagus

Pada lamina proprianya didapati sel mucus sebagai proteksi dari makanan yang berbenda
tajam, bagian atasnya tersusun dari otot lurik, tengahnya campuran otot polos dan lurik,
sedangkan bawahnya otot polos yang tidak dapat dikendalikan.3

Gaster

7
Seluruh permukaan dari gaster terdapat foveola gastrica, epitel mukosanya selapis torak tanpa
sel goblet.1

Terdapat 3 daerah kelenjar yaitu:

Cardia dan pylorus sekresikan mucus, jumlahnya namun hanya sedikit. Kelenjar pylorus
relative pendek, simpleks dan tubulosa bercabang. Mucus dari kelenjar-kelenjar melindungi
lambung dari autodigestion.

Fundus, dimulai dari dasar foveola gastrica ke seluruh lamina propria hingga tunika
muskularis mukosa. Kelenjar fundus ini hampir memenuhi seluruh Lamina propria.3

Usus Halus

Memiliki epitel selapis toraks bersel goblet.Sel toraks ini memiliki mikrovili yang berfungsi
memperluas bidang penyerapan.Sel goblet pada usus halus makin ke distal makin
banyak.Selain itu pada usus halus terdapat vili intestinal yang juga berfungsi pada absorbsi
zat makanan. Sepanjang membran mukosanya terdapat glandula Lieberkuhn dan sel cryptus
yang berfungsi mengganti sel epitel permukaan yang rusak.4

Usus halus terdiri atas 3 bagian, yaitu:4,5

Usus dua belas jari (duodenum)

Secara histologis, terdapat kelenjar Brunner yang menghasilkan lendir. Dinding usus dua
belas jari tersusun atas lapisan-lapisan sel yang sangat tipis yang membentuk mukosa
otot.Usus dua belas jari dibagi menjadi empat bagian untuk mempermudah
pemaparan.Bagian pertama, yaitu pars superior dimulai dari akhir pilorus. Kemudian saluran
akan membelok ke lateral kanan. Bagian ini memiliki panjang 5 cm.Bagian terakhir, pars
ascendens berbentuk saluran menaik dan berakhir pada awal usus kosong (jejunum).8

Usus kosong ( jejenum)

Usus kosong terletak di antara usus 12 jari dan usus penyerapan. Panjangnya sekitar 2,5 m.
Di dalam usus kosong masih terjadi proses pencernaan kimiawi. Dinding usus kosong
mempunyai kelenjar yang menghasilkan getah pencernaan, tetapi tidak sebanyak di usus 12
jari. Berikut adalah histologi jejenum.8

Usus penyerapan ( ileum )

Sari makanan adalah makanan yang telah dicerna secara sempurna.Usus penyerapan sari- sari
makanan.Terdapat ujung-ujung pembuluh darah pada seluruh permukaan dinding usus.Sari
makanan diserap oleh pembuluh darah sehingga masuk ke dalam aliran darah. Kemudian,
darah membawa sari makanan tersebut ke seluruh bagian tubuh.8

Enzim-Enzim di mulut

Pada rongga mulut

8
Pada rongga mulut menghasilkan enzim ptialin/amilase. Enzim ini merupakan enzim yang
dihasilkan pada rongga mulut melalui sekresi tiga pasang kelenjar ludah yaitu kelenjar
parotis, submaksilaris, dan sublingualis. Fungsinya untuk mengkatalis hidrolisis atau
pemecahan makromolekul amilum.9

Pada lambung

Pada lambung, terdapat berbagai macam sel sebagai penghasil getah dan enzim pencernaan.
Enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan yaitu pepsin, renin, dan lipase. Selain itu, dalam
lambung juga dihasilkan asam klorida (HCl) yang berfungsi untuk aktivator pepsinogen
menjadi pepsin dan membunuh kuman-kuman atau bakteri yang masuk ke dalam lambung.3

Pada usus halus

Pada usus halus bermuara dua saluran, yang satu berasal dari kantung empedu dan yang satu
lagi berasal dari pankreas. Getah usus halus mengandung enzim-enzim yang dihasilkan oleh
kelenjar-kelenjar yang terdapat pada dinding usus halus. Enzim-enzim tersebut adalah :

Enterokinase, merupakan enzim yang berperan sebagai aktivator tripsinogen dan erepsinogen

Beberapa peptidase, seperti aminopeptidase, tripeptidase, dan dipeptidase

Disakaridase-disakaridase yang memecah disakarida menjadi dua molekul monosakarida,


misalnya laktase, maltase, dan sakarase

Glukosidase dan Fosfatase.9

Mekanisme Pencernaan

Sistem pencernaan melaksanakan empat proses pencernaan dasar.

Motilitas

mengacu pada kontraksi otot yang mencampur dan mendorong isi saluran pencernaan.
Terjadi dua jenis dasar motilitas pencernaan, yaitu gerakan propulsif dan gerakan
mencampur.

Gerakan propulsif mendorong atau memajukan isi saluran pencernaan ke depan dengan
kecepatan yang berbeda-beda.

Gerakan mencampur memiliki fungsi ganda, pertama: mencampur makanan dengan getah
pencernaan, kedua: mempermudah penyerapan dengan memajukan semua bagian isi usus ke
permukaan penyerapan saluran pencernaan.7

Sekresi

Sejumlah getah pencernaan disekresikan ke dalam lumen saluran pencernaan oleh kelenjar-
kelenjar eksokrin. Setiap sekresi pencernaan terdiri dari air, elektrolit, dan konstituen organik
spesifik yang penting dalam proses pencernaan, seperti enzim, garam empedu dan mukus.
Dalam keadaan normal, sekresi pencernaan direabsorpsi dalam satu bentuk atau bentuk lain

9
untuk dikembalikan ke darah setelah produk sekresi tersebut ikut serta dalam proses
pencernaan.4

Pencernaan

mengacu pada proses penguraian makanan dari yang strukturnya kompleks diubah menjadi
satuan-satuan lebih kecil yang dapat diserap oleh enzim-enzim yang diproduksi dalam sistem
pencernaan. Manusia mengkonsumsi tiga kategori biokimiawi makanan kaya energi:
karbohidrat, protein dan lemak.6

Penyerapan

Pencernaan diselesaikan dan sebagian besar penyerapan terjadi di usus halus. Melalui proses
penyerapan, satuan-satuan kecil yang dihasilkan dari pencernaan tadi dapat diserap
bersamaan dengan air, vitamin dan elektrolit, dipindahkan dari lumen saluran pencernaan ke
dalam darah atau limfe.2

Sekresi saliva

Liur (Saliva)

Sekresi yang berkaitan dengan mulut, terutama dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar liur
utama yang terletak di luar rongga mulut dan mengeluarkan liur mellalui duktus pendek ke
dalam mulut. Liur mengandung 99,5% H2O dan 0,5% elektrolit dan protein. Protein liur yang
terpenting adalah amylase, mukus dan lizosim.

Liur memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja amylase liur, suatu enzim yang
menguraikan polisakarida menjadi maltose. Liur mempermudah proses menelan dengan
membasahi partikel makanan. Liur memiliki sifat antibakteri melalui efek rangkap pertama
dengan lisozim, suatu enzim yang menghancurkan atau melisiskan bakteri yang bisa merusak
dinding sel, dan membilas bahan yang mungkin berfungsi sebagai makanan untuk bakteri.
Liur berfungsi sebagai bahan pelarut yang merangsang kuncup kecap. Liur membantu
berbicara dengan mempermudah gerakan bibir dan lidah. Liur berperan penting dalam
hygiene mulut dengan membantu menjaga mulut dan gigi bersih. Liur kaya akan dapar
bikarbonat, yang menterlakan asam dalam makanan serta asam yang dihasilkan oleh bakteri
di mulut sehingga karies dentis dapat dicegah.5

Refleks Liur Sederhana dan Terkondisi

Refleks liur sederhana terjadi ketika kemoreseptor dan reseptor tekan di dalam rongga mulut
berespons terhadap keberadaan makanan. Pada pengaktifa, reseptor-reseptor ini
menghasilkan impuls serat-serat saraf aferen yang membawa informasi ke pusat liur, yang
terletan di medula batang otak. Pusat liur, kemudian mengirim impuls melalui saraf otonom
eksterinsik ke kelenjar liur untuk meningkatkan sekresi liur. 6

Pada refleks liur terkondisi atau didapat, saliva terjadi tanpa stimulasi oral. Hanya berpikir,
melihat, mencium, atau mendengar pembuatan makanan yang lezat memicu salvias melalui

10
refleks ini. Sinyal yang berasar dari luar mulut dan secara mental dikaitkan dengan
kenikmatan makan bekerja melalui korteks serebri untuk merangsang pusat liur di medula.

Pengaruh Otonom pada Sekresi Liur

Pusat liur mengontrol derajat pengeluaran lur melalui saraf otonom yang menyarafi kelenjar
liur. Tidak seperti saraf otonom di etmpat lain di tubuh, respons simpatis dan parasimpatis di
kelenjar liur tidak antagonistik. Simpatis maupun parasimpatis meningkatkan sekresi liur tapi
jumlah, karakteristik, dan mekanismenya berbeda. Stimulasi parasimpatis yang memiliki efek
dominan dama sekresi liur, menghasilkan liur yang segera keluar, encer, jumlahnya banyak
dan kaya enizm. Sedangkan stimulasi simpatis menghasilkan liur dengan volum terbatas,
kental, dan kaya mukus. Sekresi liur adalah satu-satunya sekresi pencernaan yang seluruhnya
berada di bawah control saraf. Semua sekresi penceranaan lainnya diatur oleh reaksi sistem
saraf dan hormone.4

Pencernaan di mulut melibatkan hidrolisis polisakarida menjadi disakarida oleh amylase.


Namun di mulut tidak terjadi penyerapan makanan. Yang penting, sebagian obat dapat
diserap oleh mukosa oral, contoh utamanya adalah nitrogliserin, obat vasodilator yang
kadang digunakan oleh pasieng jatung untuk menghilangkan serangan angina yang berkaitan
dengan iskemia miokardium.5

Proses Menelan

Menelan dimulai ketika suatu bolus, secara sengaja di dorong oleh lidah ke bagian belakang
mulut menuju faring.Tekanan bolus di faring merangsang reseptor tekananan di faring yang
kemudian mengirim impuls aferen ke pusat menelan di medulla. Pusat menelan,kemudian
secara refleks mengaktifkan serangkaian otot yang terlibat dalam proses menelan. Di
esophagus terdapat oleh sfingter di kedua ujungnya. Di ujung atas terdapat sfingter
faringoeosofagus dan di ujung bawah terdapat sfingter gastroeosofagus yang berfungsi untuk
mencegah refluks makanan.9

Menelan di bagi menjadi 2 yaitu tahap orofaring dan tahap eosofagus.

1) Tahap orofaring
Berlangsung sekitar 1 detik dan merupakan proses perpindahan bolus dari mulut
melalui faring dan masuk ke eosofagus. Saat masuk faring sewaktu menelan,bolus harus di
arahkan kedalam eosofagus dan di cegah masuk ke saluran lain yang berhubungan dengan
faring. Dengan kata lain,makanan harus dicegah kembali masuk kembali ke mulut,masuk ke
hidung dan masuk ke trakea. Kegiatan menelan di orofaring:6,9

11
 Makanan dicegah kembali ke mulut selama menelan oleh posisi lidah menekan ke langit-
langit keras.
 Uvula terangkat dan tersangkut di bagian belakang tenggorokan, sehingga saluran hidung
tertutup mdari faring dan makanan tidak masuk ke hidung.
 Makanan di cegah masuk ke trakea terutama oleh elevasi laring dan penutupan erat pita
suara melintasi lubang laring atau glottis. Selama menelan, pita suara melakukan fungsi yang
tidak berkaitan dengan berbicara. Kontraksi otot-otot laring menyebabkan pita suara merapat
satu sama lain, sehingga pintu masuk glottis tertutup. Selain itu, bolus menyebabkan suatu
lembaran kecil jaringan ikat, epiglotis tertekan ke belakang menutupi glottis yang menambah
proteksi untuk mencegah makanan masuk ke saluran pernapasan.
 Karena saluran pernapasan tertutup sementara saat menelan,pernapasan terhambat secara
singkat sehingga individu tidak mencoba melakukan usaha yang sia-sia untuk bernapas.
 Dengan laring dan trakea tertutup,otot-otot faring berkontraksi untuk mendorong bolus ke
dalam eosofagus.
2) Tahap eosofagus
Tahap eosofagus di mulai ketika makanan sudah masuk melalui eosofagus.Pusat
menelan memulai gelombang peristaltik primer yang mengalir dari pangkal ke ujung
eosofagus, mendorong bolus di depannya melewati eosofagus ke lambung. Peristaltis
mengacu pada kontraksi berbentuk cincin otot polos sirkuler yang bergerak secara progresif
ke depan dengan gerakan mengosongkan, mendorong bolus di depan kontraksi. Dengan
demikian, pendorongan makanan melalui eosofagus adalah proses aktif yang tidak
memerlukan gravitasi. Gelombang peristaltik berlangsung sekitar 5-9 detik untuk mencapai
ujung bawah eosofagus. Kemajuan gelombang tersebut di control oleh pusat menelan,melalui
persarafan vagus.7,9
Cairan yang tidak tertahan oleh friksi dinding eosofagus, dengan cepat turun ke sfingter
eosofagus bawah akibat gravitasi dan kemudian harus menunggu sekitar 5 detik sampai
gelombang peristaltik primer akhirnya sampai sebelum cairan tersebut dapat melewati
sfingter gastoeosofagus.7
Apabila ada makanan dengan ukuran yang besar atau lengket tertelan dan tidak dapat di
dorong oleh gerak peristaltik primer, makan akan terjadilah gerak peristaltik sekunder yang
tidak melibatkan pusat menelan, dan orang tersebut tidak akan menyadarinya. Makanan yang
besar itu akan menyebabkan perengangan pada eosofagus yang secara refleks akan

12
meningkatkan sekresi air liur, sehingga makanan tersbut akan dapat di lepaskan dan di
gerakkan oleh kombinasi lubrikasi air liur dan gelombang peristaltik sekunder.8-9

Kesimpulan :
Berdasarkan skenario 4 yang dibahas, yang mempengaruhi air liur (saliva) orang tersebut
mulai keluar adalah fase saliva sekresi lambung sebelum makanan masuk ke dalam mulut.
Peregangan dinding lambung merangsang reseptor saraf dalam mukosa lambung dan memicu
refleks lambung. Serabut aferen menjalar ke medulla melalui Saraf Vagus. Dengan adanya
refleks saliva didapat (terkondisi) yaitu dengan melihat, mencium, mendengar

Daftar Pustaka

1. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT. Gramedia.2014.
2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2017.
3. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: EGC.2013.h.132-50.
4. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.2014.
5. Uliyah M, Hidayat AAA. Keterampilan dasar klinik. Jakarta: Salemba Medika.2017.
6. Moore KL , Anatomi Klinis Dasar. In : Agur AMR. Sistem Digestivus. Jakarta: EGC;
2010.
7. Gruendemann BJ, Fernsebner B. Keperawatan perioperatif. Jakarta: EGC.2006.
8. Boom, Fawcett. Buku ajar histologi. Jakarta: EGC.2013.
9. Watson R. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Edisi 10. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.2015.
10. Gibson J. Fisiologi & anatomi modern untuk perawat. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.2014.

13
14

Anda mungkin juga menyukai