Anda di halaman 1dari 8

MASTIKASI DAN OTOT-OTOT MASTIKASI

Sistem pengunyahan merupakan suatu unit fungsional yang terdiri dari gigi, jaringan
pendukung gigi, rahang, sendi temporomandibula, otot-otot pengunyahan, dan juga sistem
vaskuler dan sistem persarafan yang saling bekerja sama. Mastikasi adalah suatu aksi
penguraian dan penghancuran makanan, dimana dalam prosesnya melibatkan proses
neuromuskular dan aktivitas digestif yang kompleks. Tujuan dari proses mastikasi adalah untuk
menghaluskan makanan dan mencampur makanan dengan saliva agar makanan tersebut dapat
diteruskan dan ditelan ke dalam saluran pencernaan.
Urutan mastikasi terdiri dari banyak proses, mulai dari masuknya makanan ke dalam
mulut sampai makanan tersebut ditelan. Hal ini terjadi akibat adanya siklus mastikasi yang
memungkinkan terkumpulnya makanan, lalu dipindahkan ke daerah gigi molar untuk
penghancuran makanan, hingga makanan tersebut siap untuk ditelan. Rumitnya proses
mastikasi ini perlu ditunjang oleh organ yang terbentuk dengan baik dan sistem organ yang
dapat berjalan secara baik pula. Adanya ketidakseimbangan atau gangguan pada pembentukan
organ dapat membuat sistem mastikasi terganggu dan dapat menyebabkan efek yang lebih jauh
lagi seperti terjadinya maloklusi.

TUMBUH KEMBANG POLA MASTIKASI

Mastikasi dipengaruhi oleh 4 komponen utama, yaitu tulang, otot, gigi, dan jaringan
lunak. Jaringan lunak seperti lidah, bibir, dan pipi bertugas memposisikan makanan berada
pada sekitar kontak oklusal dari gigi untuk dihancurkan. Koordinasi otot memungkinkan
terjadinya gaya tekan pada tulang dan gigi sehingga memungkinkan terjadinya proses
penghancuran makanan. Tulang, yang terdiri dari maksila dan mandibula, memberikan tempat
bagi tumbuhnya gigi, memberikan ruang terhadap terjadinya kontak antara makanan dan gigi,
dan juga mempengaruhi luasnya rongga mulut tempat makanan dihancurkan.

Organ-organ Mastikasi
Tulang yang terlibat dalam pengunyahan adalah maksila dan mandibula. Palatum
membatasi bagian bawah dari maksila. Jarak antara palatum dengan mandibula membentuk
rongga mulut. Maksila dan mandibula dihubungkan melalui aktivitas sendi
temporomandibular. Gerakan mastikasi dilakukan dengan menggunakan otot yang terhubung
dengan rahang atas dan rahang bawah. Temporalis, masseter dan pterygoid medial bertanggung
jawab atas oklusi mandibula terhadap maksila (elevator). Digastrik, milohyoid dan geniohyoid
bertanggung jawab atas pembukaan rongga mulut (depresor). Pterygoid lateral membantu
pembukaan mulut, namun fungsi utamanya adalah untuk menarik mandibula agar gigi insisivus
rahang bawah dapat berada di depan yang insisivus rahang atas, kondisi ini, dibantu oleh
pterygoid medial. Serabut posterior temporalis menarik mandibula. Jika pterygoid lateral dan
medial dari satu sisi bertindak, sisi yang lainnya dari mandibula akan bergerak ke depan,
menyebabkan gerakan lateral. Tindakan ini biasanya terjadi saat mengunyah makanan secara
lateral.

Otot-otot Mastikasi
Pergerakan dalam proses pengunyahan terjadi karena gerakan kompleks dari beberapa
otot pengunyahan. Otot-otot utama yang terlibat langsung dalam pengunyahan adalah
muskulus masseter, muskulus temporalis, muskulus pterygoideus lateralis, dan muskulus
pterygoideus medialis. Selain itu juga ada otot-otot tambahan yang juga mendukung proses
pengunyahan yaitu muskulus mylohyoideus, muskulus digastrikus, muskulus geniohyoideus,
muskulus.
Gerakan mandibula selama proses pengunyahan dimulai dari Gerakan membuka
mandibula yang dilakukan oleh kontraksi muskulus pterygoideus lateralis. Pada saat
bersamaan muskulus temporalis, muskulus masseter dan muskulus pterygoideus medialis tidak
mengalami aktifitas atau mengalami relaksasi. Makanan akan masuk ke rongga mulut dan
disertai dengan proses menutupnya mandibula.
Gerakan menutup mandibula disebabkan oleh kontraksi muskulus temporalis,
muskulus masseter dan muskulus pterygoideus medialis, sedangkan muskulus pterygoideus
lateralis mengalami relaksasi. Pada saat mandibula menutup perlahan, muskulus temporalis
dan muskulus masseter juga berkontraksi membantu gigi geligi agar berkontak pada oklusi
yang normal.
Muskulus digastrikus juga mengalami potensial aksi dan berkontraksi pada saat
mandibula bergerak dari posisi istirahat ke posisi oklusi. Muskulus digastrikus berperan dalam
mempertahankan kontak gigi geligi.
Organ lain yang juga termasuk dalam fungsional otot pengunyahan adalah lidah. Lidah
berperan penting selama proses pengunyahan dalam mengontrol pergerakan makanan dan
membentuk bolus (bentuk makanan yang didapatkan dari pengunyahan). Lidah membawa dan
mempertahankan makanan diantara permukaan oklusal gigi geligi, membuang benda asing,
bagian makanan yang tidak enak rasanya dan membawa bolus ke palatum sebelum akhirnya
ditelan. Selain itu lidah juga berfungsi dalam mempertahankan kebersihan mulut dengan
menghilangkan debris makanan pada gingival, vestibulum dan dasar mulut.

Mekanisme Penelanan
Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, dimana setiap organ yang
berperan harus bekerja secara terpadu dan berkesinambungan. Pada proses menelan terjadi
pemindahan bolus makanan dari rongga mulut ke dalam lambung.
Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut disfagia yaitu terjadi kegagalan
memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke lambung. Proses menelan dapat
dibagi menjadi 3 fase yaitu fase oral, fase faringeal dan fase esophageal.

1. Fase Oral
Pada fase ini terjadi proses pembentukan bolus makanan yang dilaksanakan oleh gigi
geligi, lidah, palatum mole, otot-otot pipi dan saliva untuk menggiling dan membentuk bolus
dengan konsistensi dan ukuran yang siap untuk ditelan. Proses ini berlangsung secara disadari.
Proses ini bertahan kira-kira 0.5 detik. Perpindahan bolus dari rongga mulut ke faring segera
terjadi, setelah otot-otot bibir dan pipi berkontraksi meletakkan bolus diatas lidah. Otot
intrinsik lidah berkontraksi menyebabkan lidah terangkat mulai dari bagian anterior ke
posterior. Bagian anterior lidah menekan palatum durum sehingga bolus terdorong ke faring.
Bolus menyentuh bagian arkus faring anterior, uvula dan dinding posterior faring
sehingga menimbulkan refleks faring. Arkus faring terangkat ke atas akibat kontraksi m. palato
faringeus (n. IX, n.X dan n.XII). Jadi pada fase oral ini secara garis besar bekerja saraf karanial
nV.2 dan nV.3 sebagai serabut afferen (sensorik) dan n.V, nVII, n.IX, n.X, n.XI, n.XII sebagai
serabut efferen (motorik).

2. Fase Faringeal
Fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring anterior (arkus
palatoglosus) dan refleks menelan segera timbul. Pada fase faringeal ini terjadi:
1. M. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n.IX, n.X dan n.XI)
berkontraksi menyebabkan palatum mole terangkat, kemudian uvula tertarik keatas dan
ke posterior sehingga menutup daerah nasofaring.
2. M.genioglosus (n.XII, servikal 1), m ariepiglotika (n.IX,nX) m.krikoaritenoid lateralis
(n.IX,n.X) berkontraksi menyebabkan aduksi pita suara sehingga laring tertutup.
3. Laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena kontraksi
m.stilohioid, (n.VII), m. Geniohioid, m.tirohioid (n.XII dan n.servikal I).
4. Kontraksi m.konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m. Konstriktor faring
inermedius (n.IX, n.X, n.XI) dan m.konstriktor faring inferior (n.X, n.XI) menyebabkan
faring tertekan kebawah yang diikuti oleh relaksasi m. Krikofaring (n.X).
5. Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esofagus dan dorongan
otot-otot faring ke inferior menyebabkan bolus makanan turun ke bawah dan masuk ke
dalam servikal esofagus. Proses ini hanya berlangsung sekitar satu detik untuk menelan
cairan dan lebih lama bila menelan makanan padat.

Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal, meningkatkan
waktu gelombang peristaltik dan memperpanjang waktu pembukaan sfingter esofagus bagian
atas. Bertambahnya volume bolus menyebabkan lebih cepatnya waktu pergerakan pangkal
lidah, pergerakan palatum mole dan pergerakan laring serta pembukaan sfingter esofagus
bagian atas. Waktu Pharyngeal transit juga bertambah sesuai dengan umur.
Kecepatan gelombang peristaltik faring rata-rata 12 cm/detik. McConnel dalam
penelitiannya melihat adanya 2 sistem pompa yang bekerja yaitu:
1. Oropharyngeal propulsion pomp (OOP) adalah tekanan yang ditimbulkan tenaga lidah 2/3
depan yang mendorong bolus ke orofaring yang disertai tenaga kontraksi dari m.konstriktor
faring.
2. Hypopharyngeal suction pomp (HSP) adalah merupakan tekanan negatif akibat terangkatnya
laring ke atas menjauhi dinding posterior faring, sehingga bolus terisap ke arah sfingter
esofagus bagian atas. Sfingter esofagus bagian atas dibentuk oleh m.konstriktor faring inferior,
m.krikofaring dan serabut otot longitudinal esofagus bagian superior.

Gambar 3.1 Fase Penelanan


3. Fase Esofageal
Pada fase esofageal proses menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus makanan turun lebih
lambat dari fase faringeal yaitu 3-4 cm/ detik. Fase ini terdiri dari beberapa tahapan:

1. Dimulai dengan terjadinya relaksasi m.kriko faring. Gelombang peristaltik primer terjadi
akibat kontraksi otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus bagian proksimal.
Gelombang peristaltic pertama ini akan diikuti oleh gelombang peristaltik kedua yang
merupakan respons akibat regangan dinding esofagus.
2. Gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh serabut saraf pleksus mienterikus yang
terletak diantara otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus dan gelombang ini
bergerak seterusnya secara teratur menuju ke distal esofagus.

ANATOMI DAN FISIOLOGI OTOT OTOT PENGUNYAHAN


Anatomi otot otot pengunyahan
Proses pengunyahan merupakan hal yang paling utama, dan sudah menjadi hal yang
umum bahwa makanan harus dikunyah lebih dahulu sebelum makanan itu ditelan supaya
proses pencernaan dapat berlangsung dengan baik. Mengunyah adalah proses memecah
partikel makanan besar dan mencampur makanan dengan sekret kelenjar saliva untuk
membantu peroses pencernaan selanjutnya. kekuatan gigit adalah besarnya kekuatan yang
dihasilkan oleh otot-otot pengunyah pada waktu menggigit.8 beberapa otot yang tergabung
dalam otot mastikasi adalah2
1. M. Masseter (gambar 10)
 bagian superficial
Origo : Tepi bawah dari 2/3 anterior arkus zigomatikus
Insersio: angulus mandibula, tepi bawah dan lateral dari ramus mandibula
Persyarafan: cabang masseter dari nervus mandibularis
Fungsi : elevasi mandibula
 Bagian dalam
Origo : tepi medial dari arkus zigomatikus, tepi inferior dari 1/3
posterior arkus zigomatikus
Insersio : superolateral ramus mandibula, prosesus koronoid
Persyarafan : cabang masseter dari nervus mandibularis
Fungsi : elevasi mandibula
Gambar 10 : otot masseter7

2. M. Temporalis (gambar 11)


Origo: fossa temporalis, batas inferior temporal termasuk fascia temporal
Insersio: prosesus koronoid
Persyarafan: Cabang temporal dari nervus mandibularis
Fungsi: Elevasi mandibula
Retrusi mandibula(fiber posterior)

Gambar 11: otot temporalis7

3. M. Medial pterygoid (gambar 12)


 bagian dalam
Origo: Permukaan medial dari lateral pterygoid plate
Insersio: Permukaan medial dari ramus dan angulus mandibula (tuberkel
pterygoid)
Persyarafan: cabang medial pterygoid dari nervus mandibularis
Fungsi: Elevasi mandibula
Protrusi mandibula
Pergerakan lateral mandibula
 bagian superficial
Origo : Tuberositas maksilaris, prosesus pyramidal dari palatum
Insersio : Permukaan medial dari ramus dan angulus mandibula (tuberkel
pterygoid)
Persyarafan : cabang medial pterygoid dari nervus mandibularis
Fungsi : elevasi mandibula
Protrusi mandibula
Pergerakan lateral mandibula

Gambar 12: Medial pterygoid bagian dalam dan luar

4. Otot lateral pterygoid (gambar 13)


 Bagian atas
Origo : greater wing dari tulang sphenoid, infratemporal crest
Insersio : Diskus artikularis dan kondilus sendi temporomandibular
Persyarafan : Cabang lateral pterygoid dari nervus mandibular
Fungsi : Menekan dan protrusi mandibula
Pergerakan lateral dari mandibula
 Bagian bawah
Origo : Permukaan lateral dari lateral pterygoid plate
Insersio : Fovea pterygoid di kondilus mandibularis
Persyarafan : Cabang lateral pterygoid dari nervus mandibular
Fungsi : Menekan dan protrusi mandibula
Pergerakan lateral dari mandibula

Gambar 13: otot lateral pterygoid

Anda mungkin juga menyukai