OLEH :
PEMBIMBING :
DRG. ZULIA HASRATININGSIH, MDSC.
DAFTAR ISI............................................................................................................2
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................5
2.4 DIFUSI............................................................................................................22
2
2.6.2 Dentin Bonding................................................................................32
BAB IV KESIMPULAN.......................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................48
3
DAFTAR GAMBAR
4
BAB I
PENDAHULUAN
Sementasi adalah salah satu langkah terakhir dalam urutan prosedur klinis
pembuatan restorasi indirek. Ada dua tujuan sementasi atau luting, yakni untuk
yang sudah dipreparasi, semen, dan restorasi, atau kombinasi dari kedua
kemampuan semen untuk mengisi ruang antara gigi dan restorasi dan tetap
bertahan terhadap aksi di dalam rongga mulut, baik untuk jangka pendek dan
panjang. Adhesi juga penting karena ikatan yang kuat antara agen luting dan
hipersensitivitas dentin.1
bahan tambal, bahan sementing dan bahan fissure sealant. Dalam setiap kasus
tujuan adhesi adalah untuk menghasilkan perlekatan erat antara substansi gigi dan
5
Bahan yang mampu mengikat dua permukaan disebut bahan adhesif,
kedokteran gigi, bahan adhesif, biasanya diperlukan untuk mengikat dentin dan
restorasi, atau dapat juga sebagai bahan pengisi, yang melekat hanya di satu
Istilah adhesi mengacu pada interaksi atom atau molekul yang berlainan
jenis antara substrat (adherend) dan bahan adhesi (adhesive) dalam kontak yang
Interaksi ini berupa ikatan primer (ikatan ionik, kovalen atau metalik) atau ikatan
6
fase, termasuk di dalamnya perlekatan mikroskopik seperti pada landasan gigi
tiruan dan email gigi, atau tegangan (stresses) seperti pada dinding dalam
mahkota porselen di sekitar inti logam. Adhesi kimia bergantung pada ikatan
kimia antara dua fase. Sedangkan ikatan difusi terjadi ketika satu fase menembus
ke permukaan fase kedua dan membentuk lapisan hibrida, seperti pada pemakaian
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
materi terdiri dari partikel tak terpisahkan yang disebut átomos (á = "un"; temno =
"memotong"; yang berarti "tidak terpotong"), yang merupakan asal-usul dari nama
atom. Kita tahu bahwa sebuah atom terdiri dari inti yang dikelilingi oleh awan
elektron bermuatan negatif, seperti yang digambarkan dalam model awan elektron
atom. Atom dapat berubah menjadi ion negatif ketika ia mendapatkan elektron
Gambar 3. Atom
Dua atau lebih atom dapat membentuk suatu entitas yang netral secara
elektrik yang disebut molekul. Daya tarik menarik antara atom dan antara molekul
menghasilkan bahan yang dapat kita lihat dan sentuh. Sebagai contoh air, secara
kimiawi, satuan dasar air adalah molekul yang terbuat dari dua atom hidrogen dan
8
satu atom oksigen. Jika masing-masing molekul mencapai energi kinetik yang
lebih tinggi daripada daya tarik menarik antar molekul, maka air berubah menjadi
uap. Ketika suhu sekitarnya menurun, tingkat energi kinetik dalam molekul
individu menurun dan daya tarik menarik antara mereka meningkat, uap berubah
kembali menjadi cair. Pendinginan lebih lanjut, menghasilkan zat padat yang
disebut es, di mana energi kinetik sangat rendah sehingga molekul dibekukan oleh
Perubahan bentuk dari padat ke cair memerlukan energi kinetik tambahan, untuk
melepaskan diri dari daya tarik menarik. Energi tambahan ini disebut latent heat
of fusion. Suhu di mana perubahan bentuk ini terjadi disebut sebagai suhu leleh
atau suhu fusi. Ketika air mendidih, dibutuhkan energi untuk mengubah cairan
menjadi uap, dan jumlah energi yang dibutuhkan ini disebut heat of vaporization.
Proses berubahnya benda padat menjadi uap disebut sublimasi seperti yang terjadi
dalam cangkang valensi luarnya, seperti pada gas mulia, sementara pada atom lain
harus ada proses kehilangan, mendapatkan, atau berbagi elektron dengan atom
lain untuk mencapai konfigurasi yang stabil yaitu delapan elektron dalam
cangkang terluar. Proses ini menghasilkan ikatan yang kuat atau ikatan primer
antara atom. Ikatan atom dalam molekul juga menciptakan ikatan yang baru
9
namun jauh lebih lemah ikatannya dalam memegang molekul bersama-sama, hal
sifat fisik suatu material. Ikatan atom primer atau bisa disebut ikatan kimia, terdiri
1. Ikatan Ionik
Ciri khasnya adalah adanya perpindahan elektron dari satu elemen ke elemen
lain. Contoh klasik ikatan ionik adalah ikatan antara Na + dan CL- pada natrium
dan atom klorin memiliki tujuh elektron dalam cangkang luarnya, perpindahan
Dalam kedokteran gigi, ikatan ionik ada di beberapa bahan gigi, seperti dalam
2. Ikatan Kovalen
Ciri khasnya adalah adanya kondisi berbagi elektron dengan orientasi ikatan
yang sangat tepat. Dalam banyak senyawa kimia, dua elektron valensi dibagi
disatukan oleh ikatan kovalen membentuk molekul yang cukup stabil, dan
netral secara elektrik dalam pengaturan yang pasti. Contoh ikatan kovalen ada
10
pada molekul hidrogen (H2). Elektron valensi tunggal di setiap atom hidrogen
berbagi dengan atom lainnya, sehingga valensi terluar menjadi stabil. Ikatan
Kovalen terjadi pada banyak senyawa organik, seperti pada resin dental, di
3. Ikatan Metalik
Ciri khasnya adalah adanya kondisi berbagi elektron secara luas dan
kisi. Pada atom metal, elektron valensi terluar bisa dibuang dengan mudah dan
membentuk ion positif. Elektron valensi bebas dapat bergerak dalam space
lattice metal untuk membentuk awan elektron atau gas. Daya tarik
elektrostatik antara awan elektron dan ion positif dalam lattice memberikan
kekuatan yang mengikat atom logam bersama sebagai suatu benda padat.4
Meskipun kita bisa menggambarkan tiga ikatan primer secara terpisah, tetap
ada kemungkinan untuk menemukan lebih dari satu jenis ikatan primer dalam
satu material. Contohnya pada kalsium sulfat (CaSO4) bahan utama produk
11
gipsum. Dalam ion sulfat (SO42 −) atom sulfur dan oksigen disatukan secara
memiliki dua elektron di orbit luar, yang mudah dilepas dan ditransfer ke SO 4.
Gaya tarik van der Waals ini muncul dari daya tarik dipole. Dalam kasus
molekul polar, dipole diinduksi oleh pembagian elektron yang tidak seimbang.
mengakibatkan fluktuasi dipole. Secara umum dipole dalam molekul ini akan
menarik dipole yang sejenis. Gaya antar atom ini sangat lemah bila
12
Gambar 6. Gaya van der Walls
2. Ikatan hidrogen
Ikatan ini adalah kasus khusus dari gaya tarik dipole pada senyawa polar. Hal
ini bisa dipahami dengan mempelajari molekul air (H2O). Yang menempel
pada atom oksigen adalah dua atom hidrogen. Ikatan ini bersifat kovalen.
Sebagai konsekuensi, proton atom hidrogen yang bergerak menjauh dari atom
menjadi positif. Di sisi lain dari molekul air, elektron yang mengisi cangkang
akan ditarik oleh elektron dari molekul air lain yang berdekatan. Jenis ikatan
ini disebut jembatan hidrogen. Polaritas di alam ini penting dalam perhitungan
13
Gambar 7. Ikatan Hidrogen
Semua bahan yang kita gunakan terdiri dari triliunan atom. Seperti
dijelaskan sebelumnya, setiap atom ini memiliki daya tarik satu sama lain dan
mempertahankan suatu bentuk fisik tertentu. Pada 1665, Robert Hooke (1635 –
bola Musket.
energi internal, misalnya natrium dan klorin berbagi satu elektron pada skala
atom. Dalam keadaan padat, seperti pada butiran garam, mereka tidak muncul
sebagai pasangan individu, tapi setiap ion natrium tarik menarik dengan enam ion
space lattice) yang dikenal sebagai kristal. Space lattice dapat didefinisikan
sebagai pengaturan atom dalam ruang di mana setiap atom terletak sama untuk
14
Ada struktur teratur pada spasi konfigurasi yang tidak terjadi dalam
keadaan padat. Sebagai contoh, molekul dari beberapa lilin yang digunakan oleh
Gambar 8. Susunan Atom Pada Garam. A. Model Sphere menunjukkan atom-atom bersama
dengan rapat, B. Model ball-and-stick menggambarkan posisi 3 dimensi dari atom-atom dan ikatan
diantaranya. Bulatan orange adalah ion klorin dan bulatan biru adalah ion sodium.
Ada 14 tipe lattice yang mungkin terjadi. Tipe space lattice ditentukan
oleh panjang masing-masing tiga tepi sel unit (disebut sumbu) dan sudut yang
terbentuk di antara tepinya. Tipe lattice yang paling sederhana dan paling teratur
adalah kubik, seperti yang ditunjukkan pada gambar 9, ini ditandai oleh sumbu
yang memiliki panjang yang sama dan bertemu pada sudut 90 derajat, mewakili
volume berulang yang paling kecil dari kristal, yang disebut unit sel. Masing-
masing bidang mewakili posisi atom. Posisi mereka terletak di titik persimpangan
tiga bidang, masing-masing bidang (permukaan kubus) yang tegak lurus terhadap
dua bidang lainnya. Bidang ini sering disebut sebagai bidang kristal. Namun,
susunan kubik sederhana yang ditunjukkan pada Gambar 9-A, adalah hipotetikal,
15
karena menyisakan cukup ruang agar sesuai dengan atom tambahan per unit sel.
Sebagian besar lattice kristal dari atom juga mempunyai tempat dari atom yang
dalam sistem kubik. Misalnya, besi pada suhu kamar memiliki atom pada masing-
masing sudut kubus dan atom lain di bagian tengah tubuh kubus (Gambar 9-B).
Bentuk kristal ini disebut body-centered sel kubik. Tembaga, di sisi lain, memiliki
tambahan atom di tengah setiap permukaan unit sel tapi tidak ada di pusat kubus.
Bentuk ini disebut face-centered sel kubik (Gambar 9-C). Jenis space lattices
lainnya dari bahan kedokteran gigi diperlihatkan pada gambar 7. Susunan bentuk
heksagonal (Gambar 10-G) terdapat pada titanium, seng, dan zirkonium yang
menjadi struktur kristal penting dalam kedokteran gigi. Yang menjadi catatan
bahwa setiap unit sel terdiri dari tiga lapisan atom. Semua bahan gigi berbasis
logam adalah kristalin. Beberapa keramik murni, seperti alumina dan bahan inti
16
Gambar 10. Bentuk Lain Tipe Lattice Bahan Dental.
Kaca merupakan zat padat nonkristalin yang khas dari SiO 2 karena
atomnya cenderung diatur dalam unit yang tidak berulang. Susunan yang
membentuk kaca ini kadang-kadang diselingi dengan sejumlah besar unit teratur.
Karena susunan seperti ini khas seperti pada zat cair, maka zat padat seperti ini
polimer, maka susunan pola molekul resin tidak berulang dan tidak teratur. Oleh
karena itu, bahan berbasis polimer yang digunakan dalam kedokteran gigi
biasanya nonkristalin. 4
Banyak bahan kedokteran gigi terdiri dari matriks kaca nonkristalin dan
disisipi bahan kristal (filler phase). Penambahan bahan kristal ini untuk memenuhi
17
ekspansi termal, dan pada beberapa bahan keramik gigi dapat meningkatkan
radiopacity. Filler phase pada komposit berbasis resin, bisa berupa kristal seperti
Gambar 11. Ilustrasi Dua Dimensi Struktur SiO2. A. Struktur Kristal, B. Struktur Nonkristal
Kita bisa menyimpulkan bahwa atom adalah suatu partikel diskrit dengan
batas jelas dan volume yang terbentuk oleh bidang elektrostatik dari elektron.
Antar dua atom, terdapat kekuatan tarik menarik yang membuat keduanya dekat
meningkat jika jarak antar atom menurun. Kekuatan tolak meningkat lebih dari
gaya tarik jika atom semakin dekat. Keseimbangan antara kedua gaya ini pada
dasarnya, saling menarik ketika kedua atom berjauhan dan saling menolak hanya
1. Jarak Ikatan
18
Posisi ketika kedua gaya sama besar (tapi berlawanan arah) dianggap posisi
2. Energi Bonding
jarak interatomik, hubungan pada Gambar 12-A, bisa dijelaskan secara logis
dengan istilah energi interatomik. Energi didefinisikan sebagai hasil gaya dan
menjaga jarak tidak banyak berubah pada awalnya karena dua atom menjadi
Karena gaya resultan mendekati nol, energi yang dibutuhkan agar jaraknya
(Gambar 12-B). Energi akhirnya menjadi minimum bila gaya resultan menjadi
nol,kemudian energi naik dengan cepat karena resultannya gaya tolak naik
interatomik.4
19
Gambar 12. Interaksi Antar Dua Atom. A, Hubungan gaya temperature terhadap jarak
temperature. Gaya resultan (garis putus-putus kuning) adalah jumlah gaya temperature (garis
hijau) dan gaya tolak (garis merah). Pada posisi ekuilibrium (garis putus-putus biru), gaya bisa
temperature (menolak) atau positif (menarik) salah gaya tsb dibutuhkan untuk mengeluarkan atom
dari posisi ekulibrium. B, Integrasi gaya temperature (garis putus-putus kuning) yang dihasilkan
dalam (A) terletak diatas jarak temperature menghasilkan energi temperature (garis biru tua).
Catatan : Energi potensial minimum terjadi temperature ekuilibrium tercapai (garis putus-putus
biru).
3. Energi termal
Atom-atom dalam kristal pada suhu di atas nol mutlak adalah dalam keadaan
semakin tinggi suhu, semakin besar amplitudo dan akibatnya semakin besar
energi kinetik atau internalnya. Pada suhu tertentu, energi minimal yang
amplitudo atom (atau molekul) getaran akan meningkat, begitu juga dengan
20
jarak interatomik (Gambar 13) dan juga energi internal. Efek keseluruhannya
jarak interatomik rata-rata lebih kecil daripada energi lebih dalam pada
(Gambar 13-B). Ini berarti koefisien linier ekspansi termal (α) material dengan
atom atau struktur molekul yang sama cenderung berbanding terbalik dengan suhu
kemudian menguap menjadi gas. Untuk bahan padat dengan energi minimum
yang lebih besar yaitu kedalaman palung yang lebih dalam (Gambar 13-A),
jumlah energi yang lebih besar dibutuhkan untuk mencair dan mendidih, yang
Seperti ditunjukkan pada Gambar 13-A, gaya bersih pada atom pada jarak
yang diukur dengan kemiringan dari kurva gaya net di dekat ekuilibrium.
Kemiringan yang lebih besar dari kurva gaya menunjukkan palung yang lebih
sempit dan lebih dalam dalam kurva energinya (Gambar 13-A), sehingga titik
21
Gambar 13. Energi Termal dan Energi Bonding. Ketika suhu naik dari T 0 ke T5 jarak Temperature
meningkat. Untuk zat padat dengan energi palung potensial dalam (A), kenaikandari jarak lebih
kecil dibandingkan zat padat dengan energi potensial dangkal (B). Sehingga ekspansi termal yang
lebih kecil dan Temperature leleh yang lebih tinggi diharapkan untuk (A). Sebagai
tambahan,bahan dengan Temperature leleh yang tinggi umumnya mempunyai kekakuan yang
lebih besar.
2.4 DIFUSI
penyebaran tinta ke dalam air. Pada akhirnya tinta akan menyebar ke seluruh air.
Proses ini disebut difusi. Proses yang sama juga terjadi di dalam bahan padat tapi
pada tingkat yang jauh lebih lambat. Pemahaman proses difusi pada bahan solid
bergetar secara konstan di sekitar pusatnya. Pada suhu apapun di atas suhu nol
absolut (-273,15 ° C), atom-atom (atau molekul) dari zat padat memiliki
22
beberapa energi kinetik. Namun, atom dalam material tidak semuanya memiliki
tingkat energi yang sama. Sebaliknya, ada distribusi atom dengan energi tertentu
yang bervariasi dari yang sangat rendah hingga tinggi, dengan energi rata-rata
pada ekuilibrium. Jika energi tertentu atom melebihi energi ikatan, atom tersebut
Kedua, ada sejumlah atom yang hilang (disebut dengan istilah vacancy)
dalam zat padat yang terbentuk saat solidifikasi. Sebuah struktur nonkristalin
karena susunan jarak yang pendek, juga memberikan kontribusi beberapa ruang.
Kedua kondisi tersebut merupakan jalur dimana difusi dapat terjadi. Atom-atom
mengubah posisi pada fase murni, unsur padat tunggal terjadi dalam kondisi
ekuilibrium, proses ini dikenal sebagai self-diffusion. Dalam proses difusi apapun,
atom-atom atau molekul berdifusi dalam bentuk padat dalam upaya mencapai
keadaan ekuilibrium. Sama seperti tinta tersebar secara merata dalam air,
Difusi juga bisa terjadi di arah lain untuk menghasilkan konsentrasi atom
dalam suatu bahan padat, misalnya, jika gula dalam air menjadi jenuh, molekul
gula berdifusi satu sama lain dan gula mengkristal keluar dari larutan. Dengan
cara yang sama, alloy tembaga-perak dengan konsentrasi tembaga yang lebih
23
Tingkat difusi untuk suatu zat tertentu meningkat seiring dengan suhu,
lattice. Tingkat difusi akan berkurang seiring dengan bertambahnya ukuran atom
karakteristik unik dari unsur elemen dalam senyawa, kristal, atau alloy yang
sebagai jumlah suatu bahan yang berdifusi melewati unit area tertentu (misalnya,
1 cm2) melalui suatu ketebalan bahan (misalnya, 1 cm) pada satu unit waktu
(misalnya, 1 detik).4
Koefisien difusi elemen pada bentuk kristalin padat pada suhu kamar
sangatlah rendah. Namun pada suhu beberapa ratus derajat lebih tinggi, energi
ikatan antara atom berkurang, sehingga memungkinkan difusi atom yang cepat.
Untuk alasan yang sama, semakin rendah titik lebur suatu logam, semakin besar
koefisien difusinya. Difusi pada bahan nonkristal dapat terjadi pada tingkat yang
lebih cepat dan sering terjadi pada suhu kamar atau suhu tubuh. Struktur yang
tidak teratur memungkinkan molekul berdifusi lebih cepat dengan sedikit energi
aktivasi. Merkuri dan galium cair pada suhu kamar karena titik lebur mereka pada
suhu -38,36 ° C (-7,05 ° F) dan 29,78 ° C (85,60 ° F). Bila logam cair dicampur
dengan paduan logam yang sesuai, atom-atom dalam alloy akan menyatu dan
berdifusi dengan cepat di dalam logam cair pada suhu intraoral. Hasilnya adalah
senyawa logam padat baru. Proses ini telah digunakan dalam bidang kedokteran
24
2.5 ADHESI DAN BONDING
Sejauh ini, kita telah menjelajahi daya tarik antara atom dan molekul.
antara dua benda padat yang non-magnetisasi, kita perhatikan bahwa dua padatan
dapat saling berikatan satu sama lain, ada atau tanpa bantuan zat lain. Sebagai
contoh, gigi tiruan buatan tetap melekat pada jaringan lunak ketika air liur hadir,
plak atau kalkulus melekat pada struktur gigi, dan transmucosal abutment melekat
pada akar implan dengan sekrup. Dua contoh pertama melibatkan ikatan pada
skala molekuler dan contoh yang terakhir ikatan pertama dicapai dengan cara
25
2.5.2 Pengaruh Difusi pada Energi Permukaan
Kita tahu bahwa zat padat atau cair terdiri dari sejumlah atom atau molekul yang
terikat oleh ikatan primer dan/atau sekunder. Ini berarti bahwa permukaannya
dihuni oleh atom atau molekul yang siap untuk menarik atom atau molekul lain
yang mendekati permukaan tersebut. Ikatan sekunder terbentuk antara molekul air
dan permukaan kaca yang membuat setetes air menyebar pada permukaan kaca
bersih dan menjaganya agar tidak mengalir saat permukaan kaca dimiringkan.
lattice, semua atom saling tarik menarik satu sama lain. Jarak interatomik dari
atom "A" memiliki sederetan tetangga yang seimbang di sekitarnya dengan energi
yang minimal. Pada permukaan lattice, atom "B" sama sekali tidak tertarik ke
segala arah dan memiliki energi lebih besar. Energi ini mengkuantifasi pekerjaan
Adanya gugus kimia fungsional atau sejenis kristal pada ruang lattice di
Energi pada permukaan per satuan luas disebut sebagai energi permukaan
(dalam mJ/m2) atau tegangan permukaan (dalam mN/m). Tetesan cairan yang
jatuh membentuk bulatan, memiliki area permukaan terkecil dari semua bentuk
permukaan yang murni -seperti gas teradsorpsi, oksida, atau sekresi manusia-
26
dapat menyebabkan penurunan kualitas energi permukaan dan kualitas bahan
27
2.5.3 Wetting dan Sudut Kontak Wetting
suatu permukaan padat. Sudut kontak (Ө) dibentuk oleh permukaan cairan dan
interface yang memisahkan cairan dan zat padat digunakan untuk mengukur
derajat pembasahan.3
padat yang diindikasikan dengan meluasnya suatu tetesan. Wettability suatu bahan
padat oleh cairan penting dalam bidang kedokteran gigi contohnya pembasahan
enamel gigi pada pit and fissure sealant, wetting wax pattern dengan bahan
pendam dental.3
Gambar 16. Wetting. Sudut kontak rendah menunjukkan pembasahan yang baik (kiri); sudut
28
Sudut kontak 0 derajat menunjukkan pembasahan komplit dan angka yang
mengindikasikan tarikan yang kuat antara molekul permukaan cair dan padat.
Good wetting penting dalam penyolderan dan suatu faktor retensi untuk gigi
tiruan. Penampilan lebih natural dicapai jika material restorasi dibasahi oleh suatu
lapisan film tipis atau saliva. Substansi hidrophobik adalah material yang
29
Gambar 18. Hubungan Antara Energi Permukaan
dinilai dari Sudut Kontak atau dikenali sebagai Persamaan Young. Persamaan
Young adalah dasar dari uraian kuantitatif fenomena wetting. Jika satu tetes liquid
diatas permukaan secara sempurna (sudut kontak Q = 0o) atau (2) terbentuk sudut
kontak tertentu, pada kasus ini terbentuk garis kontak 3 fase disebut juga wetting
line. Pada garis kontak ini, ada 3 fase yang saling berkontak, solid, liquid dan uap.
gL dan gSL. Jika tegangan interface permukaan solid lebih tinggi dari interface
solid-liquid (gS > gSL) sisi kanan persamaan Young positif. Sehingga cos Q
haruslah positif dan sudut kontak kecil dari 90 o, liquid membasahi solid secara
permukaan solid ((gS < gSL) sudut kontak akan melebihi 90o karena cos Q akan
bernilai negatif.4
30
Line Tension juga mempengaruhi sifat wettability bahan bonding.
Spreading biasanya disertai perubahan panjang dari wetting line. Misalnya: jika
satu tetes dengan area kontak bundar spread, panjang garis kontak 3 fase
meningkat sebesar 2pa da. Seperti halnya pembentukan luas permukaan baru,
pembentukan wetting line baru juga membutuhkan energi. Energi per unit panjang
dari hidroksiapatit (tsekitar 96%), air (sekitar 4%), dan kolagen (sekitar 1%).
menaikkan energinya.
oleh resin hidrofobik, untuk menembus pori-pori email yang akan menyediakan
oleh air liur atau air, atau pembilasan etsa yang tidak sempurna berdampak buruk
pada stabilitas ikatan jangka panjang. Teknik etsa asam menghasilkan kekuatan
ikat, dalam uji laboratorium, sekitar 20 - 22 MPa, hasil ini di atas rata-rata
31
Etsa asam di email adalah prosedur klinis yang sudah diterima secara luas
dan telah meningkatkan masa pakai restorasi resin komposit, karena ada
Dentin manusia terdiri dari hidroksiapatit (45%), air (25%), dan matriks
organik (30%). Ikatan ke dentin secara rutin dicapai dengan pengetsaan dan difusi
32
Tahapan pengkondisian dan resin impregnasi diilustrasikan dalam gambar.
optimal sekitar 5 UM, dan membuka tubulus dentin. Pada tahap kedua, hidrofilik
Gambar 20. Dentin setelah di etsa oleh asam fosfat 20% selama 2 menit
33
BAB III
banyaknya pilihan sistem pasak yang digunakan untuk merestorasi gigi pasca
perawatan saluran akar yang lebih baik, aman dan bernilai estetik. Salah satu
sistem pasak yang umum digunakan saat ini adalah pasak fiber. Selain memiliki
modulus elastisitas yang menyerupai dentin, perkembangan pasak fiber saat ini
juga dapat memberikan estetik yang lebih baik. Di pasaran terdapat dua bentuk
pasak fiber, yaitu paralel dan tapered. Pasak fiber melekat secara pasif ke dalam
saluran akar dan mendapatkan retensi dari lutting cement. Material yang paling
Semen resin adalah jenis semen yang paling umum digunakan sebagai
sistem adesif dalam bidang kedokteran gigi karena memiliki sifat fisik dan kimia
yang baik, kelarutan rendah, mudah dimanipulasi dan sangat estetik. 8 Bahan dasar
semen resin adalah resin bisphenol-a-glycidyl methacrylate (Bis-GMA) dan
metakrilat lainnya yang dimodifikasi dari resin komposit. Berdasarkan tipe
curing, semen resin dibagi menjadi 3 jenis yaitu light cured, self-cured (chemical
cured) dan dual cured.7,8 Semen resin light cured memungkinkan klinisi
mempunyai waktu kerja yang cukup sebelum disinar dengan unit light curing
namun sulit untuk mencapai daerah yang jauh dari sumber sinar. Semen self cured
mempunyai waktu kerja terbatas dan tekniknya cukup sensitif. Semen ini
mengandung tertiary amine benzoyl peroxide yang menginisiasi polimerisasi.
Semen resin dual-cured bisa terpolimerisasi dengan ataupun tanpa sumber sinar,
jenis semen ini bisa mencapai polimerisasi adekuat pada area yang tidak bisa
dijangkau oleh sumber sinar, namun mekanisme polimerisasi sendiri dari semen
34
ini lebih lambat dan kurang efektif jika dibandingkan dengan memakai aktivasi
sinar. Semen ini mengandung benzoyl peroxide (self-cured initiator) dan
camphoroquinone (light-cured initiator). Kecepatan curing dengan light-cured 15
sampai 322 kali lebih cepat daripada semen resin dual-cured.
Faktor-faktor yang mempengaruhi polimerisasi semen resin adalah
ketebalan preparasi, translusensi, warna restorasi, jenis polimerisasi, opasitas
semen, ketebalan semen, ukuran partikel filler dan filler loading, jarak, intensitas
dan panjang gelombang sumber sinar. Performa klinis restorasi keramik
bergantung kepada sementasi yang adekuat terhadap struktur gigi dari semen
resin, polimerisasi semen resin dibawah restorasi keramik adalah faktor yang
paling penting untuk mendapatkan sifat fisik yang optimal. Polimerisasi inadekuat
semen resin bisa mengarah kepada sifat fisik yang buruk dan mempercepat
degradasi semen pada akhiran sehingga restorasi bisa lepas. Banyak penelitian
melaporkan jumlah sinar yang masuk dari alat light curing adalah faktor utama
dalam mencapai polimerisasi yang tinggi.8
Jumlah sinar yang ditransmisikan melalui restorasi keramik bergantung
kepada intensitas sinar unit light curing serta ketebalan, jenis dan translusensi
material keramik. Ketebalan dan opasitas dari keramik mempengaruhi
polimerisasi semen resin karena penetrasi sinar melalui restorasi keramik bisa
dikompromikan. Selama prosedur sementasi sumber sinar yang berbeda dan
bahan vinir mempengaruhi polimerisasi semen resin (luting agents). Polimerisasi
material ini bisa dicapai dengan sumber sinar berbeda yaitu quartz tungsten
halogen (QTH), light-emitting diodes (LED) dan xenon plasma arc (PAC).
Keuntungan QTH adalah harganya yang relatif murah namun kekurangannya
adalah suhunya yang tinggi saat penyinaran dan iradiasinya menurun seiring
berjalannya waktu karena penuaan filter dan bohlamnya. Unit LED mempunyai
waktu pakai yang lebih lama sekitar 10.000 jam dan kebanyakan wireless. PAC
curing unit memancarkan intensitas yang lebih tinggi dan dirancang untuk
menghemat waktu iradiasi.8
Lama penyinaran unit light-curing berbeda-beda tergantung panjang
gelombang alat. Panjang gelombang yang paling efisien untuk menginduksi
35
stimulasi camphorquinone dan pembentukan radikal bebas berada diantara 450-
490 nm, dengan puncak absorpsi maksimum pada 468 nm. Spektral output LED
umumnya berada dalam spektrum absorpsi camphorquinone 400-500 nm.
Perbandingan lama penyinaran antara 20 detik dan 40 detik dari alat QTH, LED
dan PAC menunjukkan angka hardness yang lebih tinggi pada unit LED dengan
waktu penyinaran 40 detik. Penggunaan alat LED lebih dianjurkan untuk
penyinaran semen resin dual-cured karena menghasilkan kedalaman cure yang
lebih besar dibandingkan QTH. LED lebih efektif dalam menghasilkan
fotopolimerisasi resin komposit dibandingkan QTH, namun untuk ketebalan
keramik 1,5 mm dan 2 mm tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari
kedalaman cure antara alat LED dengan lama penyinaran 20 detik dan QTH
dengan lama penyinaran 40 detik.7,8
Faktor yang mempengaruhi karakteristik semen resin adalah lamanya
waktu dan tipe alat light-curing. Intensitas alat LED yang tinggi memungkinkan
proses polimerisasi optimum pada semen resin light-cured. Alat LED dengan
dual-cured yang disinar selama 20 detik dengan 180 detik dengan alat LED
36
Gambar 21. Klasifikasi Semen Resin 3
Sementasi pasak fiber ke dalam saluran akar merupakan tahap yang paling
penting, kegagalan pada tahap ini dapat menyebabkan hilangnya retensi dan
terjadinya kebocoran. Pada saat sementasi harus didapatkan dentinal seal yang
baik untuk mencegah invasi bakteri, karies sekunder, kegagalan sementasi, dan
teknik yang digunakan pada restorasi indirek. Ikatan dengan dentin pada
dalam sementasi pasak fiber diperoleh melalui dua sistem adhesif total-etch
(etch and rinse) atau self-etch. Sistem adhesif total-etch memerlukan aplikasi
37
memerlukan aplikasi bahan larutan etsa dengan pembilasan dan pengeringan,
generasi ke-5. Penggunaan bonding agent generasi ke-5 ini terdiri dari
penggunaan bahan adhesif semen resin. Setelah preparasi saluran akar, pada
gigi akan terbentuk smear layer, bertindak sebagai diffusion barrier yang
dapat mengurangi permeabilitas dentin. Smear layer ini perlu dihilangkan agar
resin dapat berikatan dengan substrat dentin yang terletak di bawahnya secara
dentin dan email, oleh sebab itu sistem adhesif ini dikenal dengan teknik total
etch. Aplikasi larutan etsa pada teknik ini dapat mendemineralisasi matriks
tergantung tipe asam, waktu aplikasi, dan konsentrasi asam yang digunakan.
bonding agent yang membentuk hybrid layer dan resin tag. Setelah aplikasi
38
bonding agent, maka proses sementasi dengan semen resin dapat dilakukan.
ke-6. Bonding agent generasi ini memiliki dua komponen primer dan bonding
agent. Dalam material primer ini terdapat molekul phosphonated resin yang
memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu larutan etsa dan priming dentin dan
enamel. Mekanisme ikatan SEPs didapatkan dari larutan etsa dan priming
dentin serta enamel, kemudian terbentuk hybrid layer dan resin impregnated
dan infiltrasi resin yang didapatkan melalui aplikasi sistem adhesif self-etch
memiliki kelemahan. Hasil etsa yang didapatkan pada teknik self-etch tidak
sebaik teknik total-etch, sehingga ikatan yang didapatkan juga tidak sebaik
teknik total-etch.
39
Awalnya semen resin total-etch dan self-etch untuk sementasi pasak
prefabricated terbagi menjadi dua jenis, yaitu self-cured adhesive system dan
light cured adhesive system. Pada self-cured adhesive system, semen resin
yang didapatkan dari visible light cured unit. Dalam penggunaannya semen
resin dengan self-cured adhesive system lebih umum digunakan, karena pada
dengan akses yang terbatas seperti setengah dan sepertiga apikal saluran akar
diragukan.
dari self-cured adhesive system dan light cured adhesive system. Jenis semen
ini dikarenakan semen ini memiliki waktu polimerisasi yang lebih lama.
priming, bonding agent, dan semen resin hanya ke dalam satu komponen.
40
Penggunaan sistem adhesif self-adhesive tidak memerlukan perlakuan
pendahuluan tertentu pada struktur gigi dan proses aplikasi hanya dilakukan
dalam satu tahap. Beberapa produk sistem adhesif ini telah diperkenalkan
penelitian dan data klinis yang ada masih terbatas. Beberapa penelitian in vitro
1. Kebersihan.
Permukaan yang akan dipasang harus bebas dari serpih dan kontaminasi.
2. Penetrasi Permukaan.
Perekat cair (misalnya, sealant dan ikatan agen) harus menembus ke dalam
3. Reaksi kimia.
daerah perlekatan. Hal ini juga diyakini terjadi di permukaan porselen enamel
dan oksida timah, indium, dan besi atau alloy yang mengandung logam mulia.
41
Di sisi lain, senyawa yang lemah dapat membentuk reaksi kimia, sehingga
4. Penyusutan Adhesif.
Adhesif cair mengeras melalui proses seperti pada penguapan dan polimerisasi
bahan, dan hasil penyusutan. Adhesif kemudian dapat menarik diri dari
5. Perbedaan Suhu.
Jika perekat dan substrat memiliki koefisien ekspansi termal yang berbeda,
porselen terikat dengan alloy pada suhu tinggi dan kemudian didinginkan pada
suhu kamar. Pendekatan koefisien ekspansi termal dari enamel porselen dan
6. Lingkungan Korosif.
Adanya air atau cairan korosif atau uap akan sering menyebabkan kerusakan
ikatan perekat. Misalnya, resin akrilik awalnya akan mematuhi enamel gigi
dalam air.
42
TAMBAHAN MAKALAH
Adhesi adakah suatu proses interaksi zat padat atau cair dengan bahan lain
Adhesif joint adalah hasil interaksi lapisan bahan intermediate dengan dua
Dalam perawatan dengan restorasi, adhesi harus melibatkan bahan adhesive dan
adheren. Dua adheren tersebut yakni email atau dentin dan bahan restorasi. 6,7,8
Penyatuan yang baik antara bahan adhesive dengan adheren diperlukan 5 keadaan,
yaitu :
2) Pembasahan yang baik dari bahan adhesive membentuk sudut kontak yang
3) Adaptasi yang baik antara adhesive dan adheren tanpa adanya udara atau
4) Terbentuk ikatan fisik, mekanik, dan kimia antara adhesive dan adheren
43
4 Mekanisme adhesi resin bonding ke jaringan gigi :
2) Difusi yaitu monomer resin akan berikatan secara mekanis atau kimia
4) Kombinasi ketiganya
2) Viskositas adhesive
2) Tidak berubah dimensi, contact angle harus kecil, flow dan adaptasinya
baik.
44
6) Manipulasi aman dan mudah
Aplikasi bahan adhesif pada kedokteran gigi adalah pada bahan dental semen.
2) Sebagai bahan perekat untuk inlay, crown, band ortodontik, dan lain-lain.
4) Sebagai bahan tambalan temporer dan permanen untuk restorasi pada gigi
desidui
Beberapa sifat dan karakteristik yang perlu diperhatikan pada dental semen, yaitu:
45
2) Viskositas
beberapa semen.
3) Setting time
yang pas.
4) Strength
5) Solubilitas
Solubilitas dalam air dan cairan mulut adalah salah satu sifat dental semen
46
BAB IV
KESIMPULAN
Situasi klinis yang berbeda memerlukan bahan adhesif yang berbeda, tidak
ada bahan adhesif yang cocok untuk semua kasus. Oleh karena itu penting untuk
membedakan kegunaan semen adhesif yang ada saat ini berdasarkan sifat mekanis
dan ciri khasnya untuk mendapatkan bahan adhesif yang tepat untuk setiap
restorasi.
47
DAFTAR PUSTAKA
1. Sakaguchi RL, Powers JM. Craig’s Restorative Dental Materials. 13th Ed.
2. McCabe JF, Walls AWG. Applied Dental Materials. 9th Ed. Singapore:
3. O’Brien WJ. Dental Materials and Their Selection. 3rd Ed. Illinois:
5. Theodor Y. Kemampuan adhesi sistem total etch, self etch, dan self
6. Raja RF, Ratih DN, Agustiono P. Kekuatan geser pelekatan semen resin
dengan dan tanpa bahan bonding serta dengan dan tanpa penyinaran pada
restorasi inderek resin komposit. J Kedokt Gigi UGM 5 (2) :196-208. 2014.
48