Anda di halaman 1dari 17

EVALUASI INFLUENCE OF METAL VERSUS

TRANSPARENT MATRICES ON PROXIMAL CONTACT


TIGHTNESS OF CLASS II BULK-FILL COMPOSITE
RESTORATIONS

Disusun oleh :

Caesar AsrulRizki P.

10619024

PROGRAM STUDI S1 KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat- Nya sehingga makalah dengan judul “ PENGARUH MATRIKS
LOGAM VERSUS TRANSPARANTENTANG KEKEKATAN KONTAK
PROXIMAL DARI PENGISIAN MASSAL KELAS IIRESTORASI
KOMPOSIT ” ini
dapat tersusun hingga selesai.

Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi untuk
memenuhi Tugas Mata Kuliah Skill Lab Restorasi Fakultas Kedokteran Gigi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri serta untuk memperluas wawasan
dan pengetahuan kami untuk kedepannya.

Saya berharap semoga makalah ini berguna bagi para pembacanya. Ilmu
pengetahuan adalah hal yang sangat luas dan tak terbatas, kiranya makalah ini
dapat menambah pengetahuan serta dijadikan rujukan atau referensi bagi tiap
pembaca. Penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun untuk selanjutnya dapat membuat makalah atau bahan bacaan yang
lebih baik lagi.

Kediri, 15 Januari 2022

Penyusun

II
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

ABSTRAK.............................................................................................................v

BAB I

PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................................1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................2

A. Resin Komposit..........................................................................................2
B. Restorasi Kelas II.......................................................................................3

BAB III

BAHAN DAN METODE PENELITIAN..............................................................4

A. Bahan dan Metode Penelitian.....................................................................4


B. Preparasi Kavitas........................................................................................4
C. Prosedur Restorasi......................................................................................4
D. Analisis Statik.............................................................................................5
III
E. Hasil............................................................................................................6
BAB IV

PEMBAHASAN...................................................................................................7

BAB V

PENUTUP............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

IV
ABSTRAK

Penelitian ini menyelidiki pengaruh sistem matriks logam versus transparan


terhadap keketatan kontak proksimal (PCT) restorasi resin komposit bulk-fill
kelas II. 80 Gigi gading dengan preparasi kavitas standar MO secara acak dibagi
menjadi 4 kelompok sama besar (n=20). Grup 1; matriks logam penampang,
grup2; matriks logam melingkar pra-kontur dalam retainer Tofflemire, group3;
matriks logam konvensional dalam retainer Tofflemire, dan grup4; Pita matriks
berkontur transparan Blue Cure-Thru. Semua matriks digabungkan dengan cincin
pemisah dan diamankan dengan irisan kayu. Preparasi kavitas direstorasi dengan
resin komposit isi curah; SonicFill 2 dengan sistem ikatan yang sesuai mengikuti
instruksi pabrik. Material komposit yang di-curing selama 20-an menggunakan
unit light curing Elipar S10. Gigi direstorasi dalam situasi yang relevan secara
klinis menggunakan kepala manikin KaVo. Setelah matriks dan wedge removal,
keketatan kontak proksimal diukur menggunakan Tooth Pressure Meter. Rerata
dihitung dan data dianalisis secara statistik menggunakan ANOVA dan uji Tukey
(p<.05).

Kata kunci: Komposit Bulk-fill, Keketatan Kontak Proksimal, Matriks Gigi,Gigi


Tekanan Pengukur.

V
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Mendapatkan kontak proksimal yang ideal untuk restorasi komposit posterior


adalah salah satu tantangan yang harus dihadapi seorang klinisi. Hal ini karena
fakta bahwa komposit adalah non-condensable dan memiliki penyusutan
polimerisasi sebagai sifat yang melekat yang menyebabkan penurunan adaptasi
pada area kontak dan tekanan kontak ke gigi yang berdekatan. Kegagalan untuk
mendapatkan kontak yang ideal biasanya mengakibatkan impaksi makanan, lesi
karies, komplikasi periodontal dan migrasi gigi
Baru-baru ini, reproduksi titik kontak yang tepat untuk restorasi komposit
proksimal telah dikembangkan menggunakan sistem matriks yang berbeda. Ini
termasuk matriks pra-kontur, sistem matriks melingkar dengan pita logam atau
plastik transparan dan sistem matriks penampang Teknik tambahan komposit
posterior meningkatkan polimerisasi lengkap karena penetrasi cahaya material dan
selanjutnya mengurangi tegangan susut polimerisasi secara keseluruhan. teknik
ini memiliki kelemahan yaitu memakan waktu, oleh karena itu pabrikan baru-baru
ini meluncurkan berbagai material komposit posterior yang dapat diterapkan
secara bertahap hingga 4-5mm yang dikenal sebagai "komposit isi massal"
untuk mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk restorasi dan
menyederhanakan prosedur restoratif terutama pada restorasi posterior besar.
Penempatan komposit isian curah yang lebih besar ini memungkinkan
peningkatan ketebalan yang homogen dan dengan demikian mengurangi
sensitivitas teknik

B. Rumusan Masalah

Apakah Matriks transparan tidak dapat direkomendasikan untukposterior


pengisian massal komposit restorasidaripada matriks logam.

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki pengaruh sistem matriks
logam versus transparan terhadap keketatan kontak proksimal (PCT) restorasi
resin komposit bulk-fill kelas II. 

1
BAB II

TUNJAUAN PUSTAKA

A. Resin Komposit

Resin komposit konvensional umumnya terdiri dari 75%-80% dari berat


bahan pengisi anorganiknya. Ukuran rata-rata partikel dari resin komposit
konvensional ini pad tahun 1980 kira kira 8 μm. Karena partikel pengisinya
relatif besar dan keras sekali, rein komposit konvensional memperlihatkan
tekstur permukaan yang kasar, sehingga sesuai dengan gigi posterior.
Sayangnya ,tipe permukaan yang kasar tersebut menyebakan restorasi lebih
mudah mengalami perubahan warna akibat adanya ekstrinsik stain.

Resin komposit adalah bahan restorasi yang banyak digunakan di


kedokteran gigi modern (Moon dkk, 2015). Bahan tersebut digunakan untuk
merestorasi karies, abrasi enamel dan juga untuk estetika karena memiliki
kesesuaian yang baik dengan gigi (Aliping dkk, 2004). Resin komposit
memiliki sifat mekanik salah satunya adalah kekerasan permukaan.
Kekerasan permukaan merupakan suatu alat ukur bahan restorasi yang
digunakan untuk mengetahui daya tahan terhadap keausan, karena dapat
mempengaruhi terhadap gesekan mekanik saat mengunyah makanan dan
menyikat gigi (Wongkhantee dkk, 2005). Faktor yang mempengaruhi
kekerasan permukaan resin komposit antara lain sifat fisik dan sifat kimiawi
(Powers dan Wataha, 2008).

Sifat fisik resin komposit yang mempengaruhi kekerasan resin komposit


adalah kelarutan dan penyerapan air, sedangkan sifat kimiawi adalah
polimerisasi bahan, ketebalan resin komposit, jarak penyinaran, dan lama
penyinaran (Wongkhantee dkk, 2005; Han dkk, 2008). Adapun faktor lain
yaitu makanan atau minuman yang dikonsumsi (Powers dan Wataha, 2008).
Sifat fisik resin komposit seperti penyerapan air dimulai apabila makanan
atau minuman berkontak secara langsung dan merendam gigi. Apabila
makanan
2
atau minuman yang dikonsumsi mengandung asam maka resin komposit dapat
mengalami degradasi matriks sehingga mengalami penurunan kekerasan
permukaan (Sitanggang dkk, 2015).

B. Restorasi Kelas II

Karies adalah penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan oleh interaksi

mikroorganisme dan karbohidrat yang ditandai dengan demineralisasi jaringan


keras gigi, yang kemudian diikuti dengan kerusakan pada bahan organik. Hal ini
mengakibatkan terjadinya invasi bakteri dan penyebaran infeksi ke jaringan
periapikal, yang dapat menyebabkan rasa sakit. Namun, mengingat kemungkinan
remineralisasi terjadi, pada tahap yang sangat awal, karies dapat dihentikan.
Empat faktor utama yang menyebabkan gigi karies adalah host, agen
(mikroflora), dan substrat. Terjadinya karies gigi disebabkan oleh sinergi tiga
faktor tersebut dan didukung oleh faktor keempat yaitu waktu.

Karies gigi kelas II merupakan kavitas pada gigi posterior di permukaan


proksimal (mesial dan distal). Lesi biasanya di bawah titik kontak yang sulit
untuk dibersihkan. Karies kelas II dapat diklasifikasikan sebagai MO (mesio-
oklusal), DO (disto-oklusal) dan MOD(mesio-oklusal-distal).

3
BAB III

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

A. Bahan dan Metode Penelitian

Sebanyak 80 geraham pertama kiri bawah gading (Kilgore International,


Coldwater, MI, USA) digunakan dalam penelitian ini. Persiapan rongga MO standar
disiapkan dengan dimensi berikut; 2,5 x 3,0 x 4,0 mm untuk oklusopulpal, mesiodistal,
dan buccolingual masing-masing di bagian oklusal, sedangkan dimensi untuk bagian
proksimal masing-masing adalah 4,0 x 2,0 x 5,0 mm oklusogingival, mesiodistal dan
buccolingual.

B. Preparasi kavitas

Setelah preparasi kavitas, gigi dibagi secara merata dan acak menjadi empat
kelompok yang sama (masing-masing 20 spesimen) sesuai dengan jenis sistem matriks
yang digunakan (Tabel 1). Cincin pemisah (Composi-tight, Garrison Dental Solutions,
USA) digunakan dengan semua matriks. Irisan kayu (Premier Dental Products, USA)
digunakan untuk mengamankan matriks yang berbeda dan pemasangan pita matriks
pada margin gingiva dari kotak proksimal setiap spesimen diperiksa menggunakan
explorer. Preparasi kavitas direstorasi dengan resin komposit bulk-fill; SonicFill 2
(Kerr Corporation) menggunakan sistem ikatan yang sesuai dengan mengikuti instruksi
pabrik. Material komposit diaplikasikan dalam jumlah besar (4mm) dan di-curing dari
arah oklusal pada jarak nol selama 20 detik menggunakan unit light curing Elipar S10
(3M/ESPE, USA) (intensitas cahaya 1200 mW/cm²). Intensitas cahaya dikalibrasi
setiap lima sesi pengawetan menggunakan radiometer (Demetron, Kerr, USA). Tidak
ada finishing atau penyesuaian yang dilakukan untuk restorasi untuk menghindari
perubahan permukaan proksimal. Sebuah model cebol (Kavo Gigi, Jerman)

C. Prosedur Restorasi

prosedur restoratif untuk mensimulasikan kondisi klinis. Setelah


pemindahan matriks dan baji, model manikin dikeluarkan dari manikin
kepalasetelah prosedur restoratif dan diganti dalam pengaturan yang dibuat
khusus untuk menstandarkanproksimal pengukuran kontak

4
( Gambar 1).kontak proksimal Keketatandiukur dengan Tooth Pressure Meter (TPM); perangkat yang
ditemukan di Universitas Teknologi Delft di Belanda dan sebelumnya digunakan dalam penelitian lain.

Sebuahlogam strip(tebal 0,05 mm) digunakan pada perangkat ini dan


dimasukkan secara oklusal pada area interdental untuk mengukur kekencangan
kontak proksimal saat strip dilepas secara oklusal sebagai gaya gesekan
maksimum (N). Sebuah protokol khusus diterapkan untuk mengurangi variasi
dalam pengukuran kontak proksimal karena reposisi gigi pada model manikin.
Tiga pembacaan berurutan diambil untuk mengukur situs dan kemudian nilai
rata-rata dicatat. Suatu pengukuran dianggap gagal ketika hasilnya melampaui
kisaran (preset) paling ekstrim 0,5 N antara tiga pembacaan. Program yang
dibuat khusus di Excel (MS Office 2007 untuk Windows) digunakan untuk
mengumpulkan data dan mengembangkan diagram yang menghubungkan gaya
dengan detik.

D. Analisis Statistik

Analisis statistik dilakukan dengan SPSS (SPSS 16, Inc, Chicago, IL, USA)
menggunakan ANOVA satu arah diikuti dengan uji post hoc Tukey untuk
menentukan perbedaan dalam keketatan kontak proksimal antar kelompok. Tingkat
signifikansi ditetapkan pada P<0,05. 

5
E. Hasil

Sistem matriks  Rata-rata ± SD  P 

Matriks logamMatriks logam  penampang 7,62 ± 0,52  a


(Gp1)melingkar (Tofflemire)

pra-kontur (Gp2) 4,01 ± 0,74  b

Matriks logam konvensional (Gp3)Pita 4,13 ± 0,4  b

matriks berkontur Blue Cure-Thru transparan  2,74 ± 0,37  c


(Gp4)

Tabel (2) menunjukkan mean dan standar deviasi (SD) dari nilai PCT yang
dicatat untuk empat kelompok eksperimen sebagai berikut; 7,62 (0,52), 4,01 (0,74),
4,13 (0,4) dan 2,74 (0,37) untuk kelompok 1, 2, 3 dan 4. Patut disebutkan bahwa nilai
PCT yang tercatat untuk gp1 menunjukkan pengukuran tertinggi di antara semua
kelompok lainnya, sedangkan nilai pengukuran terendah dicatat oleh gp4. Nilai PCT
untuk gp2 dan gp3 sebanding. (Gambar 2)  
Ada perbedaan yang signifikan secara statistik (p<0,05) di antara semua
kelompok kecuali antara gp2 dan gp3.

6
BAB IV

PEMBAHASAN

pengaruh sistem matriks logam versus transparan yang berbeda pada PCT
restorasi komposit isi banyak diselidiki. Desain preparasi kavitas saat ini dengan
pengukuran proksimal lebar menciptakan tantangan yang meningkat bagi klinisi
dan teknik restoratif serta dalam mendapatkan PCT yang tepat. Dalam
penelitian ini, pengaturan in-vitro yang digunakan sesuai dengan beberapa
penelitian dan terbukti mendapatkan hasil yang relevan secara klinis.

Penggunaan cincin separasi ini karena dibuktikan oleh banyak studi klinis
dan in-vitro bahwa separasi interdental reversibel adalah kunci dalam
mereproduksi PCT yang tepat dari restorasi komposit resin kelas II, mereka
menjelaskan hal ini karena cincin separasi menciptakan vektor gaya separasi
reversibel pada kontak proksimal, yang tetap stabil saat cincin aktif dan kambuh
saat cincin dilepas Komposit

Produsen mengklaim bahwa komposit pengisi massal dapat disembuhkan


hingga 4-5mm dengan penurunan tegangan susut polimerisasi dan peningkatan
translusensi dengan mengurangi hamburan cahaya pada antarmuka pengisi-
matriks. Tiga kategori yang berbeda untuk komposit bulk-fill hadir sesuai
dengan viskositas yang berbeda; viskositas rendah (mengalir), komposit resin
curah bervariasi kental dan sangat kental. SonicFill 2 adalah resin komposit isi
massal baru dengan sistem pengiriman khusus (handpiece khusus yang
menghasilkan energi sonik) yang digunakan untuk melakukan pengisian
preparasi rongga secara massal hingga 5mm dengan menurunkan viskositas
(viskositas variabel) . Menurut pabrikan, energi dari instrumen SonicFill 2
mengurangi viskositas komposit (untuk sementara mengurangi viskositas
sebesar 87%) dengan cara yang memudahkan penyedia untuk menyuntikkan ke
dalam preparasi gigi dan beradaptasi dengan permukaan gigi. Rata-rata waktu
aplikasi material komposit dengan sistem SonicFill 2 adalah 39 detik
berbanding 3:34 menit dengan komposit konvensional

Penelitian ini mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan


(p<0,05) antara sistem matriks logam melingkar pra berkontur dan konvensional dan
ini dapat dijelaskan karena kedua sistem digunakan bersama-sama dengan cincin
pemisah dalam penelitian ini sehingga dapat menghilangkan perbedaan yang mungkin
ada karena efek pra-kontur. Ini bertentangan dengan penelitian lain yang menemukan
bahwa pita matriks pra-kontur memiliki kontak proksimal yang lebih erat daripada pita
matriks datar

matriks transparan mengungkapkan nilai PCT terendah yang berbeda secara


signifikan (p<0,05) dari semua kelompok lain; ini mungkin karena fakta bahwa
ketebalan jenis matriks transparan yang digunakan meningkat (tebal 0,075 mm)
dibandingkan dengan kelompok lain. Hal ini sesuai dengan Müllejans et al pada tahun

7
2003, yang menjelaskan hal ini karena matriks logam lebih unggul karena dapat lebih
baik beradaptasi dan diterapkan dengan kuat ke permukaan gigi lebih jauh dari sudut
pandang anatomi; matriks logam memegang kontur proksimal lebih baik daripada
rekan transparannya. Studi lain menemukan bahwa setelah 1 tahun pelayanan klinis,
[25]

matriks. Ini bertentangan dengan penelitian lain yang menemukan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara logam dan matriks transparan. Kekencangan kontak
proksimal digunakan untuk dievaluasi secara klinis dengan memasukkan benang gigi
secara interdental dan mencatat keketatan kontak proksimal sebagai 'memuaskan',
'dapat diterima' atau 'tidak dapat diterima'. Teknik ini dianggap tidak dapat diandalkan
untuk pengukuran perubahan kecil dalam keketatan kontak dan sering dianggap lebih
subjektif. Oleh karena itu, perangkat TPM digunakan dalam penelitian ini. Itu
ditemukan di Universitas Teknologi Delft di Belanda sesuai dengan prinsip yang
dijelaskan oleh Dörfer et al. Perangkat ini dianggap sebagai metode yang lebih andal
untuk mengevaluasi PCT dan telah diterapkan di banyak laboratorium dan studi klinis
untukobjektif mengukur perubahan kecil secara

8
BAB V
PENUTUP

Dengan keterbatasan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa Penulis


menyatakan bahwa dia tidak memiliki konflik kepentingan. 

Namun, keberhasilan klinis hanya ditemukan setelah penggunaan jangka


panjang, sehingga studi klinis diperlukan untuk menilai keberhasilan dan umur
panjang resin pengisi massal.

9
DAFTAR PUSTAKA

Demarco FF, Pereira-Cenci T, de Almeida André D, de Sousa Barbosa RP, Piva E,


Cenci MS. Efek matriks logam atau translucent untuk restorasi komposit Kelas II: Temuan
tindak lanjut klinis 4 tahun. Investigasi Oral Klinis 2011;15(1):39–47.

Owens BM, Phebus JG. Tinjauan berbasis bukti dari sistem matriks gigi. Kedokteran
Gigi Umum 2016;

Kampouropoulos D, Paximada C, Loukidis M, Kakaboura A. Pengaruh tipe matriks


pada kontak proksimal pada restorasi komposit resin Kelas II. Kedokteran Gigi Operatif
2010;35(4):454–62.

Naz F, Shirazi UER, Khan SR, Tariq U. Pilihan Sistem Matriks untuk Komposit
Posterior Langsung oleh Dokter Gigi di Lahore. Pakistan Oral & Dental Journal 2013;33(1).

El-Shamy H, Saber M, Dӧrfer C, El-Badrawy W, Loomans B. Pengaruh Penyusutan


Volumetrik dan Intensitas Cahaya Curing terhadap Keketatan Kontak Proksimal Restorasi
Komposit Resin Kelas II: Studi In Vitro. Kedokteran Gigi Operatif 2012;37(2):205–10.

Wirsching E, Loomans BA, Klaiber B, Dӧrfer CE. Pengaruh sistem matriks pada
keketatan kontak proksimal restorasi komposit posterior 2 dan 3 permukaan<i> in vivo</i>.
Jurnal Kedokteran Gigi 2011;39(5):386–90.

Saber M, Loomans A, Zohairy AE, Dӧrfer C, El-Badrawy W. Evaluasi keketatan


kontak proksimal restorasi komposit resin Kelas II. Kedokteran Gigi Operatif 2010;35(1):37–
43.

Chuang SF, Su KC, Wang CH, Chang CH. Analisis morfologis kontak proksimal
pada restorasi langsung kelas II dengan rekonstruksi citra 3D. Jurnal Kedokteran Gigi
2011;39(6):448–56.

Chesterman J, Jowett A, Gallacher A, Nixon P. Massal-fill resin komposit bahan


restorasi berbasis: review. British Dental Journal 2017;222(5):337–44.

Yasa B, Kucukyilmaz E, Yasa E, Ertas ET. Studi banding radiopasitas restoratif bulk-
fill berbasis resin dan glass ionomer menggunakan radiografi digital. Jurnal Ilmu Lisan
2015;57(2):79–85.

10
Dionysopoulos D, Tolidis K, Gerasimou P. Pengaruh Komposisi, Temperatur dan
Curing Pasca Iradiasi

Agarwal RS, Hiremath H, AgarwalJ, GargA. Evaluasi adaptasi marginal dan internal
serviks menggunakan komposit pengisi massal yang lebih baru: Sebuah studi in vitro. Jurnal
Kedokteran Gigi Konservatif 2015;18(1):56.

Loomans B, Opdam N, Roeters J, Bronkhorst EM, Plasschaert A. Pengaruh


konsistensi resin komposit dan teknik penempatan pada keketatan kontak proksimal restorasi
Kelas II. Jurnal Kedokteran Gigi Perekat 2006;8(5):305.

Loomans B, Opdam N, Roeters F, Bronkhorst E, Burgersdijk R, Dӧrfer C. Uji klinis


acak pada kontak proksimal komposit posterior. Jurnal Kedokteran Gigi 2006;34(4):292–7.

Loomans B, Opdam N, Roeters F, Bronkhorst E, Burgersdijk R. Perbandingan kontak


proksimal restorasi komposit resin Kelas II in vitro. Kedokteran Gigi Operatif
2006;31(6):688–93.

Sabre M, El-Badrawy W, Loomans B, Ahmed D, Dӧrfer C, El Zohairy A. Membuat


kontak proksimal yang rapat untuk restorasi komposit resin MOD. Kedokteran Gigi Operatif
2011;36(3):304–10.

Loomans BAC, Opdam NJM, Roeters FJM, Bronkhorst EM, Plasschaert AJM. Efek
jangka panjang dari restorasi resin komposit pada keketatan kontak proksimal. Jurnal
Kedokteran Gigi 2007;35(2):104–8.

Loomans B, Opdam N, Roeters E, Bronkhorst F, Dӧrfer C. Sebuah studi klinis


tentang teknik pemisahan interdental. Kedokteran Gigi Operatif 2007;32(3):207–11.

Benetti A, Havndrup-Pedersen C, Honoré D, Pedersen M, Pallesen U. Komposit resin


pengisian massal: kontraksi polimerisasi, kedalaman penyembuhan, dan pembentukan celah.
Kedokteran Gigi Operatif 2015;40(2):190–200.

Hirata R, Caceres E, Pacheco R, Janal M, Romero M, Rueggeberg F, dkk.


Pembentukan rongga internal pada komposit gigi menggunakan perangkat ultra-sonik. Bahan
Gigi 2015;31:e6.

Abourezq IA. Rongga padaSonic FillTM restorasidibandingkan dengan restorasi


komposit inkremental tradisional. Universitas Kuil; 2014.

Demarco FF, Cenci MS, Lima FG, Donassollo TA, André D de A, Leida FL.
Restorasi komposit kelas II dengan matriks metalik dan tembus cahaya: temuan tindak lanjut
2 tahun. Jurnal Kedokteran Gigi 2007;35(3):231–7.

Loomans B, Roeters F, Opdam N, Kuijs R. Pengaruh kontur proksimal pada fraktur


ridge marginal restorasi resin komposit Kelas II. Jurnal Kedokteran Gigi 2008;36(10):828–
32.

11
Mullejans R, Badawi M, Raab W, Lang H. Perbandingan in vitro matriks logam dan
transparan yang digunakan untuk restorasi komposit resin kelas II berikat. Kedokteran Gigi
Operatif 2003;28(2):122–6.

Sistem Matriks Boksman L. dan resin komposit Kelas II. Jurnal Kesehatan Mulut 2010;

Cenci MS, Demarco FF, Pereira CL, Lund RG, lainnya. Perbandingan matriks metalik
dan translucent selama satu tahun pada restorasi resin komposit Kelas II. American Journal of
Dentistry 2007;20(1):41–5.

Abrams H, Kopczyk RA. Sekuel gingiva dari sisa benang gigi. Jurnal Asosiasi Gigi
Amerika (1939) 1983;106(1):57–8.

Ryge G. Kriteria klinis. Jurnal Gigi Internasional 1980;30(4):347–58.

Teich ST, Joseph J, Sartori N, Heima M, Duarte S. Pemilihan Benang Gigi dan
Dampaknya pada Evaluasi Kontak Interproksimal dalam Ujian Lisensi. Jurnal Pendidikan
Gigi 2014;78(6):921–6.

Dӧrfer CE, Wündrich D, Jӧrg Staehle H, Pioch T. Kapasitas luncur benang gigi yang
berbeda. Jurnal Periodontologi 2001;72(5):672–8.

Dӧrfer CE, Von Bethlenfalvy ER, Staehle HJ, Pioch T. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kekuatan kontak gigi proksimal. Jurnal Ilmu Lisan Eropa 2000;108(5):368–77.

12

Anda mungkin juga menyukai