Anda di halaman 1dari 38

PERTIMBANGAN UMUM, TEKNIK

KLINIS TUMPATAN RESIN


KOMPOSIT DIREK KELAS I-II
Disusun Oleh :

Kelompok 1

Martin Sean 201811081


Maya Zahara Santika 201811082
Moza Kirana 201811086
Muhammad Millien Tadanaf 201811088
Muhammad Reza Fajriana 201811093
Nabhan Arafi 201811094
Nadianisa Luthfiani 201811099
Nanda Permatasari 201811100
Kelas D
Blok Kelainan Jaringan Keras Gigi Dan Jaringan Pulpa 1
Fasilitator: Grace Syavira, drg, SpKG

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas limpahan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Blok
Kelainan Jaringan Keras Gigi Dan Jaringan Pulpa 1 yang berjudul “Pertimbangan
Umum, Teknik Klinis Tumpatan Resin Komposit Direk Kelas I-II” dengan tepat
waktu tanpa halangan apapun. Diharapkan makalah ini dapat memberikan
wawasan dan informasi kepada pembaca tentang tumpatan resin komposit kelas I
& II.

Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
yang disebabkan karena terbatasnya kemampuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan partisipasi dalam penyempurnaannya dengan
memberikan kritik dan saran agar makalah ini dapat lebih terkonsep dengan baik.

Kami sangat mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua


pihak. Kritik & saran anda sangat kami harapkan dalam penyempurnaan makalah
ini.

Jakarta, 05 April 2020

Hormat kami,

(penulis)
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PEGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................... 1

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pertimbangan Umum Tumpatan Komposit........................................... 2
2.2 Prosedur dan Teknik Klinis Tumpatan Resin Komposit Direk Kelas I. 5
2.3 Prosedur dan Teknik Klinis Tumpatan Resin Komposit Direk Kelas II 19

BAB 3 KESIMPULAN........................................................................................ 34

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 35
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penggunaan resin komposit sebagai bahan untuk restorasi gigi terus
meningkat. Pasien tertarik pada restorasi yang sesuai dengan warna gigi alami.
Resin komposit memenuhi kriteria ini dan telah menjadi bahan restoratif estetik
yang paling sering digunakan dalam kedokteran gigi. Selain itu, resin komposit
menghindari keprihatinan atas penggunaan bahan yang mengandung merkuri,
merupakan bahan yang nonkonduktif termal, dan ikatan struktur gigi dengan
penggunaan bahan adhesif. Ada juga masalah yang terkait dengan penggunaan
resin komposit dalam restorasi, seperti penyusutan yang terjadi pada setting;
sensitivitas pasca operasi dan restorasi fraktur. Meminimalkan aspek negatif ini
memerlukan teknik operasi teliti.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja pertimbangan umum untuk tumpatan komposit?
2. Bagaimana prosedur dan teknik klinis tumpatan resin komposit direk kelas
I?
3. Bagaimana prosedur dan teknik klinis tumpatan resin komposit direk kelas
II?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan pertimbangan umum untuk tumpatan komposit.
2. Menjelaskan prosedur dan teknik klinis tumpatan resin komposit direk kelas
I.
3. Menjelaskan prosedur dan teknik klinis tumpatan resin komposit direk kelas
II.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pertimbangan Umum Tumpatan Komposit


Dental resin‐based composites (RBC), juga disebut resin komposit, terdiri
dari matriks resin yang dapat mengeras melalui konversi monomer menjadi
polimer ditambah partikel filler, biasanya silika berbasis kaca, dengan ukuran
yang berbeda, umumnya dalam urutan beberapa mikron. Setelah pengerasan,
matriks resin menjadi terikat baik secara langsung atau tidak langsung ke partikel
filler. Dalam penggunaan saat ini, bahan juga dapat beikatan mikro-mekanik
untuk enamel dan dentin.1

Resin komposit yang digunakan sebagai bahan direct restoratif, disediakan


dalam bentuk pasta yang merupakan kombinasi monomer resin
dimethacrylacrylate‐based atau oligomer dan partikel filler. Resin yang sudah
polymerized, menyediakan jaringan polimer cross-linked yang kuat dan kelarutan
rendah. Cross-linking dari molekul menyebabkan bahan untuk transisi dari fluida
ke padat, dan dicapai dengan penambahan radikal bebas pada polimerisasi.
Selama polimerisasi ini, penyusutan massa terjadi. Volume penyusutan
polimerisasi sebagian besar diabaikan oleh partikel pengisi. Semakin tinggi berat
molekul dari monomer dimethacrylate, semakin rendah perubahan volume terjadi
selama polimerisasi.1

Penggunaan resin komposit sebagai bahan untuk restorasi gigi terus


meningkat. Pasien tertarik pada restorasi yang sesuai dengan warna gigi alami.
Resin komposit memenuhi kriteria ini dan telah menjadi bahan restoratif estetik
yang paling sering digunakan dalam kedokteran gigi. Selain itu, resin komposit
menghindari keprihatinan atas penggunaan bahan yang mengandung merkuri,
merupakan bahan yang nonkonduktif termal, dan ikatan struktur gigi dengan
penggunaan bahan adhesif. Ada juga masalah yang terkait dengan penggunaan
resin komposit dalam restorasi, seperti penyusutan yang terjadi pada setting;
sensitivitas pasca operasi dan restorasi fraktur. Meminimalkan aspek negatif ini
memerlukan teknik operasi teliti.2

Restorasi komposit yang berhasil memerlukan perhatian yang cermat


terhadap teknik, sehingga dapat memperoleh manfaat maksimal dari material.
Dalam memilih bahan direct restoratif, dokter gigi biasanya memilih antara
komposit dan amalgam.3

2.1.1 Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi untuk direct komposit adalah sebagai berikut: 3

1. Restorasi kelas I, II, III, IV, V, dan VI.


2. Foundations dan core buildups.
3. Sealants dan preventif resin restorasi (konservatif komposit restorasi)
4. Penyempurnaan estetika:
 Partial veneers
 Full veneers
 Pengubah kontur gigi
 Penutupan diastema
5. Restorasi sementara.
6. Periodontal splinting.
7. Luting indirect restorasi estetika (bila digunakan dalam bentuk aliran, atau
ketika dipanaskan untuk meningkatkan flow). 3

Kontraindikasi untuk direct komposit adalah sebagai berikut: 3

1. Ketidakmampuan untuk mendapatkan isolasi.


2. Pertimbangan oklusal yang terkait dengan keausan dan fraktur bahan
komposit.
3. Ekstensi restorasi pada permukaan akar.
4. Faktor operator. 3
Jika lokasi preparasi tidak dapat dipisahkan dari kontaminasi oleh cairan
saliva, komposit (atau bahan bonding lainnya) tidak boleh digunakan. Jika semua
oklusi terdapat pada bahan restoratif, bahan komposit tidak digunakan terutama
pada pasien dengan fungsi oklusal berat (heavy occlusal function). Setiap restorasi
yang meluas ke permukaan akar dapat mengakibatkan kurangnya integritas
marginal yang ideal. Operator harus berkomitmen untuk mengikuti prosedur,
seperti isolasi gigi, yang membuat bonded restorations berhasil. Prosedur
tambahan ini dapat membuat restorasi bonding berhasil lebih sulit dan memakan
waktu yang lebih lama. 3

2.1.2 Keuntungan dan Kekurangan Komposit


Keuntungan komposit sebagai bahan direct restorasi: 3

1. Estetik.
2. Preparasi gigi konservatif (less extension, retensi mekanik biasanya tidak
perlu).
3. Konduktivitas termal rendah.
4. Dapat digunakan secara universal.
5. Adhesi ke gigi.
6. Memiliki kemampuan repair. 3

Kekurangan utama dari restorasi komposit berhubungan dengan


ketergantungan mereka pada adhesi yang memadai, protokol polimerisasi dan
kesulitan prosedural. Kekurangan restorasi komposit: 3

1. Dapat memiliki marginal dan kavitas internal yang buruk, biasanya terjadi
pada permukaan akar akibat dari tekanan penyusutan polimerisasi atau
insertion yang tidak benar dari komposit. 3
2. Dapat menunjukkan kerusakan marginal di daerah di mana tidak ada
marginal enamel yang tersedia untuk bonding. 3
3. Sulit, memakan waktu, dan lebih mahal (dibandingkan dengan restorasi
amalgam) karena bonding biasanya memerlukan beberapa langkah;
insertion sulit; membentuk kontak proximal, kontur aksial, embrasures, dan
kontak oklusal lebih sulit; dan prosedur finishing dan polishing paling sulit. 3
4. Lebih teknik sensitif karena lokasi kavitas harus tepat terisolasi, teknik
penempatan incremental harus digunakan untuk sebagian besar bahan, dan
teknik perekat yang tepat adalah mutlak. 3
5. Menunjukkan keausan oklusal yang lebih besar di daerah high occlusal
stress atau bila semua kontak oklusal gigi berada pada material komposit. 3

2.2 Prosedur dan Teknik Klinis Tumpatan Resin Komposit Direk Kelas I
2.2.1 Prosedur Klinis Awal
Pemeriksaan lengkap, diagnosis (termasuk penilaian resiko karies), rencana
perawatan, dan informed consent harus dilakukan dan diperoleh sebelum pasien
dijadwalkan untuk operative appointments (darurat dikecualikan). Tinjauan
singkat catatan pasien (termasuk faktor medis), rencana perawatan, radiograf, dan
resiko karies saat ini harus mendahului setiap prosedur restoratif. 3

A. Anestesi lokal
Anestesi lokal diperlukan untuk banyak prosedur bedah. Anestesi
memberikan kontribusi untuk prosedur yang lebih nyaman, tidak terganggu dan
dapat mengakibatkan penurunan saliva. Efek dari anestesi lokal berkontribusi
untuk restorasi gigi yang lebih baik, terutama ketika menempatkan bonded
restorasi. 3

B. Preparasi lokasi operasi (operating site)


Sebelum dilakukannya restorasi komposit, dokter gigi perlu untuk
membersihkan lokasi operasi (operating site) dengan pumice untuk
menghilangkan plak biofilm dan stain. Penghapusan kalkulus dengan instrumen
yang sesuai juga diperlukan, meskipun lebih baik untuk melihat pasien setelah
kunjungan kebersihan menyeluruh telah selesai. Pasta yang mengandung zat
penyedap (flavoring agents), gliserin, atau fluorida bertindak sebagai kontaminan
dan tidak boleh digunakan karena mereka akan menggangu prosedur adhesif. 3
C. Pemilihan warna gigi
Meskipun tidak terlalu penting untuk gigi posterior bila dibandingkan
dengan gigi anterior, pemilihan warna gigi yang tepat harus dicapai untuk semua
restorasi direct komposit. Warna gigi harus ditentukan sebelum gigi terkena
prolonged drying. Gigi yang dehidrasi menjadi lebih ringan dalam pemilihan
warna gigi akibat dari penurunan translusen dan hilangnya air dari struktur gigi
berpori (porous). 3

D. Isolasi lokasi operasi (operating site)


Isolasi untuk restorasi gigi sangat penting dan dapat menggunakan rubber
dam, perangkat isolasi (misalnya, Isolite), atau gulungan kapas (cotton rolls).
Isolasi gigi sangat penting jika bonding yang sukses ingin diperoleh. Kontaminasi
etched enamel atau dentin dengan saliva mengakibatkan bonding yang secara
signifikan menurun. Kontaminasi bahan komposit selama insertion
mengakibatkan degradasi sifat fisik dan mekanik. 3

E. Pertimbangan preoperative lainnya


Ketika restorasi permukaan oklusal posterior, penilaian preoperative dari
oklusi harus dilakukan. Penilaian ini harus mengidentifikasi tidak hanya kontak
oklusal gigi atau gigi yang akan dipulihkan tetapi juga kontak oklusal pada gigi
yang berdekatan. Mengetahui lokasi kontak oklusal preoperative penting dalam
perencanaan bentuk garis besar restorasi (untuk mencegah daerah kontak oklusal
langsung pada sebuah cavosurface/restorasi interface) dan membangun kontak
oklusal yang tepat pada restorasi. Mengingat di mana kontak berada pada gigi
yang berdekatan memberikan bimbingan dalam mengetahui kapan kontak
restorasi disesuaikan dengan benar. 3
2.2.2 Preparasi Gigi

Sebagai aturan umum, preparasi untuk direct komposit gigi posterior


melibatkan (1) menciptakan akses ke struktur yang defektif, (2) pengangkatan
struktur yang defektif (lesi karies, restorasi yang defektif, dan bahan dasar, jika
ada), dan (3) membuat bentuk yang nyaman untuk restorasi. Ketika menempatkan
sebagian besar komposit posterior, tidak perlu untuk memasukkan fitur retensi
mekanis dalam preparasi gigi. 3

Restorasi direct komposit Kelas I small hingga moderate dapat


menggunakan preparasi gigi invasif minimal dan tidak memerlukan fitur bentuk
resistensi dan retensi tipikal. Sebaliknya, preparasi konservatif ini biasanya
menghasilkan bentuk cavosurface yang lebih lared tanpa dinding pulpa atau
aksial yang sama atau rata. Kedalaman pulpa awal ditentukan hanya dengan
pengangkatan selektif dari struktur gigi karies, dan tidak ada kebutuhan minimal
ketebalan dari bahan restoratif untuk membatasi bulk fraktur. 3

Restorasi konservatif ini dipersiapkan dengan diamond bur berbentuk pear


shaped memanjang atau bur dengan fitur bulat, dalam upaya untuk menjadi
sekonservatif mungkin dalam pengangkatan struktur gigi. Ukuran dan bentuk
instrumen umumnya ditentukan oleh ukuran lesi atau cacat lainnya atau oleh tipe
restorasi rusak yang diganti. Jika instrumen bundar digunakan, sudut margin
cavosurface yang dihasilkan mungkin lebih lared (tumpul) dibandingkan jika
instrumen diamond berbentuk pear shaped memanjang digunakan. Instrumen
carbide dan diamond dapat digunakan secara efektif. 3
Gambar 2.1 Penampang faciolingual preparasi gigi Kelas I kecil menggunakan round diamond.
[ CITATION Rit191 \l 1057 ]3

Meskipun instrumen diamond telah terbukti membuat smear layer yang


lebih tebal, sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang kemampuan self-etching
sistem adhesif untuk menjangkau dan etching struktur gigi di bawahnya secara
memadai, uji klinis telah mengungkapkan kinerja sistem adhesif mild self-etch
yang sangat baik yang menunjukkan tidak ada masalah secara klinis. 3

Restorasi direct komposit Kelas I moderate sampai large, terutama ketika


digunakan untuk lesi karies yang lebih besar atau untuk menggantikan restorasi
amalgam, biasanya akan menampilkan dinding rata yang tegak lurus terhadap
kekuatan oklusal, serta konfigurasi marginal gigi dan restorasi yang kuat. Semua
fitur ini membantu menahan potensi fraktur dalam preparasi gigi yang kurang
konservatif. Jika bagian oklusal restorasi diharapkan untuk menjadi luas,
instrumen memotong diamond bur berbentuk pear shaped dengan fitur bundar
lebih disukai karena mereka menghasilkan cavosurface margin kuat, 90 derajat
tanpa membuat sudut garis internal yang tajam. Tujuan preparasi gigi adalah
untuk membuang semua jaringan karies atau kesalahan sekonservatif mungkin.3
Jika bagian oklusal restorasi diharapkan melebar, instrumen cutting
berbentuk pear shaped dengan fitur bundar lebih disukai karena menghasilkan
margin cavosurface 90 derajat yang kuat tanpa menciptakan sudut garis internal
yang tajam. Namun, bentuk preparasi seperti kotak ini dapat meningkatkan efek
negatif dari faktor konfigurasi rongga, atau faktor-C. Tujuan dari preparasi gigi
adalah untuk menghilangkan semua jaringan karies atau kerusakan sekonservatif
mungkin. Karena komposit terikat pada struktur gigi, area lain yang kurang
terlibat atau berisiko dapat ditutup sebagai bagian dari teknik preparasi
konservatif. Sealant dapat dikombinasikan dengan restorasi komposit Kelas I.3

Dalam restorasi komposit moderate hingga large, gigi dimasukkan di


daerah yang paling dipengaruhi oleh lesi karies, dengan bur diamond berbentuk
pear shaped memanjang atau diposisikan sejajar dengan sumbu panjang mahkota
gigi. Ketika diantisipasi bahwa seluruh panjang mesiodistal central groove akan
dipreparasi, lebih mudah untuk masuk bagian distal dahulu dan kemudian
melintang secara mesial untuk memungkinkan visibilitas operator lebih baik
selama preparasi. Lantai pulpa (pulpal floor) dipersiapkan untuk kedalaman awal
yang sekitar 0,2 mm internal ke DEJ karies. Idealnya instrumen digerakkan ke
mesial, sepanjang central groove secara terkendali, untuk mengikuti naik turunnya
DEJ. Preparasi kemudian secara hati-hati diperpanjang secara fasial, lingual,
mesial, dan distal seperti yang ditunjukkan pada kedalaman DEJ karies sampai
DEJ bebas karies diidentifikasi di sekitar seluruh pinggiran preparasi. Namun,
lantai pulpa yang datar dengan kedalaman preparasi awal 1,5 hingga 2 mm juga
dapat diterima.3
Gambar 2.2 A, Entry cut. Bur dipegang sejajar dengan sumbu panjang mahkota. Kedalaman pulpa
awal adalah 1,5 mm dari central groove. Ketika central groove dihilangkan, pengukuran dinding
fasial dan lingual biasanya lebih besar dari 1,5 mm. B, kedalaman 1,5-mm dari central groove. C,
sekitar 1,75 hingga 2 mm ketinggian dinding fasial atau lingual. [ CITATION Rit191 \l 1057 ]3

Ekstensi mesial, distal, fasial, dan lingual ditentukan oleh lesi karies,
bahan restoratif sebelumnya, atau defek, selalu menggunakan DEJ sebagai
referensi untuk kedua ekstensi dan kedalaman pulpa. Perpanjangan yang tidak
perlu ke dalam daerah cusp dan marginal ridge harus dihindari sebisa mungkin
karena hal ini membahayakan kekuatan gigi. Meskipun restorasi bonded komposit
akhir dapat membantu memulihkan beberapa kekuatan yang struktur gigi yang
melemah dan tidak siap, bentuk outline harus sekonservatif mungkin. 3

Ekstensi ke marginal ridge harus menghasilkan setidaknya 1,5 mm sisa


struktur gigi (diukur dari ekstensi internal ke ketinggian kontur proksimal) untuk
premolar dan sekitar 2 mm untuk molar. Ekstensi terbatas ini membantu
mempertahankan dukungan dentin dari marginal ridge enamel dan cusp tips dan
dengan demikian keseluruhan kemampuan gigi untuk melawan tekanan oklusal. 3

Gambar 2.3 Ekstensi mesiodistal. A, Molar. B, Premolar. [ CITATION Rit191 \l 1057 ]3

Ketika instrumen dipindahkan di sepanjang central groove, lantai pulpa


yang dihasilkan biasanya cukup datar dan mengikuti naik turunnya DEJ. Jika
diperlukan ekstensi menuju ke ujung cusp, kedalaman yang sama yaitu sekitar 0,2
mm di dalam DEJ dipertahankan, biasanya mengakibatkan lantai pulpa naik
secara oklusal. Ketika ekstensi groove melalui cusp ridge, instrumen
mempersiapkan bagian fasial (atau lingual) dari groove yang rusak pada
kedalaman aksial 0,2 mm di dalam DEJ dan gingiva agar terkena semua karies
dan defek lainnya.3
Gambar 2.4 A, Setelah pemotongan awal pada kedalaman awal yang benar (1,5 mm), karies tetap
tampak di fasial dan lingual. B, Orientasi bur harus dimiringkan saat instrumen diperluas secara
fasial atau lingual untuk mempertahankan kedalaman 1,5 mm. [ CITATION Rit191 \l 1057 ]3

Setelah memperluas bentuk outline ke struktur gigi yang sehat, jika ada
karies atau bahan restorasi lama tetap berada di lantai pulpa, itu harus dihapus
dengan bur bundar atau instrumen tangan (hand instrument) berukuran tepat.
Margin oklusal dibiarkan seperti yang dipersiapkan. Tidak ada upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan margin oklusal karena dapat mengakibatkan
memperbesar isthmus oklusal preparasi. Karena arah batang email permukaan
oklusal, ujung batang email sudah terbuka dengan persiapan, yang selanjutnya
mengurangi kebutuhan untuk bevel oklusal.3

Gambar 2.5 Ekstensi groove. A, Penampang melalui area groove faciolingual. B, Perpanjangan
melalui puncak cusp pada kedalaman pulpa awal 1,5 mm; kedalaman dinding fasial adalah 0,2 mm
di dalam persimpangan dentinoenamel (DEJ). C, Tampilan fasial. [ CITATION Rit191 \l 1057 ]3

2.2.3 Teknik Restoratif

A. Penempatan bahan adhesif


Dental adhesive diaplikasikan pada seluruh bagian preparasi dengan
mikrobrush, sesuai dengan petunjuk pabrik. Setelah aplikasi, bahan adhesif akan
polimerized dengan light-curing unit, seperti yang direkomendasikan oleh
produsen. 3

Ketika preparasi gigi akhir diindaksi berada di dekat pulpa di gigi vital,
operator dapat memilih untuk menggunakan bahan dasar sebelum menempatkan
bahan adhesif dan komposit. Jika remaining dentin thickness (RDT) secara klinis
diantara 0,5 dan 1,5 mm, maka digunakan resin-modified glass ionomer (RMGI)
base. Jika RDT kurang dari 0,5 mm, calcium hydroxide liner harus diterapkan ke
aspek terdalam dari preparasi, kemudian dilindungi dengan basis RMGI sebelum
penempatan bahan adhesif. Dalam kasus paparan pulpa mekanik, kalsium
hidroksida atau mineral trioxide aggregate (MTA) dapat digunakan sebagai bahan
direct pulpcapping. 3

B. Insersi dan Light Curing Komposit


Matriks biasanya tidak diperlukan untuk restorasi direct komposit kelas I,
bahkan ketika groove permukaan fasial dan lingual dimasukkan. Composite
insertion hand instruments atau compule dapat digunakan untuk menempatkan
bahan komposit secara bertahap. Hal ini penting untuk menempatkan (dan light
cure) komposit secara bertahap untuk memastikan polimerisasi maksimum dan
mungkin untuk mengurangi efek negatif dari penyusutan polimerisasi. Increments
besar atau upaya untuk mengisi preparasi dalam jumlah besar dapat merusak
proses polimerisasi. 3
gambar 2.6 Insersi komposit inkremental kelas I. (A) restorasi direct komposit kelas I. (B) setelah
resin-modiied glass ionomer base ditempatkan, insersi komposit increment dan light cure. (C-F)
komposit diinsersi dan light cure secara bertahap, menggunakan inklinasi cusp sebagai referensi
anatomis untuk menumpat komposit sebelum light cure. (G) restorasi selesai. (H) 5 tahun
kemudian[ CITATION Rit191 \l 1033 ]3
Istilah "C-Factor" telah digunakan untuk menggambarkan rasio bonded to
unbonded pada preparasi dan restorasi gigi. Preparasi gigi kelas I akan memiliki
C-Factor tinggi sebesar 5/1 (yaitu, lima permukaan bonded: pulpal, fasial, lingual,
mesial, dan distal dibandingkan dengan satu permukaan unbonded: oklusal).
Semakin tinggi C-Factor dari preparasi gigi, semakin tinggi potensi penyusutan
polimerisasi komposit, karena deformasi penyusutan komposit dibatasi oleh
permukaan bonded. Insersi inkremental dan light curing dari komposit dapat
mengurangi efek C-Factor negatif untuk restorasi komposit kelas I. 3

Terlepas dari efek penempatan inkremental pada shrinkage stress,


komposit posterior harus ditempatkan secara bertahap untuk memfasilitasi proper
light curing yang tepat dan pembentukan anatomi yang benar. Terutama di
restorasi direct komposit kelas I, referensi anatomis dari struktur gigi oklusal
unprepared harus memandu penempatan dan pembentukan bertahap komposit.
Jika diperlukan, Bagian yang sangat dalam pada preparasi gigi dipulihkan terlebih
dahulu, dengan penambahan tidak lebih dari 2 mm dalam ketebalan. Operator
menempatkan dan membentuk komposit sebelum light cured sehingga komposit
mengembalikan anatomi oklusal gigi. 3

gambar 2.7 Restorasi komposit. (A dan B) restorasi komposit kelas I, sebelum dan sesudah.

[ CITATION Rit191 \l 1033 ]3


C. Finishing dan Polishing Komposit
Jika komposit ditempatkan dengan hati-hati dan dibentuk sebelum light
curing, finishing tambahan dengan bur secara substansial diminimalkan. Namun,
dalam banyak kasus, finishing yang disempurnakan diperlukan, terutama ketika
penyesuaian oklusi diperlukan. Permukaan oklusal dibentuk dengan bur carbide
bundar atau finishing diamond. Polishing dilakukan dengan polishing cup, points,
atau keduanya setelah oklusi telah disesuaikan. 3

gambar 2.8 Contouring dan polishing dari komposit kelas I. (A) molar rahang bawah dengan
restorasi amalgam tua. (B) isolasi dengan rubber dam; Restorasi lama dengan hati-hati dihapus
untuk meminimalkan ukuran preparasi. (C) persiapan gigi akhir. (D) penempatan komposit secara
incremental. [ CITATION Rit191 \l 1033 ]3
gambar 2.9 (E) penempatan komposit. F, rubber dam dilepas dan oklusi diperiksa. (G) tampilan
buccal, sebuah finishing bur digunakan untuk menyesuaikan oklusi. (H) polishing dengan brush
dan pasta diamond. (I) restorasi selesai. [ CITATION Rit191 \l 1033 ]3

gambar 2.10 Komposit oklusal disesuaikan dengan menggunakan diamond rugby ball shaped bur.[

CITATION Ban11 \l 1033 ]4


Gambar 2.11 Rubber dam dilepas dan oklusi diperiksa dengan articulating paper - high spot
ditandai dengan warna merah pada aspek distal.[ CITATION Ban11 \l 1033 ]4

gambar 2.12 High spot dihapus/restorasi selesai menggunakan silika impregnated points/ cups.
Perhatikan bagaimana finishing point telah tumpul setelah digunakan. Banyaknya tekanan
meningkatkan titik abrasive dan meningkatkan keausan pada bur. [ CITATION Ban11 \l 1033 ]4

gambar 2.13 Restorasi silorane akhir (low-shrink komposit). [ CITATION Ban11 \l 1033 ]4
2.3 Prosedur dan teknik klinis tumpatan resin komposit direk kelas II
2.3.1 Prosedur Klinis Awal
Prosedur umum yang sama seperti restorasi komposit kelas I diperlukan
sebelum memulai restorasi komposit kelas II. Terdapat beberapa aspek dari
aktivitas tersebut memerlukan penekanan. Pertama, penilaian terhadap preparasi
gigi (outline form) harus dibuat dan keputusan yang diberikan pada perifer
enamel yang ada atau tidak pada preparasi gigi, terutama pada margin gingival.
Kehadiran perifer enamel diharapkan memperkuat pilihan komposit sebagai
bahan restoratif karena ikatan ke enamel lebih dapat diprediksi daripada ikatan ke
dentin, terutama di sepanjang dinding gingival dari preparasi proximal. Jika
preparasi diprediksi memperpanjang ke permukaan akar, masalah potensial
dengan isolasi daerah operasi, adhesi yang memadai untuk akar dentin, dan
polimerisasi komposit yang memadai harus dilakukan. Teknik yang baik dan
penggunaan yang tepat dari bahan dapat mengurangi potensi masalah ini, tetapi
dalam perpanjangan subgingival ke permukaan akar mungkin merupakan
kontraindikasi untuk menggunakan resin komposit sebagai bahan restoratif gigi
posterior.3

Hubungan yang bersifat pra-operatif dari gigi yang akan direstorasi juga
harus dinilai. Kehadiran kontak oklusal berat dapat menunjukkan bahwa keausan
mungkin lebih dari pertimbangan. Selain itu, wedging preoperatif pada gingival
embrasure dari permukaan proximal harus dilakukan. Menempatkan wedges,
bitine rings, atau keduanya sebelum preparasi gigi mungkin bermanfaat dalam
membangun kembali kontak proximal dengan restorasi komposit. 3

2.3.2 Preparasi gigi kelas II

Serupa dengan preparasi gigi untuk Kelas I restorasi direct komposit,


persiapan gigi untuk Kelas II direct komposit melibatkan (1) menciptakan akses
ke struktur gigi yang rusak, (2) penghapusan struktur rusak (karies lesi, restorasi
defek, dan base material, jika ada), dan (3) membuat bentuk kenyamanan untuk
restorasi. Retensi, seperti halnya restorasi Kelas I, terutama diperoleh dengan cara
bonding, sehingga tidak perlu menggunakan fitur retensi mekanik dalam
persiapan gigi untuk restorasi komposit Kelas II. Biasanya tidak perlu mengurangi
struktur gigi yang sehat untuk memberikan "kekuatan besar" atau untuk
memberikan bentuk retensi dan resistensi konvensional.3

Restorasi small direct komposit Kelas II sering digunakan untuk lesi karies
primer, yaitu restorasi awal. Diamond bulat atau memanjang berbentuk pear
shaped atau bundar dapat digunakan untuk persiapan ini untuk menghilangkan
jaringan karies atau bahan yang defek dari permukaan oklusal dan proksimal.
Untuk membantu mencegah kerusakan pada gigi yang berdekatan dan
mempromosikan pemisahan interproksimal awal, wedges dengan atau tanpa
pelindung stainless steel dapat digunakan. Ekstensi proksimal juga hanya
ditentukan oleh luasnya lesi tetapi mungkin memerlukan penggunaan instrumen
dengan sisi lurus untuk menyiapkan dinding yang 90 derajat atau lebih besar.
Tujuannya adalah untuk menghilangkan lesi karies atau defek secara konservatif,
serta struktur gigi yang rapuh.3

Gambar 2.14 Preparasi gigi komposit direct kelas II.[ CITATION Rit191 \l 1033 ]3

Desain konservatif lain untuk small komposit Kelas II adalah preparasi gigi
box-only. Desain ini diindikasikan ketika hanya permukaan proksimal yang rusak,
tanpa lesi pada permukaan oklusal. Sebuah kotak proksimal disiapkan dengan
instrumen berbentuk pear shaped atau bundar kecil memanjang, sejajar dengan
sumbu panjang mahkota gigi. Instrumen diperluas melalui marginal ridge ke arah
gingiva yang mengarah ke pusat lesi atau defek karies proksimal. Kedalaman
aksial ditentukan oleh luasnya lesi atau bentuk karies. Bentuk kotak tergantung
pada bentuk instrumen mana yang digunakan. Ekstensi fasial, lingual, dan gingiva
ditentukan oleh ekstensi lesi atau defek karies. Tidak ada kemiringan atau retensi
sekunder yang diindikasikan. 3

Gambar 2.15. Box-only kelas II preparasi komposit. [ CITATION Rit191 \l 1033 ]3

Desain konservatif ketiga untuk mengembalikan lesi proksimal pada gigi


posterior adalah persiapan slot fasial atau lingual. Di sini, lesi terdeteksi pada
permukaan proksimal, tetapi operator percaya bahwa akses ke lesi dapat diperoleh
baik dari arah fasial atau arah lingual, daripada melalui pinggiran marginal dalam
arah gingiva. Biasanya, diamond bulat kecil atau bur digunakan untuk
mendapatkan akses ke lesi. Instrumen diorientasikan pada posisi oklusi gingiva
yang benar, dan entri dibuat dengan instrumen sedekat mungkin dengan gigi yang
berdekatan, menjaga sebanyak mungkin permukaan fasial atau lingual. persiapan
diperpanjang secara oklusal, fasial, dan gingiva untuk menghilangkan lesi.
Kedalaman aksial ditentukan oleh luasnya lesi. Margin cavosurface oklusal,
fasial, dan gingiva 90 derajat atau lebih. Perawatan harus diambil untuk tidak
merusak marginal ridge selama preparasi. Jika defek meluas secara oklusal
hingga merusak marginal ridge, preparat Kelas II yang lebih konvensional,
dengan komponen akses oklusal, harus digunakan. 3
Gambar 2.16 Preparasi slot fasial dan lingual. A, karies serviks pada permukaan proksimal. B,
round diamond atau bur memasuki gigi dari lubang yang dapat diakses, berorientasi ke bagian
tengah lesi oklusogingival. C, preparasi slot [ CITATION Rit191 \l 1057 ]3

Preparasi gigi untuk restorasi direct komposit Kelas II moderate hingga


large memiliki fitur yang menyerupai preparasi amalgam gigi lebih tradisional
Kelas II dan mungkin termasuk langkah oklusal dan kotak proksimal tergantung
pada lokasi, ekstensi, dan kedalaman karies lesi. 3

Bagian oklusal dari preparasi Kelas II disiapkan sama seperti yang


dijelaskan untuk preparasi Kelas I. Perbedaan utama terkait dengan teknik
menggabungkan permukaan proksimal yang salah. Sebelum operasi, ekstensi
proksimal fasial dan lingual yang diusulkan harus divisualisasikan. Perpanjangan
oklusal awal menuju permukaan proksimal yang terlibat harus melalui daerah
marginal ridge pada kedalaman dasar pulpa awal, mengekspos DEJ. DEJ
berfungsi sebagai panduan untuk mempersiapkan bagian kotak proksimal dari
preparasi.3
Diamond atau bur No. 330 atau No. 245 digunakan untuk memasuki
lubang di sebelah permukaan proksimal karies. Instrumen diposisikan sejajar
dengan sumbu panjang mahkota gigi. Jika hanya satu permukaan proksimal yang
dipulihkan, penopang marginal ridge dentin yang berlawanan harus
dipertahankan. 3

Gambar 2.17 Ketika hanya satu permukaan proksimal yang terpengaruh, marginal ridge yang
berlawanan harus dipertahankan. [ CITATION Rit191 \l 1057 ]3

Lantai pulpa awalnya disiapkan dengan instrumen hingga kedalaman


sekitar 0,2 mm di dalam DEJ. Instrumen digerakkan untuk memasukkan lesi
karies dan semua defek secara fasial atau lingual, atau keduanya, karena
transversa central groove. Namun, setiap upaya harus dilakukan untuk menjaga
agar lebar fasiolingual sesempit mungkin. Kedalaman awal dipertahankan selama
gerakan mesiodistal, tetapi mengikuti naik turunnya DEJ yang mendasarinya.
Lantai pulpa relatif datar di bidang fasiolingual tetapi dapat naik dan turun sedikit
di bidang mesiodistal. Jika lebih banyak lesi karies tetap dalam dentin, lesi
tersebut dihapus setelah garis preparasi, termasuk ekstensi kotak proksimal, telah
ditetapkan.3
Gambar 2.18 Ekstensi oklusal ke permukaan proksimal yang rusak. A dan B, Ekstensi
memperlihatkan dentinoenamel junction (DEJ) tetapi tidak mengenai gigi yang berdekatan
[ CITATION Rit191 \l 1057 ]3

Karena ekstensi proksimal, fasial dan lingual dari permukaan proksimal


yang salah divisualisasikan sebelum operasi, ekstensi oklusal menuju permukaan
proksimal mulai melebar secara fasial dan lingual untuk mulai menguraikan
ekstensi tersebut sekonservatif mungkin. Perawatan diambil untuk melindungi
daerah cuspal sebanyak mungkin selama ekstensi ini. Pada saat yang sama,
instrumen memanjang melalui marginal ridge hingga 0,5 mm dari kontur luar dari
marginal ridge. Ekstensi ini memperlihatkan DEJ proksimal dan melindungi gigi
yang berdekatan. Pada saat ini, bagian oklusal dari preparasi selesai kecuali untuk
kemungkinan penggalian lesi karies pulpa tambahan. Dinding oklusal umumnya
menyatu secara oklusal karena bentuk instrumen yang terbalik.3

Biasanya, karies berkembang pada permukaan proksimal segera gingiva ke


kontak proksimal. Luasnya lesi karies dan jumlah bahan restorasi lama
menentukan ekstensi fasial, lingual, dan gingiva dari kotak proksimal preparasi.
Meskipun tidak perlu memperpanjang kotak proksimal di luar kontak dengan gigi
yang berdekatan (yaitu, memberikan izin dengan gigi yang berdekatan), itu dapat
menyederhanakan preparasi, penempatan matriks, dan prosedur pembentukan.
Jika semua defek dapat dihilangkan tanpa memperpanjang preparasi proksimal di
luar kontak, bagaimanapun, pemulihan kontak proksimal dengan komposit
disederhanakan.3
Gambar 2.19 A, dinding proksimal dapat dibiarkan kontak dengan gigi yang berdekatan. B, potong
parit proksimal. Instrumen diposisikan sedemikian rupa sehingga potongan yang diarahkan
gingiva menciptakan dinding aksial 0,2 mm di dalam dentinoenamel junction (DEJ). C, arah
faciolingual preparasi dinding aksial mengikuti DEJ. D, dinding aksial 0,2 mm di dalam DEJ
[ CITATION Rit191 \l 1057 ]3

Selama seluruh pemotongan ini, instrumen dipegang sejajar dengan sumbu


panjang mahkota gigi. Margin fasial dan lingual diperpanjang seperlunya dan
harus menghasilkan setidaknya margin 90 derajat (menunjukkan enamel yang
didukung oleh dentin). Jika preparasi konservatif, maka instrumen yang lebih
kecil dan lebih tipis digunakan untuk menyelesaikan pembentukan dinding
faciolingual, menghindari penciptaan kerusakan iatrogenik pada gigi yang
berdekatan. Instrumen tangan yang tajam seperti chisel, hatchet, atau trimmer
margin gingiva dapat digunakan untuk menyelesaikan dinding enamel. Pada titik
ini, sisa enamel proksimal yang awalnya dipertahankan untuk mencegah
kerusakan pada gigi yang berdekatan telah dihilangkan. Lantai gingiva
dipersiapkan datar dengan margin cavosurface sekitar 90 derajat. Perluasan
gingiva harus seminimal mungkin, untuk mempertahankan email marginal.
Dinding aksial harus 0,2 mm di dalam DEJ dan memiliki sedikit cembung keluar.
Untuk lesi karies besar, penggalian karies dinding aksial tambahan mungkin
diperlukan kemudian.3
Gambar 2.20 Menggunakan instrumen yang lebih kecil untuk menyiapkan area margin
cavosurface pada dinding fasial dan lingual. A, margin proksimal fasial dan lingual dibongkar. B,
menggunakan instrumen yang lebih kecil. [ CITATION Rit191 \l 1057 ]3

Gambar 2.21 Ekstensi proksimal [ CITATION Rit191 \l 1057 ]3

Jika tidak ada lesi karies di dentin atau defek lainnya, preparasi dianggap
lengkap saat ini. Namun, jika dentin karies atau bahan / basis restorasi yang rusak
tetap pada aspek aksial dan pulpa dari preparasi, yang biasanya merupakan kasus
untuk restorasi Kelas II sedang hingga besar, area ini harus digali secara selektif
untuk mengkonfirmasi dentin. Seringkali garis besar persiapan awal harus
diperbesar untuk memungkinkan akses pada tahap preparasi ini.3
Gambar 2.22 Persiapan gigi akhir komposit Kelas II. A, tampilan oklusi. B, tampilan proksimal.
[ CITATION Rit191 \l 1057 ]3

2.3.3 Teknik Restorative


A. Aplikasi Matriks

Salah satu langkah yang paling penting dalam restorasi kelas II dengan
direct komposit adalah pilihan matriks yang tepat dan setup. Seperti kebanyakan
prosedur restoratif yang melibatkan permukaan proximal, matriks diperlukan
untuk (1) membatasi kelebihan bahan restoratif dan (2) membantu dalam
pengembangan kontur gigi aksial. Berbeda dengan amalgam, yang dapat
dikondensasi terhadap matriks dan dengan demikian meningkatkan kontak
proximal, komposit kelas II hampir sepenuhnya tergantung pada kontur dan posisi
matriks untuk membangun kontak proximal yang sesuai. Awal wedging dan
retightening dari wedge selama preparasi gigi dapat membantu dalam mencapai
pemisahan gigi yang cukup untuk mengimbangi ketebalan bahan matriks.
Sebelum menempatkan bahan komposit, bahan matriks harus dalam kontak
mutlak dengan area kontak yang berdekatan. 3
Umumnya, matriks diterapkan sebelum penempatan bahan adhesif. Sebuah
band matriks logam ultrathin umumnya lebih baik digunakan untuk restorasi
komposit kelas II karena lebih tipis dari band logam biasa dan dapat berkontur
lebih baik dari matriks poliester. Tidak ada masalah yang signifikan yang dialami
dalam menempatkan dan light curing bahan komposit ketika menggunakan
matriks logam selama teknik inkremental digunakan. 3

Meskipun band matriks Tofflemire dapat digunakan untuk restorasi dua


permukaan preparasi gigi, matriks logam sectional precontoured lebih umum
digunakan karena membuat kontak lebih mudah. Matriks sectional relatif mudah
digunakan, sangat tipis, dan tedapat dalam ukuran berbeda sehingga dapat
mengakomodasi untuk variasi ketinggian occlusogingival dari proximal box. Ada
beberapa sistem yang tersedia, dan seleksi didasarkan pada preferensi operator.
Sistem ini dapat menggunakan bitine ring untuk (1) Bantuan dalam menstabilkan
matriks sectional dan (2) memberikan pemisahan gigi tambahan ketika komposit
dimasukkan. 3
gambar 2.23 A, sistem matriks sectional di tempatkan dengan plastic wedge dan bitine ring untuk
restorasi gigi premolar maksila dengan direct komposit. B, sistem matriks sectional di tempatkan
dengan wedge kayu dan bitine ring untuk mengembalikan premolar mandibula dengan direct
komposit. C, sistem matriks sectional di tempatkan dengan plastic wedge dan bitine ring untuk
mengembalikan premolar maksila dengan direct komposit. D, setelah penempatan dan light curing
dari komposit, dan penghapusan matriks, sebelum contouring. [ CITATION Rit191 \l 1033 ]3

Ketika kedua permukaan proximal yang terlibat, sebuah retainer Tofflemire


ultrathin (0,025 mm atau 0,001 inci) dan band matriks dapat digunakkan. Band ini
berkontur, positioned, wedged, dan dibentuk sesuai kebutuhan, untuk kontak
proximal dan embrasures yang tepat. Sebelum penempatan, band matriks logam
untuk posterior komposit harus di burnished pada paper pad untuk menanamkan
kontur proximal yang tepat pada band. 3
Terlepas dari jenis sistem matriks yang digunakan, bahan matriks harus
berekstensi setidaknya sebesar 1 mm di luar margin gingiva dan daerah yang
sesuai dengan marginal ridge dari restorasi. Jika wedge digunakan selama
prosedur preparasi gigi, wedge itu harus dilepas sehingga band matriks dapat
diinsersi, setelah selesai diinsersi, segera dimasukkan kembali. Sebuah wedge
diperlukan pada margin gingiva untuk (1) mempertahankan matriks dalam posisi,
(2) memberikan sedikit pemisahan gigi, dan (3) mencegah gingival overhang dari
material komposit. 3

B. Penempatan Bahan Adhesif


Teknik untuk penempatan bahan adhesif seperti yang dijelaskan pada
restorasi direct komposit kelas I. Perawatan harus dilakukan untuk menghindari
penggabungan bahan adhesif sepanjang matriks dan persiapan margin gingiva,
secara fasial dan lingual. 3

C. Insersi dan Light Curing Komposit


Teknik insersi komposit kelas II diilustrasikan dalam gambar 2. . Cara
terbaik adalah untuk mengembalikan bagian proximal box pada preparasi terlebih
dahulu. Instrumen tangan atau "composite gun" dapat digunakan untuk
memasukkan bahan komposit. Hal ini penting untuk menempatkan dan light
curing komposit secara bertahap untuk memaksimalkan potensi curing dan untuk
mengurangi efek negatif dari penyusutan polimerisasi. Banyak teknik telah
dijelaskan untuk pemulihan kotak proximal. Penelitian membandingkan
penyisipan yang berbeda dan teknik light curing tidak konklusif dan tidak ada satu
teknik telah diterima secara universal. Jumlah kenaikan akan tergantung pada
ukuran kotak proximal. 3
Penempatan inkremental pertama ditempatkan di sepanjang lantai gingiva
dan harus memanjang sedikit ke atas dinding fasial (atau lingual). Inkremental ini
tidak boleh lebih dari 2 mm karena dapat mengganggu proses polimerisasi.
Penempatan inkremental kedua kemudian diletakkan pada dinding lingual (atau
fasial) untuk mengembalikan sekitar dua pertiga kotak. Penempatan inkremental
terakhir kemudian ditempatkan untuk menyelesaikan kotak proximal dan
mengembangkan marginal ridge. Penambahan berikutnya, jika diperlukan, dibuat
dan di light cured sampai kotak proximal sepenuhnya direstorasi. 3

Gambar 2.24 Teknik inkremental oblique untuk mengembalikan kotak proximal di kelas II
restorasi direct komposit. [ CITATION Rit191 \l 1033 ]3

Ketika kotak proximal selesai, occlusal step dari preparasi dikembalikan


persis seperti yang dijelaskan pada restorasi kelas I direct komposit menggunakan
teknik anatomic layering.3

Penempatan resin komposit dapat dibuat lebih sulit oleh kekakuan dan
kelengketan beberapa bahan komposit. Pemanasan bahan komposit sebelum
insersi dalam preparasi dapat membantu mengatasi masalah ini. Komersial
"composite warmers" tersedia (misalnya, Calset, AdDent Inc, Danbury, CT) untuk
memanaskan resin komposit untuk preset suhu hingga 68°C. Peningkatan suhu
menurunkan viskositas resin komposit, berpotensi menghasilkan adaptasi
marginal yang lebih baik dan mengurangi kebocoran mikro, meskipun beberapa
hasil ini telah terbukti menjadi komposit spesifik. Suhu komposit yang
ditinggikan telah terbukti aman untuk penggunaan klinis. 3
D. Finishing dan Polishing Komposit
Finishing dapat dimulai setelah bahan komposit telah sepenuhnya
dipolimerisasi. Jika finishing diperlukan, permukaan oklusal dibentuk dengan 12-
bladed carbide finishing bur atau diamond finishing. Kelebihan komposit
dihilangkan pada margin proksimal dan embrasures dengan flameshaped, 12-
bladed carbide finishing atau diamond finishing dan cakram abrasive. Setiap
overhang di daerah gingiva dihilangkan dengan pisau bedah No. 12 yang
terpasang pada pegangan Bard-Parker dengan light shaving ringan untuk
menghilangkan kelebihannya. Strip finishing yang sempit dapat digunakan untuk
menghaluskan proksimal permukaan gingiva. Perawatan harus dilakukan dalam
menjaga posisi dari strip akhir gingiva ke area kontak proksimal untuk
menghindari pembukaan kontak yang tidak disengaja. Rubber dam dilepas, dan
oklusi dievaluasi untuk kontak yang tepat. Penyesuaian lebih lanjut dibuat jika
perlu, dan restorasi di polishing dengan polishing points, cups, brushes, atau disc.3
gambar 2.25 Contouring dan finishing restorasi komposit posterior. A, setelah penghapusan
matriks sectional, kelebihan komposit dicatat pada embrasures fasial dan lingual. B, contouring
lingual embrasure dengan finishing disk. C, Polishing permukaan oklusal dengan finishing brush.
D, restorasi selesai. E, catat kelebihan komposit setelah pengangkatan matriks sectional karena
adaptasi matriks yang baik untuk embrasures fasial dan lingual dan insersi inkremental yang
cermat dari komposit. F-H, contouring dan polishing dengan disk dan brush. [ CITATION

Rit191 \l 1033 ]3
BAB 3

KESIMPULAN

Dental resin‐based composites (RBC), juga disebut resin komposit, terdiri


dari matriks resin yang dapat mengeras melalui konversi monomer menjadi
polimer ditambah partikel filler, biasanya silika berbasis kaca, dengan ukuran
yang berbeda, umumnya dalam urutan beberapa mikron. Resin komposit yang
digunakan sebagai bahan direct restoratif, disediakan dalam bentuk pasta yang
merupakan kombinasi monomer resin dimethacrylacrylate‐based atau oligomer
dan partikel filler. Resin yang sudah polymerized, menyediakan jaringan polimer
cross-linked yang kuat dan kelarutan rendah. Cross-linking dari molekul
menyebabkan bahan untuk transisi dari fluida ke padat, dan dicapai dengan
penambahan radikal bebas pada polimerisasi.

Komposit adalah material yang mempunyai kekuatan yang cukup untuk


restorasi kelas I dan II. Karena komposit terikat pada enamel dan dentin, preparasi
gigi untuk komposit bisa lebih konservatif. Restorasi komposit tidak hanya
dipertahankan dengan baik di gigi, tapi juga dapat menguatkan struktur 
unprepared gigi yang masih ada. Prosedur preparasi kelas I dan kelas II sama saja
dengan didahului dengan seleksi area yang akan di preparasi. Diperlukan juga
penilaian terhadap hubungan oklusi dengan gigi antagonisnya untuk
meminimalkan terjadinya trauma oklusi. Isolasi pada pada daerah operasi pada
umumnya tidak menjadi masalah, tetapi sangat menentukan keberhasilan dari
preparasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mount GJ, et al. Preservation and restoration of tooth structure, 3rd Ed. New
York: Wiley Blackwell. 2016; 170-175

2. Hilton TJ, et al. Summitt’s Fundamentals of operative dentistry, 4 th Ed.


Chicago: Quintessence Publishing. 2013; 564-565

3. Ritter AV, Boushell LW, Walter R. Sturdevant’s Art and science of


operative dentistry, 7th ed. Missouri: Elsevier. 2019: 223-237.

4. Banerjee A, Watson TF. Pickard’s Manual of operative dentistry, 9th Ed.


Oxford: Oxford University Press. 2011; 110-113

Anda mungkin juga menyukai