Mahasiswa Penyaji:
Vivian 190631174
Riri Harliani Sihotang 200631092
Saskia Nadila Utami 200631041
Ismi Putri Chairunnisa 210631038
Zahratul Aini 210631065
Juan Putra Pratama 190631310
Dosen Pembimbing:
Luthfiani Samad, drg., MDSc
NIP. 198112052008122003
a. Komposisi
1. Matriks Resin
Bahan matriks resin komposit banyak menggunakan campuran monomer
aromatic atau aliphatic diakrilat. Bisphenol-A-Glycidyl Methacrylate (BIS-GMA),
Urethane Dimethacrylate (UDMA), dan Triethylene Glikol Dimethacrylate
(TEGDMA) merupakan dimetakrilat yang umum digunakan dalam resin komposit.
Bis-GMA dan urethane dimetracrylate merupakan jenis monomer berviskositas
tinggi karena memiliki berat molekul yang besar yang berfungsi untuk mengurangi
pengerutan saat polimerisasi. Selain itu terdapat juga monomer berviskositas rendah
yang berfungsi sebagai pengontrol viskositas untuk mengatasi kekakuan bahan
komposit seperti methyl methacrylate (MMA), ethylene glycol dimethacrylate
(EDMA) dan triethylene glycol dimethacrylate (TEGDMA). Matriks resin memiliki
kandungan ikatan ganda karbon reaktif yang dapat berpolimerisasi bila terdapat
radikal bebas.1,3,4
Gambar 1. Struktur Bis-GMA, UDMA, dan TEGDMA
2. Partikel Bahan Pengisi
Partikel bahan anorganik yang ditambahkan pada resin komposit adalah bahan
pengisi atau filler. Penambahan partikel bahan pengisi ke dalam suatu matriks akan
meningkatkan sifat mekanis bahan seperti kekuatan, kekakuan, kekerasan, ketahanan
terhadap abrasi atau pemakaian. Partikel bahan pengisi ditambahkan juga untuk
mengontrol serta mengurangi pengerutan yang terjadi akibat polimerisasi matriks
resin. Penyerapan air dan koefisien ekspansi termal dari komposit juga lebih kecil
dibandingkan dengan resin tanpa bahan pengisi. Beberapa bahan yang digunakan
sebagai filler yaitu quartz, barium, colloidal silica, strontium,zirconium. Faktor
penting lain dari filler yang perlu diperhatikan adalah banyaknya bahan pengisi
yang ditambahkan, ukuran filler yang digunakan dan distribusinya, kekerasan,
radiopak. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi sifat komposit dan aplikasi
klinis.1,6
3. Bahan Pengikat (Coupling Agent)
Untuk membuat resin komposit yang baik, diperlukan ikatan yang kuat antara
matriks resin, hal ini memungkinkan matriks polimer lebih fleksibel dalam
meneruskan tekanan ke partikel pengisi yang lebih kaku, ikatan antara 2 fase
komposit ini diperoleh dengan bahan coupling. Hal ini sangat penting, karena jika
tidak ada ikatan yang baik akan menyebabkan mudah terjadinya fraktur resin
komposit. Bahan coupling yang biasa digunakan adalah senyawa silikon organik
yang disebut silane seperti organosilanes (3-methacryl-oxypropyl-
trimethoxysilane).1,6
Kekerasan Permukaan
Kekerasan resin komposit berkaitan dengan ketahanan terhadap abrasi dan
kepadatan serta ukuran partikel bahan pengisi. Kekerasan permukaan sebagai tolak
ukur ketahanan bahan didalam mulut dalam janga panjang. Kekerasan bisa menjadi
indikator dari ketahanan resin komposit. Kekerasan resin komposit mulai dari 22-
80kg/mm.
d. Indikasi RK
Banyak penulis merekomendasikan indikasi untuk dilakukan pengaplikasian
RK, yaitu :
Restorasi klas I, II, III, IV, V, dan VI
Splinting Periodontal
Restorasi Sementara
Restorasi resin preventif
Prosedur estetis
e. Kontraindikasi RK
Banyak penulis tidak merekomendasikan atau kontraindikasi untuk
pengaplikasian RK pada area yang mengalami tekanan pengunyahan yang besar,
Insiden karies tinggi dan pada pasien yang memiliki sensitivitas terhadap material
komposit.8
f. Kelebihan RK
Resin komposit sebagai bahan tumpatan memiliki kelebihan dan kekurangan.
Adapun kelebihannya yaitu:6
Memiliki sifat estetika yang baik.
Mempunyai konduktivitas termal yang rendah.
Tidak terjadi reaksi galvanic.
Dapat dilakukan dalam sekali kunjungan.
Mudah untuk melakukan reparasi.
Ikatan resin akan memperkuat kekuatan gigi.
Preparasi gigi minimal terutama hanya pada jaringan keras.
g. Kekurangan RK
Beberapa kekurangan RK antara lain:9,10
Tidak mempunyai kemampuan menutup celah sekitar restorasi seperti pada
amalgam.
Tidak dapat mengeluarkan fluor seperti semen glass ionomer.
Sering terjadi kepatahan diantara bahan adhesive dengan gigi sehingga
menyebabkan kebocoran dan terjadi karies sekunder.
Memiliki sifat penyerapan air.
Bahan resin komposit dapat mengalami penuaan setelah diaplikasikan pada
gigj dan terpapar oleh lingkungan rongga mulut yang agresif (Santerre
dkk.,2001). Sifat meyerap air resin komposit polimerisasi sinar tampak setelah
satu minggu sebesar 1,8mg/cm² dengan kelarutan 0,2mg/cm² dan mulai terjadi
degradasi matriks resin (Craig dan Power, 2002).
Keausan permukaan dibawah tekanan kunyah besar.
Kekuatan untuk menahan patah rendah.
Pengerutan saat polimerisasi menyebabkan masuknya bakteri.
Potensi ketidakstabilan warna dan pewarnaan dari waktu ke waktu.
KLASIFIKASI KARIES
Klasifikasi karies berdasarkan Modifikasi Finn dari Klasifikasi Black untuk
Gigi desidui:9
Kelas I: Kavitas pada pit dan fisura gigi molar dan bukal dan lingual pit
semua gigi.
Kelas II: Kavitas pada permukaan proksimal gigi molar dengan akses
yang terbentuk dari permukaan oklusal.
Kelas III: Kavitas pada permukaan proksimal gigi anterior yang mungkin
melibatkan atau tidak melibatkan permukaan labial atau lingual.
Kelas IV: Kavitas pada permukaan proksimal gigi anterior yang
melibatkan tepi insisal.
Kelas V: Kavitas pada sepertiga servikal dari semua gigi termasuk
permukaan proksimal dimana marginal ridge tidak termasuk.
Kelas VI: Kavitas pada tepi insisal gigi anterior atau ketinggian cusp
oklusal gigi posterior (modifikasi Simon).