PENDAHULUAN
mengandung kadar air berkisar 5-13%.11 Fiber ampas tebu bersifat kaku, kasar,
rendah kompatibilitas, kelembaban tinggi dan tidak larut dalam air. 7 Jumlah
kandungan fiber yang diaplikasikan dengan resin komposit dapat meningkatkan
sifat mekanik komposit seperti kekuatan fleksural.12
Penelitian Petrus (2012) menjelaskan peningkatan fraksi volume fiber
dapat meningkatkan kekuatan fleksural resin komposit.13 Penelitian Shabiri
(2014), kekuatan fleksural tertinggi diperoleh pada komposit epoksi dengan fraksi
volume fiber ampas tebu 30% dengan besar nilai yaitu 50,17 Mpa.14 Penelitian
Nurdin (2014) menyatakan kekuatan fleksural komposit poliester dengan fraksi
volume fiber 40% sebesar 59,77 Mpa.15 Melihat penelitian sebelumnya yang
masih memiliki kelemahan, mendorong peneliti mencoba untuk meneliti pengaruh
fraksi volume fiber ampas tebu terhadap kekuatan fleksural.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
poles dan kekuatan yang sangat baik sehingga dirancang untuk keperluan
merestorasi gigi anterior maupun posterior.1,26
b. Kekuatan Fleksural
Gambar 2.4 Cara Peletakan Fiber di dalam Mold dan Arah Pemberian Gaya.2
komposit yang memberikan ikatan antara matrik dengan reinforce dengan bantuan
coupling agent. Hal yang sangat diperhatikan agar dapat terjadi ikatan antara
matrik dengan reinforce adalah sifat wetting (pembasahan), ikatan fisika
(interlocking), dan ikatan kimia. Adanya kekosongan di interface yang
diakibatkan oleh sifat pembasahan matrik yang rendah akan menyebabkan
berkurangnya sifat mekanik pada komposit. 34
2. Arah orientasi fiber
Orientasi fiber mempengaruhi sifat mekanik dan termal komposit
(koefisien termal akan berbeda berdasarkan arah fiber). Fiber memiliki peranan
penting dalam mendistribusikan tekanan pada FRC. Unidirectional fiber yang
kontinu pada FRC memberikan sifat mekanik lebih baik dari pada short fiber
orientasi random. Fiber dengan desain anyaman (braided) dapat meningkatkan
ketahanan, stabilisasi, dan kekuatan geser antar serat untuk mencegah terjadinya
keretakan. Untuk mengoptimalkan flexural strength, fiber harus ditempatkan
pada sisi yang mengalami gaya tarik pada spesimen. Serta untuk mendapatkan
kekakuan yang optimal pada konstruksi fiber harus ditempatkan secara vertikal. 35
Fiber reinforce yang ditempatkan pada sisi tarikan akan memberikan flexural
strength dan modulus flexural lebih tinggi dibandingkan dengan fiber yang
ditempatkan pada sisi tekanan.36
3. Fraksi Volume fiber
Fraksi volume fiber merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kekuatan komposit. Peningkatan fraksi volume fiber dapat
meningkatkan sifat mekanik komposit seperti kekuatan fleksural dan kekuatan
tekan. Secara umum fraksi volume fiber pada FRC relatif tinggi yaitu mencapai
60 vol%.37
4. Aspek rasio fiber
Panjang fiber dan diameter fiber mempengaruhi kekuatan komposit.
Fiber yang panjang lebih kuat daripada fiber yang pendek. Oleh karena itu
panjang dan diameter sangat berpengaruh pada kekuatan komposit. Panjang fiber
berbanding diameter fiber yang disebut dengan aspek rasio. Bila aspek rasio
semakin besar maka kekuatan komposit juga akan semakin tinggi.38
(A) (B)
>700C, hujan yang merata setelah tanaman berumur 8 bulan dan suhu udara
berkisar antara 28-340C.6 Secara morfologis tebu terbagi menjadi 4 bagian yaitu
daun, batang, bunga dan akar. Pada umumnya, diameter batang tebu sekitar 3-4
cm dan tinggi mencapai 2-5 m .5,11
Teknisi Gula Internasional (PTGI) menetapkan baggase untuk residu hasil. 5,11
Ampas tebu diperoleh dari hasil pemerahan (ekstraksi) tebu pada proses
pembuatan gula dengan 5 kali penggilingan (Gambar 2.9).47,48
Ampas tebu yang dihasilkan dari satu pabrik sekitar 35-40% dari berat
tebu yang digiling. Namun sebanyak 60% dari ampas tebu tersebut dimanfaatkan
oleh pabrik gula sebagai bahan bakar, bahan baku kertas, bahan baku kanvas rem,
industri jamur, dan lain-lain. Oleh karena itu diperkirakan 45% dari ampas tebu
tersebut belum dimanfaatkan.50
2.4.1. Sifat Ampas Tebu
Ampas tebu merupakan fiber alami yang bersifat biodegradable, murah,
ringan, dan memiliki modulus yang tinggi. Selain itu, serat ini memiliki kekuatan
mekanis yang hampir sama dengan serat sintetis. namun terdapat kelemahan pada
penggunaan ampas tebu sebagai fiber yaitu kurangnya kompatibilitas antara fiber
dengan matriks dan penyerapan kelembaban relatif tinggi (Tabel 2.3).47
Tabel 2.5 Sifat dari Ampas Tebu yang digunakan sebagai Fiber8
(MPa) (kg/m3)
Ampas tebu 4500 107 360
Komposisi Kelebihan
Jenis : Memiliki estetik yang
macrofiller tinggi
Microfiller Permukaan halus
Resin Komposit kekurangan
Hybrid
Nanofiller Daya tahan kurang
Penyerapan air
Sifat resin komposit
Sifat Fisik
Sifat mekanik
- Compressive
Strength Faktor yang
- Tensile Strength mempengaruhi
- Kekuatan Adhesifiberdenga
fleksural Fiber penguat resin
n matriks
Arah orientasi komposit
fiber
Fraksi volume
fiber
Aspek rasio fiber
Universitas Syiah Kuala
21
Pengujian dengan
Universal Testing Machine
Kelebihan
Kuat
Dimensi stabil
Ringan Fiber sintetik
Kekurangan
Mahal
Sulit didapat
Alternatif lain
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
Variabel bebas : Fraksi volume fiber ampas tebu 20%, 30%, 40% dan 50%.
Variabel terikat : Kekuatan fleksural resin komposit.
Variabel terkendali : Jenis resin komposit, jarak penyinaran, lama penyinaran
3.3. Hipotesis
Fraksi volume diduga dapat mempengaruhi kekuatan fleksural resin
komposit.
BAB 4
METODE PENELITIAN
t = 2mm l= 2 mm
p = 25 mm
Gambar 4.1. Bentuk dan Ukuran Spesimen
4.4.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini :
1. Resin komposit nanofiller Filtek Z350TM XT
Tabel 4.1. Komposisi Resin Komposit Nanofiller, ampas tebu dan bahan
adhesi53,54
Material Tipe Komposisi Produk
TM
Resin komposit Filtek Z350 Matriks : Bis- 3M ESPE
nanofiller XT GMA, UDMA,
Bis-EMA, dan
sedikit TEGDMA
fiber.50 Setelah itu dikeringkan dengan diangin-anginkan hingga kadar air ampas
tebu menjadi 5-13%.55
σ = (3FL)/(2BH2)
Dengan
σ : Flexural strength (MPa)
F : Beban maksimum diberikan pada spesimen (kgf)
L : Panjang span / support (mm)
B : Lebar spesimen (mm)
H : Ketebalan Spesimen (mm)
Ampas Tebu
Pembuatan spesimen
Rk Rk Rk Rk
nanofiller + nanofiller + nanofiller + nanofiller +
FAT 20% FAT 30% FAT 40% FAT 50%
Analisis data
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Tabel 5.1. Nilai rata-rata kekuatan fleksural antara RK+FAT dengan fraksi
volume 20%-50%
N No. Spesimen n Kekuatan Fleksural (MPa)
x ± SD
1. RK tanpa fiber 61,900 ± 5.157
2. RK+FAT 20% 6 72,885 ± 3,724
3. RK+FAT 30% 6 47,241 ± 6,438
4. RK+FAT 40% 6 25,396 ± 7,755
5. RK+FAT 50% 6 7,665 ± 5,167
Tabel 5.2 Analisis data statistik kekuatan fleksural antara RK+FAT dengan fraksi
volume 20%-50%
N No. Spesimen Kekuatan Fleksural p
(MPa)
x ± SD
1. RK+FAT 20% 72.885 ± 3.724
2. RK+FAT 30% 47.241 ± 6.438 0,000*
3. RK+FAT 40% 25.396 ± 7.755
4. RK+FAT 50% 7.665 ± 5.167
Uji Statistik menggunakan one way ANOVA dengan kemaknaan p<0,05
Tabel 5.2 menunjukkan hasil analisis ANOVA nilai kemaknaan penelitian
lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna
antara RK+FAT 20%, RK+FAT 30%, RK+FAT 40% dan RK+FAT 50%.Hasil uji
lanjutan LSD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antar
perlakuan. (Tabel 5.3)
Tabel 5.3 Uji Post Hoc LSD kekuatan fleksural antara RK+FAT dengan fraksi
volume 20%-50%
Perlakuan P
BAB 6
PEMBAHASAN
Gambar 6.2 Gambaran Stereomikroskop (a) RK+FAT 20% (b) RK+FAT 30% (c) RK+FAT 40%
(d) RK+FAT 50%
Pada uji lanjutan LSD (Tabel 5.3) terlihat adanya perbedaan yang
bermakna antar perlakuanRK+FAT 20%,RK+FAT 30%, RK+FAT 40% dan
RK+FAT 50% (Gambar 6.3). Hal ini diduga karena perbedaan ketebalan resin
komposit dan fiber yang digunakan, pembasahan bahan adhesif, ketebalan resin
komposit pada bagian tensile base, polimerisasi yang kurang sempurna dan warna
resin komposit.
90
80
70
Gambar 6.3. Grafik kekuatan fleksural resin komposit dan ampas tebu dengan fraksi
volume 20%-50%.
Selain itu, resin komposit yang semakin tipis pada bagian tensile base juga
dapat menyebabkan terjadinya perbedaan yang bermakna. Hal ini diduga
disebabkan karena resin komposit yang bersifat brittle sehingga jika pada bagian
tensile base resin komposit semakin tipis makasaat terjadi tekanan pada bagian
kompresi, resin komposit pada bagian tensile base akan lebih cepat fraktur
sehingga mempengaruhi kekuatan fleksural yang dihasilkan.
Polimerisasi yang tidak sempurna juga bisa menyebabkan terjadinya
perbedaan yang bermakna antar perlakuan RK+FAT 20% (0,4 mm) RK+FAT
30% (0,6 mm) RK+FAT 40% (0,8 mm) dan RK+FAT 50% ( 1 mm). Adanya
perbedaan ketebalan fiber ampas tebu menyebabkan pada saat resin komposit
dipolimerisasi, resin komposit bagian tensile base tidak terpolimerisasi secara
sempurna dikarenakan terhalang oleh fiber. Semakin tebal fiber maka resin
komposit bagian tensile base akan semakin jauh dari sinar. Hal ini menyebabkan
resin tidak terpolimerisasi secara sempurna dan menyebabkan kekuatan mekanik
akan semakin menurun termasuk kekuatan fleksural. Hal ini sesuai dengan
penelitian Herrero dkk yang menyatakan polimerisasi yang tidak sempurna pada
resin komposit dapat menurunkan kekerasan, kekuatan dan stabilitaas warna.61
Selain itu, warna resin komposit yang dihasilkan juga berbeda-beda antar
perlakuan. Semakin tebal fiber yang digunakan maka resin komposit yang
dihasilkan semakin gelap. Semakin gelap resin komposit yang dihasilkan
seharusnya semakin lama waktu penyinaran tetapi pada penelitian ini semua
perlakuan diberikan waktu penyinaran yang sama hal ini dapat menyebabkan
intensitas yang diterima pada saat penyinaran rendah seiring dengan ketebalan
fiber sehingga berpengaruh terhadap kekerasan danmenyebabkan resin tidak
terpolimerisasi dengan sempurna. Hal ini sesuai dengan penelitian Susanto yang
menyatakan mutu kekerasan dan kekuatan resin komposit menurun seiring dengan
ketebalan bahan pada saat penumpatan yang tidak disertai penambahan lamanya
waktu penyinaran.62
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
komposit dengan fraksi volume fiber ampas tebu 30%, 40% dan 50% maka dapat
diambil kesimpulan bahwa kekuatan fleksural resin komposit dengan fraksi
volume fiber ampas tebu 20% lebih tinggi dibandingkan resin komposit dengan
fraksi volume fiber ampas tebu 30%, 40% dan 50% .
7.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
11. Heri I, Apri. Papan Partikel dari Ampas tebu. Fakultas pertanian. USU.
Karya Tulis. 2009:6-9.
12. Wona H, Boimau K, Erich. Pengaruh variasi fraksi volume serat terhadap
kekuatan bending dan impak komposit polyester berpenguat serat agave
cantula. LONTAR Jurnal Teknik Mesin Undana. 2015;2(1): 39-49.
13. Heru P, Suhardoko, Teguh B. Pengaruh fraksi volume dan panjang serat
terhadap sifat bending komposit poliester yang diperkuatserat limbah
gedebog pisang: 92-96.
14. Shabiri A. Pengaruh rasio epoksi/ampas tebu dan perlakuan alkali pada
ampas tebu terhadap kekuatan bentur komposit partikel epoksi berpengisi
serat ampas tebu. Jurnal Teknik Kimia 2014;3(3): 28-31.
18. Ronald LS, John MP. Craig’s Restorative Dental Material 13 th ed.USA:
Elsevier Mosby. 2012.162-3.
19. Hatrick CD, Eakle WS, Bird WF. Dental material : Clinical Application
for Dental Assistanst and dental Hygienist. St. Louis, issouri: Saunders
2003 : 60-72.
20. Craig RG, Power JM, Wataha JC. Dental materials: properties and
manipulation. 8th ed. St. Louis, Missouri: Mosby.2004 : 64-72.
21. Cynthia JEF, Sabine HD. Network structure of Bis-GMA and UDMA
based resin system. Dental Material. 2005. 879.
23. Anusavice KJ. Philip’s Science of dental Material. 12th ed. St louis: WB
saunders Co. 2003: 227-243; 410-411.
27. Howard ES. Fiber reinforcing material for dental resin. Inside
Dentistry.2008.183-6.
28. Fan HY, Gan X-Q, Lin Y. The Nanomechanical and Tribological
Properties of Restoratif Dental Composite After Exposure in Different
type of Media. Journal of Nanomaterials 2014;2(14):1-9.
29. Cabe JM, Walls AWG. Applied Dental Material. 9 thed. UK: blackwell
Munksgaard;2008:303
35. Lassila LVJ., Vallittu PK, The Effect of Fiber Position and
Polymerization Condition on The Flexural Properties of Fiber-Reinforced
Composite.The Journal of Contemporary Dental Practice 2004; 5(2)
36. Narva KK, Lassila LV, Vallittu PK, The Static Strength and Modulus of
Fiber Reinforced Denture Base Polymer. Journal of Dental Materials
2005; 21: 421-428.
38. Fahmi, H. Pengaruh serat pada komposit resin polyester/serat daun nenas
terhadap kekuatan tarik. Jurnal Teknik Mesin 2011;1(1):46-52.
46. Ade Apriliani. Pemanfaatan arang ampas tebu sebagai adsorben ion
logam Cd,Sr, Su dan Pb dalam air limbah.Program Studi Kimia Fakultas
Sains dan Teknologi. Jakarta. Skripsi 2010;23-6.
47. Fathima TA. Pengaruh proporsi campuran serbuk kayu gergajian dan
ampas tebu terhadap kualitas papan partikel yang dihasilkannya. Bogor :
Institut Pertanian Bogor, Skripsi. 2009:6-16.
48. Adi Nugroho P, Mustaqim. Analisa sifat mekanik komposit serat tebu
dengan matrik resin epoxy.Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal.
61. Herrero AA, Yaman P, Dennison JB. Polymerization shrinkage and dept
of cure of packable composite. J Quintessence Int 2005;36(1) : 25-31
Ukuran cetakan panjang (p) 25 mm, lebar (l) 2 mm, dan tebal(t) 2 mm
Vctk =pxlxt
= 25 mm x 2 mm x 2 mm
= 100 mm3
Ketebalan Resin(tm):
Vm =pxlxt
80 mm3 = 25 mm x 2 mm x t
Lampiran 1. (lanjutan)
80 mm3 = 50 mm2 x t
t = 80 mm3/ 50 mm2
t = 1,6 mm
Lampiran 1. (lanjutan)
c. Fraksi volume fiber 40 %
Volume fiber (Vf):
Vf = 40 % x Vctk
= 40 % x 100 mm3
= 40 mm3
Lampiran 1. (lanjutan)
50 mm3 = 50 mm2 x t
t = 50 mm3/ 50 mm2
t = 1 mm
Lampiran 3. (Lanjutan)
Lampiran 3. (Lanjutan)
Lampiran 3. (Lanjutan)
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Oneway
Descriptives
kekuatan fleksural
P1
6 72.8850 3.72480 1.52064 68.9761 76.7939 67.38 77.94
(20%)
P2
6 47.2417 6.43877 2.62862 40.4846 53.9987 38.69 54.68
(30%)
P3
6 25.3967 7.75520 3.16605 17.2581 33.5352 18.54 38.33
(40%)
P4
6 7.6650 5.16775 2.10972 2.2418 13.0882 2.66 14.30
(50%)
kekuatan fleksural
1.649 3 20 .210
Lampiran 4. (lanjutan)
ANOVA
kekuatan fleksural
Total 14997.352 23
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
kekuatan fleksural
LSD
Lampiran 5. (lanjutan)
Lampiran 6. (Lanjutan)
UTM Stereomikroskop
Inkubator
A. Identitas Pribadi
C. Riwayat Pendidikan
TK : TK Kartika Candrakirana Tualang Cut
SD : SDN 1 Tualang Cut
SMP : MTSs Ulumul Quran Langsa
SMA : MAS Ulumul Quran Langsa