Anda di halaman 1dari 16

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KESEHATAN GIGI DENGAN

INDEKS DMF–T PADA ANAK JALANAN USIA 6 -18 TAHUN

Usulan Penelitian
Diajukan guna menyusun Skripsi untuk memenuhi
sebagian syarat memperoleh derajat Sarjana Kedokteran Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat

Diajukan Oleh
Muhammad Ridho Pratama
I1D114256

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
BANJARMASIN

Desember, 2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit yang paling banyak dijumpai di rongga mulut adalah karies gigi

dan penyakit periodontal (Pontonuwu, 2013). Hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2018 menyatakan bahwa proporsi terbesar masalah gigi di

Indonesia adalah gigi rusak/berlubang/sakit sebesar 45,3%. Kalimantan selatan

menjadi salah satu daerah dengan angka masalah kesehatan gigi yang tinggi yaitu

sebesar 46,9%. Kalimantan Selatan masuk dalam 10 besar provinsi yang

mempunyai permasalahan kesehatan gigi dan mulut yang cukup tinggi yaitu 55,65

%. Banjarmasin memiliki prevalensi penduduk yang bermasalah dalam kesehatan

gigi dan mulut sebanyak 38,2% (Riskesdas, 2018 ).

Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

demineralisasi email dan dentin yang erat hubungannya dengan konsumsi

makanan yang kariogenik. Terjadinya karies gigi akibat peran dari bakteri

penyebab karies yang secara kolektif disebut Streptoccocus mutans. Karies gigi

banyak terjadi pada anak-anak karena anak-anak cenderung lebih menyukai

makanan manis yang bisa menyebabkan terjadinya karies gigi (Worotitjan, 2013;

Sumini, 2014). anak-anak di bawah usia 12 tahun mengalami karies gigi sebanyak

89% (Kemenkes, 2019). Anak-anak memiliki kebiasaan pola makan yang tidak

terkontrol dan makanan yang disukai seringkali berupa makanan kariogenik

sehingga menyebabkan karies gigi (Worotitjan, 2013; Sumini, 2014). Selain itu,
terdapat faktor luar sebagai faktor predisposisi terjadinya karies gigi antara lain

usia, jenis kelamin, letak geografis, tingkat ekonomi, serta pengetahuan, sikap,

peran orang tua dan perilaku terhadap pemeliharaan kesehatan gigi (Oktavilia,

2014; Tarigan, 2015 ).

Peranan orang tua sangat penting sebagai dasar terbentuknya perilaku yang

mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak (Pinkam,

2013). Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok.

Perilaku yang dapat ditentukan oleh 3 faktor yaitu: faktor predisposisi

(predisposing factor),faktor pendukung (enabling factor dan faktor pendorong

(reinforcing factor) (Mabruroh, 2013). Laporan Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) tahun 2018 juga menyatakan penduduk yang bermasalah gigi dan

mulut berdasarkan tingkat pendidikan, yaitu: tidak bersekolah 27,0%, tidak tamat

SD 29,2%, tamat SD 28,6%, tamat SLTP 26,9%, tamat SLTA 26,4%, dan tamat

perguruan tinggi 24,8%. Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa tingkat

pendidikan seseorang mempengaruhi terhadap kesehatan gigi dan mulut orang

(Pinkam, 2013). Orang tua dengan pengetahuan rendah mengenai kesehatan gigi

dan mulut merupakan faktor predisposisi perilaku yang tidak mendukung

kesehatan gigi dan mulut anak (Notoatmodjo, 2012).

Aspek sosial yang mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan mulut, selain itu

sosial ekonomi seseorang dapat mempengaruhi kesadaran akan merawat

kesehatan gigi (Kuntari, 2009). Ekonomi yang rendah pada masyarakat

mengakibatkan meningkatnya jumlah anak usia sekolah bahkan prasekolah yang

terpaksa bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk membantu


kehidupan keluarga yang sehingga tidak lagi memperhatikan kewajiban untuk

mendapatkan pendidikan formal. Pada tahun 2013 jumlah anak jalanan di

Banjarmasin meningkat menjadi 79 orang dan jumlah anak yang terbina hanya 48

orang. Anak jalanan sering diidentikan sebagai komunitas yang kurang

memperhatikan hidup sehat, termasuk yang berhubungan dengan personal

hygiene (Kuntari dkk, 2009; Ramadhani, 2016).

Anak jalanan pada umumnya memiliki masalah dengan kesehatan rongga

mulut. Derajat kebersihan mulut pada anak jalanan masih buruk hal ini

disebabkan karena pendidikan yang mereka peroleh sangat minimal, selainn itu

habit atau kebiasaan hidup sangat menentukan terjadinya karies dan kondisi

kebersihan mulut (Kuntari, 2009). Hasil penelitin pada anak jalanan di kecamatan

panakukang Makassar, didapatkan hasil nilai OHI-S yang terbanyak adalah buruk

dengan persentase sebesar 67,3%. Berdasarkan uraian diatas, masalahnya adalah

rendahnya tingkat kesehatan gigi dan mulut pada anak jalanan, peneliti tertarik

untuk meneliti hubungan antara perilaku kesehatan gigi dan mulut dengan indeks

DMF-T anak jalanan usia 6-18 tahun.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan antara perilaku kesehatan gigi dan mulut dengan indeks

DMF-T pada anak jalanan usia 6-18 tahun di Kota Banjarmasin?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku kesehatan


gigi dengan indeks dmf–t pada anak jalanan usia 6 -18 tahun.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengukur nilai indeks DMF-T pada anak jalanan di Kota Banjarmasin

usia 6 –18 tahun.

2. Menilai perilaku kesehatan gigi dan mulut anak jalanan usia 6-18 tahun di

Kota Banjarmasin.

3. Menganalisis hubungan antara perilaku kesehatan gigi dan mulut dengan

DMF-T anak jalanan usia 6-18 tahun di Kota Banajrmasin

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

1. Untuk program studi kedokteran gigi dan bagi peneliti selanjutnya sebagai

dasar bagi penelitian kesehatan gigi dan mulut anak jalanan.

2. Sebagaimasukan kepada pihak terkait agar dijadikan bahan pertimbangan

kesehatan gigi dan mulut anak jalanan.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan ada atau tidak hubungan

perilaku terhadap kesehatan gigi dan mulut, yaitu apabila perilaku baik

maka angka karies rendah.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Untuk lebih meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut pada anak jalanan.

2. Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi terkait status kesehatan gigi dan

mulut pada anak jalanan di Kota Banjarmasin.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan oleh Dinas
Kesehatan dan Dinas Sosial Kota Banjarmasin untuk memberikan edukasi

yang lebih agar perilaku yang salah akan menjadi benar dan dapat menurunkan

insidensi karies.
BAB 2

METODE REVIEW

2.1 Metode

Pada penelitian menggunakan metode systematic literature review.

Systematic literature review merupakan metode penelitian melalui proses

menganalisa, mengevaluasi, dan meringkas materi ilmiah terkait topik tertentu.

Literature review merupakan metode penelitian yang dilakukan dengan cara

mengambil data sekunder seperti jurnal, buku, dan daftar pustaka lain yang sesuai

dengan penelitian. Sifat penelitian ini adalah analisis deskriptif, yakni penguraian

dan penjelasan agar dapat dipahami dengan baik oleh pembaca (Triandini et al.,

2019).

2.2 Kriteria Pencarian

Pencarian literatur (literature searching) merupakan proses pencarian

mendalam terhadap informasi terpublikasi tentang suatu topik. Proses ini

dilakukan secara sistematis menggunakan berbagai alat pencarian kepustakaan

yang tersedia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Tujuan pencarian literatur agar hasil pencarian yang didapatkan bersifat sensitif

(ditemukan hanya hasil studi yang relevan terhadap pencarian) dan spesifik

(ditemukan semua hasil studi yang relevan terhadap pencarian). Artikel atau jurnal

yang sesuai dengan kriteria inklusi diambil untuk selanjutnya dianalisis.

Literature Review ini menggunakan literatur terbitan tahun 2015-2020 yang dapat

diakses full text. Pencarian literatur dilakukan menggunakan pubmed dan google

scholar. Kriteria jurnal yang di-review adalah artikel jurnal penelitian berbahasa
Indonesia dan Inggris dengan subjek anak jalanan, jenis artikel research article,

original article dan tersedia dalam bentuk full text, dan analisis komparasi dengan

tema hubungan antara perilaku kesehatan gigi dan mulut dengan indeks DMF-T

pada anak jalanan usia 6-18 tahun di Kota Banjarmasin.

2.2.1 Kriteria Inklusi

1) Artikel dari tahun 2015-2020 .

2) Artikel berbahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

3) Jenis artikel research article, original article dan tersedia dalam bentuk

full text.

4) Artikel dengan subjek anak jalanan.

5) Artikel dengan pembahasan perilaku kesehatan gigi dan mulut

6) Artikel dengan pembahasan tentang anak jalanan usia 6-18 tahun di Kota

Banjarmasin

7) Artikel dengan pembahasan indeks DMF-T.

2.2.2 Kriteria Eksklusi

1) Artikel merupakan duplikasi.

2) Artikel tidak tersedia full text.

Berdasarkan hasil penelusuran jurnal di Google Scholar dan PubMed dengan kata

kunci perilaku kesehatan gigi dan mulut, anak jalanan, indeks DMF-T, dental

health, anak jalanan usia 6-18, Kota Banjarmasin

2.3 Analisa
2.3.1 Variabel Studi Literatur

Variabel bebas dalam studi literatur ini adalah perilaku kesehatan gigi dan
mulut. Variabel terikat dalam studi literatur ini yaitu DMF-T pada anak jalanan

usia 6-18 tahun

2.3.2 Prosedur

Metode penelitian ini menggunakan Literature review dengan

menggunakan metode naratif yang mengelompokkan data-data hasil ekstraksi

yang sejenis sesuai dengan hasil yang diukur untuk menjawab tujuan. Jurnal

penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi kemudian dikumpulkan dan

dibuat ringkasan jurnal meliputi, judul penelitian, lokasi penelitian, desain

studi, subjek penelitian, jumlah sampel, variable, uji yang digunakan, hasil dan

kesimpulan. Ringkasan jurnal tersebut kemudian dilakukan analisis terhadap

isi yang terdapat dalam tujuan penelitian dan hasil atau temuan penelitian.

Analisis yang digunakan menggunakan analisis isi jurnal. Data yang sudah

terkumpul kemudian dicari persamaan dan perbedaannya lalu dibahas

untuk menarik kesimpulan.


Jurnal diidentifikasi melalui Jurnal tambahan diidentifikasi
pencarian basis data (n =. . .) melalui sumber lain (n =. . .)

Jurnal duplikat (n = . . .)

Jurnal dilakukan
skrining (n =. . .) Jurnal dieksklusi (n =. . )

Jurnal full text dinilai Jurnal tidak tersedia


untuk kelayakannya full text dan tidak
(n =. . .) sesuai inklusi (n =. . .)

Jurnal yang di-review


(n =. . .)

Gambar 2.1 Diagram Alur Literature Review

Singkatnya dalam me-review literature, hal yang dapat dilakukan adalah:

a. Mencari kesamaan atau compare

b. Mencari perbedaan atau contrast

c. Memberi kritik atau criticize


d. Membandingkan atau synthesize

e. Membuat ringkasan atau summarize


2.3.3 Ekstrak Data

No Judul Lokasi Desain Subjek Jumlah Variabe Uji yang Hasil Kesimpula
Penelitia Studi Penelitian Sampel l Digunakan n
n

Dari sumber data yang telah didapat, informasi yang dapat diambil berupa

judul jurnal, lokasi penelitian, desain studi, subjek penelitian, jumlah sampel,

variabel, uji yang digunakan, hasil dan kesimpulan. Berdasarkan informasi

tersebut, akan dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam tabel hasil untuk

kemudian dianalisis.

Tabel 1. Tabel Dummy Penelitian


2.4 Kerangka Teori
2.4.1 Penjelasan Kerangka Teori

Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

demineralisasi email dan dentin akibat bakteri Streptoccocus mutans.

Karies erat hubungannya dengan konsumsi makanan yang

kariogenik. Karies gigi banyak terjadi pada anak-anak, karena anak-

anak cenderung lebih menyukai makanan manis dan lengket

( Sumini, 2014). Beberapa hal yang dapat memperparah terjadinya

antara lain usia, jenis kelamin, letak geografis, tingkat ekonomi, serta

pengetahuan, peran orang tua dan perilaku terhadap pemeliharaan

kesehatan gigi (Tarigan, 2015 ).

Orang tua memiliki peranan sangat penting dalam terbentuknya

kesadaran dalam menjaga kesehatan gigi, sehingga secara sadar

masyarakat berperilaku sesuai anjuran dalam menjaga kesehatan gigi

dan mulut anak (Pinkam, 2013). Pendidikan dari orangtua sangat

berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku hidup sehat.

Seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan

memiliki pengetahuan dan perilaku yang baik tentang kesehatan yang

akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat. Notoatmodjo

mengatakan bahwa ketika seseorang berada pada tingkat

pengetahuan yang baik, maka memperhatikan perilaku hidup sehat

termasuk perilaku dalam menjaga kesehatan gigi. Begitu pula

sebaliknya, ketika seseorang memiliki pengetahuan yang kurang


tentang kesehatan gigi, maka perhatian dalam merawat gigi dan

mulut juga rendah.

Menurut Blum faktor-faktor yang berperan dalam menimbulkan

masalah kesehatan secara umum ada empat faktor, yaitu: faktor

keturunan, faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, dan

faktor perilaku. Perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari

tiga faktor, yaitu Faktor predisposisi (predisposing factors), yang

terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-

nilai, dan sebagainya; Faktor pendukung (enabling factors)

merupakan faktor yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia

atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana

kesehatan, misalnya puskesmas dan obat-obatan; Faktor pendorong

(reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku

petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok

referensi dari perilaku masyarakat(BPS, 2012).


DAFTAR PUSTAKA

1. Worotitjan I, Christy NM, Paulina G. Pengalaman karies gigi serta pola makan
dan minum pada anak sekolah dasar di Desa Kiawa Kecamatan Kawangkoan
Utara. Jurnal e-Gigi. 2013; 1(1): 59-68
2. Pontonuwu J, Ni Wayan M, Dinar A.W. Gambaran Status Karies Anak Sekolah
Dasar di Kelurahan Kinilow 1 Kecamatan Tomohon Utara. Sulawesi Utara: FKG
Universitas Sam Ratulangi. 2013: 1-7.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Dapertemen Kesehatan Republik
Indonesia. Laporan Riset Kesehatan Dasar Nasional. Jakarta: Dapertemen
Kesehatan.2013. Hal: 142-43.
4. Sumini, Amikasari Bibi, Nurhayati Devi. Hubungan konsumsi makanan manis
dengan kejadian karies gigi pada anak prasekolah di TK B RA Muslimat PSM
Tegalrejodesa Semen Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Magetan. Jurnal
Delima Harapan, 2014 Vol 3(2) hal 20-27.

5. Oktavilia WD, Probosari N, Sulistiyani. Perbedaan OHI-S, DMF-T dan def-t pada
siswa sekolah dasar berdasarkan letak geografis di Kabupaten Situbondo. e-Jurnal
Pustaka Kesehatan 2014; 2(1): 34-41.
6. Tarigan, R. (2015). Karies Gigi. Edisi 2. EGC: Jakarta.
7. Pinkam JR, et al. Pediatric Dentistry: Infancy through Adolescence, 5e
(PEDIATRIC DENTISTRY) 5th Edition. 2013, hal 41. 9

8. Mabruroh N, Oedijani. Pengaruh edukasi menggunakan Kartu Indikator Karies


Anak (KIKA) terhadap pengetahuan ibu tentang pencegahan karies gigi sulung di
Kelurahan Randusari Semarang. Jurnal Media Medika Muda Tahun 2013 hal 1.
10
9. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta:
Jakarta. 2012, hal 55. 11
10. Kuntari T. 2013. Faktor Resiko Malnutrisi pada Balita. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasonal. Vol.7 no. 12. Juli 2013.
11. Ramadani, Pratiwi. 2011. The Influence of Predisposising, Enabling and
Reinforcing Factors on Meal Patterns od Senior High Students in Shafiyyatul
Amaliyyah Education in Medan. Medan. Universitas Sumatera Utara. Tesis.

Anda mungkin juga menyukai