Anda di halaman 1dari 18

HUBUNGAN PENDIDIKAN PENYIKATAN GIGI DENGAN TINGKAT KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT SISWA-SISWI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU

(SDIT) IMAM BUKHARI RELATION OF TOOTH BRUSHING EDUCATION WITH ORAL AND DENTAL HYGIENE LEVEL OF ELEMENTARY SCHOOL STUDENT OF SDIT IMAM BUKHARI Desa Sayang Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang

disusun oleh : Eriska Riyanti, drg., Sp.KGA. Eka Chemiawan, drg., M.Kes. Rully Aulia Rizalda, SKG.

UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI BANDUNG 2005

ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa-siswi SDIT Imam Bukhari. Metode yang digunakan adalah eksperimental semu. Sampel berjumlah 43 anak diambil dengan purposive sampling dari siswa-siswi usia 1012 tahun. Data yang diperoleh melalui pemeriksaan klinis dengan indeks plak PHP (Personal Hygiene Performance Index) dari Podshadley dan Haley dianalisis statistik dengan uji t. Hasil penelitian ini didapat thitung pada kunjungan kedua (11,599), ketiga (13,660), dan keempat (13,846) lebih besar dari ttabel (2,018), menunjukkan bahwa terjadi perubahan yang signifikan nilai rata-rata indeks plak antara sebelum dan sesudah perlakuan. Perubahan yang signifikan juga terjadi selama proses pendidikan dengan thitung -8,346. Kesimpulan, terjadi perubahan tingkat kebersihan gigi dan mulut antara sebelum dan sesudah perlakuan pada kunjungan kedua, ketiga, dan keempat dan selama proses pendidikan. Kata kunci : penyikatan gigi, indeks plak PHP, uji t.

ABSTRACT The purpose of this study was to improve the level of oral and dental hygiene of the elementary school students of SDIT Imam Bukhari. The study used the quasi-experimental method. Sample consist of 43 students between 10 and 12 years of age collected by purposive sampling. Data were obtained through clinical examination with the PHP (/Personal Hygiene Performance/) plaque index of Podshadley and Haley was analyzed statistically with the t test. Study results showed that tcount on second (11,599), third (13,660), and fourth visit (13,846) were bigger than ttable (2,018) which indicates that there was a significant change in the average value of plaque index before and after treatment. A significant change also occurs during the educational process with tcount -8,346. The conclusion of the study indicates that there was a change in level of oral

and dental hygiene before and after treatment on second, third, and fourth visit and during the educational process. Key words : tooth brushing, the PHP plaque index, t test.

PENDAHULUAN Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Imam Bukhari merupakan salah satu lembaga pendidikan dasar yang mengembangkan kurikulum terpadu yaitu kurikulum pendidikan dasar nasional dan kurikulum lokal (kurikulum seperti pada pondok pesantren) serta memberikan suatu kebebasan dalam berekspresi kepada siswa-siswinya. Sistem belajar Full Day School diterapkan di sekolah ini dengan waktu belajar mulai pukul 08.0015.00 WIB. Waktu belajar yang cukup lama ini menuntut anak harus selalu dalam keadaan sehat agar dapat mengikuti semua mata pelajaran dengan baik. Kenyataannya, tidak semua anak selalu dalam keadaan sehat ketika mengikuti kegiatan belajar. Terkadang anak tersebut tidak dalam keadaan baik atau sakit saat mengikuti kegiatan belajar. Ironisnya, di sekolah ini kurang memperhatikan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Termasuk juga tidak adanya program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Hasil penelitian pada awal tahun ini menunjukkan bahwa tingkat kebersihan mulut siswa di SDIT Imam Bukhari 14,02 % baik, 76,64 % sedang, dan 9,34 % buruk.1 Peran sekolah sangat diperlukan dalam upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak, karena faktor lingkungan yang salah satunya adalah sekolah, memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku. Penentuan perilaku dalam hal ini adalah dihasilkannya kebiasaan menyikat gigi pada anak, yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari tanpa ada perasaan terpaksa.2

Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya dilakukan sejak usia dini. Usia sekolah dasar merupakan saat yang ideal untuk melatih kemampuan motorik seorang anak, termasuk di antaranya menyikat gigi.3,4 Kemampuan menyikat gigi secara baik dan benar merupakan faktor yang cukup penting untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Keberhasilan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut juga dipengaruhi oleh faktor penggunaan alat, metode penyikatan gigi, serta frekuensi dan waktu penyikatan yang tepat. Tersedia berbagai variasi dalam desain sikat gigi, berbagai metode penyikatan gigi, frekuensi penyikatan gigi, dan waktu penyikatan gigi.5 Pendidikan cara-cara penyikatan gigi bagi anak-anak perlu diberikan contoh suatu model yang baik serta dengan teknik yang sesederhana mungkin. Penyampaian pendidikan kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak harus dibuat semenarik mungkin, antara lain melalui penyuluhan yang atraktif tanpa mengurangi isi pendidikan, demonstrasi secara langsung, program audio visual, atau melalui sikat gigi massal yang terkontrol. Perubahan yang diharapkan terjadi dalam proses pendidikan bukanlah sekadar penambahan atau pengurangan perilaku atau keterampilan, namun perubahan struktur pola perilaku dan pola kepribadian menuju pola yang makin sempurna.6 Penelitian tentang kebersihan gigi dan mulut ini dilakukan pada siswa-siswi yang berusia 1012 tahun. Alasan pemilihan usia tersebut berhubungan dengan minat belajar anak yang tinggi didukung oleh ingatan anak yang mencapai intensitas paling besar dan paling kuat, serta kemampuan dalam menangkap dan memahami materi yang diberikan. Secara umum tentunya lebih baik daripada kelompok umur yang lebih muda. Anak-anak pada usia ini juga dianggap sudah mandiri dalam kegiatan menyikat gigi. Selain itu mereka telah mendapat penyuluhan dari BEM FKG UNPAD beberapa waktu yang lalu.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis mencoba membahas tentang hubungan pendidikan penyikatan gigi dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa-siswi SDIT Imam Bukhari.

BAHAN DAN METODE Menurut tujuan yang ingin dicapai, jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental semu. Populasi pada penelitian ini adalah siswa-siswi SDIT Imam Bukhari. Adapun kriteria populasi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Berusia 10 12 tahun. 2. Keadaan kesehatan umum baik. 3. Tidak memakai alat ortodonti baik lepasan maupun cekat. 4. Bersedia ikut serta dalam penelitian (kooperatif). 5. Disetujui oleh orang tua dengan pengisian informed consent. Pemilihan sampel secara purposive sampling, yaitu mengambil beberapa anak sebagai sampel dengan sengaja menurut kriteria khusus yang dimilikinya dan dapat mewakili populasi. Didapatkan 43 anak sebagai sampel. Penelitian ini dilakukan di SDIT Imam Bukhari Desa Sayang, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Penelitian terhadap siswa-siswi yang berusia 1012 tahun dilaksanakan pada bulan FebruariMaret 2005. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan, dalam pelaksanaannya perlu diketahui beberapa definisi yang berhubungan, yaitu : 1. Usia

Usia dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir anak pada saat penelitian, apabila usia anak lebih dari 6 bulan dari tanggal kelahirannya usia anak dibulatkan ke atas. Subjek yang diteliti yaitu usia 10 12 tahun. 2. Perlakuan Maksud perlakuan adalah pemberian pendidikan tentang kesehatan gigi dan mulut dan melakukan penyikatan gigi secara terbimbing yang merupakan hasil pendidikan kesehatan gigi dan mulut. 3. Pendidikan Materi yang diberikan antara lain fungsi dan jenis gigi, pengertian plak, plak penyebab gigi berlubang, proses gigi berlubang, makanan yang sehat bagi gigi, perawatan gigi

berlubang, cara penyikatan gigi yang baik dan benar. Pendidikan diberikan secara grup dengan metode sokratik. 4. Plak Plak adalah deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, tidak hilang hanya dengan berkumur, dan akan menyerap warna jika diberi disclosing solution. 5. Indeks Plak PHP Indeks plak PHP adalah angka yang menunjukkan jumlah total skor plak pada gigi yang diperiksa dibagi jumlah seluruh permukaan gigi yang diperiksa.

Cara pemeriksaan klinis pada plak yang ditentukan berdasarkan indeks plak PHP adalah sebagai berikut : 1. Digunakan bahan pewarna gigi yang berwarna merah (disclosing solution) untuk memeriksa plak yang terbentuk pada permukaan mahkota gigi.

2. Pemeriksaan dilakukan pada permukaan mahkota gigi bagian fasial atau lingual dengan membagi tiap permukaan mahkota gigi menjadi lima subdivisi (Gambar 1), yaitu : D G : distal : 1/3 tengah gingiva

M : mesial C : 1/3 tengah

I/O : 1/3 tengah insisal/oklusal

Insisivus

Molar

Gambar 1. Lima Subdivisi Permukaan Gigi dalam Indeks Plak PHP.7 3. Pemeriksaan dilakukan secara sistematis pada : 1) Permukaan labial gigi insisif pertama kanan atas. 2) Permukaan labial gigi insisif pertama kiri bawah. 3) Permukaan bukal gigi molar pertama kanan atas. 4) Permukaan bukal gigi molar pertama kiri atas. 5) Permukaan lingual gigi molar pertama kiri bawah. 6) Permukaan lingual gigi molar pertama kanan bawah. Gigi pengganti di sebelah mesial.

4. Cara penilaian plak adalah sebagai berikut7 : Nilai 0 = tidak ada plak. Nilai 1 = ada plak. 5. Cara pengukuran untuk menentukan indeks plak PHP yaitu dengan rumus : Jumlah total skor plak seluruh permukaan gigi yang diperiksa IP PHP = --------------------------------------------------------------------------Jumlah gigi yang diperiksa Nilai yang dihasilkan adalah berupa angka. 6. Kriteria penilaian tingkat kebersihan mulut berdasarkan indeks plak PHP (Personal Hygiene Performance), yaitu : Sangat Baik Baik Sedang Buruk : 0 : 0,1 1,7 : 1,8 3,4 : 3,5 5

Penelitian dilaksanakan dalam 4 kali kunjungan, yaitu kunjungan kesatu pada hari ke-1, kunjungan kedua pada hari ke-3, kunjungan ketiga pada hari ke-5, dan kunjungan keempat pada hari ke-7. Kunjungan Kesatu Langkah-langkah yang dilakukan pada kunjungan kesatu adalah sebagai berikut : 1. Pengisiaan Informed Consent Siswa diberikan penjelasan tentang informed consent, kemudian diminta untuk ditandatangani oleh orang tua mereka.

2. Persiapan Meliputi persiapan alat dan bahan untuk penilaian indeks plak. Peralatan dan bahan yang digunakan harus dalam keadaan bersih. 3. Pemeriksaan Klinis Awal Pemeriksaan awal yaitu pemeriksaan indeks plak sebelum perlakuan. Dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Siswa diminta duduk di kursi yang telah disediakan. 2) Dilakukan pengisian formulir pemeriksaan meliputi nama, umur, jenis kelamin, dan tanggal pemeriksaan. 3) Selanjutnya dilakukan pemeriksaan klinis dengan menggunakan bahan pewarna khusus (disclosing solution) untuk memeriksa plak yang terbentuk pada permukaan mahkota gigi. Hasil pemeriksaan dicatat dalam formulir pemeriksaan. 4. Perlakuan Siswa diberikan pendidikan tentang kesehatan gigi dan mulut, kemudian melakukan penyikatan gigi secara terbimbing yang merupakan hasil pendidikan kesehatan gigi dan mulut. 5. Pemeriksaan Klinis Akhir Pemeriksaan akhir yaitu pemeriksaan indeks plak sesudah perlakuan. Dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Siswa diminta duduk di kursi yang telah disediakan. 2) Selanjutnya dilakukan pemeriksaan klinis dengan menggunakan bahan pewarna khusus (disclosing solution) untuk memeriksa plak yang terbentuk pada permukaan mahkota gigi. Hasil pemeriksaan dicatat dalam formulir pemeriksaan.

10

Hasil dari penelitian pada kunjungan kesatu ini adalah terdapat dua kelompok siswa yang memiliki tingkat kebersihan gigi dan mulut yang berbeda. Siswa yang memiliki tingkat kebersihan gigi dan mulut lebih buruk pada kunjungan kesatu dilakukan pengulangan perlakuan dan pemeriksaan klinis pada kunjungan kedua, sedangkan siswa yang memiliki tingkat kebersihan gigi dan mulut lebih baik, tidak lagi dilakukan penelitian. Kunjungan Kedua Langkah-langkah yang dilakukan pada kunjungan kedua adalah sebagai berikut : 1. Persiapan Meliputi persiapan alat dan bahan untuk penilaian indeks plak. Peralatan dan bahan yang digunakan harus dalam keadaan bersih. 2. Pemeriksaan Klinis Awal Pemeriksaan awal yaitu pemeriksaan indeks plak sebelum perlakuan. Dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Siswa diminta duduk di kursi yang telah disediakan. 2) Dilakukan pengisian formulir pemeriksaan meliputi nama, umur, jenis kelamin, dan tanggal pemeriksaan. 3) Selanjutnya dilakukan pemeriksaan klinis dengan menggunakan bahan pewarna khusus (disclosing solution) untuk memeriksa plak yang terbentuk pada permukaan mahkota gigi. Hasil pemeriksaan dicatat dalam formulir pemeriksaan. 3. Perlakuan Siswa diberikan pendidikan tentang kesehatan gigi dan mulut, kemudian melakukan penyikatan gigi secara terbimbing yang merupakan hasil pendidikan kesehatan gigi dan mulut.

11

4. Pemeriksaan Klinis Akhir Pemeriksaan akhir yaitu pemeriksaan indeks plak sesudah perlakuan. Dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Siswa diminta duduk di kursi yang telah disediakan. 2) Selanjutnya dilakukan pemeriksaan klinis dengan menggunakan bahan pewarna khusus (disclosing solution) untuk memeriksa plak yang terbentuk pada permukaan mahkota gigi. Hasil pemeriksaan dicatat dalam formulir pemeriksaan. Kunjungan Ketiga Langkah-langkah yang dilakukan pada kunjungan ketiga adalah sama seperti pada kunjungan kedua. Kunjungan Keempat Langkah-langkah yang dilakukan pada kunjungan keempat adalah sama seperti pada kunjungan ketiga.

Data hasil penelitian berupa nilai indeks plak yang berbentuk angka. Untuk mengetahui apakah terjadi perubahan tingkat kebersihan gigi dan mulut antara sebelum dan sesudah perlakuan pada tiap kunjungan, maka analisis statistik yang digunakan adalah uji data berpasangan. Dilanjutkan dengan uji kesamaan dua rata-rata (uji t untuk sampel yang berpasangan) untuk mengetahui ada tidaknya penurunan yang bermakna nilai indeks plak antara sebelum dan sesudah perlakuan.8 Analisis statistik yang digunakan untuk mengetahui apakah terjadi perubahan tingkat kebersihan gigi dan mulut antara sebelum dan sesudah perlakuan selama proses pendidikan, maka analisis statistik yang digunakan untuk mengetahui perubahan tingkat kebersihan gigi dan mulut yaitu dengan uji t untuk sampel berpasangan.

12

Statistik Uji : Uji t sampel berpasangan

n b t= dengan S2 b = Sb / n
Keterangan : b
b Sb Sb2 n

b2 ( n (n 1)

b) 2

: Selisih dari efek PHP-1 dengan PHP-2


: Rata-rata selisih : Simpangan baku dari b : varians dari b : Ukuran sampel

HASIL
Data tentang nilai indeks plak pada siswa-siswi SDIT Imam Bukhari Kabupaten Sumedang diperoleh melalui pemeriksaan klinis dengan menggunakan indeks PHP (Personal

Hygiene Performance Index). Hasil penelitian meliputi pemeriksaan klinis mengenai kebersihan
gigi dan mulut pada siswa-siswi yang berusia 10-12 tahun yang dilakukan terhadap 43 siswa, dimana diukur nilai indeks plak gigi sebelum dan sesudah perlakuan. Pada Tabel 1 dapat dilihat nilai rata-rata indeks plak sebelum dan sesudah perlakuan. Tabel 1. Nilai Rata-rata Indeks Plak Sebelum dan Sesudah Perlakuan Jumlah Siswa Rata-rata Indeks Plak 0,488 43 Sesudah 0,281 0,207 Rata-rata Beda

Kunjungan

Perlakuan

Sebelum Kedua

13

Sebelum Ketiga Sesudah Sebelum Keempat Sesudah 43 43

0,450 0,254 0,196 0,407 0,263 0,144

Berdasarkan Tabel 1 dapat kita ketahui bahwa nilai rata-rata indeks plak antara sebelum dan sesudah perlakuan terjadi perubahan, baik pada kunjungan kedua (sebesar 0,207), ketiga (sebesar 0,254), dan keempat (sebesar 0,263). Perubahan yang terjadi dapat terlihat pada Grafik 1. Grafik 1. Nilai Rata-rata Indeks Plak pada Tiap Pemeriksaan
0,7

N ilai R ata-rata Indeks P lak

0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 1 2 3 4 5 6 7 8

Pemeriksaan Ke-

Berdasarkan Grafik 1 dapat dilihat bahwa terjadi perubahan nilai rata-rata indeks plak pada tiap kunjungan (dilakukan 2 kali pemeriksaan pada tiap kunjungan). Perubahan nilai ratarata indeks plak tersebut dilihat apakah signifikan atau tidak, maka data yang diperoleh dianalisis

14

menggunakan uji t untuk sampel yang berpasangan. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Perhitungan Uji t Nilai Rata-rata Beda Indeks Plak Kunjungan Kedua Ketiga Keempat t hitung 11,599 13,660 13,846 t tabel 2,018 2,018 2,018 Kriteria H0 Ditolak H0 Ditolak H0 Ditolak

Berdasarkan Tabel 2 dapat kita ketahui bahwa seluruh nilai t hitung pada kunjungan kedua, ketiga, dan keempat lebih besar dari t tabel, maka hal tersebut menyebabkan H0 ditolak. Berarti terjadi perubahan yang signifikan antara sebelum dengan sesudah perlakuan pada masingmasing kunjungan. Dilihat dari nilai rata-rata indeks plak sebelum dan sesudah perlakuan dapat disimpulkan bahwa perubahan nilai rata-rata indeks plak tersebut signifikan. Tingkat kebersihan gigi dan mulut antara sebelum dan sesudah perlakuan selama proses pendidikan dilihat apakah terjadi perubahan dengan menggunakan analisis uji t untuk sampel yang berpasangan. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Perhitungan Uji t Nilai Rata-rata Beda Efek Penurunan Indeks Plak Kunjungan Kesatu dan Keempat t hitung -8,346 t tabel 2,081 Kriteria H0 ditolak

15

Berdasarkan Tabel 3 dapat kita ketahui bahwa efek penurunan kunjungan kesatu dengan kunjungan keempat H0 ditolak, artinya terjadi perubahan nilai rata-rata indeks plak yang signifikan. Dilihat dari nilai rata-rata efek penurunan indeks plak kunjungan kesatu dan keempat, dapat disimpulkan bahwa tingkat kebersihan gigi dan mulut terjadi perubahan yang signifikan antara sebelum dan sesudah perlakuan selama proses pendidikan.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh perubahan nilai rata-rata indeks plak gigi antara sebelum dan sesudah perlakuan siswa-siswi SDIT Imam Bukhari. Nilai rata-rata indeks plak pada kunjungan kedua, sebelum perlakuan adalah sebesar 0,488 termasuk dalam tingkat kebersihan gigi dan mulut kriteria sedang, dan nilai rata-rata indeks plak sesudah perlakuan sebesar 0,281 juga masih termasuk dalam tingkat kebersihan gigi dan mulut kriteria sedang. Berdasarkan analisis statistik persamaan dua rata-rata dengan uji t didapatkan t hitung (11,599) > t tabel (2,018), terdapat perubahan yang signifikan antara sebelum dan sesudah perlakuan, namun tingkat

kebersihan gigi dan mulut masih termasuk kriteria sedang. Hal tersebut dapat terjadi karena siswa masih belum memahami cara penyikatan gigi yang baik dan benar walaupun telah diberikan dua kali perlakuan ; cara pemberian perlakuan yang kurang efektif ; model yang dipergunakan kurang menarik perhatian ; siswa masih terbiasa dengan kebiasaan menyikat gigi sebelum perlakuan, sehingga usaha penyikatan gigi secara baik dan benar belum maksimal ; motivasi siswa dalam hal penyikatan gigi masih kurang ; bentuk, ukuran, dan jenis sikat gigi yang kurang sesuai (tidak dapat menjangkau daerah-daerah yang sulit) saat melakukan penyikatan gigi ; serta pasta gigi yang kurang disukai oleh siswa. Nilai rata-rata indeks plak pada kunjungan ketiga, sebelum perlakuan adalah sebesar 0,450 termasuk dalam tingkat kebersihan gigi dan mulut kriteria sedang, dan nilai rata-rata indeks

16

plak sesudah perlakuan sebesar 0,196 termasuk dalam tingkat kebersihan gigi dan mulut kriteria baik. Berdasarkan analisis statistik persamaan dua rata-rata dengan uji t didapatkan t (13,660) > t
tabel hitung

(2,018), terdapat perubahan yang signifikan antara sebelum dan sesudah

perlakuan, dan telah terjadi perubahan kriteria tingkat kebersihan gigi dan mulut, yaitu menjadi kriteria baik. Hal tersebut dapat disebabkan karena cara pemberian perlakuan telah diperbaiki ; perlakuan telah tiga kali diberikan, sehingga siswa mulai mengerti dengan baik terhadap penyikatan gigi yang baik dan benar ; siswa telah melakukan penyikatan gigi yang baik dan benar secara berulang-ulang, karena siswa yang lebih sering mempraktekkan materi pendidikan akan lebih mudah memanggil memori lama yang berhubungan dengan materi yang sedang ia tekuni9 ; siswa mulai mempunyai motivasi dalam penyikatan gigi ; siswa telah mempraktekkan penyikatan gigi yang baik dan benar di rumah, sehingga tingkat kebersihan mulut lebih terjaga. Nilai rata-rata indeks plak pada kunjungan keempat, sebelum perlakuan adalah sebesar 0,407 termasuk dalam tingkat kebersihan gigi dan mulut kriteria sedang, dan nilai rata-rata indeks plak sesudah perlakuan sebesar 0,144 termasuk dalam tingkat kebersihan gigi dan mulut kriteria baik. Berdasarkan analisis statistik persamaan dua rata-rata dengan uji t didapatkan t (13,846) > t
tabel hitung

(2,018), terdapat perubahan yang signifikan antara sebelum dan sesudah

perlakuan, dan tetap terjadi perubahan kriteria tingkat kebersihan gigi dan mulut, yaitu menjadi kriteria baik. Hal tersebut dapat disebabkan karena perlakuan telah empat kali diberikan, sehingga siswa telah mengerti dengan lebih baik terhadap cara penyikatan gigi yang baik dan benar. Siswa telah memahami gerakan-gerakan penyikatan yang salah dan tidak dibutuhkan sehingga dapat mengurangi gerakan-gerakan tersebut, serta telah dilakukan upaya perbaikan gerakan-gerakan yang harus dilakukan.9 Terjadi perubahan apabila dilihat antara sebelum dan sesudah perlakuan selama proses pendidikan. Nilai rata-rata efek penurunan indeks plak pada kunjungan kesatu sebesar 0,233,

17

sedangkan pada kunjungan keempat sebesar 0,462. Hal tersebut menunjukkan adanya penurunan nilai rata-rata indeks plak selama proses pendidikan. Berdasarkan analisis statistik persamaan dua rata-rata dengan uji t didapatkan t
hitung

(-8,346) < t

tabel

(2,018), terjadi perubahan yang

signifikan antara efek penurunan indeks plak kunjungan kesatu dengan efek penurunan indeks plak kunjungan keempat, ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata indeks plak siswa semakin baik dari kunjungan kedua dan ketiga, serta terlihat adanya peningkatan kebersihan gigi dan mulut sehingga termasuk dalam kriteria baik. Hal ini dapat terjadi karena siswa telah sering mempraktekkan penyikatan gigi secara baik dan benar di rumah. Didukung juga oleh kepedulian siswa terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut juga sudah cukup baik, sehingga tingkat kebersihan gigi dan mulut tetap terjaga.

KESIMPULAN
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan tingkat kebersihan mulut antara sebelum dan sesudah perlakuan pada kunjungan kedua, ketiga, dan keempat, serta selama proses pendidikan. Saran yang dapat diberikan, pertama, pendidikan kesehatan gigi dan mulut harus mulai diberikan kepada anak sejak usia dini. Kedua, tenaga kesehatan sebaiknya memberikan pendidikan kesehatan gigi dan mulut kepada anak sekolah secara berulang-ulang. Ketiga, cara penyampaian pendidikan kesehatan gigi dan mulut kepada anak sebaiknya dibuat semenarik mungkin, dan harus ada kerjasama yang baik antara siswa, guru, dengan orang tua agar pendidikan yang diberikan dapat bermanfaat bagi siswa.

18

DAFTAR PUSTAKA
1. Pujoraharjo, P. Tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa sekolah dasar islam terpadu (sdit) imam bukhari desa sayang jatinangor kabupaten sumedang. Skripsi. Bandung: Univ Padjadjaran. 2005. 2. Simanulang, B. dan E. Masdiana. Pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan perilaku budaya

tradisional pada generasi muda di kota batam. Jakarta: CV. Eka Darma. 1997.
3. Andlaw, R. J. and W. P. Rock. A manual of pediatric dentistry. 4th ed. Edinburg: Ghurcill Livingstone. 1996. 4. Kartono, K. Psikologi anak psikologi perkembangan. Bandung: Mandar Maju. 1990: 133146. 5. Wendari, S. Peran kebersihan rongga mulut pada pencegahan karies dan penyakit periodontal. Surabaya: Univ Airlangga: Majalah kedokteran gigi. 2001: 643-648. 6. Mudyahardjo, R., W. Rasyidin, S. Soegiyanto. Dasar-dasar kependidikan. Jakarta: Universitas Terbuka. 1993. 7. Forrester, D. J., M. L.Wagner., and J. Fleming. Pediatric dental medicine. Philadelphia: Lea & febiger. 1981: 377-387. 8. Sudjana. Metoda statistika. Edisi ke-6. Bandung: Penerbit Tarsito. 1996. 9. Syah, M. Psikologi belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2003.

Anda mungkin juga menyukai