Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara

sosial dan ekonomis. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu

unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Setiap kegiatan dalam upaya untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan

berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia,

serta peningkatan ketahan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional.1

Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu bagian yang tidak

dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara keseluruhan. 2 Penyakit gigi dan

mulut yang banyak diderita masyarakat di Indonesia pada umumnya berkaitan

dengan kebersihan gigi dan mulut.3 Faktor yang mempengaruhi kebersihan

gigi dan mulut yaitu adanya penumpukan sisa makanan, plak, kalkulus,

material alba, dan stain pada permukaan gigi geligi.4

Kebersihan gigi dan mulut yang tidak dijaga dapat menyebabkan

masalah gigi dan mulut terjadi. Masalah ini dapat mengenai siapa saja tanpa

mengenal usia. Anak merupakan usia rentan terhadap penyakit mulut karena

masih memerlukan bantuan dari orang tua maupun keluarga untuk

membimbing dalam menjaga kebersihan gigi dan mulutnya begitu pula anak

berkebutuhan khusus yang memiliki resiko sangat tinggi pada masalah

1
2

kebersihan mulut.5 Penelitian yang dilakukan pada anak berkebutuhan khusus

meliputi anak tunarungu, tunadaksa, dan tunagrahita di SLB YPAC Manado

menunjukkan bahwa kebersihan gigi dan mulut anak tunarungu dan tunadaksa

lebih baik dibandingkan dengan anak tunagrahita 6, hal ini dilihat dari

karakteristik anak tunagrahita yaitu mengalami kesulitan mengurus diri sendiri

seperti berpakaian, makan, serta mengurus kebersihan diri sendiri serta

kebersihan gigi dan mulut.7 Kebersihan gigi dan mulut anak tunagrahita lebih

buruk dibandingkan dengan anak normal lainnya.8

Data Badan Pusat Statistik Nasional tahun 2007 menunjukkan 8,3 juta

jiwa anak di Indonesia merupakan penyandang cacat dari total populasi anak

di Indonesia. Berdasarkan Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS)

pada tahun 2011, terdapat 130.572 anak penyandang cacat yang terdiri dari

tunadaksa, tunanetra, tunarungu, tunawicara, dan tunagrahita. Anak dengan

penyandang cacat tunagrahita menempati angka kedua terbesar setelah

tunadaksa, dan masih tinggi dibandingkan dengan jumlah anak dengan

keterbatasan lainnya.9 Tunagrahita yaitu anak penyandang cacat mental. Anak

Tunagrahita merupakan anak dengan keadaan inteligensi yang kurang sejak

masa perkembangannya atau keadaan kekurangan inteligensi sehingga daya

guna sosial dalam pekerjaan seseorang menjadi terganggu.10 Anak tunagrahita

sebagian besar mempunyai masalah kebersihan gigi dan mulut dan masalah

kesehatan gigi lainnya.8

Masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling sering terjadi pada anak

tunagrahita adalah penyakit jaringan periodontal, gigi berlubang dan gigi tidak

beraturan malokluksi. Kelainan ini juga ditambah dengan kesulitan anak untuk
3

dapat menjaga kesehatan gigi mulutnya secara mandiri dan kurang aktifnya

otot mulut untuk mendapatkan pembersihan alamiah gigi yang baik. Pasien

anak tunagrahita bisa memperoleh perawatan gigi , tetapi dalam menerima

tindakan-tindakan khusus seperti anastesi lokal dan instrumen-instrumen

berkecepatan tinggi tergantung tingkat pemahaman dan usia mereka. 8 WHO

merekomendasikan usia untuk pemeriksaan kesehatan rongga mulut yaitu

kelompok usia 10 sampai 19 tahun yang merupakan usia kritis untuk

pengukuran indikator penyakit periodontal anak remaja sebagai usia

pemeriksaan, karena gigi tetap yang menjadi indeks OHI-S telah tumbuh

seutuhnya.24

Hasil penelitian terdahulu di SLB Negeri Widiasih Kecamatan Pari

Kabupaten Pangandaran menunjakkan Indeks kebersihan gigi dan mulut

(OHI-S) pada anak tunagrahita ringan dan tunagrahita sedang usia 12-18 tahun

di SLB Negeri Widiasih Parigi Kabupaten Pangandaran rata-rata dari 27

sampel penelitian pada anak tunagrahita ringan dan sedang menunjukkan

bahwa kebersihan gigi dan mulut pada anak tunagrahita ringan yaitu kriteria

baik 4 orang (14,81 %), kriteria sedang 19 orang (73,37 %), dan kriteria buruk

4 orang (14,81 %) sedangkan anak tunagrahita sedang memiliki kriteria OHI-S

sedang sebanyak 5 orang (100 %).4

Penelitian lain yang dilakukan di SLB Al-Azhar Kota Bukittinggi

pada tahun 2015 diketahui bahwa dari 32 responden anak tunagrahita

didapatkan bahwa sebagian besar memiliki OHI-S dengan kriteria jelek

sebanyak 18 orang (56,2 %) , kriteria sedang 13 orang (40,6 %), dan hanya 1

orang (3,1 %) yang memiliki OHI-S baik. 23 Hasil penelitian ini dapat dilihat

dari klasifikasi anak tunagrahita yang memiliki kemampuan dan keterampilan


4

yang berbeda. Anak tunagrahita ringan adalah anak yang mampu dididik

dalam bidang akademis, sosial, dan pekerjan sehingga anak tunagrahita ringan

mampu untuk mengurus dirinya sendiri, sedangkan anak tunagrahita sedang

masih memerlukan bantuan orang lain dalam melatih untuk mengurus diri

sendiri, berbeda dengan anak tunagrahita berat yang tidak mampu mengurus

diri sendiri serta membutuhkan bantuan orang dalam mengurus kebutuhan

dirinya.

Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Manggis Gantiang Kota Bukittinggi

terletak di Jalan Belakang Hotel Pusako Manggis Gantiang, Kecamatan

Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi. Beberapa tahun sebelumnya SLB

Negeri Manggis Gantiang belum pernah mendapatkan penyuluhan serta poster

tentang kebersihan gigi dan mulut. Hasil pemeriksaan kebersihan gigi dan

mulut (OHI-S) pada 12 anak tunagrahita ringan dan tunagrahita sedang di SLB

Negeri Manggis Gantiang didapatkan 3 anak memiliki kebersihan gigi dan

mulut dengan kriteria baik, 5 anak dengan kriteria sedang, 3 anak dengan

kriteria jelek dan dari hasil wawancara diketahui bahwa mereka suka

mengkonsumsi makanan manis dan melekat seperti permen, es, coklat, dan

wafer serta tidak bekumur-kumur setelah itu. 7 orang anak tunagrahita

memiliki kebiasaan menyikat gigi 2 kali sehari serta 5 orang lainnya menyikat

gigi 2 kali sehari bahkan hanya 1 kali sehari dengan gerakan maju mundur

pada semua permukaan gigi dan diketahui bahwa mereka tidak pernah

melakukan kontrol gigi ke petugas kesehatan gigi.


5

Tabel 1 Jumlah Anak Tunagrahita di SLB Negeri Manggis Gantiang Kota


Bukittinggi Tahun 2017

No Kriteria Umur 10 – 19 tahun


1. Tunagrahita Ringan 34
2. Tunagrahita Sedang 35
Jumlah 69
(Sumber : Data SLB Negeri Manggis Ganting tahun 2017)

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui

gambaran angka kebersihan gigi dan mulut (OHI-S) pada anak tunagrahita di

SLB Negeri Manggis Ganting Kota Bukittinggi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan

bahwa masalah pada penelitian ini adalah “ Bagaimana gambaran angka

kebersihan gigi dan mulut (OHI-S) pada anak tunagrahita di SLB Manggis

Gantiang Kota Bukittinggi?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran angka kebersihan gigi dan mulut

(OHI-S) pada anak tunagrahita di SLB Manggis Gantiang Kota Bukittinggi.

2. Tujuan khusus

a.Untuk mengetahui distribusi frekuensi angka kebersihan gigi dan mulut

anak tunagrahita ringan di SLB Manggis Gantiang Kota Bukittinggi.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi angka kebersihan gigi dan mulut

pada anak tunagrahita sedang di SLB Manggis Gantiang Kota Bukittinggi.


6

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi instansi kesehatan

Sebagai bahan informasi dan tambahan masukan agar dapat meningkatkan

pelayanan kesehatan terutama dibidang kesehatan gigi dan mulut.

2. Bagi peneliti lain dimasa datang

Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti selanjutnya terutama

yang terkait dengan gambaran angka kebersihan gigi dan mulut (OHI-S)

pada anak tunagrahita.

3. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam mengembangkan

ilmu pengetahuan dibidang kesehatan gigi dan mulut mengenai gambaran

angka kebersihan gigi dan mulut (OHI-S) pada anak tunagrahita.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang gambaran kebersihan gigi dan mulut

pada anak tunagrahita.

Anda mungkin juga menyukai