Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Anak usia sekolah merupakan salah satu masa pertumbuhan dan perkembangan

yang dilalui setiap anak menjelang masa remaja (Potter & Perry, 2009). Anak usia

sekolah merupakan kategori usia mulai dari 6 tahun sampai dengan usia 12 tahun yang

berisiko mengalami masalah pada gigi dan mulut. Manusia mengalami pergantian gigi

geligi, yaitu dari gigi geligi susu ke gigi geligi permanen. Periode gigi susu dimulai

dari umur 2 tahun sampai umur 6 tahun. Periode gigi permanen dari umur 6 tahun

sampai 13 tahun. Pada saat ini permasalahan gigi dan mulut yang sering terjadi pada

anak usia sekolah adalah karies gigi dan anak usia sekolah mempunyai risiko tinggi

mengalami karies gigi (Anggraini, 2013).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016 menyatakan bahwa

angka kejadian karies gigi pada anak usia sekolah masih sebesar 60-90%. Mayoritas

permasalahan gigi yang dialami anak usia sekolah adalah karies gigi (WHO, 2016).

Berdasarkan hasil data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) di Indonesia

prevalensi karies, karies akar dan periodontis berdasarkan rentang usia, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggal sebanyak 88,8%, namun berdasarkan

karakteristik kelompok umur anak usia sekolah rentang usia 5-9 tahun yang

mengalami karies gigi di atas rata-rata yaitu sebanyak 92,6%, dan rentang usia 10-14

tahun dengan angka di bawah rata-rata insiden di Indonesia yaitu sebanyak 73,4%

yang mengalami karies gigi (Riskesdas, 2018). Menurut Dinas Kesehatan (2018)

proporsi penduduk dalam perilaku sikat gigi yang benar di Indonesia berdasarkan

waktu sikat gigi yang benar sebanyak 2,8%, sedangkan perilaku sikat gigi di Provinsi

Riau di bawah rata-rata yaitu sebanyak 1,6% jika dilihat dari waktu sikat gigi yang

1
2

benar (Dinkes, 2017). Dampak sikat gigi yang tidak benar akan menimbulkan atau

mempercepat timbulnya karies gigi.

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi akibat pola makan dan mengkonsumsi

makanan yang manis-manis seperti permen, gulali, cokelat, ice cream, cake atau taart

dan makanan yang terlalu asam seperti cuka yang menempel pada gigi dan kurangnya

kesadaran kebersihan gigi setelah mengkonsumsi makanan tersebut. Akibat kerusakan

jaringan pada gigi yang dimulai dari email (lapisan paling luar dan keras), dentin

(lapisan kedua dan lunak), dan meluas ke arah pulpa (lapisan gigi paling dalam).

Apabila sisa makanan tidak segera dibersihkan dan ditambal, karies akan menjalar ke

bawah bagian dentin dan meluas sampai pulpa yang berisi saraf dan pembuluh darah,

sehingga lama kelamaan akan menjadi sumber infeksi dalam mulut yang

menyebabkan keluhan rasa sakit dan akhirnya gigi tersebut bisa mati (Tarigan, 2016 &

Dewi, 2011).

Kebersihan gigi dan mulut sangat penting karena dapat mencegah terjadinya

karies gigi, radang gusi (periodontitis) dan juga bau mulut (Dewi, 2011). Karies gigi

dapat dicegah agar tidak sampai terjadi keparahan yang luas. Ada berbagai macam

cara untuk mencegah karies gigi, antara lain mengatur pola makan yang dikonsumsi

setiap hari, hindari makanan yang mengandung banyak gula, karbohidrat, makanan

yang mengandung asam, makanan yang mengandung kariogenik dan kontrol plak

yang ada di gigi dengan menggosok gigi setiap hari dua kali sehari serta menggosok

gigi dengan cara yang baik dan benar (Tarigan, 2016).

Menurut Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) cara mengatasi masalah

kesehatan gigi di Indonesia adalah dengan mengupayakan penanganannya melalui

program pemeriksaan gigi enam bulan sekali. Pemerintah juga membuat program

kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) disetiap sekolah untuk mengatasi
3

permasalahan kesehatan gigi. Salah satunya dengan teknik menyikat gigi yang baik

dan benar serta memberikan penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut di

sekolah-sekolah. Penyuluhan kesehatan gigi berisikan tentang pengetahuan mengenai

cara menjaga kesehatan gigi dan mulut. Harapannya setelah dilakukan penyuluhan,

anak dapat mengetahui jenis sikat gigi dan pasta gigi yang baik, metode menyikat gigi

yang benar, serta waktu dan frekuensi menggosok gigi yang tepat (Hermina, 2009).

Menggosok gigi yang tepat bisa mengangkat sisa-sisa makanan yang

menempel pada gigi (Hidayat, 2010). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahayu

(2017), pengetahuan anak usia sekolah tentang cara menggosok gigi, frekuensi

menggosok gigi dan waktu menggosok gigi masih sangat rendah yaitu sebanyak

68,6% dan anak yang mengalami karies gigi sebanyak 72,5% dari 51 anak yang

diteliti. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut

serta perawatannya. Menurut Fitriana (2011), pengetahuan adalah informasi yang

ditemui dan diperoleh oleh manusia melalui pengamatan akal untuk mengenali suatu

benda atau kejadian yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Ketika

seseorang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi maka secara tidak langsung baik

itu sikap dan perilaku untuk melakukan perawatan terhadap kesehatan gigi dan mulut

juga tinggi (Sistawati, 2009). Hal ini didukung oleh penelitian Ahmad (2015),

pendidikan atau edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut dapat meningkatkan

pengetahuan untuk mencegah terjadinya kerusakan gigi. Sedangkan menurut

penelitian Warni (2010) penyuluhan dan pelatihan menyikat gigi efektif untuk

menurunkan indeks plak gigi dan geligi.

Berdasarkan Data dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru tahun 2018,

didapatkan data karies gigi pada anak usia sekolah yang paling banyak terdapat di

wilayah kerja Puskesmas Rejosari. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan


4

peneliti di SD Negeri 80 Pekanbaru yang merupakan salah satu SD terbanyak karies

gigi di wilayah kerja Puskesmas Rejosari didapatkan dari 123 anak yang diperiksa

terdapat 84 anak yang mengalami karies gigi. Dari hasil wawancara yang didapatkan

oleh Peneliti yang mengambil 20 siswa-siswi kelas IV, didapatkan 18 anak suka

makanan yang manis seperti permen, jajanan bakso bakar bersaus pedas manis dan 2

anak tidak suka jajan dan lebih senang membawa bekal dari rumah, 15 orang anak

tidak mengetahui cara menyikat gigi yang benar dan belum pernah mendapatkan

pendidikan kesehatan gigi yang baik dan benar, 10 anak menggosok gigi ketika

diingatkan oleh orangtua saja, dan dari 20 orang anak hanya 1 orang yang melakukan

pemeriksaan gigi 6 bulan sekali.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti menemukan fenomena bahwa

kurangnya pengetahuan anak terhadap kesehatan gigi yang menyebabkan terjadinya

karies gigi sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang efektivitas

penyuluhan kesehatan gigi dan mulut terhadap pengetahuan anak usia sekolah tentang

karies gigi.

B. Rumusan Masalah

Masalah karies gigi merupakan masalah paling umum yang terjadi pada anak

usia sekolah. Karies gigi menjadi hal yang harus diperhatikan pada anak usia sekolah

karena pola makan, jajanan yang tidak sehat dan kurangnya motivasi untuk menyikat

gigi yang mengakibatkan masih tingginya angka kejadian karies gigi, hal ini akan

menjadi masalah kesehatan gigi dan mulut pada anak usia sekolah. Berdasarkan studi

pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, anak usia sekolah tidak mengetahui cara

menyikat gigi dengan benar dan tepat, belum pernah mendapatkan pendidikan

kesehatan tentang karies gigi dan jarang melakukan pemeriksaan gigi rutin. Oleh

karena itu, masalah karies gigi pada anak menjadi suatu hal yang penting untuk
5

dicegah dan diatasi. Maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Seberapa

efektifkah penyuluhan kesehatan gigi dan mulut terhadap pengetahuan anak usia

sekolah tentang karies gigi?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas

penyuluhan kesehatan gigi dan mulut terhadap pengetahuan anak usia sekolah

tentang karies gigi.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan: usia, jenis kelamin,

frekuensi menggosok gigi, waktu menggosok gigi, nama pasta gigi, jenis sikat

gigi, dan kepemilikan sikat gigi.

b. Mengidentifikasi pengetahuan anak usia sekolah tentang karies gigi sebelum

(pre test) dan sesudah (post test) dilakukan penyuluhan kesehatan gigi dan

mulut.

c. Mengidentifikasi efektivitas penyuluhan kesehatan gigi dan mulut terhadap

pengetahuan anak usia sekolah tentang karies gigi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan,

masukan, menambah wawasan, dan pengalaman khususnya dibidang kesehatan

gigi dan mulut yang berkaitan dengan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut.
6

2. Manfaat bagi tempat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan

pertimbangan untuk meningkatkan kualitas program kesehatan terutama yang

berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia sekolah.

3. Manfaat bagi responden

Penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

kesehatan gigi dan mulut tentang karies gigi.

4. Manfaat bagi peneliti berikutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi

peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan

dengan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut terhadap pengetahuan anak usia

sekolah tentang karies gigi.

Anda mungkin juga menyukai