Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya berbagai masalah kesehatan,
salah

satu

upaya

untuk

meningkatkan

kesehatan

adalah

dengan

menyelenggarakan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan


salah satu proses yang bermanfaat untuk menciptakan iklim atau kondisi yang
dapat mempengaruhi tingkah laku kesehatan individu melalui pendidikan
diharapkan adanya perubahan sikap dan tingkah laku dari anak didik yang
disesuaikan dangan tujuan pendidikan. Untuk timbulnya sikap dan tingkah
laku yang diharapkan itu diperlukan suatu proses pendidikan. Untuk mencapai
tujuan dari suatu proses pendidikan, diperlukan sarana penunjang berupa
strategi pendekatan. Strategi pendekatan yang sesuai dengan kondisi
perorangan maupun kelompok masyarakat, akan mempercepat proses
terjadinya perubahan tingkah laku itu. Perilaku merupakan faktor terbesar
kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu,
kelompok atau masyarakat.
Adapun salah satu pendidikan kesehatan yang diterapkan adalah
pendidikan kesehetan gigi dan mulut dimana pendidikan kesehatan gigi dan
mulut adalah semua upaya atau aktivitas yang mempengaruhi orang-orang
untuk bertingkah laku yang baik bagi kesehatan dan meningkatkan kesadaran
masyarakat akan kesehatan gigi dan mulut serta memberikan pengertian cara-

cara memelihara kesehatan gigi dan mulut. Pendidikan kesehatan gigi dan
mulut ini merupakan salah satu bagian penting dari program pendidikan
kesehatan secara keseluruhan. Program kesehatan gigi dan mulut pada
hakekatnya ditunjukan kepada seluruh masyarakat yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat itu sendiri
(DepKes. RI. 1982). Melalui pendidikan kesehatan gigi dan mulut diharapkan
dapat mengurangi terjadinya berbagai penyakit gigi dan gusi.
Adapun kelainan pada gigi dan gusi seperti radang gusi diakui menjadi
faktor utama kasus gigi tanggal dan kerusakan jaringan penyangga gigi. Pusat
pencegahan

dan

pengendalian

penyakit

Amerika

Serikat

(CDC)

memperkirakan 30% warga AS mengidap radang gusi pada tingkat


periodontitis, sedangkan satu dari lima orang menderita sariawan atau radang
gusi ringan. Tidak mengherankan jika pada tahun 2005 sebanyak 500 juta
warga AS rutin ke dokter gigi. Berarti, diperlukan dana sekitar 84 milliar
dollar AS setahun. Itu menurut perkiraan Asosiasi Dental Amerika (ADA).
Lebih dari itu, setiap tahun, sebanyak 28.000 warga AS terkena kanker mulut
dan tenggorokan. Sekitar 7.200 diantaranya meninggal dunia dan sebanyak
60% penduduk Indonesia menderita penyakit gigi. Sebanyak 89 % anak
Indonesia dibawah 12 tahun menderita penyakit gigi dan mulut. Menurut
penelitian, caries atau gigi berlubang serta masalah gusi adalah penyakit gigi
dan mulut yang paling banyak ditemui pada anak. Di Jakarta, 90% anak
mengalami masalah gigi berlubang dan 80% menderita penyakit gusi. Angka
itu diduga lebih parah di daerah serta anak-anak dari golongan ekonomi

menengah kebawah. Kondisi itu mencerminkan minimnya derajat kesehatan


gigi dan mulut (DepKes). Penduduk berumur 1 tahun keatas yang tidak
mempunyai kebiasaan menggosok gigi sebesar 15,6 %. Dari yang mempunyai
kebiasaan menggosok gigi, sebesar 61,8 % menggosok gigi sesudah bangun
tidur, 11,7% menggosok gigi sesudah makan dan 22,3% menggosok gigi
sebelum

tidur

(http://bankdata.depkes.go.id/Profil/Indo98/Contens/bab5-

b.htm).
Ada berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya masalah pada
kesehatan gigi dan mulut, diantaranya gula, dimana gula dari minuman ringan
dan makanan lainnya bercampur dengan bakteri di dalam mulut dan
menghasilkan asam yang menyerang lapisan email gigi. Hal ini menyebabkan
gigi berlubang dan sakit pada gusi. Karena itu, sebaiknya batasi makanan dan
minuman yang mengandung kadar gula tinggi. Selain merusak gigi, juga
bukan termasuk makanan sehat. Penyakit gigi dan mulut akan sangat
berpengaruh pada proses tumbuh kembang anak. Anak-anak rawan
kekurangan gizi. Rasa sakit pada gigi dan mulut jelas menurunkan selera
makan mereka. Dampak lainnya, kemampuan belajar merekapun turun
sehingga jelas akan berpengaruh pada prestasi belajar. Anakpun akan enggan
beraktivitas fisik.
Masalah gigi dan mulut memang tidak termasuk dalam penyakit
mematikan.

Kondisi

itulah

yang

membuat

sebagian

masyarakat

mengesampingkan upaya pencegah bahkan juga mengobati penyakit gigi dan


mulut. Padahal berbagai masalah mengintai, sayangnya sekolah maupun

keluarga belum memberikan dukungan optimal pada upaya menjaga kesehatan


gigi dan mulut anak. Padahal, pada usia belia justru upaya edukasi dan
pencegahan lebih efektif. Dimana sekolah maupun keluarga, sebagai
lingkungan terdekat anak, sejak dini harus mendidik anak untuk disiplin
menggosok gigi minimal dua kali sehari, sesudah makan dan sebelum tidur.
Anakpun harus dibiasakan memeriksa giginya setiap 6 bulan. Hal ini terkait
dengan keterbatasan fasilitas serta kurangnya pengetahuan baik sekolah,
orangtua dan anak-anak. Apalagi kondisi ini diperparah dengan minimnya
dukungan keluarga, membuat kesehatan gigi dan anak makin tidak
diperhatikan. Padahal, solusi yang dapat ditempuh terbilang sederhana. Guru
dan orangtua secara teratur memeriksa kesehatan gigi anak, memberikan
sosialisasi jika ada masalah, segera menkonsultasikannya pada dokter gigi.
Upaya itu juga termasuk program pemeriksaan kedokter gigi enam bulan
sekali. (http:// www.google.com).
Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas, peneliti tertarik untuk meneliti
tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Dan Mulut
Dengan Perilaku Menggosok Gigi Di SDN Pondok Labu 04 Pagi Jakarta
Selatan .

B. Rumusan Masalah
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengindraan terjadi
melalui panca indra manusia yakni : indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Dimana pengetahuan secara kognitif mempunyai


enam tingkat yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Perilaku merupakan hasil belajar dari pengalaman yang pernah dialami.
(Suliswati, dkk, 2005: 112).
Pusat pencegahan dan pengendalian penyakit Amerika Serikat (CDC)
memperkirakan 30% warga AS mengidap radang gusi pada tingkat
periodontitis, sedangkan satu dari lima orang menderita sariawan atau radang
gusi ringan. Tidak mengherankan jika pada tahun 2005 sebanyak 500 juta
warga AS rutin ke dokter gigi. Berarti, diperlukan dana sekitar 84 milliar
dollar AS setahun. Itu menurut perkiraan Asosiasi Dental Amerika (ADA).
Lebih dari itu, setiap tahun, sebanyak 28.000 warga AS terkena kanker mulut
dan tenggorokan. Sekitar 7.200 diantaranya meninggal dunia dan sebanyak
60% penduduk Indonesia menderita penyakit gigi. Sebanyak 89 % anak
Indonesia dibawah 12 tahun menderita penyakit gigi dan mulut. Menurut
penelitian, caries atau gigi berlubang serta masalah gusi adalah penyakit gigi
dan mulut yang paling banyak ditemui pada anak. Di Jakarta, 90% anak
mengalami masalah gigi berlubang dan 80% menderita penyakit gusi. Angka
itu diduga lebih parah di daerah serta anak-anak dari golongan ekonomi
menengah kebawah. Kondisi itu mencerminkan minimnya derajat kesehatan
gigi dan mulut (DepKes). Penduduk berumur 1 tahun keatas yang tidak
mempunyai kebiasaan menggosok gigi sebesar 15,6 %. Dari yang mempunyai
kebiasaan menggosok gigi, sebesar 61,8 % menggosok gigi sesudah bangun
tidur, 11,7% menggosok gigi sesudah makan dan 22,3% menggosok gigi

sebelum

tidur

(http://bankdata.depkes.go.id/Profil/Indo98/Contens/bab5-

b.htm). Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi


perilaku.
Berdasarkan uraian ini maka dapat dirumuskan masalah Apakah Ada
Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan
Perilaku Menggosok Gigi Di SDN Pondok Labu 04 Pagi Jakarta Selatan.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan
tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan perilaku
menggosok gigi SDN Pondok Labu 04 Pagi Jakarta Selatan
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut.
b. Mengetahui perilaku menggosok gigi anak usia sekolah
c. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut
dengan perilaku menggosok gigi.

D. Manfaat Penelitian
1. Akademi
Bagi dunia pendidikan keperawatan bermanfaat sebagai masukan untuk
pengembangan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut.

2. Praktisi
a. Tenaga Keperawatan
Bermanfaat untuk meningkatkan wawasan tentang kesehatan gigi dan
mulut.
b. Penelitian Keperawatan
Bermanfaat sebagai data acuan atau sumber data untuk penelitian
berikutnya dan mendorong bagi yang berkepentingan untuk melakukan
penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan
mulut.
c. Masyarakat
Bermanfaat untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan gigi dan mulut khususnya pada anak.

E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian hanya dalam konteks tingkat pengetahuan
tentang kesehatan gigi dan mulut dengan perilaku mengosok gigi.

Metode

penelitian mengguanakan deskriptif kuantitatif dengan metode Cross


sectional.

F. Sistematika Penulisan
BAB I

Pendahuluan yaitu latar belakang, rumusan masalah, tujuan


penelitian (tujuan umum & tujuan khusus), manfaat penelitian

(akademi, praktisi dan masyarakat), Ruang Lingkup Penelitian


dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinajuan Pustaka yaitu pengetahuan (pengertian, tingkat
pengetahuan dan cara memperoleh pengetahuan), kesehatan
gigi dan mulut (anatomi dan fisiologi, gangguan yang sering
terjadi pada rongga mulut, cara menjaga kesehatan gigi,
tanaman berkhasiat untuk mengobati sakit gigi dan fluor dalam
odol untuk memperkuat lapisan email), Perilaku (pengertian
dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku), menggosok
gigi (cara menggosok gigi yang benar, syarat-syarat sikat gigi
yang baik dan cara menyimpan sikat gigi) dan penelitian
terkait.
BAB III

Kerangka Konsep Penelitian yaitu kerangka konsep, hipotesis


dan definisi operasional.

BAB IV :

Metodologi Penelitian yaitu rencana penelitian, lokasi dan waktu


penelitian, populasi dan sample, cara pengumpulan data,
instrumen penelitian, uji coba penelitian dan analisis data.

BAB V : Hasil Penelitian yaitu analisa univariat dan analisa bivariat.


BAB VI :

Pembahasan yaitu keterbatasan penelitian dan hasil penelitian


(univariat, bivariat).

BAB VII : Penutup yaitu simpulan dan saran.

Anda mungkin juga menyukai