Anda di halaman 1dari 13

Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Kebersihan Gigi Dan Mulut

Di Institusi Deli Husada Deli Tua


D
I
S
U
S
U
N
OLEH
Nama : Maya Rahmayana
Npm : 2315097

INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA


DELI TUA T.A 2023/224
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN…………………….………………………….1

1. Latar Belakang………………………..………………………..…1

BAB II PERMASALAHAN……………...…………………………….3

BAB III PEMBAHASAN………………….........……..………………..5

A. Pengertian……………………………..………………………….5
B. Gangguan pada gigi dan mulut…………………………………...5
C. Cara memelihara gigi dan mulut…..……………………………..7
D. Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Gigi dan Mulut……..…..8
E. Perawatan Gigi dan Mulut ………..…..………………………......8

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN………….………………..….11

DAFTAR PUSTAKA………..….………………….……………..…….12
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Kesehatan mulut merupakan komponen integral dari kesehatan umum. Hal ini
juga menjadi jelas bahwa faktor-faktor penyebab dan risiko penyakit mulut sering
sama dengan yang terlibat dalam penyakit umum. Kesehatan secara keseluruhan,
kesejahteraan, pendidikan dan pengembangan anak, keluarga dan masyarakat
dapat dipengaruhi oleh kesehatan mulut. Meskipun ada peningkatan yang cukup
besar dalam kesehatan mulut anak-anak dalam beberapa dekade terakhir, tetapi
angka karies gigi (kerusakan gigi) masih tetap salah satu masalah kesehatan
mulut yang paling sering terjadi pada anak di seluruh dunia.

Karies gigi merupakan permasalahan gigi yang sering timbul tidak hanya
pada orang dewasa tetapi juga dialami oleh anak-anak. Penyebab timbulnya
masalah kesehatan gigi dan mulut pada anak salah satunya faktornya yaitu faktor
perilaku dan sikap yang mengabaikan kesehatan gigi dan mulut, hal tersebut
terjadi karena kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya menjaga kesehatan
gigi dan mulut. Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang rendah pada anak
merupakan faktor penyebab terjadinya karies. Karies gigi dapat dicegah dengan
menghindari gula bebas makanan. Selain itu, karies gigi sebagian besar dapat
dicegah melalui intervensi populasi dan individu yang sederhana dan hemat
biaya, sedangkan pengobatanmahal, dan sering tidak tersedia di negara
berpenghasilan rendah dan menengah

Kesehatan gigi dan mulut dalam keadaan bebas dari penyakit seperti kanker
tenggorokan, infeksi dan luka pada mulut, penyakit gusi, kerusakan gigi, dan
penyakit lainnya, sehingga menjadi gangguan seperti mengigit, tersenyum, dan
berbicara WHO (2018). Kebersihan gigi dan mulut yang baik menunjukkan
kontribusi yang besar dalam mencegah penyakit mulut. Menurut WHO
prevalensi karies gigi di seluruh dunia sebesar 60-90% pada anak-anak dan
hampir mendekati 100% pada orang dewasa. Kebersihan 2 gigi dan mulut yang
buruk merupakan penyebab munculnya karies gigi dan menyebabkan kehilangan
gigi khususnya pada gigi permanen WHO. Upaya peningkatan kesehatan gigi dan
mulut oleh Direktorat Promosi Kesehatan meliputi upaya promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif dapat ditingkatkan dengan peran serta masyarakat. Salah
satu upaya untuk meminimalisasi angka kesakitan yang ada adalah dengan
preventif (promosi kesehatan) serta program pemerintah juga bekerja sama
dengan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) telah berupaya menangani
kesehtan gigi 3 melalui program pemeriksaan gigi enam bulan sekali dan
membuat kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS).

1
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 89 Tahun 2015 tentang upaya
kesehatan gigi dan mulut, kesehatan gigi dan mulut adalah sehat dari jaringan
keras dan jaringan lunak gigi serta pada unsur berhubungan di rongga mulut yang
memungkinkan individu makan, bicara dan berinteraksi sosial tanpa disfungsi,
gangguan estetik, dan ketidak nyamanan karena adanya penyakit, penyimpangan
oklusi dan kehilangan gigi sehingga mampu hidup produktif secara sosial dan
ekonomi.

Kesehatan gigi dan mulut suatu bagian yang penting dan tidak bisa
pisahkan oleh kesehatan secara umumMencuci tangan dengan sabun dan air
adalah cara terbaik untuk menyingkirkan kuman. Jika sabun dan air tidak tersedia
bagaimanapun antiseptic berbasis alkohol dapat digunakan, meskipun metode ini
akan mengurangi jumlah kuman, hal itu tidak menghilangkan semua jenis.

2
BAB II

PERMASALAHAN

Berdasarkan RIKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) di tahun 2018 tercatat


proporsi masalah gigi dan mulut 57,6% yang mendapatkan pelayanan dari tenaga
medis gigi 10,2. Sedangkan proporsi perilaku menyikat gigi yang benar 2,8.
Karies gigi yang diderita pada anak usia sekolah terdapat penyebab gangguan
kualitas hidup dan tergangunya kegiatan sehari-hari karena tidak mampuan
mengunyah. Kejadian gigi sulung pada anak mencapai 80%, dilanjutkan banyak
penderita gigi berlubang untuk anak usia dibawah 12 tahun. Provinsi Bengkulu
masih kurang untuk mencapai standar Indonesia yaitu masih dibawah 57,6%
proporsi masalah gigi dan mulut.

Data Dinas Kesehatan Kota Bengkulu Tahun 2019 laporan kegiatan


kesehatan gigi dan mulut terdapat 2.303 atau 5,43 % kasus gigi di antaranya
Kecamatan Muara Bangkahulu yang tertinggi yaitu 459 atau 18,49%, puskesmas
Beringin raya memiliki kasus terbesar yaitu 415 atau 91,6% dan yang tekecil
adalah puskesmas Bentiring yaitu 6 kasus atau 0,26%. Pada kecamatan Teluk
Segara terletak tiga teratas yaitu 139 kasus atau 13,49%, puskesmas Pasar Ikan
memiliki kasus terbesar dikecamatan Teluk Segara yaitu sebanyak 117 kasus atau
84,2% sekecamatan Teluk Segara dan yang terendah di puskesmas Kampung Bali
sebanyak 22 kasus atau 15,9%.

Hasil penelitian Dentino, (2016) dari 100 anak tingkat pengetahuan


kesehatan gigi dan mulut dengan persentase memiliki 31%, sedang 56%, dan
rendah 13%. Jadi semakin tinggi tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut,
semakin rendah angka kejadian karies gigi. Hasil penelitian Felisa, dkk (2016) di
SD Negeri 126 Manado, diketahui Pada penelitian ini didapatkan data
karakteristik berdasarkan jenis kelamin dan usia. Responden berjenis kelamin
perempuan lebih banyak (64,6%) dibandingkan dengan yang berjenis kelamin
laki-laki (35,4%). Distribusi jumlah responden menurut usia yang terbanyak ialah
9 tahun (35,4%). Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa adanya peningkatan
jumlah total skor hasil pengukuran tingkat pengetahuan anak dari pre-test ke
post-test pada pemberian DHE menggunakan media booklet maupun DHE
menggunakan media flip chart. Hasil pengukuran tingkat pengetahuan anak
sebelum dan sesudah diberikan DHE menggunakan media booklet menunjukkan
adanya kenaikan skor tingkat pengetahuan sebesar 39. Demikian juga hasil
pengukuran serupa yang menggunakan media flip chart menunjukkan juga
adanya kenaikan skor tingkat pengetahuan sebesar 37. Menurut penelitian Haq,
(2015) Berdasarkan hasil penilaian konten media, responden menilai bahwa
komik yang diberikan telah sesuai dan tepat.

3
Dengan demikian, komik milik Pusat Promosi Kesehatan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia dapat meningkatkan pengetahuan dan belum dapat
meningkatkan kepercayaan siswa kelas V SDN Martopuro Kecamatan Purwosari
Kabupaten Pasuruan tentang kesehatan gigi. Komik merupakan salah satu media
promosi kesehatan di tatanan sekolah sepertihalnya penelitian yang dilakukan
oleh Zuhriyyatul Haq pada tahun 2015 didapatkan bahwa komik efektif dalam
meningkatkan pengetahuan responden tentang kesehatan gigi. Dalam penelitian
tersebut dijelaskan bahwa komik dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran
tentang kesehatan khususnya kesehatan gigi. Komik juga dapat sebagai 4 media
promosi kesehatan tentang kesehatan gigi. Komik adalah gambar yang berjajar
dalam urutan yang disengaja, dimaksudkan untuk menyampaikan informasi atau
menghasilkan respons estetik dari pembaca McCloud (2001). Ini berarti dalam
pembuatan komik harus melalui tahap pembuatan gambar. Sedangkan menurut
M.S. Gumelar (2011: 7), komik adalah urutan-urutan gambar yang ditata sesuai
tujuan dan filosofi pembuatnya hingga pesan cerita tersampaikan, komik
cenderung diberi lettering yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal
pembuatan komik harus memiliki pesan yang harus tersampaikan, pada kasus
penelitian ini muatan materi tentang energi menjadi pesan yang akan
disampaikan

Masalah kebersihan gigi dan mulut tentunya tidak hanya terdapat pada
anak-anak tetapi juga banyak orang dewasa yang tidak menjaga kebersihan gigi
dan mulut, maka dari itu perlu dilakukan promosi kesehatan tentang kebersihan
gigi dan mulut untuk mencegah terjadinya berbagai macam penyakit. Promosi
kesehatan tentang kebersihan gigi dan mulut juga perlu dilakukan di berbagai
isntansi.

4
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Kesehatan gigi dan mulut adalah bagian dari kesehatan secara keseluruhan
yang mempengaruhi kualitas hidup. Dengan memiliki gigi dan mulut yang sehat,
beberapa aktivitas seperti berbicara, makan, dan bersosialisasi tidak akan
terganggu karena terhindar dari rasa sakit, tidak nyaman, dan malu. Salah satu
prevalensi penyakit gigi dan mulut yang tinggi adalah karies gigi. (Felisa, 2016) .
Menurut Putri, Herijulianti, dan Nurjanah (2010), kebersihan gigi dan mulut
adalah suatu keadaan yang menunjukkan bahwa di dalam rongga mulut seseorang
bebas dari kotoran seperti debris, plak dan kalkulus. Kebersihan gigi dan mulut
apabila terabaikan akan terbentuk plak pada gigi geligi dan meluas ke seluruh
permukaan gigi. Kondisi mulut yang basah, gelap dan lembab sangat mendukung
pertumbuhan dan perkembanganbiakan bakteri yang membentuk plak. Mengukur
kebersihan gigi dan mulut merupakan upaya untuk menentukan keadaan
kebersihan gigi dan mulut seseorang

B. Ganguan Pada Gigi dan Mulut


kebersihan gigi dan mulut adalah suatu keadaan yang menunjukkan bahwa di
dalam rongga mulut seseorang bebas dari kotoran, lapisan yang menumpuk dan
melekat pada permukaan beserta kelainan atau penyakit mulut dan gigi.

1. Plak
Kebanyakan penyebab masalah kesehatan gigi dan mulut adalah plak,
Plak adalah suatu lapisan lengket yang merupakan kumpulan dari bakteri.
Plak ini akan mengubah karbohidrat atau gula yang berasal dari makanan
kamu menjadi asam cukup kuat untuk merusak gigi. Plak juga merupakan
penyebab terjadinya radang gusi dan jaringan periodontal yang lebih dalam,
apabila proses peradangan berlajut, maka jaringan periodontal ini lama
kelamaan akan rusak sehingga akan kehilangan fungsinya sebagal penopong
gigi. Gigi pun akan menjadi goyang dan lama-kelamaan bisa lepas dari
tempatnya. Pembentukan Plak Gigi Kenyataan bahwa plak gigi merupakan
lengketan yang berisi bakteri serta produk-produkya, yang terbentuk pada
semua permukaan gigi. Akumulasi bakteri ini tidak terjadi secara kebetulan
melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan. Email yang bersih terpapar
di rongga mulut maka akan di tutupi oleh 16 lapisan organic yang amorf yang
di sebut pelikel. Pelikel ini terdiri atas glikoprotein yang diendapkan dari
saliva dan terbentuk segera setelah penyikatan gigi.

5
Sifatnya sangat lengket dan mampu membantu melekatkan bakteri-
bakteri tertentu pada permukaan gigi. Bakteri yang mula-mula menghuni
pelikel terutama terbentuk kokus. Streptokokus adalah yang paling banyak.
Organisme tersebut tumbuh, berkembang biak dan mengeluarkan gel sel
estraksel yang lengket dan akan menjerar berbagai bentuk bakteri yang lain.
Plak dalam beberapa hari aka bertambah tebal dan terdiri dari berbagai
macam mikroorganisme. Flora plak yang tadinya didom inasi oleh bentuk
kokus berubah menjadi flora campuran yang terdiri dari atas kokus, batang,
Formasi Plak plak gigi adalah biofilm yang menempel pada permukaan gigi,
restorasi dan peralatan prostetik (termasuk gigi palsu dan jembatan) dibiarkan
jika tidak menggangu.

Memahami pembentukan, komposisi dan karakteristik plak membantu


dalam kontrolnya. pelikel yang didapat adalah lapisan saliva yang sebagian
besar terdiri dari glikoprotein dan terbentuk segera setelah pembersihan gigi
atau pajanan gigi baru. bakteri kemudian menempel pada 17 lapisan pelikel,
membentuk koloni mikro, dan ketika matang pada gigi. Darby dan Walsh
(2010), berbagai jenis bakteri biasanya ada di mulut. Bakteri ini, serta leukosit,
neutrofil, makrofag, dan limfosit, adalah bagian dari rongga mulut normal dan
berkontribusi pada kesehatan individu. Sekitar 80–90% dari berat plak adalah
air. Sementara 70% dari berat kering adalah bakteri, 30% sisanya terdiri dari
polisakarida dan glikoprotein.

2. Debris
Kebanyakan debris dari makanan akan segera mengalami liquifikasi
oleh enzim bakteri dan bersih 5-30 menit setelah makan, tetepi ada
kemungkinan sebagian masih tertinggal pada permukaan gigi dan membran
mukosa. Aliran saliva, aksi mekanis dari lidah, pipi, dan bibir serta bentuk
dan susunan gigi dan rahang akan mempengaruhi kecepatan 10 pembersihan
sisa makanan. Pembersihan ini dipercepat oleh proses pengunyahan dan
vaskositas ludah yang rendah. Walaupun debris makanan mengandung
bakteri, tetapi berbeda dengan plak dan materia alba, debris ini lebih mudah
dibersihkan. Debris harus dibedakan dengan makanan yang tertekan ke ruang
interproksimal (food impaction).

3. Calculus
Calculus merupakan suatu massa yang mengalami kalsifikasi yang
terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi, objek solid lainnya di dalam
mulut, misalnya restorasi dan gigi geligi tiruan. Calculus adalah plak
terkalsifikasi.

4. Karies
Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan
kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi meluas kearah pulpa.

6
Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan dapat timbul pada satu
permukaan gigi atau lebih, serta dapat meluas kebagian yang lebih dalam dari
gigi, misalnya email ke dentin atau ke pulpa . Karies Karies Gigi merupakan
masalah utama di rongga mulut anak. Kerusakan gigi sulung lebih cepat
menyebar, meluas dan lebih parah dari pada gigi permanen.

5. Pyorrhoea, alococoris.
Pyorrhoea dan alococoris Adalah Tulang gigi dan gusi meradang, dan
mengeluarkan darah serta nanah, dapat menyebabkan mulut bau. penyakit ini
adalah penyakit gigi yang lebih suka menyerang orangorang yang sudah
dewasa daripada menyerang anak-anak. Gejala-gejalanya adalah gusigusi
menjadi lunak dan lemah, sehingga akarakar gigi tidak dapat tertanam dengan
koko dalam rahang. Karena gusi-gusi itu tidak lagi menahan leher gigi
dengan keras, maka antara gigi dan gusi akan terjadi suatu kantung yang
dapat menghimpun sisa-sisa makanan dan basi-basi sehingga dapat
memperhebat penyakitnya.

C. Cara Memelihara Gigi Dan Mulut


Cara memelihara kebersihan gigi dan mulut yaitu dengan cara
megontrol plak dan scalling

1. Pemeriksaan ke dokter gigi


pemeriksaan gigi ke dokter gigi masih sangat minim dilakukan pada
masyarakat Indonesia. Pemeriksaan secara rutin 6 bulan sekali telah
dicanangkan oleh pemerintah. Pemeriksaan ini sangat dianjurkan pada
anak usia sekolah, karena pada anak usia sekolah mengalami pergantian
dari gigi susu menjadi gigi permanen. Hal ini sangat penting karena saat
anak mengalami pergantian gigi memiliki risiko karies gigi yang tinggi.

2. Kontrol Plak
Kontrol plak dengan menyikat gigi sangatlah penting. Menjaga
kebersihan rongga mulut harus dimulai pada pagi hari setelah sarapan dan
dilanjutkan pada malam hari sebelum tidur.

3. Scaling
Scaling adalah suatu proses pembuangan plak dan calculus dari
permukaan gigi, baik supragingival maupun subgingival. Tujuan utama
dari scaling adalah mengembalikan kesehatan gusi dengan cara
membuang semua elemen yang menyebabkan radang gusi dari permukaan
gigi.

4. Pemakaian Sikat Gigi


sikat gigi digunakan untuk membersihkan gigi dari berbagai kotoran
yang melekat pada permukaan gigi dan gusi. Jadi dengan menyikat gigi
maka sisa-sisa makanan dapat dibersihkan dari permukaan gigi. Sebaiknya
sikat gigi diganti setiap tiga bulan sekali atau bila bulu sikat sudah mekar.

7
Penggunaan sikat gigi sebaiknya diganti setiap sebulan sekali. Sikat gigi
yang telah rusak bisa merusak gusi. Pilih juga bulu sikat gigi yang halus
untuk melindungi gusi dari kemungkinan terluka.
Menurut ADA (American Dental Association), bulu sikat yang kasar
lama-kelamaan dapat merusak lapisan gusi sehingga menyebabkan gigi
lebih sensitif terhadap makanan atau minuman dingin maupun panas.
Jangan pernah meminjamkan sikat gigi kepada orang lain demi
menghindari infeksi akibat kuman yang terbawa. Karena bisa saja
menularkan bakteri, meski satu keluarga. Satu orang satu sikat gigi.

D. Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Gigi dan Mulut


Dalam hal ini banyak sekali yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut
antara lain:

1. Jenis makanan
Usahakan hindari cemilan yang manis seperti permen, coklat, atau
sebangsanya jangan lah terlalu sering ataupun berlebihan apalagi makanan
yang sifatnya lengket seperti permen kunyahan atau dodol, begitu juga
minuman manis sirup, minuman soda yang kadar gulanya cukup tinggi.
Aturlah seberapa sering dan kapan kamu menikmati cemilan.

2. Gizi makanan
Selain cemilan, kita harus juga memperhatikan asupan gizi buat tubuh.
Sayursayuran dan buah-buhan yang merupakan sumber vitamin dan
mineral serta serat mutlak harus ada di menu makan setiap hari, dan jangan
lupa asupan karbohidrat dari makanan pokok dan protein dari lauk-pauk.
Makanan yang baik dikonsumsi untuk penguat gigi yakni makanan
yang mengandung tinggi kalsium. mengonsumsi kalsium, fospor, vitamin
C, dan vitamin D dapat menguatkan gigi. Vitamin C dan D baik untuk
pembentukan gigi. Kalsium dan vitamin D adalah fondasi penting untuk
membuat tulang dan gigi yang kuat. Kalsium mendukung struktur tulang
dan gigi, sedangkan vitamin D meningkatkan penyerapan kalsium dan
pertumbuhan tulang. Seperti susu, keju, yogurt, telur, sayur mayur, buah-
buahan, dan lain sebagainya.

3. Kepekaan air ludah


Pada anak yang mempunyai air ludah yang sangat pekat dan sedikit
akan lebih mudah berlubang dibandingkan dengan air ludah air yang encer
dan banyak, sebab pada anak yang berair ludah pekat dan sedikit maka sisa
makanan akan mudah menempel pada gigi.

E. Perawatan Gigi dan Mulut


Agar kesehatan mulut dan gigi selalu terjaga, sebagai pencegahannya
adalah dengan perawatan yang benar. Menjaga kebersihan gigi merupakan
langkah awal untuk mewujudkan gigi yang sehat.

8
Gigi sehat memiliki kriteria sebagai berikut :
a. Gigi berada dalam kondisi baik seutuhnya. Gigi memiliki pulpa yang
baik. Pada pulpa terdapat jaringan saraf, pembuluh getah bening, dan
pembuluh darah kapiler. Pada gigi yang sehat ketiga elemen ini berada
dalam kondisi baik, sama sekali tidak terinfeksi.
b. Tidak ada keluhan apa-apa. Apabila gigi tidak berfungsi dengan baik
dan terasa tidak nyaman itu berarti gigi dalam keadaan yang tidak baik.
c. Gigi kuat, tidak rapuh, tidak goyang.
d. Warna gusi terlihat merah muda cerah. Tidak pucat dan tidak terlalu
merah.
e. Gusi mengikat kuat gigi. Tidak terlihat ada celah antara gusi dan gigi.
f. Mulut tidak berbau. Aroma gigi yang sehat tidak menyemburkan bau
yang tidak enak.

10
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesehatan mulut merupakan komponen integral dari kesehatan umum.


Hal ini juga menjadi jelas bahwa faktor-faktor penyebab dan risiko penyakit
mulut sering sama dengan yang terlibat dalam penyakit umum. Kesehatan
secara keseluruhan, kesejahteraan, pendidikan dan keluarga dan masyarakat
dapat dipengaruhi oleh kesehatan mulut. Kebersihan gigi dan mulut yang baik
menunjukkan kontribusi yang besar dalam mencegah penyakit mulut

Saran

Makalah Ini Diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmiah dan


masukan khususnya ilmu pengetahuan promosi kesehatan yang senantiasa
berkembang dan meningkatkan pemahaman kesehatan gigi dan mulut, juga
dapat memberikan informasi yang bermakna kepada pihak akademik serta
dapat dijadikan sebagai media pembelajaraan yang berhubungan dengan
kesehatan gigi dan mulut.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Bany, Z. U. (2019) ‘Perbandingan Efektifitas Penyuluhan Metode Ceramah


Dan Demonstrasi Terhadap Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut Siswa Sd
Zuraida’, Cakradonya Dent J, 6(1), pp. 661–666.
2. Dessiane Syera Trivena Dessiane, H. (2020) ‘JPdK Volume 1 Nomor 2 Tahun
2020 Halaman 48 – 53 JURNAL PENDIDIKAN dan KONSELING Research
& Learning in Faculty of Education’, JPdK Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020
Halaman 48–53 JURNAL PENDIDIKAN dan KONSELING Research &
Learning in Faculty of Education EFEKTIVITAS, 1(2).
3. Dewanti (2012) Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi
Dengan Perilaku Perawatan Gigi Pada Anak Usia Sekolah Di Sdn Pondok
Cina 4 Depok Skripsi Dewanti 0806456991 Fakultas Ilmu Keperawatan
Program Sarjana Reguler Depok Juli 2012.
4. Gilang, A. (2019) Kesehatan Gigi & Mulut.
5. Ramadhan, A. (2020) ‘Hubungan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Gigi dan
Mulut Terhadap Angka Karies Gigi di SMPN 1 Marhaban Azhary’, Hubungan
Tingkat Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut Terhadap Angka Karies Gigi
di SMPN 1 Marhaban Azhary, I(2), pp. 173–176.

12

Anda mungkin juga menyukai