LATAR BELAKANG
Kesehatan gigi dan mulut salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
kesehatan tubuh secara keseluruhan. Perawatan gigi dan mulut secara keseluruhan diawali
dari kebersihan gigi dan mulut pada diri sendiri (Kemenkes, 2012). Kesehatan gigi dapat
mendukung bagian integral dari kesehatan secara umum dengan berkembangnya angka
harapan hidup bagi populasi didunia, kesehatan gigi dan mulut semakin jelas memegang
peranan utama dalam peningkatan kualitas hidup seseorang. Memiliki gigi dan mulut yang
sehat, beberapa aktifitas seperti berbicara, makan, dan bersosialisasi tidak akan terganggu
karena terhindar dari rasa sakit, tidak nyaman, dan malu. Kenyataannya sampai saat ini
tingkat kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih rendah. Pemeliharaan
kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya meningkatkan kesehatan karena
dapat mencegah terjadinya penyakit penyakit rongga mulut (WHO, 2012). Seorang
dikatakan sehat terhadap gigi dan mulutnya apabila keadaan gigi dan mulutnya sehat dari
jaringan keras dan jaringan lunak gigi serta unsur yang berkaitan dalam rongga mulut yang
memungkinkan seseorang untuk makan, berbicara dan berinteraksi sosial tanpa disfungsi,
gangguan estetik, serta merasa tidak nyaman karena adanya penyakit, penyimpangan oklusi
dan kehilangan gigi sehingga mampu hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Kemenkes,
2015).
Menurut (Notoatmodjo, 2008) salah satu hal yang dapat memengaruhi derajat
kesehatan seseorang termasuk kesehatan gigi dan mulut yaitu perilaku. Domain
perilaku kesehatan terbagi atas tiga yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku
kesehatan gigi individu atau masyarakat dapat berupa perilaku positif maupun negative.
Perilaku kesehatan gigi positif misalnya kebiasaan menggosok gigi secara teratur akan
memberikan konstribusi terhadap kesehatan gigi dan mulut, Sebaliknya perilaku kesehatan
gigi negative misalnya seseorang tidak menggosok gigi secara teratur maka kondisi
kesehatan gigi dan mulut menurun dengan dampak di antara lain gigi mudah berlubang
serta gusi meradang. Permasalahan kesehatan gigi dan mulut biasanya terjadi dikarenakan
oleh plak gigi. Apabila seseorang tidak menjaga kebersihan gigi dan mulut, maka plak
kesehatan gigi dan mulut sebaiknya dilakukan sejak usia dini, dimana masa yang paling tepat
untuk menanamkan nilai- nilai untuk membentuk perilaku positif adalah masa usia sekolah.
Usia sekolah dasar merupakan waktu yang tepat untuk melatih kemampuan motorik
seorang anak, salah satunya adalah menyikat gigi. Selain itu masa usia sekolah sudah
menunjukkan kepekaan untuk belajar sesuai dengan sifat ingin tahu dari anak. Upaya
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada
kelompok anak sekolah perlu mendapat perhatian khusus sebab pada usia ini sedang
menjalani proses tumbuh kembang. Keadaan gigi sebelumnya akan berpengaruh terhadap
Pengendalian plak dapat dilakukan dengan cara pembersihan plak secara mekanis
dan secara kimia dengan bahan anti kuman terutama untuk menekan pertumbuhan bakteri
Streptococcus mutans. Secara mekanis, menyikat gigi dapat membantu kontrol plak
sehingga dapat mencegah terjadinya karies. Selain itu, kontrol plak juga mengurangi radang
gusi dimana dapat mencegah terjadinya periodontitis di kemudian hari (Inne SS, 2013).
pasta gigi biasanya digunakan bersama-sama dengan sikat gigi untuk membersihkan dan
menghaluskan permukaan gigi geligi, serta memberikan rasa nyaman dalam ronga mulut,
karena aroma yang terkandung di dalam pasta tersebut nyaman dan menyegarkan. Pasta
gigi biasanya mengandung bahan-bahan abrasive, pembersih, bahan penambah rasa dan
warna, serta pemanis, selain itu dapat juga ditambahkan bahan pengikat, pelembab,
pengawet, fluor dan air. Bahan abrasive dapat membantu melepaskan plak dan pellicle
tanpa menghilangkan lapisan email. Bahan abrasive biasanya digunakan Kalsium Karborat
atau Aluminium Hidroksida dengan jumlah 20%-40% dari isi pasta gigi (Putri M.H., 2010).
Di Indonesia kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang perlu mendapat
perhatian serius dari pemerintah dan tenaga kesehatan gigi. Hal ini disebabkan proporsi
45,3%. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 juga menunjukkan 46,97% penduduk di
provinsi aceh mengalami karies, dan umumnya sebanyak 93,59% masyarakat menyikat gigi
setiap hari namun hanya 2,76% masyarakat yang menyikat diwaktu yang tepat. persentase
menyikat gigi setiap hari pada anak umur 10-14 tahun sebesar 96,5% dan anak yang
menyikat gigi di waktu yang tepat sebesar 2,1%.. Dari data tersebut terlihat bahwa
masyarakat belum memahami tentang waktu yang tepat untuk menyikat gigi yaitu sesudah
sarapan dan sebelum tidur malam (Kemenkes, 2018). Berdasarkan data rekapitulasi hasil
penjaringan kesehatan peserta didik yang tercatat di Dinas Kesehatan Kota pada tahun
ajaran 2021/2022 , terdapat 11 puskesmas di kota Banda Aceh dan angka karies tertinggi
berada di SD/MI/SLB yang dibawah pantauan puskesmas Baiturrahman yaitu sebanyak 344
murid . Berdasarkan data hasil dari puskesmas Baiturrahan pada tahun ajaran 2021/2022
menyatakan, MIN 01 atau Min Mesjid Raya merupakan sekolah yang memiliki angka karies
paling banyak yaitu 95 murid. Upaya menjaga Kesehatan gigi harus diawali semenjak usia
dini. Pada sekolah dasar merupakan waktu yang tepat untuk melatih keterampilan motorik,
seperti menyikat gigi. Kemampuan untuk menyikat gigi dengan baik dan benar menjadi satu
faktor penting dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut (Darwita et al., 2011).
Menurut penelitian (Irmanita Wiradona, 2013) dari sembilan variable yang dilakukan
penelitian (pengetahuan, sikap dan tindakan tentang menyikat gigi, peran orang tua, guru
dan petugas kesehatan, ketersedian sarana, Ph saliva serta frekuensi makanan kariorgenik),
Faktor yang paling berhubungan terhadap skor plak adalah pengetahuan tentang menyikat
gigi, pH saliva, praktik menyikat gigi dan sikap tentang menyikat gigi. Hasil uji Regresi
Logistik yang dilakukan terhadap 4 variabel yang berpotensi terhadap skor plak terdapat
satu variabel yang paling berpengaruh yaitu pengetahuan tentang menyikat gigi dengan
Responden dengan pengetahuan tentang menyikat gigi baik 7,8 kali berpeluang untuk
pada penelitian yang dilakukan oleh (Davidovich et al., 2020) dari enam variable yang
dilakukan penelitian ( usia, jenis kelamin, jenis kuas sikat gigi, waktu mulai menyikat gigi dan
jenis gigitan) maka jenis kuas sikat gigi adalah faktor yang paling berdampak terkait dengan
keparahan plak. Usia juga berkontribusi terhadap keparahan plak, dengan peningkatan 3%
Perawatan gigi dan mulut secara keseluruhan diawali dari kebersihan gigi dan mulut
pada setiap individu. Masalah kesehatan gigi dan mulut yang terjadi umumnya disebabkan
oleh plak gigi. Tindakan yang paling efektif dalam pengendalian plak adalah menyikat gigi
1. Apakah ada pengaruh perilaku menyikat gigi dengan penurunan indeks plak gigi pada
2. Apakah ada pengaruh penggunaan pasta gigi dengan penurunan indeks plak gigi
3. Apakah ada pengaruh mengatur pola makan dengan penurunan indeks plak gigi
terhadap penurunan indeks plak gigi pada murid Madrasah Ibtidayah 01 Banda Aceh.
2. Untuk mengetahui pengaruh Durasi menyikat gigi terhadap penurunan indeks plak
3. Untuk mengetahui pengaruh teknik menyikat gigi terhadap penurunan indeks plak
4. Untuk mengetahui pengaruh waktu menyikat gigi terhadap penurunan indeks plak
5. Untuk mengetahui pengaruh pergantian sikat gigi terhadap penurunan indeks plak
7. Untuk mengetahui pengaruh kandungan pasta gigi terhadap penurunan indeks plak
8. Untuk mengetahui pengaruh pemilihan pasta gigi terhadap penurunan indeks plak
9. Untuk mengetahui pengaruh terhadap penurunan indeks plak gigi pada murid
10. Untuk mengetahui pengaruh sumber informasi tentang pasta gigi terhadap
penurunan indeks plak gigi pada murid Madrasah Ibtidayah 01 Banda Aceh
11. Untuk mengetahui pengaruh mengatur pola makan terhadap penurunan indeks plak
12. Untuk mengetahui nilai indeks plak gigi pada murid Madrasah Ibtidayah 01 Banda
Aceh
Ruang lingkup dalam penelitian ini akan meneliti tentang determinan perilaku
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut terhadap penurunan indeks plak gigi pada murid
a. Variabel Independen : Perilaku menyikat gigi, penggunaan pasta gigi dan mengatur
pola makan.
1. Sebagai bahan evaluasi bagi pihak sekolah terhadap masalah menyikat gigi dan
2. Sebagai bahan masukan untuk guru penanggung jawab UKGS dan olahraga dalam
2. Sebagai referensi bagi para peneliti dan menambah wawasan ilmu pengetahuan